Lanskap Pemikiran Samuel Huntington Lanscape of Samuel Huntington Thought
Lanskap Pemikiran Samuel Huntington Lanscape of Samuel Huntington Thought
Huntington
Lanskap Pemikiran Politik Samuel P. Huntington Huzer Apriansyah (huzer.apri@gmail.com) BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Pasca perang dingin (post-cool war) antara dua kekuatan adidaya dunia Amerika Serikat di satu sisi dan Uni Soviet disisi lain, dunia mulai berkontraksi menemukan tatanan kembali, rekonsolidasi kekuatan negara ketiga melalui kelompok lintas benua (GNB) dan menguatnya soliditas negara-negara yang berbasis akar kultural yang sama seperti Organisasi Konfrensi Islam (OKI) dan juga Liga Arab, menjadi pertanda baru dalam tatanan dunia. Meski demikian, Francis Fukuyama dalam buku The End Of History menyebutkan sesungguhnya dunia telah menemukan tatatan terbaiknya dibawah payung kapitalisme, ia menganggap ideologi kapitalisme telah menjadi pemenang dan telah menjadi pilihan terbaik bagi warga dunia. Namun, dalam perspektif yang berbeda Samuel P. Huntington dalam The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order melihat dunia akan bergerak pada sebuah kondisi pertentangan baru, dalam wajah baru pertentangan dunia ini, Huntington melihat akar-akar peradaban
yang akan menjadi sumbu soliditas kelompok negara yang kelak akan terlibat dalam pertentangan dunia tersebut. Pemikiran Huntington dalam bukunya tersebut seolah mendapat justifikasi realitas tatkala peristiwa 11 September 2002 terjadi, aksi kamikaze yang dilakukan kelompok tertentu yang menyentak dunia, simbol kapitalisme, gedung world trade cantre mendadak jadi puing-puing dan pusat pertahanan
Amerika Serikat di Pentagon juga diserang. Mulailah dunia merasa apa yang dikemukan Huntington bukanlah isapan jempol. Virus pemikiran Huntington ini cukup mempengaruhi konstruksi pemikiran politik dunia, pemikiran Huntington menjadi perdebatan diantara para akademisi dan ahli poltiik juga menjadi perdebatan di kalangan praktisi birokrasi negara-negara dunia. Beranjak dari hal-hal di atas terlihat bahwa pemikiran politik kontemporer Huntington berimplikasi luas pada konstruksi politik pada tingkatan teori bahkan praksis. Lalu muncul
pertanyaan, apakah aras pemikiran Huntington ini lahir begitu saja, atau sebelumnya telah terjadi proses dialektika panjang, karena sebagaimana kita ketahui Huntington bukan sekedar seorang teoritisi karena iapun terlibat sebagai kordinator
perencanaan pertahanan dan kemanan pada Dewan Pertahanan Nasional Amerika Serikat, yang berarti Huntingtonpun seorang Praktisi.
Di
luar
konteks
tersebut,
menjadi
sangat
menarik
menelusuri pemikiran Huntington sebagai seorang Profesor Ilmu Politik, apalagi pemikiran politik Huntington telah ikut
mempengaruhi pemikiran politik kontemporer. Di Indonesia pemikiran-pemikiran politik Huntington telah ikut mewarnai dinamika pemikiran politik, ini terindikasi dari buku-buku
Huntington yang relatif diterima di Indonesia, bukunya yang pertama-tama diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Political Order in Changing Societies, dan terakhir buku The Clash of Civilizations juga diterjemahkan juga buku The Third Wave : Democratization in the Late Twentieth Century. Dari sanalah, kami tertarik untuk mencoba menelusuri pemikiran politik Huntington dan mencoba mengkomparasikan pemikiran politik Huntington dengan pemikiran politik dari para pakar politik kontemporer lainnya, pada akhirnya kajian kami ini diharapkan Huntington. bisa mengidentifikasi aras pemikiran politik
RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas kami merumuskan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang sosial dan intelektual Samuel P. Huntington ?
pemikiran
Samuel
P.
