I
I
t"" I i
I
No.l6Th.II
- 22Mei 1981
r-_l
POLITIK
RESENSI
KONTRAS-KONTRAS
Penerbit Tebal
Harga
SEORANG anggota parlemen yang kesal dan putus asa di sebuah negara Amerika Latin bertanya kepada seorang menteri yang tengah memberikan kete. rangan pemerintah: Apakah tidak ada
Pergolakan di Ameri,ka Latin dalam Dasawarsa ini,*) Hidayat Mukmin (dengan kata sambutan Wakil Presiden Adam Malik) Ghalia Indonesia, Jakarta 1g81. 288 hal.
Rp
soalan sekecil apa pun. Contoh lelueon yang aneh ini barangkali mencerminkan persepsi banyak
orang tentan$'Amerika Tengah, Selatan dan Kepulauan Karibia itu atau biasa
jalan lain lagi untuk membangkitkan kembali vitalitas negeri ini yang seeara
karno melihat ketiga benua itu tidak dapat dipisahkan sebagai satu front
yang senasi b-sepenanggungan. Buku Hidayat Mukmin,Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarca I ni, yang baru saja diterbitkan bulan Maret, sedikitnya membukakan kembali ingatan kita pada kelompok sekitar 25 negara
rika Latin" dalam satu tarikan nafas. Dalam perjuangan politik dunia, Su-
lakan .... dalam dasawarsa ini',. Melain. kan mencoba memberikan gambaran mengenai perjalanan sejarah negaranegara Amerika Latin sejak awalnya hingga tahun-tahun terakhir. Baik di bidang sosial dan ekonomi, maupun
Judul buku ini agak menyesatkan, karena Hidayat Mukmin sebenarnya tidak semata-mata memusatkan perhatian pada apa yang disebutnya "pergo
Perang Sepakbola
gai bagian dari judul buku ini juga tidak
urung menimbulkan tanda tanya. Apakah bukan karena penulisnya juga ter-
itu. Ditulis oleh,seorang yang pernah di Meksiko tahun 1973 - 1976, buku ini dapat menerobos kelangkaan
bertugas
Amerika Latin, yang sering secara keliru digeneralisir sebagai "ciri khas"
seluruh kawasan itu? Seperti misalnya perang antara Honduras dan El Salvador tahun 1969. yang secara simplistis
huan kita tentang bagian benua itu selama bertahun-tahun belakangan amat
kadang-kadang hanya digambarkan orang sebagai akibat kerusuhan di lapangan sepakbola dalam pertandingan antara kesebelasan kedua negara ini.
rangan
itu kita
memperoleh keme-
nangan?".
cangan politik yang membuat kawasan ini lebih dikenal sebagai "wilayah kude. ta". Karena buku ini ditulis oleh seorang Indonesia, satu keuntungan yang dipe.
de-
pers. Dan itu pun terutama hanya berkisar di sekitar masalah-masalah kegon-
ngan Indonesia. Walaupun demikian, tidaklah banyak yang dapat diharapkan untuk memperoleh gambaran yang cuhubungan Indonesia dengan negara-negara itu. Di sana-sini dikemukakan sikap beberapa negara tentang persoalan Timor Timur dantempat mereka dalam gerakan nonblok Tetapi hubungan diplomatik de. ngan Indonesia hanya sekali-sekali di-
imigrasi d,an landrefcrnn Tahun itu di Honduras, yang penduduknya jarang, sudah ada 300.000 imigran dari Salvador, yang berpenduduk padat. Suasana menjadi panas, ketika Direktur Lembaga Pembangunan Agraria Honduras mengusir imigran Salvador untuk mern-
berikan tempat kerjq kepada warga Honduras sendiri. Keadaan menjadi lebih panas lagi, ketika kesebelasan
negara-negara ini mengadakan tiga kali
oPTlMls,22 MEI
ls1
]
Lisme terhadap imigran Salvador dan harta milik mereka. Demi membela warga Salvador, pemerintah negara itu iangsung saja mengirimkan tentara dan menduduki 2.000 kilometer-persegi wi1a5'a-h Honduras (hal. 156 - 157). Dengan demikian ini adalah masalah kepadatan pendudulq seperti yang digambarkan oleh tiga peneliti dari Worldwatch Institute di Washington tlihat Bruce Stokes, LesterR. Brown dan Patricia L. McGrath
pa". Sebagian besar memang memiliki latar-belakang ras dan sejarah yang sama, sebagai orang-orang keturunan dan berbahasa Portugis dan Spanyol, di
samping memiliki kesamaan geografis.
liki
kontras-kontras.
Di bidang ekonomi, kontras yang tajam misalnya terjadi antara Haiti dan
Argentina dengan perbandingan GNp
Populntion Problem). Masalah-masalah regional memang dari waktu ke waKu masih menyuram-
the
atau dengan Venezuela phda waKu yang sama g 87 : g L.2ffi (tabel hat. 1S).
