Anda di halaman 1dari 22

Desain Eksperimen

I.

PENGERTIAN

Desain ekperimen (experimental design) merupakan desain studi dimana peneliti dapat menciptakan lingkungan/ kondisi tiruan, mengontrol beberapa variabel dan memanipulasi variabel bebas untuk membuktikan hubungan sebab akibat. Desain experiment terbagi atas dua kategori yaitu: eksperimen lab ( lab

experiments), dan eksperimen lapangan (fields experiments). Eksperimen lab (lab experiments) merupakan desain eksperimen yang diatur dalam suatu lingkungan
tiruan dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hubungan sebab akibat di antara variabel yang diminati peneliti. Sementara eksperimen lapangan (fields experiments) merupakan eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat dalam lingkungan alami dimana peristiwa terjadi secara normal.

II. EKSPERIMEN LAB Jika hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat ingin dibuktikan dengan jelas, maka semua variabel lain yang mungkin mencemari atau mengacaukan hubungan tersebut harus dikontrol dengan ketat. Kontrol dan manipulasi paling baik dilakukan dalam situasi buatan

(laboratorium), di mana pengaruh klausal dapat diuji. Jika kontrol dan manipulasi dilakukan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat dalam suatu situasi buatan, maka kita mempunyai desain eksperimen laboratorium yang dikenal juga sebagai eksperimen lab.

Karena digunakan istilah control dan manipulasi maka marilah kita menelaah arti dari kedua konsep tersebut: - Kontrol Ketika kita merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, adalah mungkin bahwa suatu faktor, misalnya A, juga mempengaruhi variabel terikat Y. Dalam hal tersebut, adalah mustahil untuk menentukkan tingkat di mana Y hanya terjadi karena X, karena kita mengetahui seberapa besar total variasi Y disebabkan oleh kehadiran faktor A. - Manipulasi Variabel Bebas Dalam menguji pengaruh kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, diperlukan menipulasi data. Manipulasi secara sederhana berarti bahwa kita

membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai dampak pada
variabel terikat. Menipulasi variabel bebas juga disebut perlakuan (treatment), dan hasil perlakuan disebut pengaruh perlakukan (treatment effect).

a.

Mengontrol Variabel Pengganggu yang Mencemari Dalam mengontrol variabel pengganggu yang mencemari suatu penelitian dapat dilakukan dua cara berikut, yatu:

- Memadankan Kelompok Memadankan atau menjodohkan (matching) merupakan metode dalam mengontrol faktor yang diketahui mencemari dalam suatu studi ekperimen, dengan secara sengaja menyebarkannya bersama-sama di seluruh kelompok eksperimental dan kontrol agar tidak mengacaukan hubungan sebab akibat. Dalam metode ini, berbagai karakteristik yang mengacaukan di kelompokkan dan secara sengaja disebarkan kedalam semua kelompok. Karena faktor yang diduga mencemari disebarkan ke semua kelompok, dapat dikatakan bahwa variabel X sendirian menyebabakan

variabel Y. namun, dalam hal ini kita tidak yakin bahwa kita telah mengontrol semua faktor pengganggu, karena kita mungkin tidak menyadarai semuanya sehingga taruhan yang lebih aman adalah randomisasi.

- Randomisasi Randomisasi merupakan proses mengontrol variabel pengganggu ( nuisance variable) dengan secara acak menempatkan anggota di antara beberapa kelompok ekperimen dan kontrol, sehingga variabel yang mengacaukan secara acak dibagi ke seluruh kelompok. Dalam randomisasi, proses di mana orang yang ditarik (yaitu, setiap orang mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk ditarik) dan penempatan mereka dalam kelompok mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun) adalah acak. Dengan menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, kita akan mendistribusikan variabel pengacau di antara kelompok secara sama. Proses randomisasi secara ideal akan memastikan bahwa tiap kelompok

diperbandingkan dengan lainnya, dan bahwa semua varibel, termasuk semua pengaruh usia, gender, dan pengalaman sebelumnya dikontrol.

- Manfaat Randomisasi Perbedaan antara pemadanan dan randomisasi adalah bahwa dalam kasus pertama individu secara sengaja dan sadar disesuaikan untuk mengontrol perbedaan di antara anggota kelompok., sedangan dalam kasus terakhir, kita berhaarap bahwa proses randomisasi akan mendistribusiakn ketdaksamaan anatara kelompok

berdasarkan hukum distribusi normal. Dengan demikian, kita tidak perlu secara khusus merisaukan faktor pencemar apa pun yang diketahui atau tidak diketahui. Dibandingkan dengan randomisasi, pemadaman mungkin kurang efektif karena kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin dapat mencemari hubungan

sebab akibat dalam situasi yang dihadapi, dan karena itu kegagalan dalam memadankan beberapa faktor penting diseluruh kelompok ketika mengadakan eksperimen. Tetapi, randomisasi akan menyelesaikan masalah tersebut., karena semua faktor pencemar akan disebarkan ke seluruh kelompok. Selain itu, jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan, kita mungkin tidak mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut. Dengan demikian desain eksperimen lab melibatkan control terhadap variabel pencemar melalui proses pemadanan atau randomisasi dan manipulasi perlakuan.