Huntington
mengenai
pemikiran
Samuel
P.
Huntington
mengenai
TUJUAN Adapun tujuan dari kajian ini adalah : 1. Mengetahui Huntington. 2. Mengetahui demokrasi. 3. Mengetahui pemikiran Samuel P. Huntington mengenai pemikiran Samuel P. Huntington mengenai latar belakang sosial dan intelektual Samuel P.
MANFAAT 1. Manfaat Teoritik Dari studi ini diharapkah akan mampu mengidentifikasi pemikiran Huntington dalam ranah politik kontemporer dan dapat dijadikan kerangka politik acuan dalam memetakan dalam peta
pemikiran-pemikiran
Huntinton
a. Studi
ini
diharapkan
keilmuan penulis khususnya dalam memahami konsepsi pemikiran politik Samuel P. Huntington b. Studi ini diharapkan membantu kawan-kawan
mahasiswa memahami pemikiran Politik Samuel P. Huntington. BAB II BIOGRAFI SAMUEL P. HUNTINGTON1 Samuel P. Huntigton dilahirkan pada tanggal 18 April 1927 di New York, Amerika Serikat, karir pendidikan tingginya dimulai pada tahun 1946 ketika diterima di Yale University dan kemudian memperoleh gelar Bachelor of Arts, lalu gelar Master Ilmu Politik diterima dari University of Chicago, dan gelar doktoral ia peroleh dari Harvard University Pada tahun 1950 ia telah mengajar di universitas Harvard hingga 1958 kemudian menjadi direktur (associate) Institute of War and Peace Studies pada Columbia University, pada tahun 1962 ia kembali ke Harvard dan menjadi kepala pada Jurusan Pemerintahan, lalu menjadi staf direktur pada pusat studi hubungan internasional universitas Harvard dan menjadi direktur pada 1978 hingga 1989. Terakhir ia menjadi Direktur pada M. Olin Institute for Strategis Studies dan Chairman pada Harvard Academy pada tahun 1996.
Huntington tidak hanya terlibat dalam bidang kajian teoritik di kampus, ia juga menjadi praktisi teori, ini terbukti pada tahun 1977 dan 1978 menjadi kordinator perencanaan
pertahanan di gedung putih untuk Dewan Keamanan Nasional, dalam ranah keilmuan Huntingtoon juga menjadi pendiri jurnal Foreign Policy dan menjadi editor hingga 1977. Dari jurnal ini pulalah pemikiran-pemikiran politik Huntington dikenal luas terutama di Amerika Serikat. Kemudian, Huntington juga banyak terlibat dalam aktivitas riset, paling tidak ia tercatat sebagai peneliti pada Brooking Instituton, Peneliti pada the social science research council, juga pada John Simon Gugenheim Fellow, dan peneliti di the center for Advanced Study of Bahavioral Science, peneliti tamu pada All Souls College Oxford, peneliti pada Woodrow Wilson International Center For Scholars di Washington, peneliti senior pada International Institute for Strategic Studies di London. Huntington juga banyak terlibat dala organisasi keilmuan terutama yang terkait dengan ilmu politik, pada tahun 1969
hingga 1971 ia menjadi anggota pada Council of the Political Science Association, kemudian pada tahun 1984 hingga 1985 ia terpilih menjadi wakil presiden pada asosiasi ilmu politik
tersebut, terakhir pada tahun 1986 hingga 1987 terpilih menjadi presiden asosiasi tersebut. Kemudian Huntington juga terlibat
dalam Presidential Task Force on International Development pada tahun 1969-1970, juga menjadi anggota Komisi pada badan kerjasama antara Amerika Serikat dan Amerika Latin pada tahun 1974-1976, pada tahun yang sama menjadi ketua pada Defense and Arms Control Study Group of the Democratic Advisory Council, selanjutnya pada tahun 1986-1988 Huntington juga menjadi anggota pada Commission on Integrated Long-Term Strategy. Pada tahun 1995-1997 ia menjadi anggota pada Commission on Protecting and Reducing Government Secrecy. Dalam Perjalanan intelektualnya huntington telah menulis dan mengeditori lusinan buku dan puluhan artikel ilmiah, karyakaryanya antara lain kami bagi dalam tiga kelompok tema besar : A. Buku-buku mengenai Politik dan strategi militer serta
The Soldier and the State : The Theory and Politics of CivilMilitary Relations terbit pada tahun 1957.