1.141,
benua ini sekitar 4 - 5 abad yang silam. "..... Mayoritas orang Spanyol dan portugis - tidak semua, tetapi mayoritas yang mengadakan perjalanan ke Amerika Latin adalah tentara, perampok, petualang, conqtistad,ores. niereka- datang bukan untuk menetap selamalamanya di benua itu, melainkan untuh melrampok. Mereka datang bukan untuk melarikan diri dari Eropa, tetapi untuk pulang ke Eropa dalam keadaan kayaraya. Mereka datang untuk menemukan
negara-negara
Amerika Latin. Soal perbatasan wilayah nasional yang belum jelas bagi bebe. rapa negara, masalah perluasan laut
teritorial dan hasrat ekspansionisme adalah beberapa latar belakang yang dapat menimbulkan ketegangan hubungan di kawasan ini. Walaupun begitu, sebaliknya mereka juga tidak kurang usahanya dalam membangun kemungkinan kerjasama untuk mencapai ketenteraman hubungan antara negaranegara itu. Mereka menciptakan berbagai organisasi regional dan subregional:
OAS, LAFTA, SELA, NAMUCAR, CACM, CARIFTA, CARICOM, PAKA Subregional Andes, Kerjasama Da-
(tabel hal. 62.) Kudeta militer memang rata-rata terjadi di negara-negara itu. Tetapi kita juga melihat perbandingan yang menyG Iqk pada tahun 1930 - 1971, ketika paraguay dan Peru masing-masing hanya mengalami satu kali perebutan kekuasaan seperti itu, tetapi di Bolivia terjadi 11 kali. Di Uruguay dan Meksiko dalam kurun waktu yang sama sebaliknya samasekali tidak pernah dialami kudeta
dan komplotan militer, kudeta peme rintah dan kudeta semu. Sebaliknya di Haiti dan Guatemala masing-masing 40 dan 45 kali. Sedangkan di Kuba 100 kali
Uruguay adalah negara yang luar biasa tenteramnya jika dibandingkan misalnya dengan Haiti atau Guatemala, apalagi dengan Kuba. Selama tahun 1946 1960, di Uruguay hanya terjadi satu kali "gejolak dalam negeri,, seperti kerusuhan, peperangan, pemogokan, teror kecil dan besar. pemberontakan, kudeta
Gunther dalan lrcide Lati.n America. Tidak seperti "mereka yang datang ke
Amerika (Utara), yang bermaksud tinggal, membina keluarga, menerobos dae. rah Barat, menciptakan peradaban baru
dimulai dengan dering telepon seorang jenderal kesatuan infanteri kepada rnenteri Pertahanan bahwa ia akan melakukan kudeta dan memerlukan dukungannya. Menteri pura-pura tidak
tahu; tetapi memberikan bantuan kesatuan lapis baja dan perlindungan dari udara. Terjadi tembak-menembak di istana. Presiden ditahan, terjadi perubahan kabinet atau dibentuk jutrta militer. Menteri pertahanan tetap selamat dan jenderal pemberontak pun naik panggung pemerintahan. Kemudian terjadi pembagian rejeki.fHol 58).
59).
Kudeta
Sebagai kemudahan untuk menggambarkan seluruh wilayah yang ada di be
kawasan sebagai Amerika Latin. Se olah-olah seluruh kelompok negara ini merupakan satu kesatuan yang home gen, seperti orang kini menyebut,,Eropa Barat" atau "Masyarakat Ekonomi Ero
lahan bagian selatan benua Amerika itu, orang selama ini rhenyebut seluruh
jawaban untuk pertanyaan ini harus ditarik jauh ke belakang, kepada awal sejarah pendaratan orang Eropa di
( Atmakusumah
*) Lelucon pada awal tulisan ini bukan berdasarkan buku yang tengah dibicarakan, t6tapi pernah terbaca dalam suatu penerbitan pers beberapa tahun yang lampau. ulasan ini sebi-
gian kecil juga mengutip John Gunther,lnsidz LatinAmeri.ca, Harper & Brothers, NewyorkLondon, l94l; dan Lester R. Brown, Patricia L. McGrath dan Bruce Stokes, Twentg-Two Dimensiotts$thePupukttiortProblern, Worldwatch Institute, Washington. 19/6, sekedarsebagai
kelengkapan.
.*,ai*rnnYfe,t!
SASTRA
rHtt(
KEMBARA
KAUM TERTINDAS
Judul buku Anak
Penulis Penerbit Tebal
Semua Bangsa Pramoedya Ananta Toer Hasta Mitra pt, Jakarta 1980 353 halaman
omMrs,22
ry
fnH&Et
MEl1981
DALAM "Roman Karya Pulau Bu- seorang muda keturunan ningrat, Minru"nya yang pertama, Bumi Mantsia, ke, dengan seorang gundik pJj"b"t k* Pramoedya mengisahkan perkenalan lonial Belanda, Sanikem aliis Nyai on-
jumpai dalam bentuk artikel-artikel di media berkala ataupun yang berupa buku, tentang dunia ketiga itu. Terlebih-lebih lagi mengenai Amerika Latin. Tulisan demikian sangat diharapkan pemunculannya dari kalangan univer-
tumkan oleh Hidayat Mukmin dalam daftar kepustakaan yang dijadikan sumber penyusunan bukunya. Buku "Pergolakan di Amerika Latin ...." ini terasa banyak sekali memanfaatkan
laporan-laporan intern.
ALIRAN PEMIKIRAN
Baik juga kalau kita mengenal be
berapa aliran pemikiran yang lazim diikuti oleh para spesialis Amerika Latin. Untuk membahas sistem politik (dan juga pembangunan) di Amerika Latin sejak awal abad XX, para spesialis kawasan itu sedikitnya dapat digolongkan ke dalam tiga aliran pemikiran yang
me-
utama. Tentang aliran pemikiran ini, telah pernah saya sampaikan dalam
diskusi intern di FIS UI beberapa waktu
berselang.
untuk pengkajian ataupun studi rnasalah dunia ketiga di negeri kita ini.
Ada yang dikenal sebagai teori korporatisme. Teori ini bertolak dari determinisme kultural "Dunia lberia,'
PENGANTAB
,.':,
.i..
uraian umum ini harus dilengkapi dengan bahan-bahan bacaan yang lain, jika pembaca memang ingin menelusuri
seluk-beluk pergolakan itu. Apalagi jika ingin mendapatkan pembahasan yang terperinci tentang tiaptiap.negara atau beberapa negara tertentu.
Buku "Pergolakan di Amerika Latin ,.,..' ini sifatnya hanya mengantarkan saja. Artinya. mencoba memperkenalkan pergolakan di Amerika Latin melaIui uraian secara umum. Tentd saja
pembacd
'
patrimonial.
