Anda di halaman 1dari 13

MANUSIA DAN PERBEDAAN PENDAPAT, CORAK PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN KAUM MUSLIMIN, DAN DASAR-DASAR PENGGOLONGAN DALAM THEOLOGY

MAKALAH ILMU KALAM

Disusun oleh kelompok IV: DODI PRASETYO RAUDHATUN NADHIROH SADAM HUSEIN (11360067) (11360055) (11360054)

Dosen Pengampu: Drs. H. Kamsi, M.A.

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011

I.

PENDAHULUAN
Dalam pepatah Arab mengatakan kullu rosin royun (setiap kepala mempunyai

pendapat). Mari kita bayangkan! Jika benar seperti itu, berapa milyar pendapat ada di muka bumi ini? Maka dari perbedaan pendapat pada manusia adalah hal yang lumrah dan suatu kenyataan yang tak bisa kita pungkiri. Jikalau manusia memandang segala sesuatu yang ada di sekelilingnya secara philosofis, sedangkan pandangan manusia itu sendiri berbeda-beda, maka akhirnya terjadi juga berbagai macam imajinasi, khayalan, atau fantasi yang berbeda-beda juga. Semakin jauh orang itu menjalani kebudayaan, dengan pandangan seperti itu, semakin jauh pula perbedaan itu. Sehingga timbullah karenanya aliran-aliran dalam filsafat, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Dalam hal sederhana saja kita bisa berbeda pendapat, apalgi dalam hal sangat rumit dan pelik. Dalam memilih jadwal saja kita bisa berbeda pendapat, apalagi dalam menentukan arah kiblat, atau menentukan tata cara shalat dengan baik dan benar. Maka dari itu lahirnya berbagai aliran dan berbagai pendapat dalam beberapa disiplin ilmu adalah hal yg wajar dan lumrah. Meskipun para kaum muslimin yang mengenal berbagai aliran dan perbedaan pendapat, baik dalam lapangan politik, kepercayaan, dan hukum Islam, namun perbedaan mereka sama sekali tidak menyentuh inti dalam agama Islam. Dan dengan perbedaan ini, merupakan sebuah rahmat bagi kaum muslim itu sendiri. Dan dalam ilmu Theology, para ulama-ulama ilmu ini kebanyakan mempunyai tujuan sama, tetapi banyak juga terjadi perbedaan pendapat, sehingga tidak bisa merupakan satu kesatuan golongan atau aliran. Maka akhirnya lahirlah aliran-aliran Theology dalam Islam. Lahirnya makalah ini, disamping sebagai bahan serahan tugas yang diamanatkan kepada kami untuk mengusung judul ini, juga di dalamnya terdapat berbagai bahasan tentang manusia dan perbedaan pendapat, corak perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin, dan dasar-dasar penggolongan dalam Theology. Sebagai manusia yang cinta perdamaian dan perbedaan, kami harapkan agar ada masukan-masukan dari teman-teman sekalian dan juga yang terhormat dari bapak Drs. H. Kamsi, M.A. agar makalah ini dapat berguna bagi kebaikan kita semua, bahkan untuk seluruh manusia di muka bumi ini yang masih belum bisa menghargai perbedaan pendapat.

II.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Apa faktor-faktor secara umum yang menyebabkan adanya perbedaan pendapat dalam manusia? Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perselisihan dalam kaum muslimin? Apa saja dasar-dasar dalam penggolongan Theology Islam dan motif penyebab berdirinya Theology Islam?

