Anda di halaman 1dari 12

I

I
I

t"" I i
I

ISSN 0126 -4336

No.l6Th.II

- 22Mei 1981

buletin bulanan himpunan maslrarakat pencinta buku

r-_l
POLITIK

RESENSI
KONTRAS-KONTRAS

DI AMERIKA LATIN, KAWASAN YANG KURANG KITA KENAL


Judul buku
Penulis

Penerbit Tebal
Harga
SEORANG anggota parlemen yang kesal dan putus asa di sebuah negara Amerika Latin bertanya kepada seorang menteri yang tengah memberikan kete. rangan pemerintah: Apakah tidak ada

Pergolakan di Ameri,ka Latin dalam Dasawarsa ini,*) Hidayat Mukmin (dengan kata sambutan Wakil Presiden Adam Malik) Ghalia Indonesia, Jakarta 1g81. 288 hal.
Rp

3.500,sebutkan sebagai "tetap baik" atau


pada umumnya baik".

soalan sekecil apa pun. Contoh lelueon yang aneh ini barangkali mencerminkan persepsi banyak
orang tentan$'Amerika Tengah, Selatan dan Kepulauan Karibia itu atau biasa

jalan lain lagi untuk membangkitkan kembali vitalitas negeri ini yang seeara

disingkat dengan sebutan Amerika Lakini terasa semakin lebih

ekonomis sudah sedemikian mundurnya?

tin saja. Satu bagiart benua yang bagi


Indonesia
menjauh dibandingkan dengan popularitasnya pada masa pemerintahan Pre-

jawaban, seorang anggota

Sebelum sang menteri memberikan

kan para hadirin tentang keajaiban ekonomi di negara.negara yang pernah


berperang dengan Amerika Serikat dan mengalami kekalahan, seperti Jepang dan Jerman Barat. Pada akhir pidatonya yang panjang-lebar ia lalu bertanya, setengah mengusulkan:,'Mengapa kita

parlemen yanglain bangkit dari kursinya. Dengan penuh semangat ia mengingat-

pidatopidatonya, Sukarno amat suka


menyebut "persatuan Asia-Afrika-Ame-

siden Sukarno. Setidaknya dalam

karno melihat ketiga benua itu tidak dapat dipisahkan sebagai satu front
yang senasi b-sepenanggungan. Buku Hidayat Mukmin,Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarca I ni, yang baru saja diterbitkan bulan Maret, sedikitnya membukakan kembali ingatan kita pada kelompok sekitar 25 negara

rika Latin" dalam satu tarikan nafas. Dalam perjuangan politik dunia, Su-

dan lebih-lebih lagi dalam percaturan politik nasional- dan internasio


naI.

lakan .... dalam dasawarsa ini',. Melain. kan mencoba memberikan gambaran mengenai perjalanan sejarah negaranegara Amerika Latin sejak awalnya hingga tahun-tahun terakhir. Baik di bidang sosial dan ekonomi, maupun

Judul buku ini agak menyesatkan, karena Hidayat Mukmin sebenarnya tidak semata-mata memusatkan perhatian pada apa yang disebutnya "pergo

Perang Sepakbola
gai bagian dari judul buku ini juga tidak

Penggunaan kata "pergolakan" seba-

tidak umumkan saja perang dengan


orang Amerika Utara itu? ... Sesudah kita dikalahkan, mereka akan merasa berkewajiban membangun negeri ini kembali. Bahkan mereka, didorong oleh kewafiban moralnya, harus lebih mepada keadaan yang lebih baik daripada keadaan sekarang!". Di tengah gelak tawa yang riuh dari hampir seluruh isi ruang sidang wakilwakil ratyat ini, sang menteri masih sempat berpikir dalam. Dengan penuh kesungguhan pulg, menteri yang juga berbicara tidak kurang panjangnya, tiba-tiba balik bertanya: "Masalahnya,

urung menimbulkan tanda tanya. Apakah bukan karena penulisnya juga ter-

pukau oleh peristiwa-peristiwa keke

rasan yang kadang-kadang aneh di

ningkatkan kemakmuran negeri ini

itu. Ditulis oleh,seorang yang pernah di Meksiko tahun 1973 - 1976, buku ini dapat menerobos kelangkaan
bertugas

Amerika Latin, yang sering secara keliru digeneralisir sebagai "ciri khas"
seluruh kawasan itu? Seperti misalnya perang antara Honduras dan El Salvador tahun 1969. yang secara simplistis

yang amat sangat mengenai informasi


negara-negara Amerila Latin. Pengeta-

huan kita tentang bagian benua itu selama bertahun-tahun belakangan amat

kadang-kadang hanya digambarkan orang sebagai akibat kerusuhan di lapangan sepakbola dalam pertandingan antara kesebelasan kedua negara ini.

tergantung pada pemberitaan media

rangan

saudara anggota parlemen yang terhormat, bagaimana kalau dalam pepe

itu kita

memperoleh keme-

nangan?".

roleh pembaca adalah kaitannya

cangan politik yang membuat kawasan ini lebih dikenal sebagai "wilayah kude. ta". Karena buku ini ditulis oleh seorang Indonesia, satu keuntungan yang dipe.
de-

pers. Dan itu pun terutama hanya berkisar di sekitar masalah-masalah kegon-

Latar-belakangnya tentulah tidak


sesederhana itu. Buku ini mengungkapkan bahwa antara kedua negara berte tangga di Amerika Tengah itu terjadi ketegangan hubungan karena masalah

Pergolakan Atau Sejarah?


Ilustrasi di atas tentu saja hanyalah
satu lelucon. Tetapi yang bukan sama humor ini dapat diperbandingkan dengan lelucon-lelucon tentang kesukaan orang Indonesia untuk hampir selalu harus menciptakan satu panitia sebe. lum menyelesaikan segala rupa per6

ngan Indonesia. Walaupun demikian, tidaklah banyak yang dapat diharapkan untuk memperoleh gambaran yang cuhubungan Indonesia dengan negara-negara itu. Di sana-sini dikemukakan sikap beberapa negara tentang persoalan Timor Timur dantempat mereka dalam gerakan nonblok Tetapi hubungan diplomatik de. ngan Indonesia hanya sekali-sekali di-

imigrasi d,an landrefcrnn Tahun itu di Honduras, yang penduduknya jarang, sudah ada 300.000 imigran dari Salvador, yang berpenduduk padat. Suasana menjadi panas, ketika Direktur Lembaga Pembangunan Agraria Honduras mengusir imigran Salvador untuk mern-

sekali tanpa dasar. Barangkali nilai

kup terperinci mengenai

berikan tempat kerjq kepada warga Honduras sendiri. Keadaan menjadi lebih panas lagi, ketika kesebelasan
negara-negara ini mengadakan tiga kali

pertandingan. Terjadilah keributan dan perkelahian, disusul dengan vanda-

oPTlMls,22 MEI

ls1

]
Lisme terhadap imigran Salvador dan harta milik mereka. Demi membela warga Salvador, pemerintah negara itu iangsung saja mengirimkan tentara dan menduduki 2.000 kilometer-persegi wi1a5'a-h Honduras (hal. 156 - 157). Dengan demikian ini adalah masalah kepadatan pendudulq seperti yang digambarkan oleh tiga peneliti dari Worldwatch Institute di Washington tlihat Bruce Stokes, LesterR. Brown dan Patricia L. McGrath

pa". Sebagian besar memang memiliki latar-belakang ras dan sejarah yang sama, sebagai orang-orang keturunan dan berbahasa Portugis dan Spanyol, di
samping memiliki kesamaan geografis.

Tetapi sebaliknya mereka juga memi-

liki

kontras-kontras.