Amerika Latin). Sistem korporasi ini bercirikan dominasi oleh organisasi organisasi politik yang bersifat hirarkis, elitis, otoriter, birokratik Katolik dan
Dengan pengembangandeterminisme
masyarakatnya. Dalam sistem korporasi ini, sistem kekuasaan dan representasi dari kepentingan bersumber umumnya dari pemi kiran sosial Katolik(agama mayoritas di
"tradisi korporasi"
Untuk itu, menurut saya dapat dibantu antara lain dengan tulisan - tulisan dari Andre Gunder Frank, Henrique Cardoso, Guillermo O'Donnell, pablo
pemikiran sarjana Barat yang membuat pembagian antara "liberal" dan "oto riterr' ("totaliter"). lVIelainkan dilihat
kultural ini, maka sistem politik yane ada tidaklah dilihat dalam kerangka
omMrq
22 MEt 1981
uki dinamika dan karalrternya sendiri. -{da pula yang dikenal sebagai teori -rnderdevelopment" (dari Gunder tranh. Teori ini rnelihat Amerika Latin .ebagai "periphery" yang dieksploit
oieh'centerJ yakni negara-negara kapit:lis maju di Amerika Utara dan Eropah tsaral Gunder Frank melihat adanya 'pembangunan" yang tidak otonom dan hanya melayani kepentingan negaraDegara metropolis. "Pembangunan', ini
d.inamakannya "development of under&relopment". Ia berpendapat perubahan sosial hanya dimungkinkan oleh :uatu revolusi. Dan ada yang dikenal sebagai teori
depenrlensi. Tesis pokok
PSEUDO
SASI
INDUSTRIALI-
Ciri umum lainnya adalah berupa proses "pseudo.industrialisasi',. Beberapa negara, seperti Argentina dan Brasil, sudah mulai dengan industrialisasinya sejak awal abad XX. Tetapi ter-
dan mengalbmi represi. Ini terjadi di Argentina selama rejim mifiter, dan juga di Brazil, Chili serta Bblivia. Karena MNC yang berkuasa, ma*i.pengawasan terhadap buruh (dalam gaji dan hak politik) menjadi persyaratan untuk kerjasama dengan pemerintah4n yang
Sebuah ciri umum lagi adalah ditempatkannya golongan - golongan penting masyarakat di luar sistem politik Adi golongan yang sangat dipencilkan oleh sistem politik Di negara-negara yang menitikberatkan "i mpor substitusi" dan sektor pertamtrangan dari promosi eks_ pornya, buruh sama sekali tidak diajak
adalah bahwa terjadi "pembangunan" di Amerika Latin sepeiti yang dikemukakan oleh Gunder Frank, yang juga
nyata peralihan dari industri ringan kepada industri berat dan bahkan industri setengah berat, sangat sukar terjadi. Ini terutama disebabkan oleh kapasitas dukungan domestik untuk industri semaee-m itu dan terutama oleh
"birolaatik otoriter,'
itu.
) [r
ngaruh kekuatan kapitalisme internasional, meskipun masih memiliki sifatsifat "otonom" dan tidak semata-mata melayani kehendak negara-negara metropolis. Teori dependensi juga meno lak determinisme kultural. Menurut teori dependensi ini, sistem otoriterbertahan bukan karena merupakan ciri yang inhefen dari "Dunia Iberia" (Spanyol), tapi karena pemerintahan yang menempuh "associated (dependent)
ini
ponen-komponen utama mobil, petro kimia dan lain-lain) terbentur pada ke sulitan mendasar, sebab telah mengancam kepentingan MNC. Pengambilan risiko akan menciptakan adanya aliansi antara kepentingan domestik dengan kepentingan asing, yang akan menumbangkan rejim (seperti terbuliili pada Allende di Chili, Peron di Argentina dan
menengah dan golongan atas), menuju industri - setengah - berat (pabrik kom-
Golongan lain yang juga dipencilkan adalah petani, terutama di negara yang mengutamakan ekspor hasil pertanian. Begitu pula halnya dengan golongan Katolik yang mengahut "teologi pembe basan" (misalnya di Brazil, Salvador dan Nikaragua). Serta sama saja sepefti golongan intelektual di kota-kota besar. Mereka ini adalah golongan yang ber-
ada
di luar'sistem politik.
Valasco
di
Peru).
Pengamatan berdasarkan
teori
de-
PERTUMBUHAN
Ciri umum yang lain lagi adalah tingBrazil adalah contoh yang klasik, dengan tingkat pertumbuhan yang berkisar antara tujuh sampai sembilan persen. Tapi Brazil merupakan kekecualian karena negara-negara Amerika Latin yang lain tidak sebesar Brazil penduduknya, se hingga tidak mampu menampung perluasan industri substitusi impor dan konsumsi yang begitu cepat.
kat pertumbuhan yang tinggi.
berikut ini.
0TORITER
Salah satu
Burhan D. Magenda dilahiirkan di Dompu (Nusa Tenggara Barat) 12 Agustus 1946 Antara tahurl,,*966 1974 menjadi wartawan Blirian
KAML (terakhir sebagai lVakil Pe mimpin Redaksi). Pendidikan formal ditempuhnya di Universitasl Kristen Santo Paulus Jakarta 1964 - 1907, di Universitas Stanford, Amerika Serikat, 1973 - 1974 mengikuti post gra-
bersifat otoriter. Sebagian besar dari pemerintahan ini dikuasai oleh pihak militer dalam berbagai variasi keterlibatannya (misalnya junta militer di Argentina, quasi legitimasi di Brazil dan lain-lain) atau oleh pemerintahan sipil yang dijamin oleh militer, setelah kegagalan kaum militer rseperli di Venezuela dan Mexico).
i
Sifat otoriter dari rejim itu disebabkan oleh corak pembangunan itu sendiri. Ya, karena gbsesi terhadap indus-
milikan rnobil pribadi dan barang-barang elektronik). Tapi untuk jangka panjang hal ini tidak akan bisa memecahkan masalah golongan marginil (buruh
dan petani miskin) karena "trickle down effects" dari pembangunan sangat sulit.
jumlah besar rnemang merupakan salah satu aspek yang untuk sementara dapat menstabilkan keinginan golongan yang berkuasa, khususnya golongan kelas menengah ke atas (misalnya dalam pe-
Journalism Program. Sejak tahun 1974 mengikuti pendidikan'pada Departemen IImu Pemerinfdlian Universitas Cornell dan mendapatkan MA (1977) 5srts Ph.D. tl$l). Kini
bekerja di Yayasan IImu-Ilmu Sosial
trialisasi yang begitu kuat dijadikan sebagai tujuan. dan di lain pihak sumber-sumber enerji boleh dikatakan hampir tidak ada. Bertahannya peme. rintahan liberal - demokrat di Venezuela merupakan pengecualian karena
"
KNLOMPOK TEM
DI LUAR
oP.