2.
The Common Defense : Strategy Programs in National Politics, dipublikasikan pada tahun 1961.
3.
Editor dalam buku Changing Patterns of Military Politics terbit pada tahun 1962
4.
Editor dalam buku The Strategic Imperative : New Policies for American Security
5.
Penulis
pembantu
dalam
buku
Living
with
Nuclear
Penulis pembantu dalam buku Reorganizing Americas Defense terbit tahun 1985.
B. Buku-buku mengenai perbandingan politik dan politik dalam negeri Amerika Serikat, antara lain :
1.
Penulis pembantu dalam buku Political Power : USA/USSR terbit pada tahun 1964.
2.
Penulis pembantu dalam buku The Crisis of Democracy, terbit pada tahun 1975.
3.
American Politics: The Power of Disharmony terbit pada tahun 1981. Buku ini pula yang mengantarkan Huntington menerima penghargaan dari Association of American Publishers Social Science Award
4.
5.
The Clash of Civilizations and Remaking or World Order. dalam bidang pembangunan politik dan
C. Buku-buku
2.
Penulis Pembantu dalam buku Authoritarian Politics in Modern Society dengan judul artikel The Dinamics of Established One-Party System pada tahun 1970.
3.
Penulis pembantu dalam buku No easy Choice : Political Participation in Developing Caountries. Terbit pada tahun 1976
4.
Editor dalam buku Understanding Political Development terbit pada tahun 1986.
5.
The Third wave: Democratization in the Late Twenteith Century pada tahun 1991, berkat karyanya ini Huntington menerima penghargaan Gramemeyer Award dari Ideas Improving World Order.
BAB III REVIEW PEMIKIRAN POLITIK SAMUEL P. HUNTINGTON A. Pemikiran Huntington Seputar Pelembagaan dan
Modernisasi Politik Huntington berpendapat bahwa perbedaan politis yang paling penting antar negara pada hakikatnya tidak menyangkut masalah terletak bentuk pada pemerintahan tingkat masing-masing, melainkan negara
pemerintahannya.
Setiap
merupakan suatu masyarakat politik dengan konsensus sebagian besar rakyat mendukung keabsahan sistem politik. memandang sebuah sistem politik, Huntington
2
Dalam melihat
pelembagaan politik sebagai salah satu indikator proses politik sebuah negara, tingkat kesatuan politik yang dapat dicapai oleh suatu masyarkaat pada dasarnya mencerminkan hubungan fungsional antara lembaga poltiik dan kekuatan-kekuatan sosial yang membentuknya. Kekuatan sosial menurut Huntington adalah kelompok etnis, keagamaan, teritorial, ekonomis atau status.
10
Dalam konteks fungsi lembaga politik memiliki fungsi sebagai sarana peraturan untuk mempertahankan tatanan, menyelesaikan perselisihan (konflik), memilih tokoh atau
pimpinan politik3. Dalam perspektif Huntington lembaga-lembaga politik sangat mungkin hadir sebagai bentuk sentimentasi primordial, seperti kelompok etnis, keagamaan dana sebagainya. Dalam memahami bentuk solidaritas yang terbangun antar individu dalam lembaga politik, Huntington merujuk pada
pendapat Emile Durkheim mengenai solidaritas mekanis. Lalu, seperti apa Huntington membedakan antara
lembaga politik dan kekuatan sosial, Huntington tidak melakukan pembedaan yang tegas antara keduanya, namun ia merujuk pada landasan teoritik bahwa pembedaannya lebih pada
seberapa jauh aktor terlibat dalam aktivitas politik. Karena bagi Huntington dalam praksisnya lembaga politik dan kekuatan sosial sering kali sulit dibedakan, kekuatan sosial suatu saat bisa menjelma menjadi lembaga poltiik, dan lembaga poltiik sendiri berakar pada kekuatan-kekuatan sosial. Huntington juga berpendapat bahwa lembaga politik hadir sebagai konsekuensi dari terjadinya konflik sosial, bila konflik sosial sama sekali tidak terjadi maka lembaga politik tidak dibutuhkan, begitupun ketika keselarasan (harmoni) sosial sama tidak ada, lembaga politikpun tidak dibutuhkan4.