III. EKSPERIMEN LAPANGAN

Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana pekerjaan dilakuan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan perlakuan tertentu. Dalam eksperimen lapangan meskipun mungkin mustahil untuk mengontrol semua variabel penganggu karena anggota tidak dapat ditempatkan dalam kelompok secara acak, atau cocok, perlakuan tetap dapat dimanipulasi. Kelompok kontrol bisa diatur dalam eksperimen lapangan. Kelompok eksperimen dan kontrol dalam eksperimen lapangan bisa terdiri dari orang-orang yang bekerja di beberapa pabrik dalam radius yang sama, atau lainnya.

IV. VALIDITAS INTERNAL DAN VALIDITAS EKSTERNAL

Validitas internal merupakan validitas yang mengacu pada tingakt keyakinan kita tentang pegnaruh kausal yaitu, bahwa variabel X menyebabkan variabel Y)

sementara validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal pada situasi, orang, atau validitas lain. Ekperimen lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih tinggi (karena hasilnya lebih dapat digeneralisasi pada situasi organisasi lainnya), namun mempunyai validitas internal yang lebih rendah (karena kita tidak bisa yakin mengenai sampai tingkat apa variabel X sendirian menyebabkan variabel Y). Berbanding terbalik dengan eksperimen lapangan, eksperimen lab memiliki validitas internal yang lebih tinggi dan validitas eksternal rendah. Dalam eksperimen lab kita bisa yakin bahwa variabel X menyebabkan variabel Y karena kita dapat mengontrol variabel asing lain yang mencemari, namun mempunyai beberapa variabel yang dikontrol dengan sangat ketat untuk membuktikan hubungan sabab akibat sehingga tidak mengetahui sampai tingat apa hasil studi dapat digeneralisasikan pada situasi lapangan. Karena situasi lab tidak dapat mencerminkan dunia nyata kita tidak dapat mengetahui sampai tingkat apa temuan lab secara valid mewakili realitas dunia luar. Tedapat trade off antara validitas internal dan eksternal. Bila peneliti menginginkan validitas internal yang tinggi maka sebaiknya bersedia menetukan validitas eksternal yanglebih rendah dan sebaliknya. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya mencoba menguji hubungan kausal dalam suatu situasi lab atau buatan yang dikontrol secara ketat dan setelah hubungan dibuktikan dengan mencoba menguji hubungan kausal dalam eksperimen lapangan. Desain eksperimen lab dalam bidang manajemen sejauh ini dilakukan untuk menilai, diantaranya perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan, bakat manajerial dan sebagainya. Tetapi meskipun demikian, perbedaan gender dan faktor lain yang ditemukan dalam situasi lab sering kali tidak ditemukan dalam studi lapang (Osborn & Vicars, 1976). Maslah validitas ekternal biasanya membatasi penggunaan

eksperimen lab dalam bidang manajemen sehingga eksperimen lapangan pun jarang dilakukan karena munculnya konsekuensi yang tidak diharapkan, misalnya karyawan menjadi curiga, adanya persaingan, dan kecemburuan yang timbul antardepartemen dan sebagainya.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal Validitas internal eksperimen lab dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor pencemar yang masih ada yang bisa memberikan penjelasan saingan mengenai apa yang menyebabkan variabel terikat. Faktor pencemar yang mungkin ada ini merupakan ancaman untuk validitas internal. Tujuh ancaman utama pada validitas internal adalah : 1. Pengaruh Sejarah Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan variabel bebas dan variabel terikat mungkin muncul tanpa diduga sementara ekperimen dilakukan, dan sejarah peristiwa tersebut akan mengacaukan hubungan sebab akibat antara kedua variabel, sehingga mempengaruhi validitas internal. Misalnya, katakanlah bahwa manajer sebuah Devisi Produk Susu ingin menguji pegaruh promosi penjualan beli satu, gratis satu terhadap penjualan merek keju milik perusahaan, selama seminggu. Dengan teliti ia mencatat penjualan keju selama dua minggu sebelumnya untuk menilai pengruh promosi. Namun, tepat ketika ia melakukan promosi penjualannya. Asosiasi petani susu secara tidak terduga meluncurkan sebuah iklan multimedia mengenai manfaat mengkonsumsi produk susu, terutama keju. Penjualan semua produk susu, termasuk keju, meningkat disemua toko, termasuk eksperimen sedang dilakukan. Dalam hal ini, karena iklan yang tidak terduga tersebut, seorang tidak dapat memastikan seberapa kenaikan penjualan keju yang diteliti disebabkan oleh promosi penjualan dan seberapa yang disebabkan oleh iklan asosiasi petani

susu! Pengaruh sejarah telah mempengaruhi validitas atau keyakinan pada kesimpulan bahwa promosi penjualan menyebabkan kenaikan penjualan.

2.