III. MANUSIA DAN PERBEDAAN PENDAPAT


Alam terbentang luas dan manusia hidup di dalamnya. Dengan akal dan panca indera yang ada pada dirinya, manusia mempunyai hak yang sangat besar untuk berpikir tentang definisi alam itu sendiri. Maka dari itu, banyak pendapat manusia yang berlainan tentang alam itu sendiri atas buah karya pemikiran mereka yang diambil dari berbagai macam cara pikir manusia itu sendiri. Maka dari itu, adanya perbedaan dalam manusia adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri. Banyak dari manusia yang benar akalnya selalu memandang beberapa fenoma ala mini dengan akal pikirannya. Jika manusia sejak kecil selalu memandangnya dengan philosofis, sedang pandangan orang itu berbeda-beda, maka kelanjutannya ialah bahwa imajinasi, gambaran, dan fantasi orang juga berbeda-beda. Semakin jauh orang melangkahkan kakinya untuk berhadhoroh atau melakukan kebudayaan, semakin jauh pulalah perbedaan itu. Sehingga dengan itu lahirlah aliran-aliran dalam filsafat, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Sebab perbedaan itu antara lain adalah: 1. Kejanggalan suatu persoalan Sejak dahulu kala, para filosof mempelajari persoalan-persoalan yang pelik, sedangkan cara untuk memahaminya dan jalan untuk mengetahuinya berbeda-beda. Menurut Plato, tidak mungkin seorang dapat mencapai seluruh kebenaran, tetapi hanya sebagian kebenaran saja yang dapat dicapainya. Jadi masing-masing dari para filosof hanya dapat mengetahui dari apa yang dilihatnya dan dicapai oleh mata hati dan pikirannya.

2.

Lain kecondongan dan watak Kecondongan dan watak selalu terdapat atau dimiliki oleh tiap-tiap manusia, dan oleh

karenanya berbeda-beda pikiran dan pendapatnya. Spinoza mengatakan bahwa, kecondongan bukanlah mata hati, tapi dialah yang memperlihatkan kepada kita sesuatu itu baik dan menarik. Jadi semua yang menguasai norma-norma kebaikan dan keburukan dalam pikiran dan tingkah laku manusia adalah kecondongan

3.

Perbedaan lapangan ilmu Perbedaan lapangan ilmu juga tidak bisa kita pungkiri sebagai salah satu sebab perbedaan

pendapat. Soal qiyas misalnya dapat berbeda-beda menurut pebedaan ilmu dan lapangannya. Qiyas dari seorang faqih lain dari qiyas seorang tabib. Qiyas seorang ahli nahwu lain dari qiyas

seorang ahli ilmu kalam. Perbedaan qiyas tersebut timbul karena perbedaan metode pemikiran masing-masing, meskipun soal yang dibicarakannya sama.

4.

Mengikuti orang-orang terdahulu Meniru dan mengikuti orang yang dihormati atau disegani adalah naluri sebagian

manusia yang dilakukannya tanpa disadarinya. Kadang-kadang bahkan mereka beranggapan bahwa pendapat orang yang mereka segani atau hormati adalah pendapat yang suci. Anggapan itu lahir sebab mereka secara tidak sadar terbelenggu dari orang-orang sebelum mereka yang melakukan hal yang sama dengan mereka.

5.

Perbedaan pengetahuan dan cakrawala tahu Pengetahuan seseorang kadang-kadang menembus kepada inti suatu persoalan, ada pula

yang hanya sampai kepada kulitnya yang luar. Tidak jarang pula orang diombang-ambingkan oleh fantasi dan khayalan, dan banyak juga yang dikuasai oleh pikiran-pikiran yang diwarisinya. Fenomena tersebut dapat terjadi kepada siapa saja, tidak pandang orang awam atupun cendekiawan. Sehingga mereka tidak bisa mencapai sesuatu dengan sebaik-baiknya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, kiranya tidak aneh kalau dikatakan bahwa perbedaan pendapat adalah tabiat dan sifat manusia, yang dapt terjadi diman, bilamana, dan siapa saja.