Di bidang ekonomi, kontras yang tajam misalnya terjadi antara Haiti dan
Argentina dengan perbandingan GNp

Populntion Problem). Masalah-masalah regional memang dari waktu ke waKu masih menyuram-

dalam Twenty-Two Dimensioru of

the

atau dengan Venezuela phda waKu yang sama g 87 : g L.2ffi (tabel hat. 1S).

per kapita tahun 19?3 AS$ 8Z : ASg

1.141,

benua ini sekitar 4 - 5 abad yang silam. "..... Mayoritas orang Spanyol dan portugis - tidak semua, tetapi mayoritas yang mengadakan perjalanan ke Amerika Latin adalah tentara, perampok, petualang, conqtistad,ores. niereka- datang bukan untuk menetap selamalamanya di benua itu, melainkan untuh melrampok. Mereka datang bukan untuk melarikan diri dari Eropa, tetapi untuk pulang ke Eropa dalam keadaan kayaraya. Mereka datang untuk menemukan

kan hubungan antara

negara-negara

Amerika Latin. Soal perbatasan wilayah nasional yang belum jelas bagi bebe. rapa negara, masalah perluasan laut

teritorial dan hasrat ekspansionisme adalah beberapa latar belakang yang dapat menimbulkan ketegangan hubungan di kawasan ini. Walaupun begitu, sebaliknya mereka juga tidak kurang usahanya dalam membangun kemungkinan kerjasama untuk mencapai ketenteraman hubungan antara negaranegara itu. Mereka menciptakan berbagai organisasi regional dan subregional:

OAS, LAFTA, SELA, NAMUCAR, CACM, CARIFTA, CARICOM, PAKA Subregional Andes, Kerjasama Da-

taran Sungai Plato. Atau di bidang pertahanan meliputi Konperensi (berkala)

Angkatan Bersenjata Negara-negara


Amerika Latin dan Perja4jian Tlate.

lolco tentang Denuklirisasi Wilayah


265).

(tabel hal. 62.) Kudeta militer memang rata-rata terjadi di negara-negara itu. Tetapi kita juga melihat perbandingan yang menyG Iqk pada tahun 1930 - 1971, ketika paraguay dan Peru masing-masing hanya mengalami satu kali perebutan kekuasaan seperti itu, tetapi di Bolivia terjadi 11 kali. Di Uruguay dan Meksiko dalam kurun waktu yang sama sebaliknya samasekali tidak pernah dialami kudeta

dan komplotan militer, kudeta peme rintah dan kudeta semu. Sebaliknya di Haiti dan Guatemala masing-masing 40 dan 45 kali. Sedangkan di Kuba 100 kali

Uruguay adalah negara yang luar biasa tenteramnya jika dibandingkan misalnya dengan Haiti atau Guatemala, apalagi dengan Kuba. Selama tahun 1946 1960, di Uruguay hanya terjadi satu kali "gejolak dalam negeri,, seperti kerusuhan, peperangan, pemogokan, teror kecil dan besar. pemberontakan, kudeta

koloni-koloni guna dikaitkan dengan dunia lama, bukan untuk menciptakan

Gunther dalan lrcide Lati.n America. Tidak seperti "mereka yang datang ke
Amerika (Utara), yang bermaksud tinggal, membina keluarga, menerobos dae. rah Barat, menciptakan peradaban baru

satu dunia baru", begitu menurut John

telah mengucapkan selamat tinggal


Amerika Latin kadang-kadang terasa
kepada Eropa buat selama-lamanya.,, Perebutan kekuasaan di suatu negara lucu. Menurut Hidayat Mukmin, sering

berdasarkan naluri demokratis mereka dan nilai-nilai puritan mereka. Mereka

dimulai dengan dering telepon seorang jenderal kesatuan infanteri kepada rnenteri Pertahanan bahwa ia akan melakukan kudeta dan memerlukan dukungannya. Menteri pura-pura tidak
tahu; tetapi memberikan bantuan kesatuan lapis baja dan perlindungan dari udara. Terjadi tembak-menembak di istana. Presiden ditahan, terjadi perubahan kabinet atau dibentuk jutrta militer. Menteri pertahanan tetap selamat dan jenderal pemberontak pun naik panggung pemerintahan. Kemudian terjadi pembagian rejeki.fHol 58).

Amerika Latin thal. 264 &

militer (tabel ha|

59).

Kudeta
Sebagai kemudahan untuk menggambarkan seluruh wilayah yang ada di be

kawasan sebagai Amerika Latin. Se olah-olah seluruh kelompok negara ini merupakan satu kesatuan yang home gen, seperti orang kini menyebut,,Eropa Barat" atau "Masyarakat Ekonomi Ero

lahan bagian selatan benua Amerika itu, orang selama ini rhenyebut seluruh

jawaban untuk pertanyaan ini harus ditarik jauh ke belakang, kepada awal sejarah pendaratan orang Eropa di

Mengapa Amerika Latin harus begitu sering mengalami kudeta? Tampai<nya

( Atmakusumah

*) Lelucon pada awal tulisan ini bukan berdasarkan buku yang tengah dibicarakan, t6tapi pernah terbaca dalam suatu penerbitan pers beberapa tahun yang lampau. ulasan ini sebi-

gian kecil juga mengutip John Gunther,lnsidz LatinAmeri.ca, Harper & Brothers, NewyorkLondon, l94l; dan Lester R. Brown, Patricia L. McGrath dan Bruce Stokes, Twentg-Two Dimensiotts$thePupukttiortProblern, Worldwatch Institute, Washington. 19/6, sekedarsebagai

kelengkapan.

.*,ai*rnnYfe,t!

SASTRA

rHtt(

KEMBARA

KAUM TERTINDAS
Judul buku Anak
Penulis Penerbit Tebal
Semua Bangsa Pramoedya Ananta Toer Hasta Mitra pt, Jakarta 1980 353 halaman

omMrs,22

ry
fnH&Et
MEl1981

DALAM "Roman Karya Pulau Bu- seorang muda keturunan ningrat, Minru"nya yang pertama, Bumi Mantsia, ke, dengan seorang gundik pJj"b"t k* Pramoedya mengisahkan perkenalan lonial Belanda, Sanikem aliis Nyai on-

f 'r KOMENI{R BUKU

TENTAl\G A[\{ERII(A LATII\


P okok-pok ok Wy: di b aw ah ini di an gkat dnri k om ent ar li s an yon{'diminto OPTIMI S sehuAungan dengan terbitnya buku "Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini,, (karya Hidayat Mulomin, terbitan Ghalia Indonesia, 1gg1). Bu rh an D. Ma genda, kita cenderung lebih banyak memusatkan perhatian terhadap negara-negara maju. Tidak begitu banyak tulisan dalam bahasa Indonesia yang bisa kita
Gonzales Cassanova dan Gino Germani.