SIS-
omMts,22
MEt 1981
I
33
'-7ry-
Pengantar Redaksi: Kedua tulisan di bawah ini merupakan bagian dari makalah-makalah yang disampaikan dalam Diskusi Panel Strategi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang: Latar Belakang, Permasalahan dan Pilihan" yang diselenggarakan oleh HIMAPBU di Jakarta akhir bulan yang baru lalu.
Dengan berakhirnya dasawarsa pembangunan tahun
Bangsa, kembali para pemikir pembangunan dikecewakan oleh buruknya prestasi pembangunan kebanyakan,negaranearA berkembang dan membe sarnya ketimpangan pendapatan antara negara-industri dengan negara-berpendapatan rendah. Dengan masuk kita kini ke dalam dasawarsa pembangunan tahun delapanpuluhan, ada baiknya kita melakukan refleksi dan mencoba mengkaji perkembangan pembangunan selama ini, baik dari sudut teori maupun perkembangan ke. nyataan, untuk dipetik manfaatnya bagi penggarisan pembangunan Indonesia di masa depan.
I.
\
I
'f!:
, ,, {ijr: nl ,: ,,* ( $-* $d s; :, sl 'li},+r.iii, .,, i ,i. :, , .' . 'll i &, 'lL it*+liil.., :: 1i]ill,:UuiiiA\,,' II ll i q 'l l[
:'$.: :s
::
':.
dF
[f,.
::ll;lif"Ntjiie
",-
,s."'.
T$*J
ti,,:
il],\ji:li$
Foto Giyono
Domestik Bruto (PDB) negara-negara berpendapatan rendah sangat kecil. bahkan lebih rendah dibandingkan dengan prestasi pembangunan tahun enampuluhan; kedua, ketimpangan pendapatan antara negara berpendapatan rendah dengan negara industri meningkat, seperti kentara pada gambaran pertumbuhan PDB per jiwa dalam tabel berikut. Tabel
S"RATEGI PEMBAI{GUlVAlrr
ITEGARA BERKEMBATTG N{TARA HARAPAIV
1S0
A.
Negara berkembang
Afrika
2. Asia Jumlah B. Berpendapatan
sedang:
239
216
1.638
-0,3
1,1 1.0
3.6
minyak
2,8 3,9
3,5 21 s,8
DAN I<EI{YATAAI\r
Oleh: Emil Salim
SumlEn Mc. Na@ra, R., President, World Bank, AddBs to th? Bm rd d G@mM, Washington D.C.,
1980.
Gambaran ini memperlihatkan bahwa lebih dari 1,1 milyar jiwa penduduk hidup di negara berpendapatan rendah, merupakan 26% dari jumlah penduduk dunia dan hanya men_ tahun selama tahun tujuhpuluhan ini. Dan harapan di masa depan (1980- 1985) menunjukkan perkiraan laju pirtumbuhan negatif O,\Vo setahun bagi negara-negara Sub-saharan Afrika. Negara-negara berkembang dan pengekspor minyak, negara berpendapatan sedang. negara industri dan negara berencana-sentral tumbuh rata-rata di atas 37o setahun. Namun semua diperkirakan mengalami Iaju-pertumbuhan pen47
0,g9o sB.
oPTlMls,22 MEt
1981
ffi
Turut mancarl plllhan
Foto-Frapto
di
tahun lSG1S5.
Perbedaan Iaju pe(umbuhan PDB per jiwa setahun ini mendorong tingkat ketimpangan,pendapatan semaki n besar. Pada tahun 1S0 pendapatan satu orang di negara industri memperoleh pendapatan sebesar hampir 45 kali lebih besar dari pendapatan satu - oraq di negara berpenilapatan rendah. Sota orang di negara berpendapatan menengah dan negara berencana sentral menerima irendapatan sebesar ? sampai 8 kali lebih besar dari seseorang di negara berpendapatan rendah.
Menyadari perkembangan pembangunan seperti ini, timbullah pertanyaan apakah yang keliru dalam pemikiran dan strategi pembangunan negara-negara berkembang, khususnya bagi negara berpendapatan rendah. Apakah yang
jiwa setahun ini tersimpul kenyataan pahit dibandingkan dengan negara maju maka tingat kematian bayi di negara berpendapatan rendah adalah 8 kali lebih besar; harapanhidup (life expectancy) berkurang sepefiiga; tingkat melek
607o, dan tingkat makanan bergizi begitu rendah sehingga bagi jutaan bayi tidak dimungkinkan otak anak secara optimal. .perkembangan
Keadaan anak-anak di bawah usia 15 tahun di negara berpendapatan rendah, yang merupakan harapan bangsa, menunjukkan 2 anak dari setiap 10 anak yang lahir akan meninggal dalam waktu setahun, satu lagi meninggal sebelum berusia 5 tahun dan hanya 5 orang bisa hidup hingga usia 40
tahun.