Pegaruh Matursi Kesimpulan sebab-akibat dapat dicemari oleh pengaruh penjualan waktu variabel lain yang tidak bisa dikontrol. Pencemaran tersebut disebut pengaruh matusari (maturation effect). Pengaruh matusari merupakan sebuah fungsi dari proses biologis dan pisikologis yang berlaku dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Contoh proses maturasi bisa meliputi pertambahan usia, kelelahan, rasa lapar dan kebosanan. Dengan kata lain, terdapat pengaruh maturasi pada variabel terikat dan murni karena perjalan waktu. Misalnya, katakanlah bahwa seorang direktur litbank (R & D) berpendapat bahwa kenaikan efisiensi pekerja akan dihasilkan dalam waktu tiga bulan jika teknologi caggih yang diterapkan dalam situasi kerja. Bila pada akhir pada tiga bulan tersebut kenaikan efisiensi bener-bener ada akan sulit akan menyatakan bahwa teknologi canggih (dan itu hanya satu-satunya) meningkatkan efisiensi kerja karena seiring dengan perjalalan waktu, pengalaman karyawan juga bertambah, yang menghasilkan kinerja yang lebih baik dan karena itu meningkatkan efisiensi dengan demikian, validitas internal juga berkurang karena matusari sehingga sulit untuk menentukan berapa banyak kenaikan yang dapat dikaitkan dengan penerapan teknologi canggih tersebut.

3.

Pengaruh Pengujian Sering kali, untuk menguji sebuah perlakuan, subjek di beri apa yang disebut

prates (Pra test misalnya sebuah kuesioner singkat untuk mengungkapkan perasaan
mereka). Yaitu, pertama-tama dilakukan pengukuran variabel terikat ( pratest), kemudia perlakuan diberikan, dan setelah itu tes kedua, disebut pascates(posttest),

diadakan. Perbedaan antara skor prates dan pascates kemudian dihubungkan dengan perlakuan, tetapi, ketika responden diberi prates, hal tersebut mungkin

mempengarui respons mereka dalam pascates, yang akan berdampak merugikan terhadap validitas internal. Misalnya, jika pekerjaan yang menantang diduga menyebabkan peningkatan kepuasan kerja, dan sebuah prates menganai kepuasan kerja dilakukan untuk menanyakan tingkat kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaan mereka saat ini. Hal tersebut mungkin membuat mereka peka terhadap isu kepuasan kerja. Ketika sebuah pekerjaan menantang diperkenalkan dan sesudahnya diberikan kuesioner kepuasan keja lebih lanjut, responden sekarang mungkin bereaksi dan merespons pascates dengan bingkai referensi yang berbeda disbanding jika mereka semula tidak dibuat peka terhadap isu kepuasan kerja melalui prates. Jenis kepekaan melalui pengujian sebelumnya disebut pengaruh pengujian (testing effect), yang juga mempengaruhi validitas internal desain

eksperimen.Dalam kasus diatas, meskipun peningkatan kepuasan kerja secara logis dapat di ukur melalui pra dan pascates, prates dapat mengacaukan hubungan sebab akibat dengan membuat responden peka terhadap pascates. Dengan

demikian,pengaruh pengujian merupakan ancaman lain bagi validitas internal.

4.

Pengaruh instrumentasi Pengaruh instrumentasi adalah ancaman lain untuk validitas internal. Hal tersebut bisa muncul karna perubahan dalam instrumentasi pengiukuran antara prates dan pascarataes, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan bisa memulai dengan berkonsentrasi pada seperangkat prilaku kini nerubah dan tidak akan mencerminkan perubahan prilaku yang dapat dihubungkan dengan perlakuan. Hal ini juga berlaku dalam kasus instrumensi pengukuran fisik seperti keseimbingan

pegas atau instrument lain yang dikalibrasi dengan baik yang mungkin kehilangan akurasinya karena penggunaan terus menerus, yang menghasilkan keslahan pengkuran akhir. Dalam organisasi, pengaruh instrumensi dalam desain eksperimen adalah mungkin jika peneliti melakukan prates, memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, dan manajer yang berbeda melakukan pascates untuk mengukur kinerja. Seorang manajer kedua mungkin juga menghitung jumlah barang cacat, dan manjer ketiga mempertimbangkan jumlah sumber daya yang dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan! Dalam hal ini, ada setidaknya tiga instrument pengukuran yang berbeda. Jika kita memperlakukan tiap manajer sebagai sebuah instrument pengukuran kinerja. Dengan demikian pengaruh instrumentasi juga merupakan ancaman bagi validitas internal dalam desain eksperimen.

5.