Kebetulan nama-nama ini tidak dican-

jumpai dalam bentuk artikel-artikel di media berkala ataupun yang berupa buku, tentang dunia ketiga itu. Terlebih-lebih lagi mengenai Amerika Latin. Tulisan demikian sangat diharapkan pemunculannya dari kalangan univer-

tumkan oleh Hidayat Mukmin dalam daftar kepustakaan yang dijadikan sumber penyusunan bukunya. Buku "Pergolakan di Amerika Latin ...." ini terasa banyak sekali memanfaatkan
laporan-laporan intern.

liki pengetahuan mendalam. Itulah yang kita tunggu-tunggu. Dan syukur


kembali tradisi penulisan itu. Mudahmudahan usaha itu diikuti oleh pihak yang lain. Saya sendiri berharap buku ini dapat menggugah orang untuk menaruh perhatian serta melakukan studi yang te.
kun untuk menggumuli masalah - masaAlangkah baiknya jika kelak padu ,rut,, ketika didirikan sebuah institut khusus Hidayat Mukmin telah rnulai membuka

sitas ataupun para diplomat yang memi-

ALIRAN PEMIKIRAN
Baik juga kalau kita mengenal be
berapa aliran pemikiran yang lazim diikuti oleh para spesialis Amerika Latin. Untuk membahas sistem politik (dan juga pembangunan) di Amerika Latin sejak awal abad XX, para spesialis kawasan itu sedikitnya dapat digolongkan ke dalam tiga aliran pemikiran yang

mang betul-betuI membutuhkannva.

lah dunia ketiga. Sekali lagi, kita

me-

utama. Tentang aliran pemikiran ini, telah pernah saya sampaikan dalam
diskusi intern di FIS UI beberapa waktu
berselang.

untuk pengkajian ataupun studi rnasalah dunia ketiga di negeri kita ini.

Ada yang dikenal sebagai teori korporatisme. Teori ini bertolak dari determinisme kultural "Dunia lberia,'

PENGANTAB

yang berkesimpulan bahwa kecenAmerika Latin sebagai pencerminan

derungan otoriterisme pemerintahan di

,.':,

K[]fA memang amat memerlukan


pen$etahuan akan Amerika Latin serta kawasan dunia ketiga lainnya. Pengq tahuan ini relevan sekali dengan perkembangan masyarakat dan negara kita. Dalam beberapa hal, kita menghadapi masalah-masalah yang hampir sama. Deqgan demikian kita bisa banyak memetik. pelajaran .dari pengalaman negara-negara tersebut.,,' Tapi sayang sekali, belakangan ini di

.i..

uraian umum ini harus dilengkapi dengan bahan-bahan bacaan yang lain, jika pembaca memang ingin menelusuri
seluk-beluk pergolakan itu. Apalagi jika ingin mendapatkan pembahasan yang terperinci tentang tiaptiap.negara atau beberapa negara tertentu.

Buku "Pergolakan di Amerika Latin ,.,..' ini sifatnya hanya mengantarkan saja. Artinya. mencoba memperkenalkan pergolakan di Amerika Latin melaIui uraian secara umum. Tentd saja

pembacd

'

patrimonial.

Amerika Latin). Sistem korporasi ini bercirikan dominasi oleh organisasi organisasi politik yang bersifat hirarkis, elitis, otoriter, birokratik Katolik dan
Dengan pengembangandeterminisme

masyarakatnya. Dalam sistem korporasi ini, sistem kekuasaan dan representasi dari kepentingan bersumber umumnya dari pemi kiran sosial Katolik(agama mayoritas di

"tradisi korporasi"

Untuk itu, menurut saya dapat dibantu antara lain dengan tulisan - tulisan dari Andre Gunder Frank, Henrique Cardoso, Guillermo O'Donnell, pablo

Indonesia terasa kurang sekali pembicaraan tentang dunia ketiga. Agaknya

pemikiran sarjana Barat yang membuat pembagian antara "liberal" dan "oto riterr' ("totaliter"). lVIelainkan dilihat

kultural ini, maka sistem politik yane ada tidaklah dilihat dalam kerangka

sebagai suatu "ciri Spanyol" yang memi-

omMrq

22 MEt 1981

uki dinamika dan karalrternya sendiri. -{da pula yang dikenal sebagai teori -rnderdevelopment" (dari Gunder tranh. Teori ini rnelihat Amerika Latin .ebagai "periphery" yang dieksploit
oieh'centerJ yakni negara-negara kapit:lis maju di Amerika Utara dan Eropah tsaral Gunder Frank melihat adanya 'pembangunan" yang tidak otonom dan hanya melayani kepentingan negaraDegara metropolis. "Pembangunan', ini
d.inamakannya "development of under&relopment". Ia berpendapat perubahan sosial hanya dimungkinkan oleh :uatu revolusi. Dan ada yang dikenal sebagai teori
depenrlensi. Tesis pokok

negeri itu memiliki cukup sumber enerJl.

PSEUDO
SASI

INDUSTRIALI-

Ciri umum lainnya adalah berupa proses "pseudo.industrialisasi',. Beberapa negara, seperti Argentina dan Brasil, sudah mulai dengan industrialisasinya sejak awal abad XX. Tetapi ter-

dan mengalbmi represi. Ini terjadi di Argentina selama rejim mifiter, dan juga di Brazil, Chili serta Bblivia. Karena MNC yang berkuasa, ma*i.pengawasan terhadap buruh (dalam gaji dan hak politik) menjadi persyaratan untuk kerjasama dengan pemerintah4n yang

Sebuah ciri umum lagi adalah ditempatkannya golongan - golongan penting masyarakat di luar sistem politik Adi golongan yang sangat dipencilkan oleh sistem politik Di negara-negara yang menitikberatkan "i mpor substitusi" dan sektor pertamtrangan dari promosi eks_ pornya, buruh sama sekali tidak diajak

dari teori ini

adalah bahwa terjadi "pembangunan" di Amerika Latin sepeiti yang dikemukakan oleh Gunder Frank, yang juga

nyata peralihan dari industri ringan kepada industri berat dan bahkan industri setengah berat, sangat sukar terjadi. Ini terutama disebabkan oleh kapasitas dukungan domestik untuk industri semaee-m itu dan terutama oleh

"birolaatik otoriter,'

itu.

) [r

disertai oleh "otoriterisme". Teori

talis maju, untuk mendukung peralihan industri itu.

karena keengganan negara-negara kapiproses

ngaruh kekuatan kapitalisme internasional, meskipun masih memiliki sifatsifat "otonom" dan tidak semata-mata melayani kehendak negara-negara metropolis. Teori dependensi juga meno lak determinisme kultural. Menurut teori dependensi ini, sistem otoriterbertahan bukan karena merupakan ciri yang inhefen dari "Dunia Iberia" (Spanyol), tapi karena pemerintahan yang menempuh "associated (dependent)

Iatin tetap berada dalam wilayah trie-

ini

mengakui bahwa Amerika

Untuk peralihan dari industri - ringan


(atau industri konsumsi untuk golongan

eapitalist development" kebanyakan


mem?ng bersifat otoriter.

ponen-komponen utama mobil, petro kimia dan lain-lain) terbentur pada ke sulitan mendasar, sebab telah mengancam kepentingan MNC. Pengambilan risiko akan menciptakan adanya aliansi antara kepentingan domestik dengan kepentingan asing, yang akan menumbangkan rejim (seperti terbuliili pada Allende di Chili, Peron di Argentina dan

menengah dan golongan atas), menuju industri - setengah - berat (pabrik kom-

Golongan lain yang juga dipencilkan adalah petani, terutama di negara yang mengutamakan ekspor hasil pertanian. Begitu pula halnya dengan golongan Katolik yang mengahut "teologi pembe basan" (misalnya di Brazil, Salvador dan Nikaragua). Serta sama saja sepefti golongan intelektual di kota-kota besar. Mereka ini adalah golongan yang ber-

ada

di luar'sistem politik.

DISPARITAS DAN KESENJANGAN


Dan ciri umum yang terakhir adalah terdapatnya disparitas dan kcserfangan yang besar antara kota besar dengan pedesaan, golongan kaya dengan go lbngan miskin sefta daerah kaya dengan daerah miskin.

Valasco

di

Peru).