11
tatacara memperoleh nilai baku atau stabil5. Kemudian, tingkat pelembagaan setiap sistem poltiik dapat ditentukan dari segi kemampuan untuk menyesuaikan diri, kompleksitas, otonomi dan keterpaduan organisasi dan tata cara. Dari ukuran
pelembagaan pada organisasi politik maka dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur sistem politik. Lembaga poltiik dalam gerak dan langkahnya dituntut memiliki fleksibilitas atau mampu politik rendah menyesuaikan rendah pula6. maka Kekakuan diri. Bila
fleksibilitas
organisasi makin
tingkat dalam
pelembagaannya
organisasi biasanya menjadi karakter dalam organisasi yang relatif masih muda. Dalam analisisnya Huntington melihat semakin tua eksistensi suatu lembaga maka semakin tinggi pula tingkat pelembagaannya.7 Kemudian Huntington juga menilai tingkat pelembagaan dari kompleksitas organisasi, jika sebuah organisasi memiliki kompleksitas maka tingkat pelembagaannya semakin tinggi8. Kompleksitas yang dimaksud Huntington adalah kompleksitas dalam aspek unit kerja, diferensiasi berbagai sub unit organsiasi. Tolak ukur ketiga yang digunakan Huntington dalam mengukur tingkat kelembagaan adalah otonomi organisasi,
12
Huntington memilikin pendapat semakin tinggi independensi sebuah orgasniasi poltiik maka semakin tinggi tingkat
pelembagaannya. Tolak ukur keempat, kesatuan dan perpecahan, semakin terpadu dan utuh suatu organisasi, semakin tinggi pula tingkat kelembagaan organisasi tersebut sebaliknya semakin terpecah organisasi, semakin rendah pula tingkat pelembagaannya, dalam hal ini seberapa besar keutuhan sebuah organisasi dalam mempertahankan konsensus dalam organisasi menjadi tolak ukur apakah organisasi tersebut memiliki ke-utuhan sebuah organisasi. Modernisasi dan Kesadaran Politik Samuel huntington menghubungkan kesadaran politik dan kesadaran politik, terlebih dahulu Huntington mendefinisikan modernisasi sebagai proses bersegi jamak yang melibatkan perubahan di semua kerangka pemikiran dan aktivitas manusia, kemudian semua unsur yang menopang modernisasi seperti pendidikan, industrialisasi, seklarisasi, demokratisasi serta media massa tidak berlangsung secara serampangan dan berdiri sendiri-sendiri, kesemuanya memiliki keterkaitan. Secara
psikologis, modernisasi melibatkan pergeseran mendasar di bidang mental, nilai-nilai dan harapan.