Pengaruh bias seleksi Ancaman pada validitas internal juga bisa berasal dari seleksi subjek yang tidak tepat atau tidak cocok untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Contohnya, jika suatu eksperimen lab diadakan untuk menilai dampak lingkungan kerja terhadap sikap kerja karyawan, dan jika salah satu kondisi eksperimen adalah mempekerjakan subjek selama 2 jam di dalam ruangan yang berbau busuk, seorang peneliti yang etis mungkin memberitahukan kondisi tersebut kepada calon subjek, yang dapat menolak berpartisipasi dalam studi. Tetapi, sejumlah sukarelawan dapat dipikat dengan insentif (katakanlah $70 untuk 2 jam partisipasi dalam studi). Para sukarelawan yang dipilih mungkin agak berbeda dar orang lain (karena mereka mungkin datang dari lingkungan yang berbeda) dan respons subje dapat mencemari hubungan sebab-akibat dan juga merupakan ancaman yag tidak dapat memenuhi

kriteria kelompok kontrol akan menjadi ancaman bagi validitas internal dalam jenis eksperimen tertentu.

6.

Pengaruh regresi statistik. Pengaruh regresi statistik muncul jika anggota yang terpilih untuk kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat. Misalnya, jika seorang manajer ingin menguji apakah ia dapat meningkatkan kepandaian menjual dari personalia penjualan melalui jenis program Dale Carnigie, ia sebaiknya tidak memilih mereka dengan kemampuan yang sangat rendah atau sangat tinggi untuk eksperimen. Hal tersebut karena kita tahu dari hukum probabilitas bahwa mereka dengan skor yang sangat rendah pada suatu variabel mempunyai probabilitas lebih besar untuk menunjukan peningkatan dan pecapaian skor yang mendekati rata-rata pada pasctes setelah diberi perlakuan tertentu. Fenomena pemilim skor rendah yang cenderung mencapai skor yang mendekati rata-rata hitung dikenal sebagai regresi menuju mean. Demikian pula, mereka dengan kemampuan sangat tinggi juga akan menujukan kecenderungan lebih besar untuk mundur menuju mean, mereka akan mecapai skor lebih rendah pada pascates dibanding prates. Dengan demikian mereka yang berada di salah satu akhir kontinum yang berkaitan dengan sebuah variabel tidak akan benar-benar mencerminkan hubungan sebab-akibat. Jadi fenomena regresi statistic juga merupakan ancaman terhadap validitas internal.

7.

Pengaruh Mortalitas Faktor pengacau lain pada hubungan seb-akibat adalah mortalitas atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, control, atau keduanya, saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin mengacaukan hasil.

Faktor faktor yang Mempengaruhi Validitas Eksternal Sementara validitas internal memunculkan pertanyaan mengenai apakah

perlakuan semata atau sejumlah faktor asing lainnya yang menyebabkan pengaruh, validitas eksternal mengangkat isu mengenai generalisasi temuan pada situasi lain. Misalnya, sampai tingkat mana situasi eksperimen berbeda dari situasi dimana temuan digeneralisasikan langsung berhubungan dengan tingkat ancaman terhadap validitas eksternal. Sebagai ilustrasi, subjek dalam sebuah eksperimen lab bisa diberi pra-tes dan pasca-tes. Tetapi, temuan temuan tersebut tidak dapat digeneralisasikan pada dunia organisasi, dimana pra-tes yang diikuti pasca-tes jarang diberikan kepada karyawan. Dengan demikian, pengaruh perlakuan tidak akan sama di lapangan, dan validitas eksternal berkurang. Ancaman lain adalah seleksi subjek. Dalam situasi lab, jenis subjek yang dipilih untuk eksperimen bisa sangat berbeda dari jenis karyawan yang direkrut oleh organisasi. Contohnya, mahasiswa sebuah universitas mungkin diberi suatu tugas yang dapat dimanupulasi untuk mempelajari pengaruhnya pada kinerja mereka. Namun, temuan dari eksperimen tidak dapat digenerelisasikan pada dunia kerja nyata, di mana karyawan dan sifat pekerjaan akan sangat berbeda. Jadi, seleksi subjek dan selekksinya dengan perlakuan juga akan merupakan suatu ancaman bagi validitas ekstenal. Itu baru sejumlah faktor yang membatasi generalisasi. Validitas eksternal yang maksimal diperoleh dengan memastikan bahwa, sedapat mungkin kondisi eksperimen lab sedekat dan secocok mungkin dengan situasi dunia nyata. Dalam hal ini, eksperimen lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih besar dibanding eksperimen lab. Yaitu, pengaruh perlakuan dapat digeneralisasikan pada situasi lain yang mirip dengan situasi dimana eksperimen lapangan dilakukan.

Faktor faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal dan Eksternal Terhadap tujuh faktor pencemar yang dapat memengaruhi validitas internal desain eksperimen. Faktor tersebut adalah pengaruh sejarah, maturasi, pengujian, instrumentasi, seleksi, regresi startistik, dan mortalitas. Tetapi, adalah mungkin untuk mengurangi bias tersebut dengan meningkatkan kecanggihan desain

eksperimen. Meskipun sejumlah desain yang lebih canggih, yang di bahas di bawah ini akan meningkatkan validitas internal dari hasil eksperimen, hal tersebut juga mahal dan memakan waktu. Ancaman terhadap validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan kondisi eksperimen sedekat mungkin dengan situasi da mana hasil eksperimen akan digeneralisasikan. Untuk pembahasan lebih jauh mengenei validitas, lihat Cook dan Campbell (1979b).