Pengamatan berdasarkan

teori

de-

pendensi ini memperlihatkan beberapa

PERTUMBUHAN
Ciri umum yang lain lagi adalah tingBrazil adalah contoh yang klasik, dengan tingkat pertumbuhan yang berkisar antara tujuh sampai sembilan persen. Tapi Brazil merupakan kekecualian karena negara-negara Amerika Latin yang lain tidak sebesar Brazil penduduknya, se hingga tidak mampu menampung perluasan industri substitusi impor dan konsumsi yang begitu cepat.
kat pertumbuhan yang tinggi.

ciri umum di Amerika Latin. Ciri-ciri


umurn itu adalah sepefti yang diuraikan

berikut ini.

0TORITER
Salah satu

Burhan D. Magenda dilahiirkan di Dompu (Nusa Tenggara Barat) 12 Agustus 1946 Antara tahurl,,*966 1974 menjadi wartawan Blirian
KAML (terakhir sebagai lVakil Pe mimpin Redaksi). Pendidikan formal ditempuhnya di Universitasl Kristen Santo Paulus Jakarta 1964 - 1907, di Universitas Stanford, Amerika Serikat, 1973 - 1974 mengikuti post gra-

di antaia ciri umum itu

adalah menor{olnya pemerintahan yang

bersifat otoriter. Sebagian besar dari pemerintahan ini dikuasai oleh pihak militer dalam berbagai variasi keterlibatannya (misalnya junta militer di Argentina, quasi legitimasi di Brazil dan lain-lain) atau oleh pemerintahan sipil yang dijamin oleh militer, setelah kegagalan kaum militer rseperli di Venezuela dan Mexico).
i

Sifat otoriter dari rejim itu disebabkan oleh corak pembangunan itu sendiri. Ya, karena gbsesi terhadap indus-

milikan rnobil pribadi dan barang-barang elektronik). Tapi untuk jangka panjang hal ini tidak akan bisa memecahkan masalah golongan marginil (buruh
dan petani miskin) karena "trickle down effects" dari pembangunan sangat sulit.

jumlah besar rnemang merupakan salah satu aspek yang untuk sementara dapat menstabilkan keinginan golongan yang berkuasa, khususnya golongan kelas menengah ke atas (misalnya dalam pe-

Tersedianya barang konsumsi daiam

duate level course sebagai Full-

bright Fellow pada Proffesional

Journalism Program. Sejak tahun 1974 mengikuti pendidikan'pada Departemen IImu Pemerinfdlian Universitas Cornell dan mendapatkan MA (1977) 5srts Ph.D. tl$l). Kini
bekerja di Yayasan IImu-Ilmu Sosial

trialisasi yang begitu kuat dijadikan sebagai tujuan. dan di lain pihak sumber-sumber enerji boleh dikatakan hampir tidak ada. Bertahannya peme. rintahan liberal - demokrat di Venezuela merupakan pengecualian karena
"

Jakafta dan sebagai staf pengajar ldalam pengusulan) di FIS UI.

KNLOMPOK TEM

DI LUAR

oP.

SIS-

omMts,22

MEt 1981
I

33

'-7ry-

Pengantar Redaksi: Kedua tulisan di bawah ini merupakan bagian dari makalah-makalah yang disampaikan dalam Diskusi Panel Strategi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang: Latar Belakang, Permasalahan dan Pilihan" yang diselenggarakan oleh HIMAPBU di Jakarta akhir bulan yang baru lalu.
Dengan berakhirnya dasawarsa pembangunan tahun

Bangsa, kembali para pemikir pembangunan dikecewakan oleh buruknya prestasi pembangunan kebanyakan,negaranearA berkembang dan membe sarnya ketimpangan pendapatan antara negara-industri dengan negara-berpendapatan rendah. Dengan masuk kita kini ke dalam dasawarsa pembangunan tahun delapanpuluhan, ada baiknya kita melakukan refleksi dan mencoba mengkaji perkembangan pembangunan selama ini, baik dari sudut teori maupun perkembangan ke. nyataan, untuk dipetik manfaatnya bagi penggarisan pembangunan Indonesia di masa depan.

tujuhpuluhan yang dieanangkan perserikatan Bangsa-

I.
\

Perkembangan Teori, dan Praktek


Pembangunan
Dalam dasawarsa pembangunan tahun tujuhpuluhan

I
'f!:

ini dua hal menonjol, perlama, laju pertumbuhan Produk


I

, ,, {ijr: nl ,: ,,* ( $-* $d s; :, sl 'li},+r.iii, .,, i ,i. :, , .' . 'll i &, 'lL it*+liil.., :: 1i]ill,:UuiiiA\,,' II ll i q 'l l[

:'$.: :s

::

':.

dF

[f,.

B{:S"-$.i*. .*$ ,' ,, ffi',,,

::ll;lif"Ntjiie

",-

,s."'.

T$*J

ti,,:

il],\ji:li$

Panells dan moderalol

Foto Giyono

Domestik Bruto (PDB) negara-negara berpendapatan rendah sangat kecil. bahkan lebih rendah dibandingkan dengan prestasi pembangunan tahun enampuluhan; kedua, ketimpangan pendapatan antara negara berpendapatan rendah dengan negara industri meningkat, seperti kentara pada gambaran pertumbuhan PDB per jiwa dalam tabel berikut. Tabel

Pertumbuhan PDB per jiwa, 1960-1985

S"RATEGI PEMBAI{GUlVAlrr
ITEGARA BERKEMBATTG N{TARA HARAPAIV

penduduk pDB per jiwa (jutaan) (nilai g t9g0)

1S0

Tingkat pertumbuhan rata_rata setahun dalam 7.


1960_70 t97G80 l9BG85

A.

Negara berkembang

pengimpor minyak Berpendapatan retrdahl 1. SutFsaharan

Afrika
2. Asia Jumlah B. Berpendapatan
sedang:

141 1.133 701 456 6?1 i.386

239
216
1.638

1,6 1,6 1,6

0,2 1,1 0.9


3.1

-0,3
1,1 1.0

3.6

C. Negara berkembang pengekpor

minyak

D. Nesara Industri E. Negara Berencana


sentral termasuk lCina
September 30.

968 9.684 1.120

2,8 3,9

3,5 21 s,8

3,0 2,5 3,3

DAN I<EI{YATAAI\r
Oleh: Emil Salim

SumlEn Mc. Na@ra, R., President, World Bank, AddBs to th? Bm rd d G@mM, Washington D.C.,
1980.

Gambaran ini memperlihatkan bahwa lebih dari 1,1 milyar jiwa penduduk hidup di negara berpendapatan rendah, merupakan 26% dari jumlah penduduk dunia dan hanya men_ tahun selama tahun tujuhpuluhan ini. Dan harapan di masa depan (1980- 1985) menunjukkan perkiraan laju pirtumbuhan negatif O,\Vo setahun bagi negara-negara Sub-saharan Afrika. Negara-negara berkembang dan pengekspor minyak, negara berpendapatan sedang. negara industri dan negara berencana-sentral tumbuh rata-rata di atas 37o setahun. Namun semua diperkirakan mengalami Iaju-pertumbuhan pen47

sil pembangunan dengan laju-pertumbuhan sebesar

capai pendapatan sebesar US$ 216 setahun (1gg0) sebagai ha-

0,g9o sB.

oPTlMls,22 MEt

1981

ffi
Turut mancarl plllhan

Foto-Frapto

dapatan yang lebih kecil,

di

atas 2Vo setahin, daiam tahun-

tahun lSG1S5.
Perbedaan Iaju pe(umbuhan PDB per jiwa setahun ini mendorong tingkat ketimpangan,pendapatan semaki n besar. Pada tahun 1S0 pendapatan satu orang di negara industri memperoleh pendapatan sebesar hampir 45 kali lebih besar dari pendapatan satu - oraq di negara berpenilapatan rendah. Sota orang di negara berpendapatan menengah dan negara berencana sentral menerima irendapatan sebesar ? sampai 8 kali lebih besar dari seseorang di negara berpendapatan rendah.