IV. CORAK PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN KAUM MUSLIMIN


Sulit dibayangkan jika Allah menciptakan semua hal yang ada di muka bumi ini sama. Apa yang akan terjadi bila Allah hanya menjadikan pendapat manusia semua sama dan tidak ada yang berbeda? Pastinya kita akan bingung untuk menentukan apakah pendapat itu benar atau salah. Perbedaan pendapat itu seperti pilihan ganda ketika kita sedang menghadapi ujian. Kita dituntut untuk memilih salah satu dari pilihan itu mana yang benar dan mana yang salah. Walaupun kenyataannya pendapat ulama tidak selalu semuanya salah. Meskipun kaum muslimin mengenal perbedaan pendapat dalam berbagai lapangan keilmuan dan aneka macam aliran, namun perbedaan pendapat tersebut tidak mengenai inti dalam ajaran Islam. Kaum muslimin tidak berbeda pendapatnya dalam berbagai hal itu. Yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Ke- Esaan Tuhan (Allah) Kedudukan Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul Allah Kedudukan Al Quran sebagai wahyu dan mujizat yang diriwayatkan secara mutawatir Rukun Islam Hal-hal yang dibawa oleh agama secara pasti dan jelas Hal-hal seperti di ataslah yang tidak diperselisihkan kaum muslimin, dan perselisihan yang terjadi hanya mengenai soal-soal yang kecil. Dan kita sadari, bahwa perselisihan dalam bidang politik dengan jelas membawa dampak yang buruk, sebab gejalanya ialah pertarungan antar fisik. Dan pada umumnya pasti membawa keburukan. Akan tetapi beda halnya jika perselisihan itu terjadi dalam bidang atau lapangan hukum Islam (fiqh). Karena itu merupakan lanjutan studi yang mendalam dan pemahaman maksud-maksud Al Quran dan hadits, serta pengambilan istinbath daripadanya. Para faqih kadang mengambil atau memakai mutiara pikiran yang telah dicapai oleh para faqih yang lain. Dan perkara ini lebih tepat jika dikatakan sebagai perbedaan tinjauan. Bahkan perbedaan tinjauan ini menjadi rahmat bagi kaum muslim. Dimana ketika seorang faqih mengambil istinbath, dia tidak hanya memakai pemikirannya sendiri tetapi juga sebagian mengambil dari mutiara pemikiran dari faqih lain, yang dimana akan melahirkan istinbath baru yang berbeda. Dikatakan rahmat bagi umat muslim, dikarenakan jika hanya terdapat satu pendapat saja, pastinya umat muslim akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Namun bagaimanapun juga perselisihan ini hanya terbatas dalam bidang pendapat dan pikiran, dan sering-sering tidak menimbulkan pertarungan fisik, sedangkan perselisihan dalam hal larangan hukum Islam membawa kebaikan.

Disamping adanya faktor kemanusiaan secara umum yang menyebabkan perselisihanperselisihan atau perbedaan pendapat dalam kalangan kaum muslimin yang telah kita sebutkan di atas, terdapat pula beberapa faktor lainnya yang menyebabkan hal itu. Beberapa hal tersebut ialah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Fanatik kesukuan dan ke- Araban Perebutan kekuasaan Pengaruh agama lain Penerjemahan buku-buku filsafat Merebaknya persoalan-persoalan yang rumit dan pelik Interpretasi terhadap ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Quran Jurisprudensi dalam hukum Islam Karena sebab-sebab tersebut, maka kaum muslimin mengenal berbagai aliran-aliran dalam tiga lapangan, yaitu: 1. 2. 3. Lapangan hukum Islam (fiqh): Hanafi, Maliki, SyafiI, Hambali, Zahiri, Syiah, dsb. Lapangan politik: Syiah, Khawarij, Jumhur, dsb. Lapangan ilmu Theology (kalam): Asyariyah, Mutazilah, Murjiah, dsb.

V.

