Anda di halaman 1dari 8

BERBAGAI RAGAM PEMANFAATAN POLIMER NURAIDA PASARIBU Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sumatera

Utara 1. Poliolefin Polimer hidrokarbon yang telah dikenal dengan nama "Poliolefin" merupakan bahan termoplastik yang paling banyak beredar di pasaran, karena harganya yang murah dan penggunaannya yang luas. Secara kimia, bahan poliolefin sebenarnya hanya terdiri dari segolongan kecil polimer dan kopolimer yang terbentuk dari monomer turunan olefin (Etilena, Propilena dan Stirena). Namun penggunaan bahan ini mencakup segala segi kehidupan, dari barang-barang yang bersifat keras sampai yang bersifat lunak dan bersifat elastis. (1) Poliolefin termasuk golongan polimer adisi, karena adanya ikatan rangp pada monomer-monomernya. Dalam slaka industri poliolefin Polipropilena dan Pokarilena) diproduksi dengan proses polimerisasi radikal bebas bertekanan tinggi dalam suatu reaktor pacla suhu 150 -250C dan tekanan 15.000 - 40.000 Pa. Sejumlah besar oksigen dan peroksida digunakan sebagai pemicu radikal bebas dan transfer berantai. Diantara golongan polilefin yang paling penting secara komersial adalah polietilena dan lipropilena tetapi bahan bahan tersebut sangat sensitif terhadap pengaruh panas dan cahaya, akibatnya akan kehilangan sifat mekanisnya pada pengolahan dan selama pemakaian. Untuk mencegah hal tersebut biasanya ditambahkan pemantap seperti antioksidasi dan penyerap cahaya ultraviolet.(2) 2 Proses Degradasi Polimer Degradasi polimer dasarnya berkaitan dengan terjadinya perubahan sifat karena ikatan rantai utama (utama) makromoleklu. Pada polimer linear, reaksi tersebut mengurangi masa molekul atau panjang rantainya. Sesuai dengan penyebabnya, kerusakan atau degradasi polimer ada beberapa macam. Kerusakan termal (panas), fotodegradasi (cahaya), radiasi (energi tinggi), Kimia, biologi (biodegradasi) dan mekanis. Dalam artian peningkatan berat ukuran molekul ikat silang dapat dianggap lawan degradasi. (3). Pada kerusakan termal (termokimia) ada peluang aditif, katalis atau pengotor, turut bereaksi meskipun dari segi istilah seakan-akan tidak ada senyawa lain yang tidak terlibat. Fotodegradasi polimer lazim melibatkan kromofor yang menyerap daerah uv di bawah 400 nanometer. Radiasi energi tinggi misalnya sinar X, gamma, atau partikel, tidak khas serapan. Segenap bagian molekul dapat kena dampak, apabila bila didukung oleh faktor oksigen, aditif, kristalin, atau pelarut tertentu. Degradasi mekanis dapat terjadi saat pemrosesan maupun ketika produk digunakan oleh gaya geser, dampak benturan dan sebagainya. (1) 2.1 Biodegradasi Polimer Organisme hidup tak hanya sanggup membuat biopolimer seperti protein, asam nukleat, polisakarida termasuk selulosa, tetapi juga mampu menghancurkannya. Mereka menghasilkan enzima khas yang dapat menyerang polimer alamiah. Hal tersebut berbeda dengan polimer sintetik. Polimer sintetik yang lama, memang nyaris tidak termakan mikroba. Sampah plastik produk yang lama akan tetap terus tertanam di tanah dalam jangka waktu sangat lama. Namun saat ini

2004 Digitized USU digital library

polimer-polimer biodegradabel telah dapat dibuat, sehingga tidak merusak lingkungan. Berbagai mikroorganisme di bumi, juga di dalam tanah mampu menguraikan zat-zat mati demi perlu pertumbuhannya. pertumbuhan itu berfaktor pH (keasaman), suhu, zat hara mineral, kadar oksigen, dan kelembaban. Banyak diantara mikroorganisme itu menghasilkan enzima pengkatalisis reaksi hidrolisis misalnya polyester alifalik, polieter, polimetana dan poliamida yang dapat diserang oleh mikroba. Dalam, masalah sebenarnya bukan membuat polimer terusak-biologis (nonbiodegradabel), tetapi membuat polimer yang makin canggih, sesuai tuntutan keperluan. Sebagai pembukus, polimer sebaiknya biodegradabel dan dapat didaur ulang. Namun sebagai bahan bangunan, bila l bahannya biodegradabel dapat mengakibatkan jendela dan pondasi, pagar atau atap bisa keropos. Jadi bagi dunia konstruksi, yang penting adalah bahan yang dapat didaur ulang. Bahan polimer yang canggih, kuat, awet, ringan, luwes, murah, bila perlu sungguh berguna dan dapat disiapkan di tempat merupakan bahan yang sangat diperlukan di dunia konstruksi. (5) 2.3 Struktur dan Sifat-sifat Polipropilena Monomer-monomer yang menyusun rantai polipropilena adalah propilena yang diperoleh dari pemumian minyak bumi. Propilena, merupakan senyawa vinil yang memiliki struktur : CH2=CH-CH3 Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan katalisasi koordinasi. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai lenear yang terbentuk -A-A-A-A- dengan A merupakan propilena. Struktur tiga dimensi dari propilena dapat terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda berdasarkan posisi relatif dari gugus metil satu sama lain di dalam rantai polimernya. Ketiga struktur tersebut dapat dilihat pada gambar