Menyadari perkembangan pembangunan seperti ini, timbullah pertanyaan apakah yang keliru dalam pemikiran dan strategi pembangunan negara-negara berkembang, khususnya bagi negara berpendapatan rendah. Apakah yang

Jurang perbedaan pendapatan ini akan semakin besar di


masa depan, akibat dari perbedaan laju pertumbuhan yang

jiwa setahun ini tersimpul kenyataan pahit dibandingkan dengan negara maju maka tingat kematian bayi di negara berpendapatan rendah adalah 8 kali lebih besar; harapanhidup (life expectancy) berkurang sepefiiga; tingkat melek
607o, dan tingkat makanan bergizi begitu rendah sehingga bagi jutaan bayi tidak dimungkinkan otak anak secara optimal. .perkembangan

semakin timpang. Di balik perbandingan angka Produk Domestik Bruto per-

huruf berkurang dengan

Keadaan anak-anak di bawah usia 15 tahun di negara berpendapatan rendah, yang merupakan harapan bangsa, menunjukkan 2 anak dari setiap 10 anak yang lahir akan meninggal dalam waktu setahun, satu lagi meninggal sebelum berusia 5 tahun dan hanya 5 orang bisa hidup hingga usia 40
tahun.
d,an 3Wo

keterbelakangannya? Masalah pembangunan sudah lama menjadi sasaran pemikiran mereka yang mendalami ilmu Ekonomi pembangunan. Semula bidang ekonomi pembangunan terbatas paAa Ui dang ekonomi semata-mata dengan Produk Domestik Bruto sebagai pumpunan-telaahdn. Dalam konsep ini pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertumbuhan modal yang dihimpun dari pertumbuhan tabungan dalam dan luar.negeri. Maka ilmu Ekonomi Pembangunan membahas berbagai teori, cara, proses dan keadaan mobilisasi tabungan, kegiatan investasi dalam berbagai usaha dengan tingkat teknologi yang bermacam-macam dalam susunan organisasi dengan manajemen yang bermacam-macam pula untuk menghaiilkan laju pertumbuhan ekonomi. Model pembangunan makro berkembang biak ke berbagai jurusan Dari model sederhana serba makro sampai model jelimet serba mikro. Kebanyakan fikiran yang menopang perkembangan model-model pembangunan ini mendasarkan ilham dan pengalamannya dari perkembangan pembangunan negara-negara Eropah dan Amerika Serikat yang sekarang terbelakangannya dalam bagian pertama abad keduapuluh. Teori pertumbuhan berlandaskan perkembangan modal, tabungan, "capital output ratio", produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, pada dasarnya tidak keliru. Dalam menterapkan suatu teori dalamanalisa ekonomi harus selalu diperhatikan assumsi-assumsi yang menopang teori itu. Sebelum menterapkan teori dalam analisa ekonomi ne-

dalam keadaan ekonomi dunia umumnya sehingga negara maju bisa semakin maju tetapi negara miskin terjirat dalam

keliru

sudah maju dan mengalami perombakan dari masa ke.

Dari mereka fang hidup ini \V/o menderita kurang gizi dari jumlah anak-anak berusia sekolah dasar tidak

masuk sekolah.

Bila kemudian anak-anak ini menjadi dewasa maka baglan besar tidak memperoleh pekerjaan. Kalaupun ada pe. kerjaan maka mer:eka sesungguhnya adalah penganggur-terselubung (disguised unemployed), tanpa tenaga mereka jumlah produksi tidak berkurang. Di balik angka-angka Produk Domestik Bruto,terutamadi negara berpendApatan rendah, tersimpul keadaan kehidupan 'yang miskin, persediaan makanan bergizi yang terbatas, persediaan air minum sehat jauh di tempat, fasilitas perumahan jauh di bawah ukuran manusiawi. Ringkasnya, memasuki tahun delapanpuluhan ini26% penduduk dunia di negara berpendapatan rendah hidup dalam kemiskinan yang tidak manusiawi. Dan prospekharapan akan perbaikan di masa depan pun tidak menggembirakan.

berkembang. Assirmsi mengenai faktor-falrtor produksi banyak sekali perlu disesuaikan. Salah satu faktor produksi pokok adalah tenaga kerja. Akibat kurang gizi, rendahnya pendidikan, dan

gara berkembang perlu dikaji terlebih dahulu sampai se. berapa jauh assumsi-assumsi ini sesuai dengan kenyataan negara berkembang. Dan di sinilah tampil ke depan suatu kenyataan bahwa berbagai assumsi yang menopang teori pembangunan ini memerlukan penyesuaian yang cukup beiarti sebelum bisa digunakan dalam analisa ekonomi negara

lain-Iain maka tingkat produktifitasnya rendah, yang tidak

omMls,22

MEt 1981

liahn

tcDcraam!!i

Pralto

bisa dipecJrrkan dengan pertambahan modal. Tetapi lebih penting dari ini adalah kenyataan bahwa negara-negara ber-

kembang sekarang ini justru menderita masalah tekanan penduduk, sehingga pada permulaan pembangunan faktor penduduk lebih banyak merupakan beban dan bukan faktor produksi yang berarti. Dimensi permasalahan penduduk yang dialafti'-negaranegara berkembang sekarang ini jauh lebih ruwet dibandingkan dengan keadaan negara-negara Eropah dan Amerika Se.

'

pembangunan tempohari. Assumsi kedua menyangkut penguasaan dan pemilikan sumber alam atau modal sebagai faktor produksi. Pola pemilikan sumber alam atau modal di kebinyakan negara berkembang adalah kelanjutan warisan penjajahan.*Tidak semua penduduk, lebih-lebih penduduk berpendapatan rendah, bisa memiliki kesempatan yang sama (equal accessibility) untuk memiliki sumber alam, modal dan asset-asset eke nomi. Pola struKur pembagian asset-asset ekonomi cenderung mengikuti pola struKur kekuasaan yang berlaku $3l,am ma-

rikat di

-masa

proeessing bahan mentah ini. Terbatasnya dan terhambatnya pasaran bagi hasil produksi negara berkembang akibat proteksi negara maju tidak dialami negara Eropa-Amerika di masa permulaan pembangunannya. Sungguhpun negara berkembang sudah merdeka, namun hubungan "Eksploitatif'antara negara maju dan negara berkembang masih berlaku. Inilah menimbulkan beda pendapat antara negara-negara maju di belahan bumi bagian Utara dengan negara-negara berkembang di belahan bumi bagian
SeIatan.

Dalam keadaan ini hubungan ekonomi internasional tumbuh dalam iklim pasar besar. Dalam keadaan dunia internasional sekarang, maka sumber alam bahan mentah sulit diotah dalam negara berkembang yang merdeka, karena tertumbuk pada dinding-dinding proteksi negara-negara maju yang,sudah memiliki industri

syarakat.

