D. DILALAH HADITS Menurut pembagian para Ulama Hanafiyah, hadits ditinjau dari periwayatannya dibagi menjadi, Hadits Mutawatir, Hadits Masyhur, dan Hadits Ahad. 1. Hadits Mutawatir Adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW,seperti cara Nabi SAW melaksanakan shalat, berpasa, haji, dan lain-lain. Hadits mutawatir adalah qathI wurudnya(positif benarnya ditinjau dari segi datngnya), yakni datng dari Rasulullah SAW, maka wajib dianalkan karena diriwayatkan dengan cara yang mutawatir, yang menetapkan kebenarannya dari Rasulullah SAW. 2. Hadits Masyhur Adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Oleh para sahabat atau kelompok oarng banyak yang tidak sampai batas mutawatir,kemudaian diriwayatkan pada masa tabiin dan masa tabiit tabiin oleh sejumlah orang yang sampai pada batas mutawatir. Hadits masyhur menempati hukum hadits mutawatir dalam hal wajibnya mengamalkannya, t etapi Al-Jassas, Ulama Fiqih dari golongan Hanafiyah menjadikan hadits masyhur masuk kedalam hadits mutawatir. 3. Hadits ahad Adalah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, oleh sejumlah orang yang tidak sampai pada batas mutawatirdalam tiga masa. Hadits ini disebut khabar ahadatau khabar hasan, sebagai nama yang dikatakan oleh Imam Asy-Syafii. Hadits ahad menfaidahkan zhan yang kuat dalam hubungannya dengan Rasul, sebab perawinya meskipun ahad telah memenuhi persyaraan yang menjamin periwayatan mereka. Ia tidak meriwayatkan Ilmu qathI, sebagai hadits mutawatir, karena persandarannya kepada Rasulullah masih samara dan tidak menfaedahkan ilmu yang dekat dengan qathI sebagai hadits masyhur. Oleh karena itu, tidak wajib berpegang kepada hadits ahad dalam hal Itiqadiyah, yang seharusnya berdasarkan pada nas yang qathI dan yakin, tidsk berdasarkan pada nas yang zhan. Referensi : Drs. Chaerul Umam, Dkk,Ushul Fiqih I, Pustaka Setia, Bandung : 1998