V. JENIS DESAIN EKSPERIMEN DAN VALIDITAS INTERNAL

Semakin singkat rentang waktu eksperimen, semakin kecil kemungkinan menghadapi pengaruh sejarah, maturasi, dan mortalitas. Eksperimen yang

berlangsung satu atau dua jam biasanya tidak menemui kendala dalam hal tersebut tetapi jika eksperimen dilakukan selama periode cukup lama, katakan lah beberapa bulan, kemungkinan akan menghadapi lebih banyak faktor penggangu meningkat. Beberapa desain eksperimen yang umum digunakan dan menentukan tingkat keandalannya terhadap tujuh faktor yang dapat mencemari validitas internal dari hasil eksperimen adalah sebagai beriku:

1.

Desain Eksperimen Semu Sejumlah studi memberikan perlakuan kepada sebuah kelompok eksperimen dan mengukur pengaruhnya. Desain eksperimen semacam itu adalah yang terlemah dari semua desain, dan hal tersebut tidak mengukur hubungan sebab-akibat yang sebenarnya karena tidak ada perbandingan antarkelompok, atau pun catatan mengenai status variabel terikat sebelum perlakuan eksperimen dan bagaimana hal tersebut berubah setelah perlakuan. Dalam ketiadaan kontrol seperti itu, studi tidak mempunyai nilai ilmiah dalam menentukan hubngan sebab-akibat. Karna itu, desain tersebut disebut sebagai desain eksperimen semu ( quasi-experimental

design). Berikut ini adalah dua desain eksperimen semu.


2. Prates dan Pascates Desain Kelompok Eksperimen Pada suatu kelompok eksperimen (tanpa kelompok kontrol ), kita bisa melakukan prates, memberi perlakuan, dan kemudian mengadakan pascates untuk mengukur pengaruh perlakuan. Di mana O mengacu pada beberapa proses pengamatan atau pengukuran, X mewakili pemberian perlakuan eksperimen pada sebuah kelompok, serta X dan O pada baris diterapkan pada kelompok spesifik yang sama. Dalam hal ini, pengaruh perlakuan bisa diperoleh dengan mengukur perbedaan antara prates dan pascates (O2-O1). Namun, perhatikan bahwa pengaruh pengujian dan instrumentasi dapat mencemari validitas internal. Jika eksperimen dilakukan selama periode waktu, pengaruh sejarah dan matusari juga mungkin mengacaukan hasil. 3. Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hanya dengan Pascates Sejumlah desain eksperimen direncanakan dengan kelompok eksperimen dan kontrol, yang pertama diberi perlakuan, dan yang terakhir tidak. Pengaruh perlakuan dipelajari dengan menilai perbedaan hasil yaitu, skor pascates kelompok eksperimen dan kontrol. Ini adalah kasus dimana pengaruh pengujian diatasi karena tidak ada

prates, hanya pascates. Namun, perhatian harus diberikan untuk memastikan bahwa kedua kelompokmengalami pemadananuntuk semua kemungkinan faktor pengganggu yang mencemari. Sebaliknya, pengaruh perlakuan sebaliknya tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat perbedaan skor pascates kedua kelompok. Randominasiakan mengatasi masalah tersebut. Ada sekurangnya dua kemungkinan ancaman terhadap valididas dalam desain ini, jika kedua kelompok tidak cocok atau tidak ditempatkan secara acak bias seleksi (selection biases) dapat mencemari hasil. Yaitu,

perrbedaan rekrutmen orang yang membentuk kedua kelompok akan mengacaukan hubungan sebab-akibat. Mortalitas (keluarnya indivindu dari kelompok) juga bisa mengacaukan hasil, dan dengan demikian merupakan ancaman terhadap validitas internal. 4. Desain Eksperimen Murni Desain eksperimen, yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, dan merekam informasi sebelum dan sesudah kelompok eksperimen diberiperlakuan, disebut desain eksperimen ex post facto (ex post facto experimental designs). Pra dan Pascates Desain Keloompok Eksperimen dan Kontrol Kedua kelompok eksperimen dan kontrol sama-sama mengalami prates dan pascates. Satu-satunya perbedaan antara kedua kelompok adalah bahwa yang pertama diberi perlakuan, sedangkan yang terakhir tidak. Mengukur perbedaan antara skor prates dan pascates kedua kelompok akan menunjukan pengaruh netto dari perlakuan. Kedua kelompok diberi prates dan pascates, dan kedua kelompok telah diacak; dengan demikian kita bisa berharap bahwa pengaruh sejarah, matusari, pengujian, dan instrumentasi telah dikontrol. Hal ini berdasarkan fakta bahwa apa pun yang tejadi dengan kelompok eksperimen (misalnya, matusari, sejarah, pengujian, dan instrumentasi)juga terjadi pada kelompok kontrol, dan dalam mengukur pengaruh netto (perbedaan antara skor pra dan pascates) kita telah mengontrol faktor yang

mencemari, melalui proses randominasi, kita pun mengontrol pengaruh bias seleksi dan regresi statistic. Namun, mortalitas bisa menjadi masalah dalam desain ini. Dalam eksperimen yang berlangsung beberapa minggu, seperti dalam kasus menilai dampak pelatihan pada pengembangan keterampilan, atau mengukur dampak kemajuan teknologi terhadap efektivitas, beberapa subjek dalam kelompok mungkin keluar, sebelum eksperimen selesai. Adalah mungkin bahwa mereka yang keluar berbeda dalam hal tertentudengan mereka yang tinggal hingga akhir dan mengikuti pascates. Jikabegitu, mortalitas bisa memberikan penjelasan saingan yang masuk akal atas perbedaan antara O2 dan O1. Desain Empat Kelompok Solomon Untuk memperoleh validitas internal yang lebih tinggi dalam desain eksperimen, disarankan untuk merencanakan dua keompok eksperimen dan dua kelompok kontrol untuk eksperimen. Satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol bisa diberi prates dan pascates.

Desain Empat Kelompok Solomon dan Ancaman Terhadap Validitas Internal Meringkas ancaman terhadap validitas internal yang terdapat dalam desain eksperimen yangb berbeda. Bila semua subjek ditempatkan secara acak dalam kelompok, maka bias seleksi dan regresi statistik dihilangkan dalam semua kasus. Ancaman Utama pada Validitas Internal dalam Desain Eksperimen yang Berbeda jika Anggota Dipilih dan Ditempatkan secara Acak.

Jenis Desain Eksperimen Pra test dan pasca test dengan hanya satu kelompok eksperimen Pasca test dengan hanya satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol Pra tes dan pasca test dengan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol Desain empat kelompok solomon Studi Buta Berganda

Ancaman Utama pada Validitas Internal Penguji, sejarah mutasi Maturasi Mortalitas Mortalitas

Jika ketelitian dan keketatan ekstrem diperlukan dalam desain eksperimen seperti dalam kasus penemuan obat baru yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, studi buta dilakukan untuk menghindari bias yang mungkin timbul. Misalnya, perusahaan farmasi yang menyelidiki kemanjuran obat yang baru dikembangkan dalam tahap prototif memastikan bahwa subjek dalam kelompok eksperimen dan kontrol tetap tidak menyadari siapa yang memberikan obat,dan siap yang palsu (placebo). Studi semacam itu disebut studi buta (blind studies). Jika Aviron menguji dan mengumumkan vaksin flu-mist, subjek dan peneliti yang memberikan vaksin kepada mereka sama-sama tidak menyadari perlakuan

sebenarnya versus imajiner. Seluruh proses dilakukan oleh agensi peneliti luar yang hanya mengetahui siapa memperoleh perlakuan apa. Karena, baik peneliti maupun subjek tidak mengetahui yang sebenarnya, studi tersebut disebut studi buta bertanda (double-blind studies). Karena tidak ada gangguan perlakuan dalam hal apapun, studi eksperimen ini merupakan yang paling tidak bisa.

Sebagaimana disebutkan sebalumnya, manajer jarangmelakukan studi hubungan sebab-akibat dalam organisasi dengan menggunakan desain eksperimen karena ketidaknyamanan dan gangguan yang ditimbulkannya pada system.

Desain Ex Post Fasto Hubungan sebab-akibat terkadang dibuktikan melalui apa yang disebut desain ex pos fasto. Di sini,tidak ada manipuasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan, namun subjek yang telah diberi stimulus dan mereka yang tidak diberi, dipelajari. Misalnya, program pelatihan mungkin diperkenalkan dalam sebuah organisasi 2 tahun lebih awal. Sebagian mungkin telah mengikuti pelatihan, sedangkan lainnya belum. Untuk mempelajari pengaruh pelatihan terhadap kinerja, data kinerja kedua kelompok bisa dikumpulkan sekarang. Karena studi tidak segera dilaukan setelah penelitian, tetapi jauh setelah tersebut, hal tersebut merupakan sebuah desain ex post fasto. Desain eksperimen yang lebih canggih seperti desain yang sepenuhnya acak, desain blok acak, desain kuadrat Latin, dan desain faktorial.

VI. SIMULASI Alternatif eksperimentasi lab dan lapangan yang saat ini dipergunakan dalam penelitian bisnis adalah simulasi. Simulasi terbagi atas simulasi yang menggunakan teknik membangun model untuk menentukan pengaruh perubahan, dan simulasi berbasis komputer menjadi populer dalam penelitian bisnis. Simulasi dapat dianggap sebagai eksperimen yang dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus yang sangat dekat mewakli lingkungan alami dimana kegiatan biasanya berlangsung. Dalam pengertian tersebut, simulasi berada di antara eksperimen lab dan lapangan, sejauh lingkungan diciptakan secara artificial tetapi tidak jauh berbeda dari realitas

peserta diberi pengalaman dunia nyata selama suatu periode waktu, berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa minggu, dan mereka dapat ditempatkan secara acak kedalam kelompok perlakuan yang berbeda. Jika prilaku manajerial sebagai fungsi dari perlakuan khusus dipelajri, subjek akan diminta untuk bekerja dalam suatu lingkungan yang sangat mirip dengan kantor, berikut meja, kursi, lemari, telpon, dan sebagainya. Anggota secara acak akan memerankan direktur, manajer, karawan, dan seterusnya, dan stimulus yang khusus akan diberikan kepada mereka. Dengan demikian, sementara peneliti akan mempertahankan kontrol atas tugas dan manupulasi, subjek akan dibiarkan bebas bekerija seakan dalam sebuah kantor yang nyata. Intinya, beberapa faktor akan dibangun ke dalam atau digabungkan dalam sistem simulasi dan lainnya dabiarkan bebas berubah (perilaku peserta,dalam aturan main). Data mengenai variabel terikat bisa diperoleh melalui, video tape, rekaman audio, wawancara, atau kuesioner. Hubungan kausal bisa diuji karena manipulasi dan kontrol adalah mungkin dalam simulasi. Dua jenis simulasu dapat dilakukan yang seru dimana sipat dan waktu peristiwa simulasi sepenuhnya ditentukan oleh peneliti (disebut simulasi

eksperimen), dan lainnya (disebut simulasi bebas) di mana rangkaian aktivitas setidaknya setengah diatur oleh reaksi peserta pada beragam stimulus saat mereka berinteraksi satu sama lain. Looking Glas, simulasi bebas yang dikembangkan oleh Lombardo, McCall, dan De Vries (1983) untuk mempelajari gaya kepemimpinan, cukup populer dalam bidang manajemen. Hubungan sebab-akibat paling baik dibuktikan dalam simulasi eksperimen di mana peneliti memegang kontrol lebih besar. Tetapi,dalam simulasi yang berlangsung beberpa minggu, bisa terjadi tingkat pengurangan anggota yang tinggi. Simulasi eksperimen dan bebas sama-sama mahal, karena menyiptakan kondisi dunia nyata dalam sebuah situasi buatan dan mengumpulkan data selama suatu periode waktu

yang panjang melibatkan penggunaan banyak jenis sumber daya. Simulasi dapat dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus menggunakan subjek, komputer, dan model matematika. Steufert, Pogash, dan Piasecki (1988), yang menilai kompetensi manajerial melalui simulasi 6 jam denganbantuan komputer, berpendapat bahwa teknologi simulasi mungkin merupakan satu-satunya metode yang layak untuk secara simultan mempelajari beberapa tipe gaya eksekutif. Simulasi berbasis komputer sering dipergunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan. Misalnya, efektivitas berbagai prosedur tinjauan analitis dalam

menedeteksi kesalahan rekening neraca telah diuji lewat simulasi (Knechel, 1986). Dalam bidang keuangan, manejemen resiko dipelajari melalui simulasi. Simulasi juga dipergunakan untuk memahami hubungan rumit dalam mendanai program pension dan mengambil keputusan investasi yang penting (Perrier & Kalwarski 1989). Adalah mungkin untuk mengubah-ubah beberapa varibel (demografi tenaga kerja, tingkat inflasi, dst.) satu demi satu atau secara serempak dalam model tersebut. Prototip mesin dan instruman sering merupakan hasil model simulasi. Simulasi juga digunakan oleh banyak perusahaan untuk menguji keandalan dan kemanjuran berbagai produk. Kita juga akrab dengan simulator penerbangan,mobil, dan bahkan reactor nuklir. Dalam hal ini, pola visual yang ditampilkan terus berubah dalam merespons reaksi indivindu (pilot, pengemidi, atau teknisi darurat)terhadap stimulus yang diberikan, dan tidak dalam urutan yang ditetapkan sebelumnya. Seluruh kegiatan bisnis, dari atas ruang kantor hingga profitabilitas, bisa di simulasikan menggunakan scenario yang berbeda. Dengan meningkatnya skseske teknologi

canggih, dan kemajuan model matematika, simulasi menjadi alat pembuatan keputusan manajerial yang penting. Sangat mungkin bahwa kita akan melihat simulasi digunakan sebagai alat manajerial untuk meningkatkan motivasi, kepemimpinan, dan semacamnya, di masa depan. Simulasi juga dapat diterapkan sebagai sebuah alat

manajerial pengambilan keputusan dalam bidang administratif dan prilaku lainnya. Model simulasi terprogram dan berbasis komputer dalam bidang prilaku bisa sangat membantu mengambil keputusan manajerial.

VII.ISU ETIS DALAM PENELITIAN DESAIN EKSPERIMEN Adalah tepat pada titik ini untuk membahas secara singkat sedikit dari banyak isu etis yang terlibat dalam melakukan penelitian, yang beberapa di antaranya sangat relevan untuk mengadakan eksperimen lab. Praktik berikut ini dianggap tidak

etis:
1. Mendesak orang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan paksaan, atau menggunakan tekanan sosial. 2. Memberikan tugas kasar dan mengajukan pertanyaan yang merendahkan dan mengurangi harga diri meraka. 3. Menipu subjek dengan secara sengaja menyesatkan mereka terkait penelitian yang sebenarnya. 4. 5. Menimbulkan stress fisik atau mental bagi peserta. Tidak membolehkan subjek mengundurkan diri dari penelitian meskipun mereka ingin. 6. Menggunakan hasil penelitian untuk merugikan peserta, atau tujuan yang tidak mereka inginkan. 7. 8. Tidak menjelaskan prosedur yang berlaku dalam eksperimen. Menempatkan peserta dalam situasi yang berbahaya dan tidak aman seperti kita liat sebelimnya dalam kasus Universitas Johns Hopkins. 9. Tidak mengadakan tanya-jawab dengan peserta secara penuh dan akuratsetelah eksperimen berakhir. 10. Tidak menjaga privasi dan rahasia informasi yang diberikan oleh peserta.

11. Tidak memberi insentif untuk kelompok kontrol. Poin terakhir agak kontroversial dalam kaitannya dengan apahkah hal tersebut merupakan dilema etis atau tidak, terutama dalam penelitian organisasi. Jika ada tiga insentif berbeda yang ditawarkan kepada tiga kelompok eksperimen, dan tidak ada yang ditawarkan kepada kelompok kontrol, adalah kelompok fakta bahwa kelompok kontrol telah bepartisipasi dalam eksperimen tanpa insentif sedikit pun. Demikian pula, jika empat kelompok eksperimen berbeda menerima empat tingkat pelatihan berbedatetapi kelompok kontrol tidak, keempat kelompok lain memperoleh keahlian yang kelompok kontrol tidak peroleh. Tetapi, haruskah hal tersebut diangap sebagai dilema etis yang mencegah desain eksperimen dengan kelompok kontrol dalam penelitian organisasi? Mungkin tidak, sekurangnya karena tiga alasan. Pertama, adalah bahwa beberapa faktor dalam sistem yang tidak berpartisipasi dalam eksperimen juga tidak memperoleh insentif. Kedua, bahkan dalam kelompok eksperimen, beberapa akan lebih menguntungkan dibanding lainnya (tergantung pada tingkat di mana faktor kausal dimanpulasi). Akhirnya jika hubungan sebab-akibat ditemukan, cepat atau lambat seluruh sistem akan mengimplementasikan

pengetahuan baru tersebut dan semua orang pada akhirnya akan mendapatkan manfaat. Asumsi bahwa kelompok kontrol tidak memperoleh manfaat dari partisipasi dalam eksperimen tidak dapat menjadi alasan untuk tidakmenggunakan eksperimen lab atau lapangan. VIII. IMPLIKASI MANAJERIAL Sebelum menggunakan desain eksperimen dalam studi penelitian, adalah penting untuk mempertimbangkan apahkah hal tersebut perlu, dan jika demikian, sampai tingkat apa. Hal tersebut penting karena desain eksperimen membutuhkan upaya khusus dan mengubah-ubah tingkat intervensidengan arus kegiatan yang biasa.

Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam membuat keputusan tersebut, adalah sebagai berikut: 1. apahkah benar-benar perlu untuk mengindentifikasi hubungan kausal, atau apakah cukup jika korelasi yang berlaku untuk varians dalam variabel terikat diketahui? 2. Jika penting untuk membuktikan bahwa hubungan kausal penting, mana dari dua, validitas internal dan eksternal, yang lebih diperlukan, atau apakah kedua-duanya dibutuhkan? Bila hanya validitas internal yang perting, eksperimen lab yang didesain dengan teliti akan menjadi jawaban; jika generalisasi adalah kriteria yang lebih penting, maka studi lab adalah yang pertama harus dilakukan, diikuti eksperimen lapangan, jika hasil yang pertama membenarkan hasil yang kedua. 3. Apakah biaya adalah faktor penting dalam studi? Jika ya, bisakah desain eksperimen yang kurang canggih tujuan? Meskipun manajer mungkin sering tidak tertarik dalam hubungan sebab-akibat, pengetahuan yang baik mengenai desain eksperimen bisa membantu perkembangan sejumlah studi awal yang dilakukan untuk menguji apakah faktor seperti sistem bonus, tarif per satuan, waktu istirahat, dan seterusnya membawa pada hasi positif seperti motivasi yang lebih baik, peningkatan kinerja, dan kondisi kerja lainnya yang diinginkan di tempat kerja. Manajer pemasaran dapat menggunakan desain eksperimen untuk mempelajari pengaruh pada iklan penjualan, promosi penjualan, harga, dan sebagainya. Kesadaran akan manfaat simulasi sebagai alat penelitian juga bisa menghasilkan ikhtiar penelitian yang kreatif dalam bidang manajemen, sebagai mana hal tersebut terjadi dalam sisi manufaktur bisnis.

Anda mungkin juga menyukai