Penguasaan dan pemilikan asset-asset ekonomi menentukan dan memperkuat struktur kekuasaan dalam masyarakat. Maka pola struKur pembagian asset-asset ekonomi cenderung mengikuti pola struktur kekuasaan yang terdapat dalam masyarakat. Negara berkembang sebagai negara bekas jaj;Sgn atau negara yang mengalarni proses pembinaan natiori dengan pranata-pranata sosial-politikyang masih berkembang, memiliki pola stru[tur politikyang bisa (1) sejalan dengrrn pengembanganpemerataan asset-asset ekonomi kepada seluas mungkin masyarakat atau (2) pemusatan penguasaan dan pemilikan asset-aSset ekonomi pada kglompok atau golongan pendukung dan pemegang kehiasaan sosial politi!,

Assumsi keempat tersimpul dalam teori pembangunan ekonomi bahwa segi-segi non-ekonomi akan turut tumbuh dengan sendirinya berkat pembangunan ekonomi. Faliorfaktor sosial tidak terlalu menentukan dalam proses bembangunan Segi ini kemudian mengalami perobahan, sehingga berbagai segi non-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, gizi, kebudayaan, dan sosial politik turut menjadi variabel dalam teori pembangunan ekonomi. Hanya dalam penterapan berbagai variabel ini dalam model pembangunan, lebih-lebih variabel non-ekonomi yang tidak bisa dituangkan dalam angka-perhitungan, memegang peranan dalam bagian terakhir analisa. Model pembangunan, yang lazimnya tertuang dalam data-kuantitatif, pada tahap terakhir disempurnakan dengan variabel-variabel non-ekonomi dalam analisa kualifaktor-faKor non-ekonomi begitu kompleks dan besar pengaruhnya pada berlakunya variabel-variabel ekonomi. Pola hidup "6Sa" dikembangkan Ki Ageng Suryamentaram yaitu: 1. Sabutuhe, memenuhi kebutuhan esensial; 2. Saperlune, memenuhi kebutuhan menurrut .apa yang diperlukan; 3. Sacukupe, secukupnya tanpa pemborosan; 4. Sabenere, sesuai dengan kenyataan dan ukuran
obyektif;

tatif Untuk negara berkembang dewasa ini maka justru

ngunan lebihlebih teori pembangunan dengan pemerataan. Asumsi ketiga menyangkut kebebasan pasar. Sebagai kelanjutan pengaruh penjajahan, maka keba'nyakan negara berkembang memiliki struktur ekonomi yang berat sebelah berorientasi terutama ke luar-negeri, ke negara

Kekakuan atau keluwesari pcla struktur sosial politik akan sangat mempengaruhi berlaku tidaknya teori pemba-

yangdiabadikan kepada luarnegeri. Sumber alam dari negara penjajah berguna untuk diolah dan mendukung perkembangan negara penjajah.

frastrukur tertuju untuk menopang.kegiatan pernbangunan

induk-penjajahnya. Orientasi aparat prcauksi, fasilitas in-

5. Samestine,

6. Sakepenake, sesuai dengan kemampuan..

sesuai dengan apa yang. dihayati se bagai adil, halal dan legal;

omMls,22

MEt 1981

49

Pola hidup seperti ini jelas berbeda dengan pota hidup "to prefer more rather than less'yang tersimpul di balik variabel ekonomi pembangunan dikembangkan ahli Barat.

Pola pembagian asset seperti ini sering berhimpitan dengan pola pembagian kekuasaan politik di dalam masyarakat. Dan sering pula di negara berkembang kekuasaan politik dipenSaruhi oleh penguasaan asset-asset ekonomi dan sebalikn),l pcaguasaan asset-asset ekonomi memperkuat kekuasaan

Demikianlah beberapa assumsi-assumsi yang berlainan


keadaannya di negara berkembang. Tanpa memperhitungkan perbedaan ini maka penterapan teori ekonomi pgmbangunan dunia Barat akan sulit mencapai tujuannya. Kita sadar bahwa masih banyak lagi assumsi-assumsi bisa dibicarakan. Namun cukup"kiranya empat assumsi kita ajukan sebagai coritoh bagaimaiilb kelainan assumsi bisa mempengaruhi keberlakuan

politik

(validl$) teori dalam penterapannya. Tiit!1i ekonomi pembangunan yang sudah tumbuh sematd-mata tertuju pada pembahasan pertumbuhan ekonomi. Lllrterasa sudah tidali cukup lagi bagi negara-negara berkembhhg sekarang ini. Karena itu kebanyakan pe*ikir pe--

bangunan sudah mengartikan pembangunan mencakup berbagai dimensi kehidupan manusia dan masyarakat. proses pembanf, nan adalah multi-dimensi, m6ncakup keseluruhan sistim sosial, melebihi segi-ekonomi saja. Akibat dari pada multidimensionalnya makna pembangunan, maka analisa pembangunan perlu ditangani secara multi-disiplin pula. Berbagai segi dan dimensi pembangunan didekati dari berbagai segi dalam kerangka analisa yang integratif. Hal ini mencerminkan proses pertumbuhan ilmu pada umumnya. Dari semula bersifat ilmu yang serba umum (general) meningkat menjadiilmu spesialisasi untuk sekarang meningkat menjadi ilmu spesialisasi yang terintegrasi.

Oleh karena itu maka usaha pemerataan pendapatan, peniadaan kemiskinan dan usaha mengurangi jurang ketimpangan pendapatan harus diikuti dengan pengembangan pranata sosial politikyang menopang proses perobahan ini. Jika kita menahjak analisa pembangunan dengan pemerataan ke bidang penyesuaian pranata sosial politik, maka analisa ilmiah cenderung berkembang menjadi analisa seni. Karena pengembangan sosial politik adalah seni mencapai yang serba mungkin. keadaan inllah menyebabkan analisa ini sulit dipakai

untuk kajian-melihat-kedepan (ex-ante dnalysis) dan lazim


berkembang untuk kajian-melihat-kebelakang ex-post analysis).

Yang penting rii sini ialah bahwa pembangunan dengan pemerataan, baik dalam lingkungan dalam negeri maupun lingkungan luar-negeri, memerlukan pengkajian multidimensional disertai analisa-seni-mengkaji yang-serba-mungkindicapai. Mungkin dengan penterapan serupa ini analisa bisa membantu dalam mengusahakan pembangunan dengan pemerataan pendapatan.

II.

Irnplikasi, bagi, penxbangLtnan IndoneS?A

pendapatan (inequality). Untuk menanggulangi kemiskinan dan mengurangi jurang ketimpangan pendapatan maka teori pembangunan saja sungguhpun penting, namun tidak cukup.

ini, salah satu hal yang menonjol ke muka adalah usaha peniadaan kemiskinan dan peniadaan jurang ketimpangan

Dalam penterapan pembangunan yang multidi mensional

Selama 15 tahun pembangunan akhir ini (196S1S0) masaIah yang dihadapi, sungguhpun sulit, kebanyakannya bersifat

Kerhiskinan berpangkal pada ketiadaan faktor-faktor

yang langsung dan jelas keperluannya bagi masyarakat.

"straightforward". Artinya, kerusakan i nfrastruktur, peningkatan produksi pangan, pembangunan bangunan sekolah, p6ngembangan PUSKESMAS, dan lain-Iain adalah hal-hal

produksi yang bisa menunjang seseorang untuk maju. Modal, sumber alam, keahlian bahkan tenaga produktif tidak dimiliki mereka yang miskin. Ketiadaan semua inilah menjiratnya dalam perangkap kemiskinan. Sebaliknya mereka yang berada mampu maju dan melepaskan diri dari perangkap kemiskinan akibat penguasaan dan pernilikan falrtor-faktor produksi ini, Maka yang menjadi soal dalam usaha meniadakan kemiskinan dan rnemperkecil jurang ketimpangan pendapatan ialah tersedianya struktur sosial-politik ya ng memungkinkan jalur-masuk yang adil dan sama (equal accessibility) bagi semua untuk menguasai dan memiliki faktor-faktor produksi serta asset-asset ekonomi, Oleh karena kita mulai dengan kondisi negara berkembang yang sudah memiliki pembagian asset-asset ekonomi yang:sudah tidak adil pada permulaan pembangunan, sehabis penjajq.han atas revolusi, maka prinsip "equal accessibility,, harus dilengkapi pula dengan ikhtiar aktifmendorong kelompok miskin yang tertinggal untuk mengejar ketertinggalannya dari mereka yang sudah maju. Tanpa usaha aktif mendorong yang miskin tertinggal ini, accesibilitl, tidak menghasilkan penutupan jurang ketimpangan. Gambaran umumnya negara berkembang ialah bahwa pemilikan dan penguasaan tanah tidak terbagl adil-merata, penguasaan atas asset keuangan baik di dalam negeri maupun asal-luar-negeri juga tidak terbagi merata bahkan cenderung
.