9
13
Huntington
merujuk
pada
pendapat
Karl
Deutsch
menyebutkan bahwa aspek modernisasi yang relevan dengan masalah-masalah politik dapat diperinci secara tegas atas dua kategori besar10, pertama yang terkait dengan mobilisasi sosial dan yang kedua mengenai korelasi antara aktiviats ekonomi masyarakat dan aktivitas politik masayrakat tersebut. Modernisasi poltiik secara alamiah dimaksudkan untuk mengubah masyarakat terbelakang menjadi maju, terkait
dengan masalah ini Hntington mengkelompokkan dalam tiga kelompok melibatkan modernisasi adanya politik. Pertama, Modernisasi poltiik Kedua,
rasionalisasi
kekuasaan.
pembangunan politik melibatkan diferensiasi fungsi politik yang baru dan pengembangan struktur khusus sebagai pelaksanaan seluruh fungsi tersebut. Ketiga, pembangunan politik ditandai dengan meningkatnya partisipasi politik masyarakat secara luas. Modernisasi tak hanya memiliki implikasi positif bagi perkembangan politik, modernisasi dalam kenyataannya juga berimplikasi negatif. Modernisasi yang mempengaruhi mobilisasi sosial juga berimplikasi pada instabilitas politik, kemudian sebagai bentuk perebutan sumber-sumber daya ekonomi dalam proses modernisasi mengakibatkan terjadinya ketimpangan yang secara politik akan menimbulkan kerawanan sosial. Kemudian sebagai efek tuntutan kebutuhan masyarakat modern,
14
modernisasi telah melahirkan banyak perilaku menyimpang dalam politik perilaku menyimpang yang dilakukan pimpinan politik adalah korupsi dan penyalahgunaan kewenangan lainnya. B. Pemikiran Huntington Mengenai Proses Demokratisasi di Negara Berkembang Pendefinisian demokrasi Huntington merujuk pada konsep yang dibuat para Filsuf Yunani, dalam terminologi klasik
demokrasi diisentikkan dengan Kehendak rakyat (the will of the people) sebagai sumber atau legitimasi demokrasi dan kebaikan bersama 9the common good) sebagai teori tujuan, demokrasi namun klasik
Schumpeter
mencoba
mematahkan
tersebut dengan the another theory of democracy. Schumpeter mendefinisikan demokrasi lebih sebagais ebuah proses,
demokrasi ia definisikan sebagai prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan poltiik yang di dalamnya individu
memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat11 Dalam analisis kronologis yang dibuat Huntington, ia mencoba mendeskripsikan prosesi arus demokratisasi dan arus baliknya12 sebagai berikut :
Gelombang panjang demokratisasi pertama Gelombang balik pertama Gelombang pendek demokratisasi kedua Gelombang balik kedua Gelombang demokratisasi ketiga 1828 - 1926 1922 1942 1943 1967 1958 1975 1974 - .
15
Dialektika sejarahlah yang menghendaki prosesi gelombang ketiga demokrasi, titik awal dari arus gelombang ini menurut Huntington adalah masa setelah tumbangnya diktator Portugal pada tahun 1974, pasca itu tak kurang dari 30 negara di dunia mengalami pergantian rezim dari rezim otoriter ke rezim demokratis. Gelombang ini terutama terjadi di Eropa, Asia dan Amerika Latin. Gelombang pasang demokrasi ini muncul kepermukaan awalnya di Eropa Selatan, setelah prosesi kejatuhan rezim militer Portugal berlanjut dengan tumbangnya rezim militer di Yunani, disusul pula kejatuhan rezim otoriter di Spanyol. Pada awal 70-an gelombang demokrasi mengarah ke Amerika Latin, dimulai dengan pengunduran pemimpin militer di Ekuador, hal serupa juga terjadi di Peru, pemimpin militernya juga mengundurkan diri, hal serupa juga terjadi di Bolivia. Pada proses selanjutnya arus demokratiasasi juga
nampak di Asia ditandai dengan terbentuknya pemerintahan baru di India pada tahun 1977, pada tahun 1983 proses yang sama terjadi di Turki, pemerintahan militer Turki yang merebut tahta pada tahun 1980 mengundurkan diri, dan pemilihan umum berhadil membentuk pemerintahan sipil. Kemudian di Asia Tenggara arus demokratisasi terasa di Filipina dengan
16
tumbangnya demokratisasi
rezim
Marcos.