Gambar 2.1. Struklur tiga dimensi dari polipropilena Facia prinsipnya ketiga struktur polipropilena tersebut berbeda satu dengan yang lain secara kimiawi. Struktur yang satu tidak dapat berubah begitu saju menjadi struktur yang lain tanpa mengalami pemutusan dan penyusunan kembali ikatan kimia pada rantai polimernya.

2004 Digitized USU digital library

Dalam rantai polimemya, molekul-molekul yang tersusun secara teratur dapat membentuk daerah kristalin. Sedang daerah yang memiliki pola susunan yang tidak teralur akan memiliki susunan amort(6). Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Daerah Kristalin dan amort suatu bahan polimer 2.4 Degradasi Polipropilena Tsucia dan Summil telah meneliti hasil dari dekomposisi termal polipropilena isotaktil pada suhu 360C, 380C dan 400oc dalam ruang hampa. Kiran dan Gillham juga telah mempelajari degradasi termal polipropilena isotaktik. Hasil yang diperoleh oleh Kiran clan Gillhan1 ternyata~ sanla seperti yang cliperoleh Tsucia clan Summi. Kiran dan Gillham menyarankan mekanisme degradasi termal Polipropilena sebagai berikut :

Radikal primer dan sekunder selanjutnya akan terpolimerisasi sehingga akan menjadi monomer-monomer. Reaksi perpindahan radikal intra molekular akan menghasilkan radikal tersier. lersier (III).

( II )

(III)

2004 Digitized USU digital library

Radikal tersier dapat dihasilkan dari perpindahan intra molekular dari, radikal primer dan sekunder yang selanjutnya akan mengalami pemecahan- B untuk menghasilkan alkena dan alkana. Bila terdapat oksigen, degradasi polipropilena pada suhu tinggi akan menghasilkan polipropilena hidroparoksida, yang selanjutnya akan terbiodegradasi dengan mudah. Reaksinya adalah sebagai berikut :

2.5 Kitosan dan Penyebarannya Jika sebagian besar gugus asetil pada kitin disubstitusikan oleh hidrogen menjadi gugus amino dengan persen bahan larutan hasil kuat berkosentrasi tinggi, hasilnya dinalmakan kitosan atau kitin terdeasetilasi. Kitosan bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi merupakan kelompok yang terdeasetilasi sebagian dengan derajat polimerasi yang beragam. Kilin dan kitosan adalah nama untuk dua kelompok senyawa yang tidak dibatasi dengan stoikiometri pasti, kitin adalah poli N-asetil glukosomin yang terdeasetilasi sedikit, sedang kitosan adalah kitin yang terdeatilase sebanyak mungkin, tetapi tidak cukup sempurna untuk dinamakan poli glukosamin. (7) Kitosan merupakan senyawa tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut dalam HCl clan HNO3, 0,5% H3PO4 sedangkan dalam H2SO4 tidak larut. Kitosan juga tidak larut dalam beberapa pelarut organik seperti alkohol, aseton, dometil formamida dan dimetilsulfoksida tetapi kitosan larut baik dalam asam format berkosentrasi (0,2 -100) % dalam air. Kitosan tidak beracun dan mudah terbiodegradasi. Berat molekul kitosan adalah sekitar 1,2 X 105, bergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi. Struktur kitosan dapat dilihat pada gambar 2.3.