Semulanya banyak dari kegiatan pembangunan kita me. neruskan pola infrastruktur yang sudah ada. Jaringan jalan, pelabuhan, fasilitas angkutan yang lama diperbaiki, diperbesar dan diti ngkatkan. Rendahnya kapasitas produksi industri, kosongnya barang di pasaran merupakan hal-hal yang juga jelas untuk ditangani.

Dan rendahnya pendapatan penduduk, menimbulkan pola permintaan akan barang kebutuhdn yang tidak begitu
kompleks.

maka-'lequal

Karena itu maka model pembangunan ekonomi yang makro, sudah dapat membantu menopang kebijaksanaan pembangunan dalam kondisi permasalahan seperti ini. Masa dua f;elita tetah membuktikan bahwa pendekatan permasalahan secara sederhana telah berhasil membawa Indonesia ke luar dari kemelut keadaan. Dalam proses perobahan ini tidak bisa dimungkiri kesediaan masyarakat kita untuk cepat menerima perobahan-perobahan. Tingkat konsumsi pupukyang meningkat secara dramatis dalam waktu relatif singkat untuk dipakai oleh masyarakat petani meningkatkan produksi pangannya sehingga kini mencapai 20 juta ton beras, merupakan daya tanggap masyarakat yang sulit dibandingkan dengan keadaan negara berkembang
lainnya. Maka kesediaan masyarakat untuk berobah maju adalah salah satu ciri yang turut menopang kemajuan yang dicapai sekarang ini. Di samping ini maka kemantapan tujuan mengarahkan dana dantenaga Pemerintah serta masyarakat kepa dapembangunan, dalamsuasana yang memungkinkan pembangunan, adalah pula keadaan yang jarang ditemukan di banyak negara berkembang lainnya. oPTIM|S;22 MEt 1981

tersedia bagi semua.


50

terdapat penumpukan pada kelompok-kelompok fasilitai mengelola sumber alam tidak selalu bersifat ierbuka atau

ikut terbawa naik harganya dalam perkembangan ekonomi Internasional, turut membantu pembangunan Indonesia.

Kemudian faktor "luck" adanya sumber aiam minyak yang

Bertolak dari pendirian ini maka pola pembanggnan Indonesia dipengaruhi oleh (1) ikhtiar menanggulangi lapangan

Dengan perkembangan pembangunan ini muncul sekarang pola permintaan yang semakin meluas. Kegiatan pembangunan sekarang menanjak pada tahap penciptaa4'?hpasitas baru, pabrik baru, jalan baru, dan lain-lain.
Sementara itu telah munculsistim nilai dalam masyarakat

kerja (employment) sebagai usaha mengatasi ketimpangan pendapatan; (2) kemampuan masyarakat menyesuaikan sikap kelakuan dan sistem nilainya untuk memanfdatkan "oil bpom" bagi usaha memperkuat landasan dan produktifftas
masyarakat.

yang tadinya belum seberapa berpengaruh pada kebijaksanaan pembangunan. Pembangunan itu sendiri telah membuka perspeKifdan aspirasi baru. Pola penduduk Indonesia diisi oleh kelompok berusia muda yang semakin besar.

Minyak sebagai sumber alam yang tidak bisa diperbaharui, telah membantu kita mengatasi berbagai resessi ekonomi dunia. Masalahnya sekarang ialah membina kapasitas dalam negeri yang mampu menggantikan (substitusi) sumber minyak yang habis terpakai, sehingga masyarakat memperoleh landasan untuk meloncat lebih tinggi; (3) ikhtiar meningkatkan kualitas penduduk Indonesia, baik melalui pendidikan formal maupun luar-sekolah agar terbina kepercayaan diri dan keberanian menegakkan hidup berdikari (self-reliance) tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai masyarakat dalam menanggapi masalah dan tantangan pembangunan di masa
depan.

Daloln keadaan ini model ekonomi pembangunan yang serba makro jelas tidak lagi cqkup. Dan spjalan dengan ini tingkat pendapatan mereka yang maju cinderung berjalan lebih kencang dibandingkan dengan tingkat pendapatan me.

reka yang kurang tneju.Ini berarti bahwa masalah ketimpangdn pendapatan akan dirasakan semakin mendnjol se
bagai masalah yang menghambat pencapaian aspirasi kemajuan bagi masyarakat di masa depan. Dengan menyadari ini menjadi sangat penting agar model, pembangunan yang menopang suatu strategi pembangunan semakin dilengkapi dengan pendekatan multidimensional. Pusat pumpunan permasalahan ialah laju ketimpangan pendapatan yang kini terbuka dalam proses pembangunan di masa dasawarsa tahun delapanpuluhan ini. Masalah pembangunan Indonesia di disawarsa delapanpulqhan akan lebih kornpleks, karena harus menangani pola permintaan yang semakin kompleks di tengahhasyarakat yang semakin besar jumlah jiwanya dan semakin meningkat tingkat aspirasinya. ' Daiam rangka penaiganan masalah kemiskinan dan peniadaan ketimpangan pendapatan, maka kebijaksanaan ds lapan jalur pemerataan perlu lebih ditingkatkan baik dalam kuantitas, kualitas dan ruang lingkup rnedan juang.

Tingkat pendapatan per jiwa penduduk Indonesia di


ini. Sementara itu negara-negara lain di dunia, terutama

masa depan masih akan berada di bawah USg 1000,- di tahun


2000

yang sudah\maju, akan cenderung meningkatkan lagi pembangunannya. Yang penting bagi kita ialah untuk menyadari bahwa ada

kendala (constraints) yang membatasi ruang gerak konsumsi penduduk masyarakat kita. Maka adalah dalam ruang lingkup berkendala ini perlu kita kenibangkan pola hidup yang

sekaligus mendukung proses pembangunan dengan ketimpangan pendapatan yang tidak membengkak bahkan semakin
mengecil. 'Sehingga dengan demikian, Indonesia tidak saja belajar dari kekeliruari pembarigunan yang telah dilakukan beberapa

. Berbarengandengan ini pranata sosial,politik perlu di. tumbuhkan untuk memungkinkan berkembangnya prinsip "equalaccessibility" bagi semua mengtasai clan memiliki asset-asset serta tersedianya,dorongan dan rangsangan bagi kelompok miskin yang teftinggal dalam mengejar keter.
tinggalannya.

negara berkembang lainnya, tetapi Indonesia dapat pula memberi jalan ke luar terhadap kemelut persoalan pembangunan negara-negara berkembang yang semakin lama dihinggapi kebutuhan memperoleh strategi pembangunan yang me-ndekatkan kenyataan dengan harapan unttrk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan lestari. Jakarta,24 April 1981