d,an 3Wo
keterbelakangannya? Masalah pembangunan sudah lama menjadi sasaran pemikiran mereka yang mendalami ilmu Ekonomi pembangunan. Semula bidang ekonomi pembangunan terbatas paAa Ui dang ekonomi semata-mata dengan Produk Domestik Bruto sebagai pumpunan-telaahdn. Dalam konsep ini pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertumbuhan modal yang dihimpun dari pertumbuhan tabungan dalam dan luar.negeri. Maka ilmu Ekonomi Pembangunan membahas berbagai teori, cara, proses dan keadaan mobilisasi tabungan, kegiatan investasi dalam berbagai usaha dengan tingkat teknologi yang bermacam-macam dalam susunan organisasi dengan manajemen yang bermacam-macam pula untuk menghaiilkan laju pertumbuhan ekonomi. Model pembangunan makro berkembang biak ke berbagai jurusan Dari model sederhana serba makro sampai model jelimet serba mikro. Kebanyakan fikiran yang menopang perkembangan model-model pembangunan ini mendasarkan ilham dan pengalamannya dari perkembangan pembangunan negara-negara Eropah dan Amerika Serikat yang sekarang terbelakangannya dalam bagian pertama abad keduapuluh. Teori pertumbuhan berlandaskan perkembangan modal, tabungan, "capital output ratio", produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, pada dasarnya tidak keliru. Dalam menterapkan suatu teori dalamanalisa ekonomi harus selalu diperhatikan assumsi-assumsi yang menopang teori itu. Sebelum menterapkan teori dalam analisa ekonomi ne-
dalam keadaan ekonomi dunia umumnya sehingga negara maju bisa semakin maju tetapi negara miskin terjirat dalam
keliru
Dari mereka fang hidup ini \V/o menderita kurang gizi dari jumlah anak-anak berusia sekolah dasar tidak
masuk sekolah.
Bila kemudian anak-anak ini menjadi dewasa maka baglan besar tidak memperoleh pekerjaan. Kalaupun ada pe. kerjaan maka mer:eka sesungguhnya adalah penganggur-terselubung (disguised unemployed), tanpa tenaga mereka jumlah produksi tidak berkurang. Di balik angka-angka Produk Domestik Bruto,terutamadi negara berpendApatan rendah, tersimpul keadaan kehidupan 'yang miskin, persediaan makanan bergizi yang terbatas, persediaan air minum sehat jauh di tempat, fasilitas perumahan jauh di bawah ukuran manusiawi. Ringkasnya, memasuki tahun delapanpuluhan ini26% penduduk dunia di negara berpendapatan rendah hidup dalam kemiskinan yang tidak manusiawi. Dan prospekharapan akan perbaikan di masa depan pun tidak menggembirakan.
berkembang. Assirmsi mengenai faktor-falrtor produksi banyak sekali perlu disesuaikan. Salah satu faktor produksi pokok adalah tenaga kerja. Akibat kurang gizi, rendahnya pendidikan, dan
gara berkembang perlu dikaji terlebih dahulu sampai se. berapa jauh assumsi-assumsi ini sesuai dengan kenyataan negara berkembang. Dan di sinilah tampil ke depan suatu kenyataan bahwa berbagai assumsi yang menopang teori pembangunan ini memerlukan penyesuaian yang cukup beiarti sebelum bisa digunakan dalam analisa ekonomi negara
omMls,22
MEt 1981
liahn
tcDcraam!!i
Pralto
bisa dipecJrrkan dengan pertambahan modal. Tetapi lebih penting dari ini adalah kenyataan bahwa negara-negara ber-
kembang sekarang ini justru menderita masalah tekanan penduduk, sehingga pada permulaan pembangunan faktor penduduk lebih banyak merupakan beban dan bukan faktor produksi yang berarti. Dimensi permasalahan penduduk yang dialafti'-negaranegara berkembang sekarang ini jauh lebih ruwet dibandingkan dengan keadaan negara-negara Eropah dan Amerika Se.
'
pembangunan tempohari. Assumsi kedua menyangkut penguasaan dan pemilikan sumber alam atau modal sebagai faktor produksi. Pola pemilikan sumber alam atau modal di kebinyakan negara berkembang adalah kelanjutan warisan penjajahan.*Tidak semua penduduk, lebih-lebih penduduk berpendapatan rendah, bisa memiliki kesempatan yang sama (equal accessibility) untuk memiliki sumber alam, modal dan asset-asset eke nomi. Pola struKur pembagian asset-asset ekonomi cenderung mengikuti pola struKur kekuasaan yang berlaku $3l,am ma-
rikat di
-masa
proeessing bahan mentah ini. Terbatasnya dan terhambatnya pasaran bagi hasil produksi negara berkembang akibat proteksi negara maju tidak dialami negara Eropa-Amerika di masa permulaan pembangunannya. Sungguhpun negara berkembang sudah merdeka, namun hubungan "Eksploitatif'antara negara maju dan negara berkembang masih berlaku. Inilah menimbulkan beda pendapat antara negara-negara maju di belahan bumi bagian Utara dengan negara-negara berkembang di belahan bumi bagian
SeIatan.
Dalam keadaan ini hubungan ekonomi internasional tumbuh dalam iklim pasar besar. Dalam keadaan dunia internasional sekarang, maka sumber alam bahan mentah sulit diotah dalam negara berkembang yang merdeka, karena tertumbuk pada dinding-dinding proteksi negara-negara maju yang,sudah memiliki industri
syarakat.
Penguasaan dan pemilikan asset-asset ekonomi menentukan dan memperkuat struktur kekuasaan dalam masyarakat. Maka pola struKur pembagian asset-asset ekonomi cenderung mengikuti pola struktur kekuasaan yang terdapat dalam masyarakat. Negara berkembang sebagai negara bekas jaj;Sgn atau negara yang mengalarni proses pembinaan natiori dengan pranata-pranata sosial-politikyang masih berkembang, memiliki pola stru[tur politikyang bisa (1) sejalan dengrrn pengembanganpemerataan asset-asset ekonomi kepada seluas mungkin masyarakat atau (2) pemusatan penguasaan dan pemilikan asset-aSset ekonomi pada kglompok atau golongan pendukung dan pemegang kehiasaan sosial politi!,
Assumsi keempat tersimpul dalam teori pembangunan ekonomi bahwa segi-segi non-ekonomi akan turut tumbuh dengan sendirinya berkat pembangunan ekonomi. Faliorfaktor sosial tidak terlalu menentukan dalam proses bembangunan Segi ini kemudian mengalami perobahan, sehingga berbagai segi non-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, gizi, kebudayaan, dan sosial politik turut menjadi variabel dalam teori pembangunan ekonomi. Hanya dalam penterapan berbagai variabel ini dalam model pembangunan, lebih-lebih variabel non-ekonomi yang tidak bisa dituangkan dalam angka-perhitungan, memegang peranan dalam bagian terakhir analisa. Model pembangunan, yang lazimnya tertuang dalam data-kuantitatif, pada tahap terakhir disempurnakan dengan variabel-variabel non-ekonomi dalam analisa kualifaktor-faKor non-ekonomi begitu kompleks dan besar pengaruhnya pada berlakunya variabel-variabel ekonomi. Pola hidup "6Sa" dikembangkan Ki Ageng Suryamentaram yaitu: 1. Sabutuhe, memenuhi kebutuhan esensial; 2. Saperlune, memenuhi kebutuhan menurrut .apa yang diperlukan; 3. Sacukupe, secukupnya tanpa pemborosan; 4. Sabenere, sesuai dengan kenyataan dan ukuran
obyektif;
ngunan lebihlebih teori pembangunan dengan pemerataan. Asumsi ketiga menyangkut kebebasan pasar. Sebagai kelanjutan pengaruh penjajahan, maka keba'nyakan negara berkembang memiliki struktur ekonomi yang berat sebelah berorientasi terutama ke luar-negeri, ke negara
Kekakuan atau keluwesari pcla struktur sosial politik akan sangat mempengaruhi berlaku tidaknya teori pemba-
yangdiabadikan kepada luarnegeri. Sumber alam dari negara penjajah berguna untuk diolah dan mendukung perkembangan negara penjajah.