2004 Digitized USU digital library

Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil yang terikat. Adanya gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan penyumbang sifat polielektrolit kation, sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti (anmino exchanger).(8)

2.5.1 Pemanfaatan Kitosan Kitosan mempunyai potensi yang dapat digunakan baik pada berbagai jenis industri maupuil pada bidang kesehatan, sehingga kualitasnya bergantung Facia keperluannya. Sebagai contoh, untuk penjernihan air diperlukan mutu kitin dan kitosan yang tinggi sedangkan untuk penggunaan di bidang kesehatan diperlukan kemurnian yang tinggi. Besarnya nilai parameter standar yang dikehendaki untuk kitosan dalam dunia perdagangan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kualitas standar kitosan Sifat sifat Kitosan Ukuran partikel Kadar Air (% W/W) Kadar Abu (% W/W) Derajat deasetilasi Viskositas rendah sedang tinggi paling tinggi (eps) sumber : Protan Laboratories Inc Chokyon Rha clan Mc NeaLY h. w. (1959) melaporkan bahwa kitosan dapat berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan untuk pembentukan alat-alat gelas, plaslik, karet dan selulosa sehingga sering disebut " specialily adhesif formulations." Selain itu kilosan dapat digunakan sebagai perekat (misalnya kitosan yang berkosentrasi rendah dan sedang yang berkosentrasi (3 -4 ) % dalam asam asetat 2 % pada bahan untuk pembuatan rayon cotton. (9) Di bidang induslri, kitosan dapat meningkatkan kekuatan mekanik Facia kertas, memperbaiki ikatan antara warna dengan makanan, menghilangkan kelebihan penggunaan perekat dan dapat mencegah kelarutan hasil dari kertas, plup dan tektil. Sedangkan penerapan lain di bidang biokimia, kitin kitosan digunakan sebagai zat mempercepat dalam penyembuhan luka. Sifat lain adalah kitosan dapat berfungsi sebagai zat koagulan, adanya sifat ini menyebabkan ia banyak dimanfaatkan lmtuk recovery senyawa-senyawa organik dari limbah bekas media tumbuh seafood. (10) 2.6 Biodegradasi dari Polisakarida (kitin dan Kitosan) Kitin dan kitosan adalah salah satu dari polisakarida di dalam unit dasar suatu gula animo. Polisakarida ini adalah suatu struktural unsur yang memberikan kekuatan mekanik organisme. Kitin tidak dapat larut dalam air,pe;larut organik alkali atau asam mineral encer .Tetapi ia tidak dapat larut dan terurai dengan adanya enzym atau dengan pengolahan asam mineral padat. Dalam struktur, kitin terdiri dari sebuah rantai panjang dari N acetylglukosamine. Rumus empirisnya adalah Nilai yang dikehendaki butiran bubuk < 10,0 >2,0 > 70,0 < 200 200 799 800 2.000 >2000

2004 Digitized USU digital library

C6H6CNHCOCH3 dan berisi campuran murni 6,9 % Nitrogen. Polimer ini adalah serupa selulosa diganti oleh suatu acetyl amino ( NHCOCH3) unit. Beberapa kitin mempunyai kemampuan yang sama dengan kitosan untuk bergabung dengan mereka. Kitosan adalah sama dengan kitin tetapi beberapa kelompok acetyl (-COCH3), juga didapat cincin pada mata rantai unit glukosamine (C6H9O6NH2) bersama-sama seperti kitin.

Gambar 2.4 Struktur kitin dan kitosan Kitin adalah substansi yang renting dalam siklus karbon dalam tanah dan tidak hanya itu, sebab dia juga mampu tidak dilewati oleh serangan mikroorganisme letapi sama hasilnya dari biosentetis mikroba secara terus-menerus. Kilin diproduksi oleh dunia tumbuhan dan hewan. Substrat partikel seperti kitin merupakan masalah utama dalam lingkungan tanah. Berbeda dengan media cairan atau lingkungan air. Tanah berisi parlikel seperti : pasir, lumpur dan tanah liat yang tidak pasti berbentuk campuran tetapi juga menghalangi jalannya kehidupan organisme. Disebabkan oleh rintangan mekanik, individu atau populasi yang jarang ada dalam lingkungan mikroba yang berdekalan dengan bahan makanan. Tetapi dari mereka tidak membantu jalannya penggunaan substrat. Seperti menghalangi kehidupan metabolisme mikroba dari kitin dan tidak dapat dipungkiri lagi penggunaan,keluarga pseudolmonas yang dapat hidup dengan adanya bantuan kitin. Tanah yang baik berisi sejumlah besar dari chitinoelastic sampai 106 mikroorganisme per gram dari tanah yang menggunakan polisakarida. Kapasitas dari beberapa streptomyces, nocardia, mikromonospora, actinoplances dan streptosporangarium isolasinya membuat penggunaan kitin menjadi peranan penting sebagai media pengisi polimer yang digunakan untuk isolasi selektif diri ancynomycetes .Dengan Demikian fungi dan bakteri merupakan peranan penting dalam tanah. Pemecahan dari kitin meliputi konversi dari suatu yang tidak dapat larut kristal molekul, air dapat larut menembus dinding gel dan menyediakan energi dan karbon atau kadang-kadang nitrogen untuk pertumbuhan. Enzym Ekstracelluar dan produk yang biasanya terikat dalam kultura selama degradasi N -cetylglukosamine dan, glukosamine. Transformasi biasanya melibatkan enzym :

