Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Gambaran Umum Blok Blok Kedokteran komunitas dilaksanakan pada semester 7, tahun ke 4 dengan waktu 7 minggu yang terdiri dari 6 minggu aktif dan 1 minggu ujian. Tujuan blok ini agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan merancang penatalaksanaan masalah kesehatan dalam masyarakat, komunitas, keluarga dan individu secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer, dengan memperhatikan sumber daya yang ada berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Materi blok ini meliputi Pengantar Kedokteran Komunitas, Pelayanan Kedokteran Keluarga, Kedokteran Okupasi, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Sistem Pembiayaan Kesehatan dan Praktik Klinik Dokter Keluarga. Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam blok ini yaitu strategi problem based-learning dengan metode diskusi tutorial menggunakan metode seven jump, kuliah pakar, kegiatan lapangan dengan FOME (Family Oriented Medical Education), Walk through Survey, praktikum, belajar mandiri serta keterampilan klinik di skills laboratory. Bidang ilmu terkait Dalam mempelajari blok kedokteran komunitas terlibat beberapa bidang ilmu yang terkait yaitu ilmu biomedik, klinik, research, dan farmakologi.

Hubungan dengan Blok Lain 1. Telah berlatih dasar-dasar komunikasi (Mulok 1). 2. Telah memahami dasar-dasar penerapan etika dalam dunia kedokteran (bioetika). 3. Telah memahami ilmu biomedis. 4. Telah memahami ilmu klinis (penegakan diagnosis, terapi dan prognosis). 5. Telah memahami prinsip penelitian berdasarkan metode ilmiah

Modul 1. Kedokteran Komunitas Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan konsep Kedokteran Komunitas 2. Menjelaskan peranan anthropologi medis dalam kedokteran komunitas 3. Menjelaskan tentang kedokteran Matra, jenis dan beberapa contoh permasalahan kesehatan terkait kedokteran matra

4. Menjelaskan tentang outbreak dan investigasi outbreak 5. Menjelaskan tentang surveilans, jenis, fungsi dan cara melakukan surveilans. 6. Menjelaskan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) 7. Menjelaskan tentang konsep sakit dan riwayat alamiah penyakit 8. Menjelaskan masa inkubasi, masa laten, durasi, fase induksi, fase promosi, dan fase ekspresi penyakit. 9. Menjelaskan konsep infeksi, patogenesis, dan virulensi dalam epidemiologi penyakit infeksi 10. Menjelaskan karakteristik yang membedakan penyakit infeksi dengan penyakit noninfeksi, serta implikasinya bagi upaya intervensinya

Skenario

Skenario 1: Dokter PTT di Desa Bumi Manti

Sejak satu bulan yang lalu, dr. Fata bertugas sebagai kepala Puskesmas dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Desa Bumi Manti Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran yang terletak di daerah Teluk Lampung. Komunitas pesisir ini, mayoritas merupakan suku Lampung Pesisir yang beragama Islam. Mata pencaharian penduduknya adalah nelayan dan penyelam yang mencari kerang dan mutiara di kedalaman laut, sebagian kecil berdagang dan berkebun palawija. Pekerjaan tersebut dijalani masyarakat secara turun temurun. Dari pembicaraan dengan aparat desa, dan beberapa tetangga rumah dinas dokter, diketahui bahwa kehidupan masyarakat masih sangat tradisional dan berpegang teguh pada adat istiadat. Berdasarkan ilmu anthropologi medis yang didapatkan pada masa kuliah dulu, dr Fata merasa perlu bersilaturahim dengan para tetua adat di Desa Bumi Manti. Karakter masyarakat Desa Bumi Manti ini bersuara lantang, hal yang tidak biasa bagi dr Fata. Apalagi ketika menghadapi pasien-pasien di Puskesmas atau berbicara dengan masyarakat desa, ia harus berbicara lebih keras dari pada biasanya. Terbersit pertanyaan dalam benaknya, adakah kelainan masyarakat setempat yang terkait dengan kedokteran matra? Atau karena karakter masyarakat setempat saja?

Selama sebulan bertugas, dr Fata belum banyak mengetahui masalah kedokteran komunitas yang ada di desa ini. Angka kunjungan di puskesmas yang menggambarkan

insiden penyakit hanya 6%, belum diketahui apakah hal ini karena derajat kesehatan yang baik, atau karena perilaku sehat yang masih kurang?. Tetapi semalam, 12 orang pasien, datang ke UGD Puskesmas, dengan keluhan yang hampir sama, muntah-muntah dan kepala pusing. Beberapa di antaranya mengalami diare. Esok harinya 25 kasus serupa tercatat di puskesmas dengan keluhan dan gejala serupa, beberapa diantaranya dengan demam. Bahkan, seorang pasien, Tn R 65 tahun, terpaksa harus dirujuk ke RS Kabupaten karena dehidrasi berat dan demam tinggi. Dari anamnesis diperoleh keterangan bahwa 25 dari 37 orang tersebut sehari sebelumnya berkumpul untuk musyawarah adat dan makan bersama dengan menu ikan bakar, sambal seruit, dan lalapan sayuran mentah. Dr. Fata merencanakan investigasi outbreak,untuk memastikan dugaan wabah dan mengetahui penyebabnya. Sebagai dokter kepala puskesmas yang baru bertugas, dr Fata belum mengetahui apakah surveillance di wilayah kerjanya berjalan efektif, tetapi ada sebuah grafik hasil surveilan tentang diare yang ada di puskesmas. Dugaan outbreak diare ini, membuat dr Fata berencana mempelajari lagi tentang riwayat alamiah penyakit. Sehingga ia bisa mengetahui masa inkubasi, masa laten, dan durasi penyakit. Dengan demikian dr Fata dapat menentukan tingkat pencegahan yang sesuai dan berharap berkembang menjadi KLB. penyakit ini tidak

Anda mungkin juga menyukai