DASAR-DASAR PENGGOLONGAN DALAM THEOLOGY ISLAM


Meskipun tujuan ulama-ulama Theology sama, yaitu mempertahankan kepercayaan-

kepercayaan Islam dan memantapkannya. Namun banyak terjadi perbedaan pendapat, sehingga tidak bisa merupakan satu kesatuan golongan atau aliran. Menurut Asy Syihristani, penggolongan aliran-aliran dalam Islam harus didasarkan atas perselisihan dalam empat persoalan pokok dan persoalan-persoalan lain yang timbul daripadanya. Persoalan empat tersebut adalah: 1. Sifat-sifat Tuhan dan peng-Esaan sifat Menimbulkan aliran: Asy Ariyah, Karamiah, Mujassimah, dan Mutazilah 2. Qadar dan keadilan Tuhan Menimbulkan aliran: Qadariah, Nijariyah, Jabariyah, Asy ariyah, dan Karramiah 3. Janji dan ancaman, nama dan hukum Menimbulkan aliran: Murjiah, Waidiah, Mutazilah, Asyariyah, dan Karramiah 4. Sama dan akal, keutusan nabi, dan imamah (khilafah) Menimbulkan aliran: Syiah, Khawarij, Mutazilah, Karramiah, dan Asyariyah Karena aliran-aliran tersebut mempunyai kemiripan satu sama lain, maka Asy Syihristani meringkasnya menjadi empat aliran kelompok, yaitu: Qadariah, Sifatiah, Khawarij, dan Syiah. Dari masing-masing aliran pokok ini lalu timbul pula aliran-aliran lain, sehingga jumlahnya menjadi 73 golongan atau aliran, seperti yang dapat kita lihat dalam buku Asy Syihristani. Asy Syihristani berpendapat demikian karena ada hadits Nabu yang berbunyi sebagai berikut: Sataftariqu ummati ala tsalatsin wa sabina firqatan, annajiyatu minhum wahidatun, wal baquna halka. Qila wa man annajiyatu? Qala: ahlussunnati wal jamaati. Qila: wa ma assunnatu wal jamaatu? Qala: ma ana alaihi al yauma wa ashabi Artinya Umatku akan terpecah-belah menjadi 73 golongan, satu di antaranya yang selamat, sedang yang lain celaka. Ditanyakan kepadanya: siapakah yang selamat itu? Jawabnya: ahlussunnah wal jamaah. Ditanyakan lagi kepadanya: apakah ahlussunnah wal jamah itu? Jawabnya: yaitu yang saya jalankan sekarang dan sahabat-sahabat saya

Persoalan-persoalan sekitar hadits tersebut: Beberapa persoalan timbul sekitar hadits tersebut. 1. Sungguhpun hadits tersebut dijadikan sandaran oleh penulis-penulis yang membicarakan golongan-golongan dalam Islam, namun hadits tersebut tidak diriwayatkan dalam sahih Bukhari atau Muslim, melainkan diriwayatkan oleh Abudawud, at Tirmidzi, al Hakim, dan Ibnu Hibban, di mana kesemua mereka memandang bahwa hadits ini sahih. Sahabat yang meriwayatkannya ialah Abu Hurairah, dan menurut riwayat lain, sahabat Anas. 2. Isi hadits tersebut berbeda-beda, menurut perbedaan riwayatnya Ada yang berbunyi Kulluhum fin nari illa wahidah (semuanya berada di neraka, kecuali satu) Seperti yang tersebut di atas. Riwayat lain berbunyi: Kullukum fil jannati illa wahidah (semuanya berada di surga, kecuali satu) Dalam riwayat lainnya lagi, tambahan itu tidak ada sama sekali. Dalam riwayat yang lain pula disebutkan sebagai berikut: Tsaniati wa sabuna fin nari wa wahidatun fil jannati (72 golongan berada di neraka, dan satu golongan di surga) 3. Siapakah yang dimaksud dengan kata-kata Umatku? Apakah umat ijabah,.ataukah juga umat dawah? 4. Apakah bilangan 73 itu sekedar menunjukkan jumlah golongan, ataukah yang dmaksud itu golongan-golongan pokok saja, dengan tidak meliputi cabang-cabangnya, yang oleh karena itu bisa bertambah dan tidak bisa berkurang. 5. Siapakah yang dimaksud dengan golongan Ahlussunnah wal jamaah yang berdiri di atas ajaran nabi dan para sahabatnya? 6. Persoalan kepercayaan pada masa Nabi dan sahabat-sahabatnya belum lagi seperti pada masa-masa kemudiannya