5. Samestine,
sesuai dengan apa yang. dihayati se bagai adil, halal dan legal;
omMls,22
MEt 1981
49
Pola hidup seperti ini jelas berbeda dengan pota hidup "to prefer more rather than less'yang tersimpul di balik variabel ekonomi pembangunan dikembangkan ahli Barat.
Pola pembagian asset seperti ini sering berhimpitan dengan pola pembagian kekuasaan politik di dalam masyarakat. Dan sering pula di negara berkembang kekuasaan politik dipenSaruhi oleh penguasaan asset-asset ekonomi dan sebalikn),l pcaguasaan asset-asset ekonomi memperkuat kekuasaan
politik
(validl$) teori dalam penterapannya. Tiit!1i ekonomi pembangunan yang sudah tumbuh sematd-mata tertuju pada pembahasan pertumbuhan ekonomi. Lllrterasa sudah tidali cukup lagi bagi negara-negara berkembhhg sekarang ini. Karena itu kebanyakan pe*ikir pe--
bangunan sudah mengartikan pembangunan mencakup berbagai dimensi kehidupan manusia dan masyarakat. proses pembanf, nan adalah multi-dimensi, m6ncakup keseluruhan sistim sosial, melebihi segi-ekonomi saja. Akibat dari pada multidimensionalnya makna pembangunan, maka analisa pembangunan perlu ditangani secara multi-disiplin pula. Berbagai segi dan dimensi pembangunan didekati dari berbagai segi dalam kerangka analisa yang integratif. Hal ini mencerminkan proses pertumbuhan ilmu pada umumnya. Dari semula bersifat ilmu yang serba umum (general) meningkat menjadiilmu spesialisasi untuk sekarang meningkat menjadi ilmu spesialisasi yang terintegrasi.
Oleh karena itu maka usaha pemerataan pendapatan, peniadaan kemiskinan dan usaha mengurangi jurang ketimpangan pendapatan harus diikuti dengan pengembangan pranata sosial politikyang menopang proses perobahan ini. Jika kita menahjak analisa pembangunan dengan pemerataan ke bidang penyesuaian pranata sosial politik, maka analisa ilmiah cenderung berkembang menjadi analisa seni. Karena pengembangan sosial politik adalah seni mencapai yang serba mungkin. keadaan inllah menyebabkan analisa ini sulit dipakai
Yang penting rii sini ialah bahwa pembangunan dengan pemerataan, baik dalam lingkungan dalam negeri maupun lingkungan luar-negeri, memerlukan pengkajian multidimensional disertai analisa-seni-mengkaji yang-serba-mungkindicapai. Mungkin dengan penterapan serupa ini analisa bisa membantu dalam mengusahakan pembangunan dengan pemerataan pendapatan.
II.
pendapatan (inequality). Untuk menanggulangi kemiskinan dan mengurangi jurang ketimpangan pendapatan maka teori pembangunan saja sungguhpun penting, namun tidak cukup.
ini, salah satu hal yang menonjol ke muka adalah usaha peniadaan kemiskinan dan peniadaan jurang ketimpangan
Selama 15 tahun pembangunan akhir ini (196S1S0) masaIah yang dihadapi, sungguhpun sulit, kebanyakannya bersifat
"straightforward". Artinya, kerusakan i nfrastruktur, peningkatan produksi pangan, pembangunan bangunan sekolah, p6ngembangan PUSKESMAS, dan lain-Iain adalah hal-hal
produksi yang bisa menunjang seseorang untuk maju. Modal, sumber alam, keahlian bahkan tenaga produktif tidak dimiliki mereka yang miskin. Ketiadaan semua inilah menjiratnya dalam perangkap kemiskinan. Sebaliknya mereka yang berada mampu maju dan melepaskan diri dari perangkap kemiskinan akibat penguasaan dan pernilikan falrtor-faktor produksi ini, Maka yang menjadi soal dalam usaha meniadakan kemiskinan dan rnemperkecil jurang ketimpangan pendapatan ialah tersedianya struktur sosial-politik ya ng memungkinkan jalur-masuk yang adil dan sama (equal accessibility) bagi semua untuk menguasai dan memiliki faktor-faktor produksi serta asset-asset ekonomi, Oleh karena kita mulai dengan kondisi negara berkembang yang sudah memiliki pembagian asset-asset ekonomi yang:sudah tidak adil pada permulaan pembangunan, sehabis penjajq.han atas revolusi, maka prinsip "equal accessibility,, harus dilengkapi pula dengan ikhtiar aktifmendorong kelompok miskin yang tertinggal untuk mengejar ketertinggalannya dari mereka yang sudah maju. Tanpa usaha aktif mendorong yang miskin tertinggal ini, accesibilitl, tidak menghasilkan penutupan jurang ketimpangan. Gambaran umumnya negara berkembang ialah bahwa pemilikan dan penguasaan tanah tidak terbagl adil-merata, penguasaan atas asset keuangan baik di dalam negeri maupun asal-luar-negeri juga tidak terbagi merata bahkan cenderung
.