Pada dunia
dasawarsa komunis,
80-an dimulai
arus di
mengguncang
Honggaria pada 1988 dengan dimulainya proses menuju sistem multipartai, pada tahun 1989 beberapa pemimpin komunis di Uni Sovyet terkalahkan. Itulah kajian historis Huntington mengenai arus demokratisasi gelombang ketiga tersebut. Perbedaan bentuk pemerintahan memiliki urgensi dengan pertimbangan beberapa alasan ; pertama, demokrasi politik berkaitan erat dengan kebebasan individu. Kedua, stabilitas politik dan bentuk pemerintahan, sebagaimana telah
dikemukakan, merupakan dua variabel yang berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan. Ketiga, menyebarnya demokrasi berimplikasi bagi hubungan internasional. Huntington dalam bukunya juga memberikan gambaran mengenai strategi bagi para pejuang demokrasi untuk
melakukan proses reformasi sistem otoriter13, beberapa strategi tersebut adalah : (1)Pejuang demokrasi haruslah mengamankan basis politik. (2)Memeprtahankan legitimasi ke belakang (3)Memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi kelompok yang konservatif (4)Sedapat mungkin memegang kendali atas prakarsa politik.
17
(5)Memberi dorongan bagi kelompok-kelompok oposisi yang memiliki keinginan yang kuat pada proses perubahan (6)Menciptakan kesadaran bahwa demokrasi sebagai sebuah kemutlakan dalam mencapai keadaan yang lebih baik. Dalam proses transisi politik negara-negara yang baru saja menuju demokrasi akan menghadapi beberapa masalah, meliputi; masalah memapankan sistem konstitusi dan sistem pemilihan prubahan yang baru, menyingkirkan kelompok yang antidari posisi-posisi pemerintahan, mengubah atau
mencabut undang-undang yang tidak relevan dengan arah demokrasi, mengubah sistem yang ada di lembaga-lembaga yang sedianya menjadi penopang kekuasaan otoriter, seperti polisi rahasia dan militer. Hal-hal di atas dikelompokkan dalam masalah-masalah kelompok pertama, untuk masalah-masalah kelompok kedua adalah masalah kontekstual, permasalahan ini menyangkut watak, mentalitas warga masayrakat, kondisi
perekonomian, kondisi kultural dan realitas historis14, banyak aspek dari kondisi di atas pada negara-negara tententu tidak mendukung proses demokrasi, seperti di Indoensia, realitas historis menunjukkan Indonesia memiliki akar sejarah dan budaya yang feodalistik, hingga akan ikut mempengaruhi proses transisi menuju demokrasi.
18
C. Pemikiran Politik Huntington Mengenai Konstruksi Politik Internasional Pemikiran-pemikiran internasional Huntington mengenai politik
Clash of Civilization and Remaking of world Order. Huntington dalam bukunya tersebut menoba terlebih dahulu
mengidentifikasi pengertian-pengertian mengenai peradaban, ada belasan pemikir yang dijadikan referensi oleh Huntington dalam menemukan hakekat perdaban, antara lain pemikiran Weber, Durkheim, Oswald Spengler, Pitrim Sorokin, Arnold Toynbee, Alfred Weber, Kroeber, Bgby, Caroll Quiqley, Rushton Coulborn, C Dawson, Eisentadt, Fernard Braudel, Mc Neil, Bozeman. Imanuel Walerstein dan Fernandez-Armesto15 Menurut Huntington, konsepsi peradaban muncul pertama kali pada abad 18 oleh para pemikir Perancis, konsep muncul dan dipertentangkan dengan barbarisme. Kemudian peradaban dalam entitas pengertian kultural16. bersifat plural menempatkan juga kekal) peradaban berpendapat namun, sebagai bahwa
peradaban
peradaban
bertahan sangat lama, ia berkambang dan beradaptasi dan berpengaruh signifikan pada kehidupan manusia17. Huntington membenarkan pendapat-pendapat yang
19