Kriteria penggolongan Golongan atau aliran yang berdiri karena soal-soal politik atau pimpinan dan pengurusan kaum muslimin, jadi sekitar khilafah dan imamah, maka golongan tersebut disebut golongan politik, seperti golongan Syiah, Khawarij, dan golongan Jumhur yang merupakan mayoritas kaum muslim pada zaman dinasti Umayyah.

Pemasukan golongan Syiah dan Khawarij menjadi golongan politik dikuatkan oleh Abu Zahrah. Lain halnya dengan aliran yang berdirinya berdasarkan karena soal-soal kepercayaan semata, jadi bukan karena soal-soal politik yang selalu bertautan dengan perbuatan-perbuatan lahir. Aliran Mutazilah berdiri karena keinginan hendak menjelaskan dan mempertahankan kebenaran-kebenaran kepercayaan-kepercayaan Islam terhadap serangan-serangan lawannya dan usaha-usaha pemburukan mereka dari bidang kepercayaan. Dan mereka dalam pembahasannya lebih banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama kaum rasionalis Islam. Sedangkan Asy ariyah sendiri, aliran ini timbul karena tidak puas dengan konsepsi aliran Mutazilah dalam menafsirkan dan memahami kepercayaan-kepercayaan dalam Islam dan seterusnya. Pemisahan kriteria ini tidak sepenuhnya menjadi pembeda antara dua golongan ini, akan tetapi pemisahan menjadi golongan politik dan aliran mencampuri soal-soal kepercayaan, sebagaimana aliran-aliran Theology tidak mengupas kejadian-kejadian politik dan memakai kekuatan politik dalam mewujudkan dan melaksanakan paham-pahamnya. Dalam segala langkah-langkah golongan politik dalam Islam tidak cukup membahas soal-soal politik semata, tetapi juga menyinggung persoalan-persoalan dalam hal pembahasan yang bertalian dengan dasar-dasar agama. Di kalangan Syiah sendiri terdapat aliran fiqh Jafariah dengan tokohnya Imam Jafar as Sadiq dan aliran fiqh Zaidiah dengan tokohnya Zaid bin Ali Zainal Abidin. Sedangkan di kalangan Khawarij terdapat pula aliran fiqh Ibadhiah yang merupakan fiqh yang baik dan seringsering mendekati madzhab fiqh Sunni Sebaliknya aliran-aliran Theology Islam juga membahas atau mengenal masalah politik , antara lain membicarakan syarat-syarat imamah, pengangkatannya, dan pencopotannya, peristiwa Utsman r.a. dan Ali r.a.. Dan banyak aliran ini mendapatka kekuasaan politik, yang bahkan kekuasaan ini digunakan untuk melaksanakan pikiran-pikirannya kepada orang lain. Meskipun antara aliran-aliran Theology Islam dan golongan-golongan politik saling bertautan, namun dapat dipisah-pisahkan, dengan mengingat motif berdirinya mula-mula, meskipun dalam perkembangan selanjutnya erat pertaliannya dengan lapangan-lapangan lain, bahkan mempunyai pembahasan-pembahasan khusus. Karena itu yang bisa dimasukkan dalam aliran-aliran Theology Islam adalah: 1. 2. Mutazilah Asyariyah

3. 4. 5. 6. 7.