Semulanya banyak dari kegiatan pembangunan kita me. neruskan pola infrastruktur yang sudah ada. Jaringan jalan, pelabuhan, fasilitas angkutan yang lama diperbaiki, diperbesar dan diti ngkatkan. Rendahnya kapasitas produksi industri, kosongnya barang di pasaran merupakan hal-hal yang juga jelas untuk ditangani.
Dan rendahnya pendapatan penduduk, menimbulkan pola permintaan akan barang kebutuhdn yang tidak begitu
kompleks.
maka-'lequal
Karena itu maka model pembangunan ekonomi yang makro, sudah dapat membantu menopang kebijaksanaan pembangunan dalam kondisi permasalahan seperti ini. Masa dua f;elita tetah membuktikan bahwa pendekatan permasalahan secara sederhana telah berhasil membawa Indonesia ke luar dari kemelut keadaan. Dalam proses perobahan ini tidak bisa dimungkiri kesediaan masyarakat kita untuk cepat menerima perobahan-perobahan. Tingkat konsumsi pupukyang meningkat secara dramatis dalam waktu relatif singkat untuk dipakai oleh masyarakat petani meningkatkan produksi pangannya sehingga kini mencapai 20 juta ton beras, merupakan daya tanggap masyarakat yang sulit dibandingkan dengan keadaan negara berkembang
lainnya. Maka kesediaan masyarakat untuk berobah maju adalah salah satu ciri yang turut menopang kemajuan yang dicapai sekarang ini. Di samping ini maka kemantapan tujuan mengarahkan dana dantenaga Pemerintah serta masyarakat kepa dapembangunan, dalamsuasana yang memungkinkan pembangunan, adalah pula keadaan yang jarang ditemukan di banyak negara berkembang lainnya. oPTIM|S;22 MEt 1981
terdapat penumpukan pada kelompok-kelompok fasilitai mengelola sumber alam tidak selalu bersifat ierbuka atau
ikut terbawa naik harganya dalam perkembangan ekonomi Internasional, turut membantu pembangunan Indonesia.
Bertolak dari pendirian ini maka pola pembanggnan Indonesia dipengaruhi oleh (1) ikhtiar menanggulangi lapangan
Dengan perkembangan pembangunan ini muncul sekarang pola permintaan yang semakin meluas. Kegiatan pembangunan sekarang menanjak pada tahap penciptaa4'?hpasitas baru, pabrik baru, jalan baru, dan lain-lain.
Sementara itu telah munculsistim nilai dalam masyarakat
kerja (employment) sebagai usaha mengatasi ketimpangan pendapatan; (2) kemampuan masyarakat menyesuaikan sikap kelakuan dan sistem nilainya untuk memanfdatkan "oil bpom" bagi usaha memperkuat landasan dan produktifftas
masyarakat.
yang tadinya belum seberapa berpengaruh pada kebijaksanaan pembangunan. Pembangunan itu sendiri telah membuka perspeKifdan aspirasi baru. Pola penduduk Indonesia diisi oleh kelompok berusia muda yang semakin besar.
Minyak sebagai sumber alam yang tidak bisa diperbaharui, telah membantu kita mengatasi berbagai resessi ekonomi dunia. Masalahnya sekarang ialah membina kapasitas dalam negeri yang mampu menggantikan (substitusi) sumber minyak yang habis terpakai, sehingga masyarakat memperoleh landasan untuk meloncat lebih tinggi; (3) ikhtiar meningkatkan kualitas penduduk Indonesia, baik melalui pendidikan formal maupun luar-sekolah agar terbina kepercayaan diri dan keberanian menegakkan hidup berdikari (self-reliance) tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai masyarakat dalam menanggapi masalah dan tantangan pembangunan di masa
depan.
Daloln keadaan ini model ekonomi pembangunan yang serba makro jelas tidak lagi cqkup. Dan spjalan dengan ini tingkat pendapatan mereka yang maju cinderung berjalan lebih kencang dibandingkan dengan tingkat pendapatan me.
reka yang kurang tneju.Ini berarti bahwa masalah ketimpangdn pendapatan akan dirasakan semakin mendnjol se
bagai masalah yang menghambat pencapaian aspirasi kemajuan bagi masyarakat di masa depan. Dengan menyadari ini menjadi sangat penting agar model, pembangunan yang menopang suatu strategi pembangunan semakin dilengkapi dengan pendekatan multidimensional. Pusat pumpunan permasalahan ialah laju ketimpangan pendapatan yang kini terbuka dalam proses pembangunan di masa dasawarsa tahun delapanpuluhan ini. Masalah pembangunan Indonesia di disawarsa delapanpulqhan akan lebih kornpleks, karena harus menangani pola permintaan yang semakin kompleks di tengahhasyarakat yang semakin besar jumlah jiwanya dan semakin meningkat tingkat aspirasinya. ' Daiam rangka penaiganan masalah kemiskinan dan peniadaan ketimpangan pendapatan, maka kebijaksanaan ds lapan jalur pemerataan perlu lebih ditingkatkan baik dalam kuantitas, kualitas dan ruang lingkup rnedan juang.
yang sudah\maju, akan cenderung meningkatkan lagi pembangunannya. Yang penting bagi kita ialah untuk menyadari bahwa ada
kendala (constraints) yang membatasi ruang gerak konsumsi penduduk masyarakat kita. Maka adalah dalam ruang lingkup berkendala ini perlu kita kenibangkan pola hidup yang
sekaligus mendukung proses pembangunan dengan ketimpangan pendapatan yang tidak membengkak bahkan semakin
mengecil. 'Sehingga dengan demikian, Indonesia tidak saja belajar dari kekeliruari pembarigunan yang telah dilakukan beberapa
. Berbarengandengan ini pranata sosial,politik perlu di. tumbuhkan untuk memungkinkan berkembangnya prinsip "equalaccessibility" bagi semua mengtasai clan memiliki asset-asset serta tersedianya,dorongan dan rangsangan bagi kelompok miskin yang teftinggal dalam mengejar keter.
