Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR II SINTESIS DIBENZALASETON

I.

TUJUAN PERCOBAAN Membuat N-Benzil aniline melalui reaksi alkilasi amina primer.

II.

TINJAUAN PUSTAKA Reaksi Kondensasi Aldol Suatu reagensia yang memiliki suatu atom karbon nukleofilik dapat juga menyerang karbon yang positif parsial dari suatu gugus karbonil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain. Hasilnya adalah adisi satu molekul aldehida ke molekul aldehida yang lain. Reaksi ini disebut sebagai suatu reaksi kondensasi aldol. Kata aldol, yang diturunkan dari aldehida dan alkohol, memerikan produk itu, yang merupakan suatu aldehida hidroksi. Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi di mana dua molekul atau lebih bergabung menjadi suatu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi di mana tidak dilepaskan suatu molekul kecil. Jika asetaldehida diolah dengan larutan natrium hidroksida berair, terbentuklah larutan enolat dalam konsentrasi rendah. Reaksi ini reversibel pada saat ion enollat ini bereaksi, akan terbentuk lagi yang baru. Ion enolat bereaksi dengan suatu molekul aldehida lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida, yang kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol produk itu. Aldehid awal dalam kondensasi aldol harus mengandung satu hidrogen yang berposisi terhadap gugus karbonil sehingga aldehida ini dapat membentuk ion enolat dalam basa. Produk aldol itu masih memiliki suatu gugus karbonil dengan hidrogen . Produk ini dapat bereaksi lebih lanjut membentuk dimer,trimer, bahkan polimer. Keton juga menjalani kondensasi aldol juga, tetapi kesetimbangan tidak membantu terbentuknya produk kondensasi-keton.

a.

Dehidrasi aldol

Suatu senyawa karbonil hidroksi, seperti suatu aldol, mudah mengalami dehidrasi karena ikatan rangkap dalam produk berkonjugasi dengan gugus karbonilnya. Oleh karena itu suatu aldehida tak jenuh-, dapat dengan mudah diperoleh sebagai produk suatu kondensasi aldol. Bila dehidrasi menghasilkan suatu ikatan rangkap berkonjugasi dengan suatu cincin aromatik, seringkali dehidrasi ini berlangsung sertamerta (spontan), bahkan juga dalam larutan basa b. Kondensasi aldol silang Suatu aldehida tanpa hidrogen tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun jika aldehida semacam itu dicampur dengan aldehida yang memiliki hidrogen alfa, maka kondensasi antara keduanya dapat terjadi. Reaksi ini disebut kondensasi aldol silang (cross aldol condensation). Suatu kondensasi aldol silang sangat berguna bila hanya satu senyawa karbonil yang memiliki hidrogen ; kalau tidak, akan diperoleh produk campuran. c. Kondensasi Knoevenagel Dalam reaksi kondensasi ini yang diperlukan hanyalah satu senyawa dengan suatu gugus karbonil, plus satu senyawa yang memiliki suatu hidrogen asam. Kondensasi Knoevenagel adalah reaksi antara sebuah aldehida dan suatu senyawa yang mempunyai sebuah hidrogen terhadap dua gugus pengaktif ( seperti C=O) dengan menggunakan amonia atau suatu amina sebagai katalis. d. Kondensasi Ester Ester dengan hidrogen dapat bereaksi kondensasi diri untuk menghasilkan ester keto. Suatu kondensasi ester mirip dengan kondensasi aldol; bedanya gugus OR dari ester dapat bertindak sebagai gugus pergi. Karena itu hasilnya ialah substitusi (sedangkan kondensasi aldol adalah adisi). Kondensasi ester sederhana, seperti contoh-contoh dibawah ni, disebut Kondensasi Claisen (perhatikan penggunaan oxo dalam penamaan produk ester keto untuk menandai posisi gugus keto). e. Kondensasi Claisen silang Dua ester berlainan dapat digunakan dalam kondensasi Claisen. Hasil terbaik (yakni terhindarnya pencampuran) diperoleh jika hanya satu dari ester itu memiliki sebuah hidrogen alfa.