STRATEGI PEMBANGUNAN NEGARANEGARA SEDANG BFRKEMBANG; LATAR BELAI(ANG, PERMASALAHAN

DAN PILIHAN
OLEH: SEDIONO M.P. TJONDRONEGORO Beberapa Segi Sosiologl
1. Tinjauan dari
,

sudut pandang se siologi mengenai masalah yang

demikian luasnya dapat menyoroti hubungan antar-bangsa di wilayah kita misal Asean, akan tetapi pada kesempatan ini barangkali lebih menarik perhatian dan minat hadirin apabila bukan hubungan terse

hubungan antar-golongan dan antar-strata di dalam masyarakat


kita sendiri yang diajukan sebagai bahan diskusi.
2. Ciriciri yang sudah umum.diterima untuk menggambarkan "negara sedang berkembang" dapat dite rapkan juga pada Indonesia, tetapi

ada pula sejumlah ciri yang tarnpaknya lebih khas. Salah satu di antaranya adalah negara kepulauan yang penyebaran penduduknya sangat timpang;luasan wilayah 7Vo dihuni oleh * 6}qo dari penduduk
Wilayah yang seluas itu juga belum lama menjadi satu kesatuan politik yang utuh.

but yang kita tonjolkan, tetapi justru

omMts,22 ME

1981

3. Di pulau,pulau berpenduduk padat

itulah akan terjadi

persaingan mengenai pemanfaatah sumber-

daya yang semakin tajam, lebihlebih apabila pihak-pihak yang bersaing dibiarkan bertindak secara
'cahannya.

buhan penduduk seluruhnya secara mengesankan sampai akhir. abarl ini.

dapat mengurangi angka

pertum_

terkena, maka kepentingan golongan juga akan semakin beraneka ragam. Adalah wajar bahwa

bebas. Pemerataan menjadi masaIah yang semakin menjauh peme-

?. Teknologi tampaknyu akan telus berkembang dan mempengaruhi masyarakat kita di berbagai sek-

tor. Walaupun di lurr Jawa dan Bali akan terdapat' kantongkantonA dengan teknologi mutapada

golongan-golongan seperti itu akan mencari proses pertumbuhannya, memilih dan bersatu dengan golongan lain yang mempuluk membina berbagai organisasi

nyai kepentinAan sejajar. Berarti bahwa toleransi pemerintah un-

4. Pengalaman ?5 tahun dengan kolonisasi dan Transmigrdsi ke pulaupdlau besar lain di Indonesid membuktikan bahwa pertumbuhan penduduk di daerah pembukaan baru juga lebih tinggi dari padadi daerah yang tidak mengenal kolonisasi atau
transmigrasi. Namun demikian mengalirnya penduduk ke luar Jawa dan Bali bukan

umumnya tingkat teknologi untuk

khir bersifat padat modal,

kenikmatan hidup sehari-hari masih akan lebih terdapat di dua pulau tersebut di atas. wesi dan Irian Jaya, teknologi padat modal lebih dimanfaatkan untuk eksploatasi sumber-daya

Di Sumatera, Kalimantan,

Sula-

yang tumbuh dari kalangan masyarakat, perlu diserasikan. 11. Pembangunan lembaga-lembaga sebagai dimaksud di'atas sedikit banyak tentr. juga akan mempunyai kaitan dengan kehidupan

alam secara besar-besaran. B. Teknologi tepat guna pada dasar-

saja tidak mengimbangi pertumbuhan penduduk Indonesia


yang2,37o setahun. akan teapi juga masih dipertanyakan apakah migrasi ke Jawa tidak lebihbesar dari pada migrasi keluar dari Jawa.

nya merupakan

bertahap juga dalam arti mengganti tenaga manusia dengan me-

perkembahgan

politik bangsa. Berbagai golongan kepentingan akhirrrya akan berusaha mewujudkan idam-idamannya di bawah naungan kekuatan politik. Karena itu golongan dan partai politik

harus pula mampu menyesuqikan

sin. Pada tahap'awal jumlah tenaga kerja besar masih dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
sederhana secara terpisah. Pada fase perakitan, mesin dan peralatan sudah Iebih berperan dibandingkan tenaga kerja manusia. Sudah tidak perlu dipersoalkan lagi bahwa permasalahan tekno' logi dari luar harus diserasikan dengan tahap perkembangan teknologi di dalam negeri. yang lebih terorganisir, berdisiplin dan mempunyai pengertian mengenai tahap-tahap pembangunan. masyarakat dan bangsa Indonesia

kebijaksanaan dan Iangkahlangkah politiknya dengan berlebih ditingkatkan lagi, dan

aneka ragam kepentingan dalam masyarakat. Kwalitas dan effektifitas perwakilan MPR/DPR perlu

5. Usaha menciptakan kesempatan


kerja yang relatif mudah masih juga
.

rangkali juga kwalitas wakil rakyat itu sendiri perlu diperbaiki.


12. Hubungan antara

ba-

akan dilakukan di Jawa dan Bali, karena di sini tenaga kerja berlimpah dan akibatnya relatif murah. Dengan gambaran di atas maka
sampai awal abad ke21 tampaknya ketimpangan penduduk di Indonesia belum dapat dipecahkan secara

elite dan massa tentu tida.k boleh merenggang dan

9. Kesemuanya ini memerlukan

kerenggangan yang mungkin terjadi. Ini berarti bahwa prakarsa swasta

lembagh-lembaga yang nonpemerintahpun dapat diberikan ruang gerak untuk menghindari

tuntas, walaupun sasaran-sasaran


transmigrasi yang kita ketahui akan dicapai.

yang diberi tempat berperanan


menjembatani berbagai golongan

elite dengan massa, agar dapqt


13. Keberhasilan pembangunan su-

6. Keluarga Berencana di hari depan juga lebih dapat diharapkan keberhasilannya di daerah padat penduduk dari pada di pulau-pulau besar lain yang semakin terbuka oleh ja, ringan jalan-jalan lintas (darat) serta udara dan laut. Daerah-daerah pemukiman baru- sebagaimana dapat ditarik pelajara n dar:i transmigrasi justru akan cenderung mengalami peledakan penduduk, sehingga effek nasional Keluar ga Berencana belurn

Pendidikan di berbagai'tingkatan bukan satu-satunya sarana untuk mencapai haI-hal tersebut.di atas, tetapi juga keterbukaan dalam komunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin, antara elite dan
massa rakyat.

membantu pemerintah mengatasi kendala-kendala sosial.

[0. Lembaga-lembaga yang mampu memelihara keterbukaan dalam komunikasi timbal-balik itu perlu diwujudkan melalui prosei mupernbangunan berbagai sektor dan golongan masl'alakat 'akan
syawarah dan mufakat. OIeh kalena itu dengan lajunya

dah kita ketahui tidak dapat dinikmati secara merata di semua seldor. Walaupun sedang diusahakan mencapai pertumbuhan 'ekonomi yang,pesat tanpa melepaskan kebijakan deiapan jalur pemerataan, kemiskinan absolut di negara kita masih cukup meriJuga kemiskinan relatif diperhatikan, bahkan ada yang berpendap.at bahwa jurang antara yang missaukan.

kin dan I'ang kaya melebar,


laupun rnungkin taraf hidup
ni ngkat.

wame-

iirilrX.rXfl

14. Walaupun bagairnana

$#ffiffi
ii

saja elite bangsa harus mernberikan contoh yang baik. Programprogram "hidup sederhana"

citra tentang proses perenggangan tersebut pellu dipelbaiki dan tentu

benar-benar perlu diintensifkan di kalangan elite dan dilaksana-

M :iLi!
Ell

hubungan massa dan elite akan tetap diwarnai oleh saling curiga.
Bogor,20 April 1981

kan dengan konsekwen. Tanpa itu

52

oPTtMts,22 MEt 1981

.
I th"

l',s

#%

#ei &. "#ffii ,ffi {S. ffi rffi '"ffi# *tui: '',rf Ef,

m'$ *-3
.,
I

LL

I
4

\r,{S'-

,tr # ;i #{

rutu r$
##

#ffiffi"' #
,5

F #

$ffi

wtu@#
*

ffiFffir* #ffi*kffiffifu-fuas,

Anda mungkin juga menyukai