tinggalannya.
negara berkembang lainnya, tetapi Indonesia dapat pula memberi jalan ke luar terhadap kemelut persoalan pembangunan negara-negara berkembang yang semakin lama dihinggapi kebutuhan memperoleh strategi pembangunan yang me-ndekatkan kenyataan dengan harapan unttrk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan lestari. Jakarta,24 April 1981
DAN PILIHAN
OLEH: SEDIONO M.P. TJONDRONEGORO Beberapa Segi Sosiologl
1. Tinjauan dari
,
demikian luasnya dapat menyoroti hubungan antar-bangsa di wilayah kita misal Asean, akan tetapi pada kesempatan ini barangkali lebih menarik perhatian dan minat hadirin apabila bukan hubungan terse
ada pula sejumlah ciri yang tarnpaknya lebih khas. Salah satu di antaranya adalah negara kepulauan yang penyebaran penduduknya sangat timpang;luasan wilayah 7Vo dihuni oleh * 6}qo dari penduduk
Wilayah yang seluas itu juga belum lama menjadi satu kesatuan politik yang utuh.
omMts,22 ME
1981
daya yang semakin tajam, lebihlebih apabila pihak-pihak yang bersaing dibiarkan bertindak secara
'cahannya.
pertum_
terkena, maka kepentingan golongan juga akan semakin beraneka ragam. Adalah wajar bahwa
?. Teknologi tampaknyu akan telus berkembang dan mempengaruhi masyarakat kita di berbagai sek-
tor. Walaupun di lurr Jawa dan Bali akan terdapat' kantongkantonA dengan teknologi mutapada
golongan-golongan seperti itu akan mencari proses pertumbuhannya, memilih dan bersatu dengan golongan lain yang mempuluk membina berbagai organisasi
4. Pengalaman ?5 tahun dengan kolonisasi dan Transmigrdsi ke pulaupdlau besar lain di Indonesid membuktikan bahwa pertumbuhan penduduk di daerah pembukaan baru juga lebih tinggi dari padadi daerah yang tidak mengenal kolonisasi atau
transmigrasi. Namun demikian mengalirnya penduduk ke luar Jawa dan Bali bukan
kenikmatan hidup sehari-hari masih akan lebih terdapat di dua pulau tersebut di atas. wesi dan Irian Jaya, teknologi padat modal lebih dimanfaatkan untuk eksploatasi sumber-daya
Di Sumatera, Kalimantan,
Sula-
yang tumbuh dari kalangan masyarakat, perlu diserasikan. 11. Pembangunan lembaga-lembaga sebagai dimaksud di'atas sedikit banyak tentr. juga akan mempunyai kaitan dengan kehidupan
nya merupakan
perkembahgan
politik bangsa. Berbagai golongan kepentingan akhirrrya akan berusaha mewujudkan idam-idamannya di bawah naungan kekuatan politik. Karena itu golongan dan partai politik
sin. Pada tahap'awal jumlah tenaga kerja besar masih dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
sederhana secara terpisah. Pada fase perakitan, mesin dan peralatan sudah Iebih berperan dibandingkan tenaga kerja manusia. Sudah tidak perlu dipersoalkan lagi bahwa permasalahan tekno' logi dari luar harus diserasikan dengan tahap perkembangan teknologi di dalam negeri. yang lebih terorganisir, berdisiplin dan mempunyai pengertian mengenai tahap-tahap pembangunan. masyarakat dan bangsa Indonesia
aneka ragam kepentingan dalam masyarakat. Kwalitas dan effektifitas perwakilan MPR/DPR perlu
ba-
akan dilakukan di Jawa dan Bali, karena di sini tenaga kerja berlimpah dan akibatnya relatif murah. Dengan gambaran di atas maka
sampai awal abad ke21 tampaknya ketimpangan penduduk di Indonesia belum dapat dipecahkan secara
6. Keluarga Berencana di hari depan juga lebih dapat diharapkan keberhasilannya di daerah padat penduduk dari pada di pulau-pulau besar lain yang semakin terbuka oleh ja, ringan jalan-jalan lintas (darat) serta udara dan laut. Daerah-daerah pemukiman baru- sebagaimana dapat ditarik pelajara n dar:i transmigrasi justru akan cenderung mengalami peledakan penduduk, sehingga effek nasional Keluar ga Berencana belurn
Pendidikan di berbagai'tingkatan bukan satu-satunya sarana untuk mencapai haI-hal tersebut.di atas, tetapi juga keterbukaan dalam komunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin, antara elite dan
massa rakyat.
[0. Lembaga-lembaga yang mampu memelihara keterbukaan dalam komunikasi timbal-balik itu perlu diwujudkan melalui prosei mupernbangunan berbagai sektor dan golongan masl'alakat 'akan
syawarah dan mufakat. OIeh kalena itu dengan lajunya
dah kita ketahui tidak dapat dinikmati secara merata di semua seldor. Walaupun sedang diusahakan mencapai pertumbuhan 'ekonomi yang,pesat tanpa melepaskan kebijakan deiapan jalur pemerataan, kemiskinan absolut di negara kita masih cukup meriJuga kemiskinan relatif diperhatikan, bahkan ada yang berpendap.at bahwa jurang antara yang missaukan.
wame-
iirilrX.rXfl
$#ffiffi
ii
saja elite bangsa harus mernberikan contoh yang baik. Programprogram "hidup sederhana"
M :iLi!
Ell
hubungan massa dan elite akan tetap diwarnai oleh saling curiga.
Bogor,20 April 1981
52
.
I th"
l',s
#%
#ei &. "#ffii ,ffi {S. ffi rffi '"ffi# *tui: '',rf Ef,
m'$ *-3
.,
I
LL
I
4
\r,{S'-
,tr # ;i #{
rutu r$
##
#ffiffi"' #
,5
F #
$ffi
wtu@#
*
ffiFffir* #ffi*kffiffifu-fuas,