Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Kasus Skenario C Pneumonia Blok XI sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutpengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan. 2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual. 3. dr. Rizal Ambiar, Sp.THT, selaku tutor kelompok 5 4. Teman-teman seperjuangan 5. Semua pihak yang membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin. Palembang, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
Halaman Kover 0 Kata Pengantar . 1 Daftar Isi 2 BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang . 3 1.2 Maksud dan Tujuan 4 BAB II : Pembahasan 2.1 Data Tutorial 5 2.2 Skenario 5 2.3 Seven Jump Steps I. II. III. IV. Klarifikasi Istilah-Istilah . 8 Identifikasi Masalah 9 Analisis Permasalahan dan Jawaban . 10 Hipotesis .. 36
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Blok Sistem Respirasi adalah blok kesebelas pada semester 4 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C Pneumonia yang memaparkan kasus mengenai Budi, anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggi karena orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.
1.2
Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Halaman
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
1. Ponsel dalam keadaan silent. 2. Izin bila ingin keluar 3. Mengacungkan tangan bila ingin mengajukan pendapat
Halaman
Thorax Inspeksi : retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal Perkusi : Pekak Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
Laboratorium Hb: 10,8 g%, WBC: 30.000/mm, LED 20 mm/jam, Diff Count: 1/1/8/68/20/2,
2.3 I.
Sesak nafas : Dyspneu > pernapasan yang sukar dan susah Batuk : expulsi udara yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suaradari paru-paru
Daerah kumuh : Daerah yang lingkunganya kotor dan tidak sehat Imunisasi : Proses membuat subyek imun / menjadikan imun Pekak : suara yang bisa didengarkan melalui perkusi (udara > benda padat)
Sianosis circum oral : kebiruan pada sekeliling mulut Retraksi inter costal : keadaan tertarik / penarikan pada instercostal Retraksi supra sternal :keadaan tertarik di atas sternum Ronchi basah halus : bunyi melutuk karena udara melalui cairan Nafas cuping hidung : nafas yang terdapat pergerakan pada cuping hidung
II.
IDENTIFIKASI MASALAH 1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati. 2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap. 3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
4. Laboratorium Hb : 10,8 gr/dl, WBC : 30.000 mm3, Diff Count : 1/1/8/68/20/2, LED : 20 mm/jam III. ANALISIS PERMASALAHAN 1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati.
a. Apa itu sesak nafas ? b. Apa penyebab sesak nafas ? c. Mekanisme sesak nafas ?
Halaman
2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.
a. Hubungan dari gejala-gejala yang diatas dengan daerah kumuh dan imunisasi tidak lengkap ? b. Apa saja imunisasi wajib yang diberikan pada anak usia 3 tahun ? c. Apa dampak imunisasi tidak lengkap ? d. Pandangan islam pada lingkungan yang kotor ? 3. Pemeriksaan Fisik Interpretasi dan mekanisme :
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
5. Diagnosis kerja ? 6. Diagnosis banding ? 7. Pemeriksaan penunjang ? 8. Etiologi ? 9. Epidemiologi ? 10. Patofisiologi ? 11. Faktor Resiko ? 12. Penatalaksanaan ? 13. Komplikasi ? 14. Prognosis ?
Halaman
Budi, 3 tahun
Bronchopneum onia
Halaman
10
Hipotesis
Budi, 3 tahun mengalami sesak nafas, batuk pilek dan panas tinggi disebabkan oleh bronchopneumonia
Sintesis
1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati.
a. Apa itu sesak nafas ? Jawab : Dyspnea atau sesak nafas didefinisikan sebagai pengalaman subjektif ketidaknyamanan dalam bernapas yang terdiri dari sensasi kualitatif berbeda yang bervariasi dalam intensitas. (Harrison Principle, 17th Edition)
Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk menghantarkan oksigen yang adekuat atau untuk mengeluarkan karbondioksida dari sirkulasi ditandai dengan adanya perubahan bermakna pada kadar PO2 dan PCO2 arterial. (Handbook of Pediatric, 1st Edition)
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
11
Sesak nafas atau dyspnea dapat disebabkan oleh : Faktor psikis : keadaan emosi tertentu : menangis, tertawa terbahak-bahak dsb. Semua ini dapat menganggu irama pernapasan. Perubahan emosi yang sering menimbulkan keluhan sesak nafas ialah rasa takut, kagum atau berteriak Faktor peningkatan kerja pernapasan :
b. Sifat fisik yang berubah Tahanan elastis paru meningkat misalnya pada pneumonia, atlektasis, kongesti, pneumothorax dan efusi pleura Tahanan elastik dinding thorax meningkat, misalnya pada obesitas dan kifoskeliosis
Halaman
12
c. Otot pernapasan yang abnormal Penyakit otot : kelemahan otot misalnya pada myasthenia gravis dan tirotoksitosis Kelumpuhan otot : penyakit poliomelitis dan sindrom gullain barre Otot yang mengalami distrofi
Halaman
13
Dikutip dari Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th edition Algorhytm for Dyspnea Pathophysiology Respiratory Gas Exchanger Pulmonary embolism Pump Controller Low Ouput Congestive COPD Pregnancy heart failure Asthma Metabolic acidosis Myocard Ischemic Constritive pericarditis Obesity Hyperthyroid Deconditioning Anemia Cardiovascular Normal Ouput High Output
Kyphoscoliosis
Diastolic dysfunction
Arterivenous shunt
Halaman
14
Mikroorganis me
Aspirasi
Inhalasi
Bloodstream
Neutrofil activation
Peradangan di alveolus
Eksudasi secret
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
15
d. Penyebab batuk ? Jawab : Batuk merupakan reflek fisiologis tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Batuk dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti :
1. Penyakit saluran nafas akut Faringitis Laringitis Bronkitis Bronkiolitis 2. Penyakit parenkimal
Halaman
16
Halaman
17
Inspirasi Maksimal
Tahap Inspirasi
Tahap Ekspirasi
Batuk
Halaman
18
f. Penyebab pilek ? Jawab : Pilek merupakan gejala suatu penyakit yang memiliki ciri adanya cairan (mucus) dalam saluran pernapasan yang disebabkan adanya zat iritan maupun mikroorganisme lainnya yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Adanya zat iritan yang masuk ke dalam saluran pernapasan akan mengaktivasi sel goblet untuk mengeluarkan mucus yang berfungsi untuk menangkap zat-zat iritan yang masuk dan dikeluarkan melalui batuk.
Halaman
19
Pilek
h. Organ apa saja yang terlibat pada gejala diatas ? (Anatomi, Histologi dan Fisiologi)
Halaman
20
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus. a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Halaman
21
22
Halaman
23
Histologi
Fisiologi Terdapat dua jenis respirasi, yaitu: 1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intraseluler, menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka membentuk energi dari nutrien 2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibatkan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh. Tahap respirasi ekstrenal:
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
24
Difusi paru Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas pada membran respirasi: 1. Tebal membran 2. Luas permukaan membran 3. Koefisien difusi gas
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
25
i. Penyebab panas tinggi ? Jawab : Panas tinggi atau demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas variasi yang normal. Suhu tubuh manusia yang normal yaitu terendah pada suhu 37,2 C dan tertinggi pada suhu 37,7 C. Demam disebabkan oleh : Infeksi, suhu mencapai 38 C, penyebab : virus, bakteri, parasit Non infeksi seperti kanker, tumor Demam fisiologis, penyebab : dehidrasi, suhu udara yang terlalu panas Demam tanpa penyebab : FUO Imunisasi Faktor lingkungan
Aktivasi neutrofil
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
26
Hypothalamus
Demam
Budi mengalami batuk pilek dan demam tinggi dan belum diobati
Respon tubuh
Sesak nafas 1 hari Budi mengalami menindik yang sesak nafas asikan lalu telah terjadi kerusaka n dalamHalaman 27 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang paru
Hari ini
Masuk poliklinik
3 hari yang lalu Budi mengalami batuk pilek dan demam yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa Budi mengalami infeksi. 1 hari yang lalu Budi mengalami sesak nafas. Hal ini mengindikasikan Budi mengalami infeksi pada sistem pernapasannya. Dilihat dari perjalanan penyakitnya, Budi mengalami penyakit akut.
l. Bagaimana pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu ? Jawab : Pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu adalah dengan menggunakan Jamkesmas maupun ASKESKIN m. Bagaimana hubungan usia dengan gejala yang diderita ? Jawab : Usia Budi yang baru berumur 3 tahun memiliki faktor resiko terkena infeksi lebih besar karena pada umur tersebut sistem imunitas belum berkembang sempurna ditambah lagi Budi yang mendapat imunisasi tidak lengkap akan memperbesar resiko Budi terserang infeksi
Halaman
28
a. Hubungan dari gejala-gejala yang diatas dengan daerah kumuh dan imunisasi tidak lengkap ? Jawab :
Budi, 3 tahun
Halaman
29
Jawab :
Halaman
30
c. Apa dampak imunisasi tidak lengkap ? Jawab : Imunisasi yang tidak lengkap akan menyebabkan kekebalan tubuh menjadi kurang terhadap agen-agen penyebab penyakit. Sehingga, jika terpapar agen penyakit maka akan beresiko menderita penyakit tersebut. Seperti Polio, hepatitis, campak dan sebagainya
d. Pemeriksaan Fisik Interpretasi dan mekanisme : a. Keadaan umum Jawab : Tampak sakit berat
Budi tampak sakit berat dilihat dari keluhan utama nya berupa sesak nafas
BB Budi (3 tahun) = 10 Kg
Halaman
31
Indikator
Kasus Budi
Interpretasi
Tachypneu
disebabkan
RR
20 30 x/menit
59 x/menit
Tachycardia
disebabkan perifer
HR
70 110 x/menit
140x/menit
tubuh
daerah
TD
95/65 mmHg
80/60 mmHg
Temperature
36.7-37.20C
39,60 C
Halaman
32
Cyanosis yang terjadi pada mukosa dan kulit di sekitar mulut Budi terjadi akibat hipoksemia. Aliran oksigen yang berkurang di tubuh, terutama yang teramati di sekitar oral akan memberikan gambaran hemoglobin tereduksi sebagai warna kebiruan. Hal ini terjadi karena paru tidak dapat melakukan difusi oksigen yang adekuat.
Berupa cara pernapasan dengan ikut bergeraknya cuping hidung. Tujuannya, untuk dapat melakukan ventilasi lebih optimal saat terjadi gangguan pada pertukaran gas di alveoli.
d. Thorax
Halaman
33
Pada hasil pemeriksaan fisik thorax didapatkan : a. Inspeksi : Retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Retraksi dinding dada merupakan tarikan yang dilakukan oleh otot-otot pembentuk dinding dada untuk membantu kesulitan ventilasi yang berfungsi untuk memaksimalkan respirasi. Pada kasus Budi , retraksi terjadi pada otot-otot : 1. Pembentuk spatium intercostalis yaitu - musculi intercostales internus, - eksternus, dan intimii;
2.otot-otot subcosta yaitu diafragma; 3.Otot-otot aksesori pernapasan paksa yang berada di sekitar suprasternal seperti otot-otot dalam inspirasi paksa yaitu m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. Scalenus dan otot-otot dalam ekspirasi paksa yaitu m. quadratus lumborum, m. rectus abdominis, dan lain-lain
b. Perkusi : Pekak (Dullness) Adalah bunyi redup pada saat dilakukan perkusi di lapangan paru. Redup terjadi karena adanya cairan berlebih di dalam paru. Misalnya dalam keadaan terjadinya inflamasi di saluran napas bawah sehingga terjadi berbagai tanda radang (ada peningkatan permeabilitas vaskular) dan hipersekresi mukus oleh sel goblet.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
34
c. Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
Suara napas tambahan yang dapat didengarkan melalui auskultasi adalah ronkhi basah dan ronkhi kering, krepitasi, bunyi gesekan pleura, dan sukusio hippocrates. Ronkhi basah (rales) adalah suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam jalan napas dilalui oleh udara. Ronkhi basah dapat dibedakan menjadi ronkhi basah halus, sedang, dan kasar berdasarkan lokasi cairan pada saluran napas. Ronkhi basah halus terjadi bila cairan berada di duktus alveolus, bronkiolus, dan bronkus halus. Ronkhi basah sedang terjadi bila cairan berasal dari bronkus kecil dan sedang. Ronkhi basah kasar terjadi bila cairan berasal dari bronkus di luar jaringan paru. Selain pengklasifikasian tersebut, dikenal juga ronkhi basah nyaring dan tidak nyaring. Ronkhi basah nyaring terjadi karena media konduksi udaranya benda padat, seperti pada konsolidasi. Sedangkan ronkhi basah tidak nyaring terjadi pada media konduksi yang normal. Pada kasus Budi, didapatkan ronchi basah halus pada kedua lapangan paru hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi penumpukkan cairan pada bagian paru yang disebabkan adanya konsolidasi. Dan gejala ini mengindikasikan bahwa Budi mengalami bronkopneumonia.
Halaman
35
Jawab :
Indikator Penilaian Hb WBC 10.8 gr/dl Kasus Budi Normal (anak 3 tahun) 10-16 gr/dl Normal Increasing : Meningkatnya sel darah putih pada Budi 30.000/mm3 9.000-12.000/mm3 mengindikasikan Budi mengalami infeksi/radang akut Diff Count : Basophil Eusonaphil netrofil batang 8 2-6 1 1 0-3 1-3 Normal Normal Increasing :Menandakan adanya infeksi akut netrofil segment 68 20-60 Increasing :menandakan adanya infeksi Limfosit 20 20-40 Decreasing (border line) menandakan Interpretation
Halaman
36
5. Diagnosis kerja ? Jawab : Dari anamnesis, keluhan utama, gejala-gejala yang dialami, hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, Budi menderita Bronkopneumonia. Bronkopneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. 6. Diagnosis banding ? Jawab : Indikator Kasus Budi Bronkopneumonia Bronkitis Akut Sesak Nafas Demam Tinggi Batuk produktif
37
+ +
+ +
+ Demam ringan
Halaman
7. Pemeriksaan penunjang ? Jawab : Dalam memastikan diagnosis pada pneumonia dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti :
Halaman
38
2. CRP (C-Reactive Protein) CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama Interleukin 6, IL-1 dan TNF.
3. CXR Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari : Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru. Konsolidasi dapat mengenai 1 lobus yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor Bronkopneumonia, terdapat gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai corakan peribronkial Lesi pneumonia pada anak banyak terdapat pada paru kanan, terutama di lobus atas. Bila ditemukan di lobus kiri dan terbanyak dilobus bawah, maka ini merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat
Halaman
39
Etiologi yang sering Bakteri Chlamydia pneumonia Mycoplasma pneumonia Streptococcus pneumonia
Etiologi yang jarang Bakteri Haemophilus influenza tipe B Moraxella catharalis Neissera meningitidis Staphylococcus aureus
Halaman
40
9. Epidemiologi ? Jawab : Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat merupakan pneumonia komunitas maupun di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial). Kejadian pneumonia di ICU lebih sering daripada pneumonia nosokomial di ruangan umum, yaitu dijumpai hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik. Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian anak no.3. Dalam survey WHO 800.000 1 juta anak meninggal/tahun meninggal karena pneumonia. Penumonia lobaris lebih sering terjadi pada orang dewasa dan anak-anak sedangkan bronkopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil
10. Patofisiologi ? Jawab : Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
41
Sampai ke Alveolus
Demam
#Deposisi fibrin Stadium Stadium #Bagian paru semakin Hepatisasi Merah Hepatisasi yang terkena bertambah, mengalami terdapat fibrin konsolidasi, yaitu dan leukosit terjadi serbukan PMN di alveoli sel PMN, fibrin, dan terjadi eritrosit, cairan proses edema dan fagositosis yang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang #Reaksi ditemukannya cepat jaringan kuman di mempermuda alvevoli. Pada #Lobus masih h proliferasi stadium ini, padat dan dan jaringan yang berubah warna Stadium Kongesti #Dalam alveolus terdapat banyak eksudat karena bakteri
#Jumlah Stadium makrofag Resolusi meningkat di alveoli #Sel mengalami degenerasi,fibri Halaman 42 n menipis,kuman dan debris menghilang
Optimalisasi pernapasan
11. Faktor Resiko ? Jawab : Faktor resiko anak menderita pneumonia adalah sebagai berikut :
Retraksi Intercostal
Kurang nutrisi
Pneumonia
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
43
Tindakan invasif
12. Penatalaksanaan ? Jawab : Tanda dan gejala Klasifikasi tatalaksana -Harus dirawat di RS -Beri antibiotik -Terapi oksigen -Turunkan panas -Harus dirawat di RS -Beri antibiotik -Terapi oksigen -Turunkan panas -Tidak perlu dirawat -Berikan antibiotik -Follow up 2 hari
-Sianosis sentral Pneumonia sangat -Severe respiratory berat distress -Tidak sanggup minum Chest Indawing Pneumonia berat
Nafas Cepat Pneumonia >40x/menit (anak usia 1-5 tahun) Pada auskultasi terdapat crackles -Hanya batuk Bukan Pneumonia -Tidak perlu dirawat -Tidak terdapat tanda -Follow up 5 hari pneumonia 1. Kausatif : antibiotic berdasarkan hasil biakan/etiologi
Ampicillin 50 mg/ kg BB i.m. setiap 6 jam dan gentamycin 7,5 mg/ kgBB i.m. 1x sehari selama 5 hari. Jika anak berespon baik, beri amoxicillin oral 15 mg/ kgBB 3xsehari dan gentamycin i.m. 1xsehari selama 5 hari
Alt.ernatif : chloramphenicol 25mg/kgBB i.m. atau i.v. setiap 8 jam sampai membaik. Kemudian lanjutkan secara oral 4xsehari
Halaman
44
3. Suportif : Cukupi kebutuhan nutrisi dan cairan IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Hati-hati jangan sampai overhidrasi. Jika sesak nafas tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip, tetapi jika anak sudah dapat minum per oral maka jangan menggunakan selang nasogastrik karena risiko tinggi terjadi aspirasi pneumonia. Jika sekresi lendir berlebihan, dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Monitoring : Anak harus diawasi oleh perawat minimal 3 jam sekali dan oleh dokter minimal 2 kali sehari. Jika tidak terjadi komplikasi, dalam waktu 2 hari, maka ini merupakan tanda perbaikan ( nafas tidak terlalu cepat, indarwing pada bagian bawah dinding dada berkurang, demam turun, kemampuan untuk makan dan minum membaik)
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
45
13. Komplikasi ? Jawab : Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta, efusi pleura, abses paru, sepsis dan gagal nafas. Ilten F dkk, melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG.
14. Prognosis ? Jawab : Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri
Halaman
46
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman
47
Anonim. 2009. Penyakit TBC. Akses tanggal 28 Maret 2010 17:15 di http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
Halaman
48