2004 Digitized USU digital library

Chitinase kalalis salah satu depolimerisasi dari rantai hasil oligomers beberapa dari N -acetylglukosamine unit rantai, mempunyai nama yang biasanya disebut chibitose. b. Enzym kedua sebagai chibitose yang disebut N-acetylglukosaminidase. Hidrolisa oligomers dari chitobiose menghasilkan N-acetylglukosamine. Chitinase mendapatkan perhatian pembelahan ikatan antara struktur unit polimer dan juga endo enzym tetapi exo enzym boleh juga ada, chitobiose kadang-kadang dominan dalam adisi dua type enzym ini. N-acetylglukosamine hasil akhir kemudian membentuk acetic acid dan glukosamine kemudian amonia melepaskan amin dari campuran terakhir. Yang baru memberikan harapan, dua kemungkinan mode depolimerisasi, melibatkan sebuah enzym yang melepaskan acetyl group dari N-acetylglucosamine unit dalam kitin primer menghasilkan kitosan. Kitosan kemudian dihidrolisa oleh chitosanase. Sebagai ekscellular enzym adalah produk absorpsi atau komplek dengan tanah liat atau unsur humus. Absorpsi dapat peranan penting penyusun tenaga aktivitas di antara penyimpanan dan aktivitas dari prolan sangat efektif oleh pengaruh pH.( 11) 2.7 Proses Pembuatan Poliblen Begitu banyak macam polimer yang dapat digunakan sebagai pencampuran untuk bahan lain. Yang mana bahan polimer tersebut harus dicampurkan dengan polimer yang lain dalam suatu reaksi pencampuran. Adakalanya bahan polimer ini tidak dapat bercampur dalam reaksi polimerisasi, namun bahan tersebut masih dapat disenyawakan dalam bentuk monomernya (molekul polimer yang rendah). Pada pembentukan reaksi polimerisasi suatu bahan polimer, kekentalan bahan polimer harus cukup rendah, membuat proses pencampurannya dapat mencapai tingkat yang standar. Dengan cara yang sama PVC dan tharmoset digabung dengan bahan-bahan yang lain dalam alat pencampuran pada jenis yang biasa digunakan. Oleh karena itu pada kekentalan bahan polimer yang sangat tinggi membutuhkan alat yang khusus untuk mencairkan dan memerlukan volume yang besar. Untuk memperoleh kehomogenan dalam penyebaran bahan-bahan tersebut dalam cairannya. (12) 2.8 Cara Pengamatan Biodegradasi dari Poliblen 2.8.1 Pengamatan sifat getas Biodegradasi bahan PP dapat diamati dengan menggunakan teknik identifikasi sederhana secara manual/visual yaitu pengamatan waktu getasnya (embritflement time) dengan cara melipat poliblen. Setelah melakukan perendaman dengan mikroba. Teknik pengamatan waktu getas tersebut memang cepat dan praktis, akan tetapi memberikan ketelitian yang agak akurat. 2.8.2 Kekuatan Tarik dan Kemuluran Molekul atau atom suatu bahan polimer tertentu sedemikian rupa di awal pengaruh gaya tolak dan gaya tarik antara satu dengan yang lainnya.Gaya-gaya ini mempunyai harga mutlak yang kecil bila jarak antara molekul semakin jauh, dan semakin besar pada jarak yang dekat. Pda posisi I setimbang, resultan dari kedua gaya tersebut sama dengan nol. Gaya resultan ini disebut dengan gaya kohesi bahan dan pengertian kekuatan tarik muncul dari adanya gaya kohesi tersebut. (13)

a.

2004 Digitized USU digital library

DAFTAR PUSTAKA Bark and Allan N.S., 1982, Analysis of Polymer System, Applied Science Publisher ltd., London. Allan N.S and Norma S. 1983, Degradation and Stabilisation of Polyalefins, Applied Science Publisher, London. Bill Meyer Sr and Fred W, 1971, Textbook of Polymer Science, 2nd e. Wiley Interscience, Sidney. Chakraborty K. B and Scott G. 1983, Journal of Polymer, 13: 1731. Hartomo Anton J., 1995, Bahan Polimer Konstruksi Bangunan, PT. Gramedia Utama, Jakarta. Wirjosentono B. 1994, Kenetika dan Mekanisme Polimerisasi, USU Press. Medan Bastaman , S. 1989. Studies on Degradation and Extraction of Chitin and Chitosan from Prawn Shells, The Queen's University of Belfast,England. Carroad P. A and Tom R. A.1978, Bioconvertion of Sellfish Chitin Wastes Process and selection of Microorganisme, Journal of food Science, 43: 1158.

2004 Digitized USU digital library

Anda mungkin juga menyukai