Kondensasi Claisen silang dapat dilakukan dengan berhasil antara keton dan ester, tanpa mempedulikan apakah ester itu mengandung hidrogen atau tidak. Hidrogen dari keton lebih disukai untuk diikat (oleh basa), karena keton lebih asam daripada ester. Karena alasan ini, maka Claisen silang lebih disukai daripada kondensasi Claisen dari ester (tanpa melibatkan ketonnya). Hidrogen alfa ini memiliki sifat asam, hal ini karena stabilisasi-resonansi dari ion enolat produknya. Suatu aldehida yang memiliki hidrogen akan mengalami reaksi kondensasi aldol, sedang yang tidak memiliki hidrogen akan mengalami reaksi cannizzaro, dengan bantuan suatu basa kuat. Kondensasi aldol akan memberikan suatu produk aldehida-alfahidroksi. Kata aldol disini berasal dari aldehida dan alkohol yang merupakan produk yang terbentuk dari reaksi tersebut, untuk reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (suatu air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskan suatu molekul kecil. Sedangkan suatu aldehida tanpa hidrogen alfa tidak dapat menjalani adisi- diri untuk menghasilkan produk aldol. Hal tersebut dikarenakan suatu aldehida tanpa hidrogen alfa (seperti benzaldehida dan formaldehida) tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak dapat berdimerasi dalam kondensasi aldol (Fessenden). Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi.Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai. Ada dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut daripada senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah: Melarutkan senyawa yang akan dimurnikan kedalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya.

Menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut. Biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal Memisahkan kristal dari larutan berair. Memberikan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dan zat pengotor. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal Mudah dipisahkan dari kristal Bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dengan kristal Kristal yang terjadi dikeringkan dan ditentukan kemurniannya dengan penentuan titik lebur, kromatografi dan metode spektroskopi. Langkah penentuan pelarut dalam rekristalisasi merupakan langkah penentu keberhasilan pemisahan. Jika senyawa larut dalam keadaan panas maka penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas. Senyawa organik sering mengandung senyawa berwarna. Senyawa tersebut dapat dimurnikan dengan penambahan karbon aktif penghilang warna seperti norit, arang aktif, zeolit, dll. (Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar I) Benzaldehid Benzaldehid (ArCHO) merupakan suatu aldehid (-COH) dengan gugus karbonnya adalah gugus benzena aromatik (Ar/aril). Pada gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120 disekitar karbon sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatanikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektronelektron dalam ikatan sigma, dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Sedangkan gugus aromatik/benzena (Ar) bersifat non polar. Kekuatan non polar dari benzaldehid lebih besar daripada kepolarannya. Oleh sebab itu sifat dari benzaldehid ini secara keseluruhan adalah non polar tetapi dapat larut dalam air, kelarutannya sebesar 3,3 gram/L. Semua sifat-sifat struktural ini, misalnya saja kedataran, Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai dalam proses rekristalisasi, antara lain:

ikatan pi, polaritas dan adanya electron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil. Gugus aldehid dari benzaldehid ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan pelarut yang memiliki gugus N ataupun O, atau dalam larutan benzaldehid itu sendiri. Sehingga titik didihnya sangat tinggi, yaitu sekitar 179 C dan titik lebur sebesar -26 C, dengan berat jenis 1,05 gram/mL.

Gambar Struktur Benzaldehid

Aseton (CH3COCH3) Aseton merupakan cairan tidak berwarna, yang memiliki bau seperti buah-buahan, sangat volatil. Merupakan pelarut organik yang baik, yang memiliki titik didih 56,2 o C , titik lebur -95,4
o

C, san berat molekul 58,08 g/mol, sedangkan berat jenisnya adalah 0,79 g/cm3.

Aseton ini sedikit larut dalam air, karena dalam strukturnya memiliki gugus karbonil yang merupakan letak kepolaran dari molekul tersebut, namun apabila dilihat secara total senyawa ini termasuk senyawa non polar. Aseton merupakan salah satu jenis metil keton yang memiliki hidrogen alfa, yang merupakan salah satu syarat agar reaksi haloform ini terjadi.

Gambar Struktur 3D Aseton III. CARA KERJA Ditimbang 2,25 mL (0,025 mol) benzaldehida di dalam Erlenmeyer dan selanjutnya ditambahkan 20 mL etanol 20% dan 5 mL larutan NaOH 20%. Dengan menggunakan pipet ditambahkan 1,84 mL aseton. Erlenmeyer ditutup dengan cepat dan campuran dikocok.

Pengocokan dilakukan berulang kali selama 15 menit dan hingga terbentuk gumpalan padatan. Padatan tersebut kemudian dipisahkan dengan penyaringan dan dicuci dengan @ 50 mL air. Kemudian dilakukan rekristalisasi. Rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan kembali padatan dengan 10 mL etanol, setelah larut kemudian dipanaskan. Pada saat panas tersebut larutan disaring dengan penyaring panas. Kristal yang diperoleh kemudian dipisahkan dari larutan berair dengan penyaring Buchner. Hasil kemudian ditimbang dan diperoleh randemen reaksi.