universal , perdaban universal inilah yang menempatkan warga dunia dalam sebuah kerangka berpikir yang cenderung
terhomogenkan. Konstruksi mengenai perdaban inilah yang kemudian dijadikan sandaran Huntington dalam menganalisis frame mengenai konstruksi politik internasional. Huntington melihat pasca runtuhnya Uni Sovyet dan ideologi komunis, yang juga disisnggung oleh Francis Fukuyama dalam the end of History, maka dunia akan bergerak mencapai keseimbangan baru, Barat yang dimotori Amerika dan negara Eropa telah hampir tak memiliki kekuatan penyeimbang, maka dalam telaah Huntington, ia melihat negara-negara dengan basis peradaban Islam akan menjadi kekuatan penyeimbang. Peradaban merupakan puncak perkembangan kehidupan masayrakat dan menurut Huntington, benturan antar perdaban adalah konflik kesukuan dengan skala global18. Dalam konflikkonflik tersebut, melibatkan beberapa permasalahan politik internasional19, meliputi: 1. Pengaruh relatif dalam pembentukan perkembangan serta kebijakan-kebijakan global dari organisasi internasional semisal PBB, IMF dan Bank Dunia. 2. Kekuatan relatif militer yeng memicu berbagai kontroversi 3. Kekuatan ekonomi dan tingkat kesejahteraan 4. Usaha melindungi eksistensi peradaban oleh suatu negara.
20
5. Nilai dan kebudayaan 6. Kelangkaan yang menimpan dunia Huntington melihat ada beberapa potensi konflik yang begitu besar, pertama menyangkut konflik antara Barat dan Islam, meski Barat mengangap tak ada masalah antara Abrat dan Islam, Barat hanya merasa memiliki masalah dengan kelompok ekstrimis Islam20, kemudian perang dingin Amerika Cina juga berpotensi bermuara pada sebuah konflik terbuka. Relitas di atas semakin menjadi tatkala di dunia muncul semangat kebencuian kuno yang menggiring dunia pada semangat perang untuk mempertahankan eksistensi entitas kultural mereka, semangat ini tentu saja agak kontradiktif dengan semangat perdaban universal yang muncul di awal abad 20. Namun, menurut Huntington, hal muncul sebagaia bentuk pencarian dunia pada tatanan yang ideal atau cara dunia menemukan titik keseimbangannya. Dalam bukunya ini pada bagian akhir Huntington
mencoba untuk mengurai lagi realitas sosial yang mengitari perdaban Abrat dan dalam perkembangannya perdaban Barat akan mendapat himpitan dari perdaban lain terutama yang berasal dari Timur dan Islam, Huntington melihat proses
21
22
End note
Disarikan dari Samuel Huntington :Bio-Profile pada Ensiklopedi Cyber pada www.wikipedia.organisasi/wiki/samuel_p_hunitngton diakses pada tanggal 15 Juni 2003 pukul 21.43 WIB
2
Samuel Huntington, 1983 dalam Tertib Politik di Dalam Masyarakat yang Sedang Berubah. Buku satu, Rajawali Pers. Ib.id hlm. 15 Ib.id hlm 17 Huntington merujuk pada definisi dan pembahasan pada buku karya Talcott Parson dalam Essay in Sociological theory Ib.id hlm.23 Ib.id hlm.22 Ib.id hlm. 30 Ib.id hlm. 52-53 Samuel Huntington merujuk pada pendapat Karl w. Deutsch dalam Sosial Mobilization and Political Development yang Samuel P Huntington dalam Gelombang Demokratisasi Ketiga.. Grafiti, Jakarta. Merupakan terjemahan dari buku
Jakarta, buku ini merupakan terjemahan dari buku Huntington berjudul Political Order in Changing Societies. Hlm. 1-2
3 4 5
10
Huntington The Third Wave : Democratization in the Late Twentieth Century yang diterbitkan dalam edisi aslinya pada tahun 1989. Hlm. Dalam mendefinisikan demokrasi Huntington tidak melakukan pendefinisian secara kaku, ia mengkaitkan definisi demokrasi sesuai konteks.