Maturidiah Salaf Wahabiah Syekh M. Abduh Ibnu Rusyd

Syekh Abu Zahrah memasukkan aliran Jabariah, Qadariah, dan Murjiah dalam golongan Theology Islam (al Madzhahibul Islamiah 170-207). Akan tetapi lebih tepat kiranya kalau ketiganya bukan termasuk aliran Theology Islam, dengan alas an sebagai berikut: 1. Aliran Murjiah tidak merupakan golongan politik dan tidak juga aliran Theology Islam. Ia lebih tepat disebut suatu kecenderungan (nazah), yaitu kecenderungan untuk mencari keselamatan, dengan tidak usah terseret dalam urusan-urusan partai politik, baik sebagai penyokong maupun sebagai penentangnya. Semua kesusah-payahan hendak dihindarinya, baik yang bersifat ilmu dan teori maupun yang bersifat perbuatan dan tindakan fisik. 2. Golongan Jabariah dan Qadariah lebih tepat kalau dikatakan sebagai suatu

penyelewengan pikiran dan cara berpikir, karena keserasian pemikiran di antara bagian-bagian paham dan ajaran-ajarannya tidak terdapat, sehingga kedua aliran tersebut tidak pernah hidup sebagai aliran yang mempunyai pengikut-pengikut yang setia pada pokok-pokok ajarannya. Oleh karena itu kedua aliran tersebut tidak dapat tahan hidup seperti aliran Theology Islam yang lainnya. Bahkan sebenarnya umur golongan ini tidak lebih daripada umur Jaham bin Safwan dan Ghailan itu sendiri.

VI.

PENUTUP
Dari pembahasan di atas, bisa kita tarik kesimpulan, bahwa perbedaan pendapat yang ada

dalam diri manusia adalah hal yang wajar dan lumrah. Dengan adanya perbedaan, justru kita lebih tertantang untuk selalu mencari dan menemui hakikat kebenaran itu sendiri. Bukankah taman bunga itu lebih elok dan indah jika disana terdapat berbagai macam jenis bunga? Dan juga tidak lepas karena beberapa faktor umum yang menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat. Dan di dalam perbedaan tersebut, kaum muslimin tidak mau berbeda pendapat terhadap beberapa hal saja yang menyangkut pada inti agama Islam. Tapi mereka lebih condong melakukan perbedaan pendapat pada masalah yang detail saja. Dan dari beberapa faktor secara umum (yang menyebabkan perbedaan pendapat), ada pula hal-hal yang lain yang menyebabkannya. Maka lahirlah pendapat-pendapat yang bercorak-corak dalam kaum muslimin. Dan dalam ulama Theology, walaupun tujuan mereka sama, tapi pendapat-pendapat mereka berbeda-beda. Maka dari itu mereka tidak bisa disebut satu kesatuan golongan atau aliran. Dan menurut Asy Syihristani mereka dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: Qadariah, Sifatiah, Khawarij, dan Syiah. Dan dalam penggolongan menurut kriterianya ada dua, yaitu: golongan politik dan aliran Theology. Dan para ulama mengelompokkan aliran-aliran Theology Islam menjadi beberapa aliran, yaitu: Mutazilah, Asyariyah, Maturidiah, Salaf, Wahabiah, Syekh M. Abduh,dan Ibnu Rusyd.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Hanafi, Ahmad, M.A. Pengantar Thelogy Islam. Jakarta, Pustaka Al Husna. 1980. Nasution, Harun, DR. Theology Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI PRESS). 1986. Hamka, Prof, DR. Filsafat Ketuhanan. Surabaya, Karunia. Ash Shidieqy, Hasbi. Al Islam. Jakarta, Bulan Bintang. 1947. Al Akkad, Abbas Mahmud. Ketuhanan. Jakarta, Bulan Bintang. 1970. http://niia-niiu.blogspot.com http://eidariesky.wordpress.com http://www.kabarindonesia.com http://naghata.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai