Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PATOFISIOLOGI & ASKEP RDS PADA ANAK

DOSEN PEMBIMBING
Ns. IDA SUBARDIAH,P.,M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

MADE SEPTA A (195140051) RIZKI SAMPURNA M (195140062)

MAYA RIZKITA (195140107) RONI PRATAMA (195140113)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan limpahannya kami dapat menyelesaikan
tugas Makalah Patofisiologi dan Askep RSD (Respiratory
Distress Syndrom) pada Anak ini dengan baik.

Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami


Patofisiolgi dan Askep RSD (Respiratory Distress Syndrom)
pada Anak dengan benar. Ucapan terima kasih kepada dosen
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membahas dan mempelajari materi ini. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep,pemikiran dan penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan


segala kerendahan hati,saran dan kritik sangat kami harapkan
guna meningkatkan pembuatan makalah di waktu mendatang
agar bisa lebih baik.

Lampung,15 APRIL 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….. i

DAFTAR ISI…………………………………………………. ii

BAB I TINJAUAN TEORI………………………………….. 1

A. Definisi…………………………………………… ………1
B. Etiologi……………………………………………………..1
C. Patofisiologi………………………………………………..1
D. Tanda dan Gejala…………………………………………..2
E. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………...3
F. Komplikasi………………………………………………....3
G. Penatalaksanaan…………………………………………....4

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN………………………….5


A. Pengkajian………………………………………………….5
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………12
C. Intervensi Keperawatan…………………………………...12
D. Implementasi Keperawatan……………………………….17
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………..23

BAB III PENUTUP…………………………………………....26


A. Kesimpulan………………………………………………...26
B. Saran………………………………………………………..26

ii
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan
dalam paru. Gangguan ini biasanya dikenal dengan nama hyaline
membran desease (HMD) atau penyakit membran hialin karena pada
penyakit ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.

B. Etiologi
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu
prematur,asfiksia perinatal,maternal diabetes,seksio sesaria. Respiratory
Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD)
didapatkan pada 10% bayi prematur,yang disebabkan defisiensi surfaktan
pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Surfaktan biasanya
didapatkan pada paru yang matur.

C. Patofisiologi
RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif,yang disebabkan
kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang
diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini
mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada
minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional
pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya
ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan
penimbunan asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi
kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang
nekrotik>lapisan membrane hialin

Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya


jantung,penurunan aliran darah ke paru,dan mengakibatkan hambatan
pembentukan surfaktan,yang menyebabkan terjadinya atelektasis.

1
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan
asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya
stress intraurine seperti hipertensi,IUGR dan kehamilan kembar.

D. Tanda dan Gejala


Gejala utama gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :
 Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali
per menit)
 Sianosis sentral pada suhu kamar yang menetap atau memburuk pada
48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
 Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
 Grunting : suara merintih saat ekspirasi
 Pernapasan cuping hidung

Evaluasi : <3 = gawat napas ringan

4-5 = gawat napas sedang

>6 = gawat napas berat

2
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada neonatus yang mengalami distress
pernafasan

F. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek (akut) yang dapat terjadi :
1. Ruptur Alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis
hipotensi,apnea,atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti
pemasangan jarum vena,kateter,dan alat-alat respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20%-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.

Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas


oksigen,tekanan yang tinggi dalam paru,memberatnya penyakit,dan
kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi
jangka panjang yang sering terjadi :

1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD),merupakan penyakit paru kronik


yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36
minggu.
2. Retinopathy prematur,merupakan kegagalan fungsi neurologi,terjadi
sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi,adanya
hipoxia,komplikasi intrakranial,dan adanya infeksi

3
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum :
a) Pasang jalur infus intravena,sesuai dengan kondisi bayi,yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus
dektrosa 5%
- Pantau selalu tanda vital
- Jaga patensi jalan nafas
- Berikan oksigen (2-3 l/menit dengan kateter nasal)
b) Jika bayi mengalami apnea
- Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
- Lakukan penilaian lanjut
c) Bila terjadi kejang segera periksa kadar gula darah
d) Pemberian nutrisi adekuat

Penatalaksanaan medis :

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS


adalah :

- Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder


- Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan cairan paru
- Fenobarbital
- Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen
- Metilksantin untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik.

Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam


pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen

4
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian di lakukan pada tanggal 30 mei 2013 pukul 07.00 WIB
pada bayi Ny. W dengan RDS di ruang bakung ( perinatologi ) RSUP
Dr.soeradji tirtonegoro, klaten data pasien didapatkan dari wawancara
terhadap keluarga pasien dan dari data medis pasien .
1. Identitas pasien
Nama : Bayi Ny. W I
Tanggal lahir : 29 Mei 2013
Jenis klamin : Perempuan
Alamat : Gentan,03/07 Mlese, Cawas, Klaten
Agama : Islam
No. RM : 780763
Dx. Masuk : Neo prempuan, KMK , PP spontan,
gemelli dengan ibu KPD
Tanggal Masuk : 29 Mei 2013

2. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Usia : 29 Tahun
Alamat : Gentan,03/07 Mlese, Cawas, Klaten
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Orang Tua

3. Keluhan Utama
Sesak nafas (+), gemelli, premature

4. Riwayat penyakit sekarang


Bayi Ny. W I lahir pada tanggal 29 mei 2013 jam wib, karena
bayi Ny. W I lahir dengan BB 1650 gr, tangis (-), sesak nafas
(+), takipena (+), retraksi dalam (+) dan sianosis.Di HCU
Neonatus bayi langsung ditempatkan di incubator dan
mendapatkan O2 NCPAP 40% PEEP 51/mnt.

5
5. Riwayat penyakit dahulu
Ny. W I mengatakan tidak ada keluhan saat hamil.Ny. W I
hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh bidan.
Ny. W I tidak mempunyai Riwayat penyakit diabetes militus
maupun hipertensi.r

6. Riwayat penyakit keluarga


Ny. W I mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit keturunan maupun menular. Di dalam
keluarga Ny. W I maupun suaminya tidak ada yang mempunyai
Riwayat BBLSR.

7. Riwayat psikososial
Ny.W I sering menengok anaknya kurang bakung bagian
isolasi neonatus.

8. Riwayat antenatal
Ny. W I mengatakan selama hamil rutin memeriksakan
kandungan ke bidan didekat rumahnya setiap bulan.

9. Riwayat natal
Bayi Ny. W I lahir pada tanggal 29 mei 2013 jam 15.05 WIB
secara spontan. Ny. W I mengatakan air ketuban sudah keluar
sejak sebelum melahirkan.Ny. S mengatakan umur
kehamilannya baru lebih kurang 34 minggu, karena air
ketubannya sudah keluar, maka oleh dokter bayi Ny. W I harus
segera dikeluarkan.

10. Riwayat post natal


a) Apgar score

6
b) Berat badan lahir : 1650 gram
c) Lingkar kepala : 30 cm
d) Lingkar lengan atas : 5 cm
e) Panjang badan : 40 cm
f) Lingkar dada : 26 cm
g) Lingkar perut : 25 cm
h) Anus : positif
i) Adanya kelainan congenital : negatif

11. Pola pernafasan


a) Pola pernafasan
RR = 55 x/ menit, pernafasan cuping hidung, sianosis,
retraksi dada (+), terapi o2 NCPAP 40 % PEEP 51/ menit.
b) Pola kebutuhan cairan dan nutrisi

0 1 2 APGAR 1 5
SCORE MENIT MENIT
Tidak 100 100 Denyut 2 2
ada jantung
Tidak Tidak baik pernapasan 1 1
ada teratur
Lemah sedang baik Tonus otot 1 2
Tidak merintih menangis Peka 0 1
ada rangsang
Biru Merah Merah warna 1 1
putih jambu jambu
ujung- 2
biru
jumlah 5 7

7
Kebutuhan cairan = 30 ml/ hari. Bayi Ny. W I minum ASI
8 x 4 cc melalui OGT karena refleks menghisap dan
menelan bayi masih lemah.Bayi Ny.W I mendapat trapi
infus D 10% 6 cc/ jam.
c) Pola eliminasi
Bayi Ny. W I memakai pempers dan ditimbang tiap kali
ganti pempers. Bayi Ny. W I sudah BAK dan BAB warna
hitam lembek ( mekonium ).
d) Pola aktivitas dan istirahat
Bayi Ny. W I terlihat lemah di dalam inkubator, tangisnya
masih merintih dan gerakannya belum aktif.
e) Latar belakang social dan budaya
Ny. W I tidak merokok, tidak memiliki kebiasaan untuk
diet ketat, Ny. W I tidak memiliki pantangan makanan
tertentu Ketika hamil, Ny. W I tidak ketergantungan
maupun mengkonsumsi obat psikotropika maupun alkohol /
minuman keras
f) Hubungan psikologis
Ny. W I sering menjenguk anaknya.Ny. W I merasa
khawatir dengan kondisi anaknya yang menurutnya sangat
kecil.Ibu pasien selalu berdoa agar anaknya segera di beri
kesembuhan dan segera pulang bersamanya.
g) Persepsi – kognitif
Ny. W I tahu tentang kondisi bayinya, menurut Ny. W I
bayinya dalam kondisi tidak baik, dan terlihat sesak nafas
sampai tulang dadanya terlihat tertarik, Ny. W I tahu bahwa
anaknya belum bisa disusui karna reflek menelannya dan
menghisap masih kurang sehingga harus dipasang selang
makan.

