Anda di halaman 1dari 6

1

Khitbah sudah sah dan sempurna hanya dengan ungkapan permohonan itu saja. 2. Cara mengajukan pinangan. a. Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya,Bleh dinyatakan secara terang-terangan. b. Pinangan kepada waniya yang masih ada dalam iddah talak baiin atau iddah di tinggal mati suaminya.Tidak boleh di nyatakan secara terang-terangan.Pinangan kepada mereka hanya boleh dinyatakan secara sindiran saja. Artinya: Dan tdak ada dosa bagi kamumeminang waniya-wanita itu dengan sindiran,atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu (Al-Baqoroh ayat 235) ( 222 : ) Artinya: Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki antaramu.Jika tidak ada dua orang lelaki maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksisaksi yang kamu ridhoi(Al-Baqoroh ayat 282) http://khanwar.wordpress.com/fiqihmunakahat-peminangankhitbah/ C. Syarat-Syarat Khitbah Membicarakan syarat pinangan tidak dapat di pisahkan dari pembicaraan tentang halangannya. Karena itu di sini dibicarakan dalam satu subpokok bahasan, agar di perole gambaran yang jelas. Pertunangan diperbolehkan oleh agama apabila terpenuhi syarat-syarat di bawah ini : a) Tidak adanya penghalang antara kedua mempelai, yaitu tidak ada hubungan keluarga (mahram), tunggal susuan (rodhoah), mushoharoh, atau penghalang yang lain, sebab tunangan adalah langkah awal dari perkawinan maka disamakan hukumnya dengan akad perkawinan. b) Tidak berstatus tunangan orang lain, seperti dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam An-Nasai mengatakan :" Tidak boleh bagi seorang lelaki melamar tunangan orang lain sehingga ia menikahinya atau meninggalkannya "Hadits yang senada juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim. Keharaman ini jika tidak mendapat izin dari pelamar pertama atau ada unsur penolakan dari pihak mempelai wanita, itu tadi adalah pendapat mayoritas ulama' (Hanafiah, Malikiah dan Hanabilah), namun sebagian ulama' lain memperbolehkan khitbah tersebut apabila tidak ada jawaban yang jelas dari mempelai wanita. Adapun cara menyampaikan ucapan peminangan terdapat dua cara : a) Menggunakan ucapan yang jelas dan terus terang dalam arti langsung dipahami atau tidak mungkin dipahami dari ucapan itu kecuali untuk peminangan seperti ucapan : saya berkeinginan untuk menikahimu. b) Menggunakan ucapan yang kurang jelas dan tidak terus terang (kinayah) yang berarti ucapan itu dapat mengandung arti bukan untuk peminangan, seperti ucapan : tidak ada orang yang tidak senang kepadamu. Perempuan yang belum menikah atau sudah menikah dan telah habis masa iddahnya boleh dipinang dengan ucapan terus terang dan boleh pula dengan ucapan sindiran. Tidak boleh meminang seorang perempuan yang masih punya suami, meskipun dengan janji akan dinikahinya pada waktu dia telah boleh dinikahi; baik dengan menggunakan bahasa terus

terang seperti : Bila kamu dicerai suamimu saya akan menikahi kamu atau dengan bahasa sindiran, seperti : Jangan khawatir dicerai suamimu, saya yang akan melindungimu. Perempuan yang telah dicerai suaminya dan sedang menjalani iddah raji, sama keadaannya dengan perempuan yang punya suami dalam hal ketidakbolehannya untuk dipinang bak dengan bahasa terus terang atau bahasa sindiran. Alasannya, ialah bahwa perempuan dalam iddah talak raji statusnya sama dengan perempuan yang sedang terikat dalam perkawinan. Sedangkan perempuan yang sedang menjalani iddah karena kematian suaminya, tidak boleh dipinang dengan menggunakan bahasa terus terang, namun boleh meminangnya dengan bahasa sindiran Perempuan yang sedang menjalani iddah dari talak bain dalam bentuk fasakh atau talak tiga tidak boleh dipinang secara terus terang, namun dapat dilakukan dengan cara sindiran, sebagaimana yang berlaku pada perempuan yang kematian suami. Kebolehan ini karena perempuan tersebut telah putus hubungannya dengan bekas suaminya. http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/khitbah-lamaran-dalah-hukum-islam.html -A. Definisi Kafaah Kafaah berasal dari bahasa arab, dari kata kafi-a. Artinya adalah sama atau setara. Kata ini merupakan kata yang terpakai dalam bahasa arab dan terdapat dalam al-Quran dengan arti sama atau setara. Contoh dalam al-quran adalah dalam surat al-ikhlash ayat 4: walam yakun lahu kufuan ahad, yang berarti tidak suatupun yang sama dengan-Nya. Kata kufu atau kafaah dalam perkawinan mengandung arti bahwa perempuan harus sama atau setara dengan laki-laki. Sifat kafaah mengandung arti sifat yang terdapat pada perempuan yang dalam perkawinan sifat tersebut diperhitungkan harus ada pada laki-laki yang mengawininya.[21] Dengan demikian maksud dari kafaah dalam perkawinan ialah persesuaian keadaan antara si suami dengan perempuannya, sama kedudukannya. Suami seimbang dengan isterinya di masyarakat, sama baik akhlaknya dan kekayaannya. Persamaan kedudukan suami dan isteri akan membawa kearah rumah tangga yang sejahtera, terhindar dari ketidakberuntungan. Demikian gambaran yang diberikan oleh kebanyakan ahli fiqh tentang kafaah.[22] http://kumpulan-q.blogspot.com/2009/01/peminangan-dan-kafaah-dalamperkawinan_19.html Kafaah secara bahasa bermakna : sederajat atau sama, sedangkan menurut istilah adalah : perkara yang dapat menimbulkan kejelekan/aib jika tidak ada. Kafaah dipandang dari 5 hal : 1. Iffah (menjaga terhadap agama). Orang fasiq (terus menerus berbuat dosa kecil atau pernah berbuat dosa besar) tidak sekufu dengan orang yang adil. 2. Terbebas dari segala aib yang bisa menetapkan hak khiyar, seperti gila, lepra, atau penyakit belang. 3. Merdeka/budak. Seorang budak tidak sekufu dengan orang yang merdeka. 4. Nasab. Orang ajam tidak sekufu dengan orang arab, orang arab yang bukan kaum quraisy (golongan bani Hasyim dan Abdi Manaf) tidak sekufu dengan orang quraisy dan selain keturunan dari sydt Fatimah (selain keturunan syd Hasan dan syd Husein) tidak sekufu dengan keturunan beliau.

5. Hirfah (pekerjaan). Orang yang pekerjaannya rendahan seperti yang berkaitan dengan najis (tukang bekam/cantuk, tukang sampah atau tukang jagal) tidak sekufu dengan pedagang. Namun sebagian ulama tidaklah memandang pekerjaan sebagai salah satu factor penetapan kafaah. Kafaah menurut madzhab Syafii bukanlah syarat sahnya nikah akan tetapi menjadi hak dari seorang perempuan dan wali nikahnya. Sehingga jika salah satu dari wali atau si perempuan berniat menggugurkan kafaah dengan menginginkan orang yang tidak sekufu seperti seorang syarifah (perempuan keturunan dari syd Hasan atau syd Husein) menginginkan menikah dengan laki-laki pilihannya yang yang bukan seorang syarif, namun tidak mendapat restu dari walinya, maka pernikahannya tidak sah walaupun yang menikahkan adalah hakim. Namun jika ada keridhoan dari keduanya (si perempuan dan seluruh walinya sederajat) untuk menggugurkan hak kafaah, maka menurut kalangan fukoha pernikahannya sah. Akan tetapi menurut pandangan dari para habaib khususnya ulama dari Hadramaut menyatakan bahwa hak kafaah yang berupa nasab khusus keturunan Nabi (keturunan syd Hasan dan syd Husein) dimiliki oleh seluruh wali baik yang dekat ataupun yang jauh. Hal ini memberikan pengertian bahwa hak kafaahnya dimiliki oleh para syarif di seluruh penjuru dunia, karena mereka semua masih satu saudara yaitu dari syd Hasan dan syd Husein. http://www.forsansalaf.com/2010/kafaah-dalam-kacamata-islam/ -Kafaah Dalam Pernikahan Oleh: Ibnu Ahmad Persoalan pernikahan merupakan persoalan yang selalu aktual dan penting untuk senantiasa dibahas dan ahdibicarakan, mengingat pernikahan merupakan pilar utama dari pintu gerbang terbentuknya sebuah keluarga yang darinya akan melahirkan tatanan kehidupan yang baik kedepan dengan lahirnya generasi-generasi yang tangguh didalam memperjuangkan agama Allah. Salah satu problematika yang menarik untuk senantiasa dibahas didalam membicarakan masalah pernikahan ialah konsep Kafaah (kesetaraan). Dimana hal ini menjadi problematika tersendiri di tengah sebagian kaum muslimin yang masih belum memahami akan esensi sebenarnya dari konsep kafaah dalam pandangan Islam. Untuk itu didalam tulisan ini sedikit akan dibahas mengenai Kafaah Dalam Pernikahan Menurut Pandangan Islam. Semoga bermanfaat. Matan Hadits : ( : ) Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia." Muttafaq Alaihi dan Imam Lima. Syarah Hadits Didalam hadits ini mengandung pengertian dan tuntunan yang amat berharga bagi mereka yang hendak membina rumah tangga didalam memilih calon pasangan yang baik dan membawa kebahagiaan. Diantaranya ialah;

1. Memilih/Mengutamakan Calon Pasangan Yang Baik Agamanya. Hal ini sebagaimana perkataan Imam An-Nawawi didalam mensyarah hadits tersebut dengan berkata: Pandangan yang benar mengenai makna hadist ini adalah bahwa Nabi berkata tentang keumuman manusia apa yang dilakukannya tatkala hendak menikah, bahwa mereka menikah berdasar empat hal ini (harta ,keturunan,kecantikan,agama).Yang paling terakhir dalam pilihan orang adalah mengenai komitmen agama ,maka yang benar adalah engkau selayaknya memilih yang punya komitmen agama. (Imam An-Nawawi, Syarah An-Nawawi Alaa Muslim, juz 5, hal 201, No. 2661 Al-Maktabah Asy-Syamilah) Allah Subhanahu Wa Taala Berfirman: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13) Sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Q.S. An-Nisaa: 34) wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)... (Q.S. An-Nuur: 26) 2. Islam Menganjurkan Memilih Pasangan yang Cantik (Indah/Menyenangkan Jika Dipandang) Dalam kitab madzhab Hambali Syarah Muntaha al-Iraadaat (2/623)disebutkan: Adalah juga sunnah untuk memilih wanita yang cantik, karena hal tersebut dapat melahirkan rasa ketenangan yang lebih besar dan lebih membantu dia untuk menundukkan pandangan dan cinta yang lebih.Oleh karenanya disyariatkan Nadzor sebelum menikah (Manshur Bin Yunus Bin Idris Al-Bahuuti, Syarah Muntaha al-Iraadaat, Juz 2, hal. 623. Al-Maktabah AsySyamilah) Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Bersabda: : ! :

Ya Rasulullah,wanita mana yang terbaik? Beliau berkata -salah satunya,- Yang tatkala engkau melihatnya engkau merasa senang,.(Hadits Shahih,dalam al-Silsilah al-Sahihah, no.1838) Berkata Imam Ahmad Rahimahullah: Jika seseorang pria ingin menikahi seorang wanita,dia mesti bertanya pertama kali tentang kecantikannya, jika kemudian dia mendapat kabar bagus mengenai kecantikan (wanita tersebut), baru dia bertanya mengenai komitmen agama (wanita tadi). Jika ternyata agamanya bagus maka dia seharusnya menikahi wanita tersebut.Jika dia tidak mendapat kabar yang baik mengenai agamanya maka dia akan menolak wanita tersebut atas dasar agamanya. Oleh keranya janganlah dia bertanya mengenai Komitmen agamanya dahulu,yang jika dia mendengar bahwa agama wanita itu bagus, namun kemudian dia mengetahui wanita tersebut tidak cantik lantas kemudian menolak. Maka dia (pria tadi) telah menolak wanita atas dasar Kecantikan bukan atas dasar agama .( Manshur Bin Yunus Bin Idris Al-Bahuuti, Syarah Muntaha al-Iraadaat (2/623) Al-Maktabah Asy-Syamilah) Meskipun Islam menganjurkan untuk memilih calon pasangan yang cantik. Maka, hal ini tetap dibawah pertimbangan didalam memilih pasangan berdasarkan kebaikan agamanya. 3. Memilih Pasangan Yang Baik Keturunannya Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan Bani Adam sebagaimana firman Allah Taala: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baikbaik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (An-Nahl: 72) Yang dimaksud dengan memilih pasangan yang baik nasabnya ialah bukan memilih pasangan yang sederajat/satu suku. Akan tetapi memilih pasangan yang baik dari segi keturunan nasab /keturunan keluarga yang bertaqwa dan tidak dikenal sebagai keluarga yang suka bermaksiat dan jelas asal-usulnya. Peristiwa perkawinan antara seorang budak yang bernama Zaid bin Haritsah dengan seorang putri kaum bangsawan bernama Zainab binti Jahsy Dan pernikahan Fathimah bintu Qais Al Fihriyyah dengan Usamah bin Zaid, juga pernikahan Bilal bin Rabah dengan saudara perempuan Abdurrahman bin `Auf. menghapus adanya sistem kafa'ah secara nasab. Namun, memilih pasangan yang sederajat dari segi keturunan juga merupakan salah satu faktor langgengnya suatu jalinan rumah tangga. Hal ini terbukti dari pernikahan Zaid Bin Haritsah dengan Zainab Binti Jahsy yang hanya seumur jagung dikarenakan tidak setara dari segi derajat dan keturunan. 4. Memilih Pasangan Yang Setara Tingkatan Hartanya Salah satu faktor didalam menikahi pasangan yang akan dinikahi ialah faktor harta. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam;

..... : ( : Bahwa Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: hartanya.... Meskipun Islam menganjurkan memilih pasangan yang salah satunya ialah karena hartanya. Namun hal ini bukanlah syarat dari berlangsungnya hubungan ikatan pernikahan. Sejarah telah mencatat bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan Siti Khodijah Radhiyallahu Anha menikah dalam keadaan yang tidak sederajat dalam hal harta. Kesimpulan Demikianlaha apa yang bisa disampaikan berkenaan dengan tema Kafaah Dalam pernikahan. Sebagaimana yang perlu untuk diketahui dan dipahami bahwa didalam Islam Kafaah profesi, keturunan, harta, kecantikan bukanlah Syarat sah dari berlangsungnya ikatan pernikahan, akan tetapi hanya sebagai anjuran. Dan Islam lebih menganjurkan dan sangat menekankan didalam memilih calon pasangan ialah yang baik agamanya. Sebagaimana tidak boleh menikahkan wanita muslimah dengan laki-laki kafir, tidak boleh pula menikahkan wanita yang menjaga kehormatan dirinya dengan laki-laki yang fajir (jahat/jelek).. Wallahu Alam Bish shawab. <<<Referensi>>> Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Mughirah Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, AlMaktabah Asy-Syamilah Abdu Al-Baqiy, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah Al-Asqalani, Ibnu Hajar , Bulughul Maram Min Adillati Al-Ahkam, tp. Tempat: Maktabah Daar Ihyaa Al-Kitab Al-Arabiyah Indonesia Al-AlBani, Muhammad Nashiruddin, Al-Silsilah Al-Shahihah, Al-Maktabah Asy-Syamilah Bin Ali Al-Kattani, Hasan, Abu Hurairah Dihujat!, Solo: Multazam, 2009, Ali Bin Umar Abu Al-Hasan Al-Daruquthni Al-Baghdadi, Sunan al-Daruquthni, Al-Maktabah Asy-Syamilah Muhammad Bin Hibban Bin Ahmad Abu Haatim At-Tamimi, Shahih Ibnu Hibban, Al-Maktabah Asy-Syamilah Ali Bin Hisam Ad-Diin Al-Muttaqiy Al-Hindi Al-Burhan Fauri, Kanzul Umal Fii Sunan Al-aqwal Wa Afaal, Al-Maktabah Asy-Syamilah Abi Iwanah, Musnad Abi Iwanah, Al-Maktabah Asy-Syamilah Manshur Bin Yunus Bin Idris Al-Bahuuti , Syarah Muntaha al-Iraadaat, Al-Maktabah AsySyamilah Kata kunci: artikel http://ibnuahmad1989.multiply.com/journal/item/17?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal %2Fitem

Anda mungkin juga menyukai