V. PEMBAHASAN Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk sintesis mempelajari kondensasi aldol melalui pembuatan dibenzal aseton. Reaksi kondensasi ialah reaksi di mana dua molekul atau lebih bergabung menjadi suatu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi adalah suatu reaksi yang dinamai, didasarkan pada jenis produk terbentuk ketika dua aldehid ( atau ketones), di hadapkan pada suatu basa jenuh, hasilnya adalah suatu molekul mempunyai dua gugus fungsional aldehid ( ald-) dan alkohol (-ol). Produk aldol adalah hidroksialdehid ( atau - hidroksiketon). Reaksi ini digunakan secara ekstensif untuk sintesis ikatan C-C baru dan untuk membuat molekul organik lebih besar. Dalam kondensasi aldol molekul aldehid/keton dimana satu atom H-nya diubah membentuk molekul tunggal yang memiliki gugus C=O (karbonil/aldehid) dan gugus OH (hidroksi). Langkah pertama dalam percobaan ini adalah memasukkan 2,55 mL benzaldehida ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambah dengan 20 mL etanol 95% dan 5 mL larutan NaOH 20%. Setelah itu ditambahkan 1,84 mL aseton ke dalam campuran. Penambahan tersebut menyebabkan perubahan warna dari bening menjadi kuning. Benzaldehid dan aseton berfungsi sebagai reagen/pereaksi, NaOH digunakan sebagai pembentuk enolat pada aseton dan pemberi suasana basa pada larutan, sehingga reaksi ini dapat berlangsung. Ion enolat ini yang nantinya akan bereaksi dengan molekul aldehid lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion enolat. Sehingga secara garis besar NaOH disini dapat disebut sebagai katalis, karena akan mempercepat reaksi dengan cara

membentuk suatu enolat dengan gugus karbonil, dan pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Sedangkan penambahan etanol disini berfungsi sebagai pelarut benzaldehid serta benzalaseton (intermedietnya). Aseton disini ditambahkan terakhir dan kemudian erlenmeyer ditutup rapat. Hal tersebut dilakukan karena aseton memiliki sifat yang mudah menguap. Kemudian campuran dikocok selama 15 menit agar benzaldehid, etanol dan aseton menjadi sebuah campuran yang merata dan homogen. Pada pengocokan ini terjadi reaksi eksotermis, yang dapat dirasakan dengan panasnya Erlenmeyer. Tujuan pengocokan berulangkali selama 15 menit adalah untuk mempercepat reaksi, karena dengan adanya pengocokan tumbukan antar molekul menjadi sering terjadi, sehingga reaksi lebih cepat dan lebih mudah terjadi. Selama pengocokan ini berlangsung, akan timbul suatu padatan kuning dari campuran reaksi. Jika pada saat pengocokan tidak terbentuk padatan kuning tersebut, yang biasanya berwarna kuning minyak, maka pemadatan dapat dilakukan dengan cara membuka tutup erlenmeyer kemudian sisi tabung dikerok dengan batang pengaduk dan kemudian diaduk kurang lebih satu jam bila perlu. Padatan kuning tersebut adalah dibenzalaseton yang masih kotor, dan perlu dimurnikan lagi. Kemudian ditambahkan air yang berfungsi untuk melarutkan basa dan pengotor agar larut dari kristal. Untuk memisahkan padatan tersebut dari larutan berair maka digunakan penyaring buchner dengan pompa vakum, dan dicuci dengan air. Proses penyaringan ini mengguanakan prinsip sedimentasi, dan dibantu menggunakan vakum pump, yaitu alat untuk menyedot udara, sehingga proses penyaringan dan pengeringan cepat selesai. Vakum pump disini dapat menggunakan alat tersendiri ataupun dengan mengalirkan air pada akhir selang penghubung secara terus menerus sehingga terjadi perbedaan tekanan udara yang akan menimbulkan sedotan. Dari penyaringan ini didapat endapan yang lengket. Dari penyaringan ini masih diperoleh dibenzalaseton yang masih kotor, sehingga perlu dimurnikan lagi dengan teknik rekristalisasi. Pada proses pengkristalan kembali ini, mulamula padatan dibenzalaseton tersebut dilarutkan ke dalam 10 mL etanol 95% dan dipanaskan. Sambil dipanaskan larutan diaduk agar padatan lebih mudah/cepat untuk larut. Fungsi etanol adalah sebagai pelarut dari dibenzalaseton. Setelah semua padatan larut semua, dan larutan masih dalam keadaan panas, maka larutan kemudian larutan disaring dengan penyaring panas, dan filtrat ditampung di gelas beker yang diletakkan di atas