12. Pemeriksaan fisik


 Keadan umum : lemah
 Kesadaran : CM ( compos mentis ),
gerak kurang efektif , tangis merintih
 Vitalsgn : RR = 55 x/menit, HR = 168
x/menit
Suhu = 367 oc
 Pemeriksaan tubuh
Kulit : warna kulit kemerahan dengan
eksternitas kebiruan, tidak ikterus, sianosis, terdapat
sedikit lanugo pada dahi dan sekitar pipi, kulit tipis.

8
Kepala : rambut hitam, tipis, tidak ada les,
sutura terlihat
Mata : sklera mata putih, konjungtiva
merah muda
Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung,
lubang hidung 2, terpasang O2 NCPAP 40% PEEP 51/
menit
Mulut : bibir merah, tidak ditemukan
stomatis, mukosa bibir kering, terpasang OGT
Telinga : tidak ada deformatis, lubang telinga
bersih, simetris
Leher : bersih, tidak ada pembesaran tiroid.
Thorax : simetris ( kanan kiri sama ), tarikan
intercosta (+), retraksi dada (+), dada cekung kebawah (
dibawah px ), RR= 68 x/menit, ditemukan suara nafas
ronki.
Cardio : HR= 184 x/menit
Abdomen : simetris, tidah ada lesi, terdapat
bising usu 5 x/menit.
Umbilikus : tali pusat basah, tidak terjadi
perdarahan, tidak terjadi infeksi, terpasang infus
umbilikalis D10%
Genetalia : labia mayora belum menutupi labia
minora, tidak ada kelainan letak lubang uretra
Anus : tidak ada lesi, tidak ada iritasi
perineal, warna feces hitam lembek.
Ekstremitas : akral dingin, jari tangan 5/5, jari
kaki 5/5, tak ada kelumpuhan, gerak kurang aktif.
Reflek : a). reflek moro ; Ketika ada suara
agak keras di sekitar ruangan / tempat inkubator maka
pasien kurang merespon / diam saja.
b).reflek sucking ( menghisab); Ketika di test dengan spuit
diberikan ASI yang diberikan dan selalu ada ASI yang
keluar dari mulut nya.
c). reflek grasping ( mengenggam ) ; Ketika perawat
meletakan jari telunjuknya ke tangan pasien, pasien dapat
menggenggam jari telunjuk perawat, namun genggaman
masih lemah.
d). reflek tonic neck ( menoleh ) ; Ketika perawat membuat
Gerakan / suara di sekitar pasien, pasien kurang respon.

9
e). reflek babinskin ( sentuhan telapak kaki ); jika di sentuh
kakinya oleh perawat, pasien akan menarik kakinya ke
atas.
f). reflek menelan ; kurang, jika diberi minum lewat spuit
maka ASI akan keluar Sebagian dari mulutnya.

13. Data penunjang


Hasil laboratorium tanggal 29 mei 2013 jam 16.36 WIB.

N Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai mormal


O
1 WBC 11,7 103/ul 9-30
2 RBC 3,95 100/ul 3,7-6,5
3 HGB 14,3 g/dl 14,9-23,7
4 HCT 42,5 % 47-75
5 MCV 107,6+ fL 80-99
6 MCH 36,2+ fL 27-31
7 MCHC 33,6 Pg 33-37
8 PLT 358AG 103/ul 150-450
9 RDW 69 fL 35-45
10 PDW 11,1 fL 9-13
11 MPV 9,7 fL 7,2-11,1
12 P-LCR 21,8 % 15-25

12 LYM% 58,3 % 19-48


13 MXD% 7,7 % 0-12
14 NEUT% 34,0- % 40-74
15 LYM% 6,8 103/ul 1-3,7
16 MXD# 0,9 103/ul 0-1,2
16 NEUT# 4,0 103/ul 1,5-7
17 Gol darah 0 - -

10
14. Terapi
29-05-2013 :
O2 NCPAP 40% PEEP 5
Infus D10% 6 cc/ jam
Injeksi :
Ampicilin-Sulbactam 2x85 mg (hari 1)
Gentamicyn 1x7,5 mg (hari 1)
30-05-2013 :
O2NCPAP 40% PEEP 5
Infus D10% 6 cc/jam
Injeksi :
Ampicilin-Sulbactam 2x85 mg ( hari 2)
Gentamicyn 1x7,5 mg ( hari 2)
31-05-2013 :
O2NCPAP 35% PEEP 5
Infus TPN IL
Injeksi :
Ampicilin-Sulbactam 2x85 mg (hari 2)
Gentamicyn 1x7,5 mg (hari 2)

 DATA FOKUS

11
Data objektif Data
subjektif
- retraksi dada (+)
- tarikan intercosta (+)
- takipena (+)
- retraksi dalam (+)
- suara nafas ronki
- sianosis
- KU : lemah
- RR = 55x/menit
- suhu = 36,70c
- HR = 168 x/ menit
- terpasang O2NCPAP 40% PEEP
51/menit
- reflek hisap dan menelan lemah
- mukosa bibir kering
- terpasang OGT minum 4ccx8
- BB:1650gr
- pasien terdapat di inkubator
- kulit bayi tipis, terdapat lanugo di
dahi dan di pipi, akral dingin
- terpasang infus umbilikalis

 ANALISI DATA

No Data fokus problem Etiologi


1 -DO: retraksi dada (+) Ganguan Imaturitas paru dan
-tarikan intercosta (+) Pertukaran gas neuromuscular, defisiensi
-takipena (+) surfaktan dan ketidaksetabilan
-retraksi dalam (+) alveolar
-suara nafas ronki
-sianosis
-KU: lemah
-RR= 55 x/menit
-suhu= 36,70c
-HR=168 x/menit
-terpasang O2NCPAP 40% PEEP
51/menit

2 -DO: retraksi dada (+) Tidak efektifnya Ketidaksamaan nafas bayi


-tarikan intercostal (+) pola nafas dan ventilator
-takipena (+)
-retraksi dalam (+)
-suara nafas ronki
-sianosis
-KU: lemah
-RR= 55 x/menit

12
-suhu= 36,70c
-HR= 168 x/menit
-terpasang O2NCPAP 40% PEEP
51/menit

-DO: reflek hisap dan menelan


3 Gangguan Ketidakmampuan menghisap
lemah nutrisi kurang
dari kebutuhan
-mukosa bibir kering
tubuh
-terpasang OGT minum 4cc x 8
-BB: 1650gr

Resiko tinggi Belum terbentuknya lapisan


-DO: pasien terdapat di incubator
4 gangguan lemak pada kulit.
- kulit bayi tipis, terdapat lanugo di termoregulasi:
hipotermi
dahi dan pipi, akral dingin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Gangguan pertukaran gas b.d imaturitas paru dan


neuromuscular,defisiensi dan ketidakstabilan alveolar

2.Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan


ketidaksamaan nafas bayi dan ventilator

3. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan


ketidak mampuan menghisap

4. Resiko tinggi gangguan termogulasi : hipotermi b.d belum


terbentuknya lapisan lemak pada kulit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d imaturitas paru dan neuromuskular,
defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar.

13
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 jam diharapkan
pola nafas efektif.
KH: - Jalan nafas bersih
- Frekuensi jantung 100-140 x/m
- Pernapasan 40-60 x/m
- Takipneu atau apneu tidak ada
- Sianosis tidak ada
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih
dan ronchi (-)
Intervensi
a. Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada posisi
telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dalam
posisi ’mengendus’
R: untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.
b. Hindari hiperekstensi leher
R: karena akan mengurangi diameter trakea.
c. Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan , kenali
tanda-tanda distres misalnya: mengorok, pernafasan cuping hidung, apnea.
R: memastikan posisi sesuai dengan yang diinginkan dan mencegah terjadinya
distres pernafasan.
d. Lakukan penghisapan
R: menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea, dan
selang endotrakeal.
e. Penghisapan selang endotrakeal sebelum pemberian surfaktan
R: memastikan bahwa jalan napas bersih
f. Hindari penghisapan sedikitnya 1 jam setelah pemberian surfaktan
R: meningkatkan absorpsi ke dalam alvelolar
g. Observasi peningkatan pengembangan dada setelah pemberian surfaktan.
R: menilai fungsi pemberian surfaktan.
h. Turunkan pengaturan, ventilator, khususnya tekanan inspirasi puncak dan
oksigen
R: mencegah hipoksemia dan distensi paru yang berlebihan.

14
Kolaboratif
i. Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai
indikasi R: meningkatkan transport oksigen
j.Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
R:Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
k. Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
R:Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret
dan meningkatkan ventilasi

2. Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan ketidaksamaan


nafas bayi dan ventilator.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 7 jam pola
nafas dapat menjadi efektif
KH: Frekuensi jantung 100-140 x/m
- Pernapasan 40-60 x/m
- Takipneu atau apneu tidak ada
- Sianosis tidak ada
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tindakan :
Independen
a. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola
nafas
R:Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas
b. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti
crakles, dan wheezing
R:Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing terjadi karena
bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
c. Kaji adanya cyanosis
R:Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum
cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi

15
adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan
ekstremitas adalah vasokontriksi.
d. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
R:Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
e. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
R:Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
Kolaboratif
f. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
R:Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan
yang sesuai
g. Berikan pencegahan IPPB
R:Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
h. Review X-ray dada
R:Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
i. Kolaborasi dengan dokter pemberikan obat, jika ada indikasi seperti
steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant
R:Untuk mencegah ARDS

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menghisap.
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan dalam waktu 3x24 jam
intake nutrisi dapat terpenuhi
KH: -Bayi dapat minum dengan baik
- BC seimbang
- Berat Badan Bayi tidak turun lebih dari 10%
- Kemampuan menghisap dan menelan Bayi terlatih

Intervensi Rasional
a. Berikan infus D 10% W sekitar 65 – 80 ml/kg bb/ hari
R: Untuk menggantikan kalori yang tidak didapat secara oral

16
b. Pasang selang nasogastrik atau orogastrik untuk dapat memasukkan
makanan jika diindikasikan atau untuk mengevaluasi isi lambung
R:Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah tidak mungkin dilakukan.
c. Cek lokasi selang NGT dengan cara :
- Aspirasi isi lambung
- Injeksikan sejumlah udara dan auskultasi masuknya udara pada lambung
- Letakkan ujung selang di air, bila masuk lambung, selang tidak akan
memproduksi gelembung
R: Untuk mencegah masuknya makanan ke saluran pernafasan
d. Berikan makanan sesuai dengan prosedur berikut :
- Elevasikan kepala bayi
- Berikan ASI atau susu formula dengan prinsip gravitasi dengan ketinggian
6– 8 inchi dari kepala bayi
- Berikan makanan dengan suhu ruangan
- Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam
R: Memberikan makanan tanpa menurunkan tingkat energi bayi
e. Monitor intake cairan dan output dengan cara :
- Timbang berat badan bayi setiap 8 jam
- Timbang popok bayi untuk menentukan urine output
- Tentukan jumlah BAB
- Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari
R:Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidak
seimbangan cairan sebagai dasar untuk penggantian cairan
f. Berikan TPN jika diindikasikan
R: TPN merupakan metode alternatif untuk mempertahankan nutrisi jika
bowel sounds tidak ada dan infants berada pada stadium akut.

4. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum terbentuknya


lapisan lemak pada kulit.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh tetap normal.
Kriteria Hasil :

17
- Suhu 36,5-37,5 °C
- Bayi tidak kedinginan
Intervensi dan Rasional :
a. Tempatkan bayi pada tempat yang hangat(incubator)
R : Mencegah terjadinya hipotermi
b. Atur suhu incubator
R : Menjaga kestabilan suhu tubuh
c. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam
R : Memonitor perkembangan suhu tubuh bayi
d.Ganti gedong bayi jika basah
R:Menghindari kehilangan panas bayi melaui perpindahan panas

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

18
No.D
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon pasien Ttd
x
30-05- 1,2,3 - Menempatkan bayi pada DO : - Pernapasan
2013 inkubator cuping
- Memberikan humidifier oksigen
Jam dengan masker CPAP hidung,apneu
07.40 - Memberikan infus D 10% 6 DS : -
cc/jam
WIB
08.00 4 - Memandikan bayi DO :
WIB - Mengganti popok, gedong, dan - bayi terlihat bersih
pengalas
- meconium (+)
DS : -
08.15 1,2,3 - Menempatkan bayi pada posisi DO :
WIB telentang dengan leher sedikit - Pernapasan apneu
ekstensi
- Mengobservasi tanda-tanda - Ronki
distress - RR = 55 x/mnt
- Mengkaji status pernafasan
DS : -
09.00 3,4 - Mengecek residu lambung, dan DO :
WIB memasukan pasi - Residu 0,5 cc, pasi
- Memantau suhu tubuh
masuk 4cc
- Suhu = 371 oC
DS : -
09.10 3 - Memberikan injeksi : DO :
WIB Ampi-sulbac 85 mg - Sianosis (+)
Genta 7,5 mg
- Mengkaji adanya cyanosis - Bayi tidur
- Memberikan istirahat yang DS : -
cukup dan nyaman
10.00 1,2,4 - Mengkaji status pernafasan DO :
WIB - Mengukur suhu , RR, HR - Apneu, ronki
- Suhu : 37,2 0C
- RR : 55 x/Menit
- HR : 168 x/menit
DS : -
10.50 3 - Mengecek residu lambung, dan DO :
WIB memasukan pasi - Residu 1 cc lendir, pasi
.
4 cc dimasukan melalui
OGT
- Bayi tampak
mengunyah-ngunyah
selang OGT ketika pasi
dimasukan
DS : -
11.40 1,2,3, - Mengkaji status pernafasan DO :
WIB 4 - Mengukur suhu , RR, HR - Apneu, ronki
19
- Suhu : 37,2 0C
- RR : x/Menit
- HR : x/menit
E. EVALUASI

No Tanggal/jam Dx Evaluasi
1. 30 Mei 2013 I S :
14.00 WIB O : - Pernapasan cuping hidung,apneu
- RR = 144 x/menit
- Terdapat retraksi dada
- Terpasang CPAP
- tidak terdapat sianosis
A : - Masalah teratasi sebagian
P : - Lanjutkan Intervensi
- Monitor vitalsign
- Monitor adanya tanda-tanda sianosis
- Monitor retraksi dada, adanya suara napas
tambahan
- Lanjutkan terapi O2CPAP
2. 30 Mei 2013 II S : -
12.00 WIB O : - Pernapasan cuping hidung,apneu
- RR = 144 x/menit
- Terdapat retraksi dada
- Terpasang CPAP
- tidak terdapat sianosis
A : - Masalah teratasi sebagian
P : - Lanjutkan Intervensi
- Monitor vitalsign
- Monitor adanya tanda-tanda sianosis
- Monitor retraksi dada, adanya suara napas
tambahan
- Lanjutkan terapi O2CPAP
3. 1 Juni 2013 III S:-
14.00 WIB O : - BC = -42 cc
- BB 1850 gram
- Reflek menghisap dan menelan masih lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

20
- Monitor Vitalsign
- Pantau intake ASI
- Cek residu setiap 3 jam
- Timbang BB / hari
4. 1 Juni 2013 IV S :-
14.00 WIB O : - Suhu inkubator 330C
- HR : 130 x/im
- RR : 55 x/m
- Suhu : 37,2 0 C
- Akral hangat ,kulit kemerahan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Vitalsign
- Ganti pakaian bila basah

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan
dalam paru. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS
yaitu prematur,asfiksia perinatal,maternal diabetes,seksio sesaria.

B. Saran
- Kepada ibu hamil dianjurkan agar selalu menjaga kehamilannya dan
memeriksakan kehamilannya secara rutin kepada tenaga kesehatan agar
dapat mengurangi penyakit kelainan bawaan pada neonates dan apabila
terdapat kelainan dapat di deteksi secara dini.
- Hindari terjadinya kelahiran bayi premature karena bayi premature
memungkinkan terjadinya RDS.
- Dan apabila pada ibu hamil dengan riwayat penyakit diabetes mellitus
maka sebaiknya ibu menjaga pola makanannya terutama diet terhadap
glukosa agar resiko terjadinya RDS pada bayi menurun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Markum,A.H,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,Jilid I,Bagian Ilmu


Kesehatan Anak FKUI,Jakarta,1991

Surasmi,Asrinig,dkk.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC

Suriadi dan Yuliani,R.2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak,edisi 1


Jakarta : CV Sagung Seto

23

Anda mungkin juga menyukai