12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ibid. hlm. 16 Ib.id. hlm. 179 Ib.id hlm. 270-272 Samuel P. Huntington, 1994. Benturan antar Peradaban dan Amsa Depan Politik Dunia. Qalam, Yogyakarta.hlm. 37 Ib.id hlm. 39 Ib.id hlm.45 Ib.id hlm.385 Ib.id hlm. 387 Ib.id. hlm. 390
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang intelektual, Samuel P. Huntington dapat dikatakan sebagai pemikir yang memiliki kecukupan pengalamannya berkutat dengan analisis teoritik dan evaluasi teoritis telah cukup teruji, berbagai unit riset
di
berbagai
universitas
terkemuka
di
Amerika
Serikat
dan
Eropa
telah
mengindikasikan bahwa Huntington termasuk pemikir politik yang memiliki dedikasi tinggi bagi pengembangan ilmu politik. Tidak hanya itu Huntington juga termasuk sebagai aktor dalam berbagai kebijakan politik pertahanan dan politik luar negeri di Amerika Serikat , mengingat statusnya sebagai penasehat dan staf pada dewan keamanan nasional Amerika Serikat.
Karya-karya Huntington telah beredar di hampir seluruh negara, bahkan bukunya yang terakhir the Clash of Civilizations and Remaking of World Order telah diterjemahkan dalam 22 bahasa, ini merupakan indikator bahwa pemikiran politiknya telah dengan luas menjadi bahan referensi dalam ilmu poltiik. Oleh sebagian pengamat karya-karya Huntington dipilah dalam tiga kelompok besar, pertama karya-karyanya mengenai strategi dan politik militer dan pertahanan, kemudian kelompok karya mengenai perbandingan politik dan politik dalam negeri Amerika Serikat dan terakhir kelompok karyanya mengenai Buku-buku dalam bidang pembangunan politik dan perkembangan politik di negara dunia ketiga. Pemikiran politik Huntington mengenai perbandingan politik akan tergambar dalam bukunya terakhir The Clash of Civilizations and Remaking of world Order. Ia menggambarkan dunia yang tengah berkontraksi menemukan titik keseimbangan baru setelah berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat dengan ideologi kapitalis dan Uni Sovyet dengan ideologi komunis. Pemikiran politik Huntington akan dapat dijumpai dalam karyanya Political Order in Changing Societies dan The Third wave: Democratization in the Late Twenteith Century kedua buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Tertib Politik di dalam Masyarakat yang Sedang Berubah dan Gelombang Demokratisasi Ketiga, dalam buku Tertib Politik, Huntington mencoba mengurai mengenai berbagai aspek politik di negara yang masayrakatnya tengah bertransisi dari kondisi yang tradisional menuju kondisi yang modern, kemudian proses modernisasi ini menurut Huntington memiliki implikasi yang luas atas konstruksi politik, terutama menyangkut partisipasi politik dan pelembagaan institusi politik.
Kemudian dalam buku mengenai demokratisasi Gelombang ketiga, Huntington, melakukan telaah historis atas kondisi politik dalam negeri di beberapa negara, terutama di Asia, Amerika latin Afrika, ia menangkap bahwa proses demokratisasi yang bermula pada tahun 1828 dan memasuki fase ketiga pada tahun 1974 hingga sekarang, ia melihat proses ini sebagai bentuk arus demokratisasi yang melanda dunia secara luas dan mengakibatkan berjatuhannya rezim pemerintahan otoriter dan tergantikan rezim yang demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Huntington, Samuel. P. 1983. Tertib Politik di dalalm masayrakat yang sedang berubah. Rajawali Pers. Jakarta . 2001. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Grafiti, Jakarta ..2001. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Qalam, Yogyakarta
Wikipedia Ensiklopedi Cyber pada www.wikipedia.organisasi/wiki/samuel_p_hunitngton, Samuel P. Huntington: Bio-Profile diakses pada tanggal 15 Juni 2003 pukul 21.43 WIB.