penangas es. Fungsi penyaring panas adalah menyaring pengotor dari larutan dibenzalaseton. Dalam keadaan panas pada pelarut etanol, dibenzalaseton akan larut sedangkan pengotor tidak, sedangkan pada keadaan dingin dibenzalaseton akan mengkristal sehingga sulit untuk dipisahkan dari pengorotnya, oleh karena itu digunakan penyaring panas. Pada penyaringan ini pengotor akan tertinggal pada kertas saring sedangkan dibenzalaseton turun sebagai filtrat dan langsung mengkristal. Penangas es digunakan untuk mendinginkan filtrat sehingga filtrat akan cepat membentuk kristal pada suhu rendah, selain itu juga mempermudah memisahkan dibenzalaseton dengan pengotor yang larut pada etanol dingin. Secara garis besar pemisahan ini didasarkan pada perbedaan kelarutan antara dibenzalaseton dengan pengotor pada kondisi panas dan dingin, berdasarkan dari sifat dibenzalaseton pada suatu pelarut. Kemudian hasil kristal dibenzalaseton tersebut disaring dengan menggunakan penyaring Buchner dan dicuci dengan menggunakan akuades. Setelah itu endapan tersebut dikeringkan dan ditimbang. Dari proses tersebut diperoleh hasil yang berupa padatan dibenzalaseton berwarna kuning lengket seberat 1,26 gram, dengan randemen reaksi sebesar molekul dibenzalaseton secara geometri (penataan atom-atom 42,584%. dalam ruang). Hasil yang berupa endapan lengket tersebut dikarenakan adanya perbedaan penyusunan Dibenzalaseton memiliki dua isomer geometri yaitu cis-dibenzalaseton dan transdibenzalaseton. Isomer geometri memiliki rumus molekul yang sama tetapi hanya urutan penataan atom-atom yang berbeda. Isomer ini hanya terjadi pada senyawa siklik dan alkena. Kedua isomer tersebut memiliki sifat kimia yang sama tetapi memiliki sifat fisik (misal titik didih) dan interaksi antar molekul yang berbeda, sehingga antara isomer cis dan trans dari dibenzalaseton diperoleh sifat fisik yang berbeda pula. Cis-dibenzalaseton memiliki sifat yang lebih lengket, sedangkan trans-dibenzalaseton tidak. Pada percobaan ini diperoleh dibenzalaseton yang lengket, yang merupakan isomer cis dari dibenzalaseton, untuk trans memiliki sifat yang tidak lengket. Isomer cis ini dalam pembentukannya memiliki energi aktivasi yang lebih rendah sehingga pembentukannya lebih mudah daripada pembentukan isomer trans yang berupa kristal. Hasil dari percobaaan ini diperoleh randemen reaksi yang sedikit , yaitu sebesar 42,584% mungkin disebabkan oleh faktor-faktor dibawah ini:

Kurang lamanya pengocokan, sehingga dimungkinkan masih ada reaktan yang Adanya produk sampingan atau senyawa pengotor yang dapat mengganggu jalannya Adanya produk dan reaktan yang tertinggal pada alat dan adanya aseton yang Kurang sempurnanya dalam proses rekristalisasi, baik itu peroses penyaringan Pada proses penyaringan panas dimungkinkan ada dibenzalaseton yang sudah Pada proses penyaringan dengan buchner dimungkinkan ada kristal yang ikut Kurang telitinya dalam pengukuran Adanya perubahan volume akibat pencampuran (Vmix).

belum bereaksi. reaksi, sehingga mengurangi randemen reaksi. menguap. maupun pelarutan. mengkristal, sehingga ikut tertinggal sebagai residu. terlarut dalam air.

VI. KESIMPULAN Dibenzalaseton dapat dibuat dengan kondensasi aldol silang antara benzaldehid dengan aseton dalam suasana basa. Pada percobaan ini diperoleh isomer cis dari dibenzalaseton yang berbentuk padatan yang lengket. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil yang berupa padatan dibenzalaseton yang berwarna kuning dengan berat 1,26 gram dan dengan randemen reaksi sebesar 21,35 %.

Anda mungkin juga menyukai