Anda di halaman 1dari 19

http://lihuajc.wordpress.

com/review-jurnal-penelitian/
Sindrom Down 5110041.lidia Christinawati

JURNAL PENELITIAN Sindrom down merupakan kelainan kromosom yang terjadi pada kromosom 21 atau trisomi 21. Hal ini di sebabkan oleh, adanya tambahan salinan pada kromosom 21 yang seharusnya hanya 2 menjadi 3 salinan. Oleh karena alas an inilah banyak peneliti yang ingin meneliti mengenai down sindrom. Salah satu peneliti diantaranya adalah Fiddler, penelitian ini berisikan, bahwa dalam rangka untuk lebih memahami dasar-dasar neuropsikologi dari kekuatan relatif dalam meneliti bahasa individu yang terserang sindrom down, kinerja anak-anak dan remaja yang terserang sindrom down dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kemampuan IQ non verbal dan remaja yang memiliki cacat dalam perkembangan etiologi campuran yang di ukur melalui penelitian bahasa dan fungsi kognitif linguistik.

Meskipun tidak ada perbedaan antara kelompok-kelompok mengenai huruf/kata namun, individu yang terserangg dengan down sindrom menunjukan tanda-tanda yang lebih signifikan tentang beberapa hal. Seperti, mereka umumnya lebih miskin pengetahuan secara verbal, lalu kemampuan mengingat jangak pendek mereka tidak sebarapa baik dan adanya keterampilan kosakata yang sangat represif. Dalam penelitian neuropsychological asosiasi linear dapat diamati melalui bahasa dan huruf serta memori jangka pendek, dan pemrosesan visual pada ke dua kelompok yang akan di bandingkan. (Fidler, D. J., D. E. Most, et al.) Berbeda halnya dengan fiddler yang mengkaji mengenai anak-anak dan remaja, Lee jurtru mengkaji penelitian mengenai berbagai aspek intonasi dan suara/bunyi pada orang dewasa muda yang terserang sindrom down. Penelitian itu berisikan rangkuman dari 9 pidato yang berbicara mengenai sindrom down. Yang kemudian hasil dari 9 pidato ini di bandingkan dengan 9 pidato yang memiliki topic yang sama namun dalam standard Negara inggris.Adabeberapa aspek yng berbeda dari kerangka kerja yang dianalisis oleh pembicara. Seperti rentang nada organic dan linguistic, pengaturan suara dan deklinasi. Sebagai hasilnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pernapasan yang di bawah kapasitas, suara yang kurang baik dan berbagai kemapuan linguistik yang kurang baik. Dalam hal variasi melodi terutama dalam intonasi, rata-rata ditemukan bahwa orang yang terkena sindom down memiliki suara yang kurang merdu dan kontur inonasi serta deklinasi yang buruk. Analisis mengenai suara, akan mengindikasikan adanya nada gugup dalam suara. Walaupun penelitian ini membahasa mengenai kurangnya control laring pada level psikologi, namun itu tidak dapat dipisahkan bahwa hal-hal tersebut akan mempengaruhi kepribadian dari strategi penggunaan linguistic yang berbeda dan pola intonasinya. Jarrold, C., A. S. C. Thorn, et al. (2009). Sehubungan dengan pembelajaran mengenai kata yang di lakukan oleh Fiddler, Jarrold pun melakukan penelitian yang berbau sama yaitu hubungan antara ingatan jangka pendek anak serta proses pembelajaran kosa kata baru pada anak yang memiliki down sindrom. Penelitian yang di lakukan oleh Jarrold ini, menggunakan sebanyak 64 sample anak-anak yang akan di teliti proses pembelajaran mendapatkan kata barunya dan sebanyak 22 responden dewasa muda yang memiliki kelainan sindrom down. Kemampuan memory jangka pendek dan ketramopilan-ketrampilan di nilai penting untuk menentukan apakah kata-kata baru yang di pelajari terlibat secara akurat untuk mewakili informasi fonologis dalam memori. Hasil menunjukkan hubungan antara ingatan jangka pendek dan kemampuan individual dalam memajukan kemampuan fonologis. Tetapi ternyata hal itu tidak membantu anak untuk kemampuan dalam member petunjuk fisik dalam kata yang baru. Demikian pula, individu dengan sindrom Down menunjukkan gangguan pada memori jangka pendek. Bersama dengan itu, temuan ini

menentukan keadaan di mana sebuah representasi fonologis akurat dalam membantu memori jangka pendek dan untuk mempelajari kata baru Lee, M. T., J. Thorpe, et al. (2009). Jika pada 3 paragraf diatas kita membicarakan sebuah penelitian yang menggunakan anak, remaja dan dewasa muda sebagai subjeknya, penelitian yang di lakukan oleh Das dan Divis membicarakan mengenai orang-orang yang terserang sindrom down pada umur pertengahan, yaitu 40 tahun ke atas. Ppenelitian ini membahas penurunan kempamuan kognitif yang di alami oleh orang-orang yang berumur 40 tahun ke atas yang memiliki sindrom down. Dalam penelitian ini juga di bahas perbandingan antara orang-orang yang memiliki sindrom down dan mengalami penurunan kognitif dan orang-orang yang mengakami cacat mental oada usia yang sama namun tidak memiliki sndrom down. Kedua kelompok ini di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang berumur 40-0 tahun dan kemlompok di atas 50 tahun. Proses kognitif dilakukan dengan menggunakan test fungsi intelektual umum serta tes perencanaan, perhatian, simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para orang tua dengan sindrom Down melakukan dan mengerjakan test dengan lebih buruk disbanding mereka yang ada dalam tiga kelompok lain. (Das, J. P., B. Divis, et al ) Penelitian yang di lakukan oleh Cintia Perez Duarte ini, membahas hal yang hampir serupa dengan penelitian yang di lakukan oleh Lee, yaitu sesuatu yang berbau verbal/lisan. Dalam penelitian ini cintia membahas bahwa Individu dengan sindrom Down (DS) cenderung memiliki gangguan lisan memori jangka pendek (STM), yang tetap ada bahkan ketika terdapat dukungan visual yang disediakan untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas verbal. Tujuan dari Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah dukungan visuospatial, bukan hanya visual, dapat mengkompensasi pengurangan dari memori jangka pendek verbal dalam individu-individu. Kinerja 25 anak dan remaja dengan DS pada rentang lima kalimat yang tersusun dibandingkan dengan dua kelompok anak-anak yang memiliki kelainan mental. Empat dari lima tugas yang ada berhubungan dengan variasi dalam hal input dan output. Sedangkan, pada tugas kelima berhubungan dengan komponen spasial di samping masukan visual dan output tersebut. Individu dengan down sindrom memiliki tingkat yang sangat buruk pada tugas lisan murni, namun, ada peningkatan yang signifikan ketika komponen spasial dimasukkan dalam tugas. Individu pada kelompok usia mental lebih unggul di bandingkan dengan anak-anak di DS di semua tugas kecuali bahwa dengan komponen spasial. Kami menemukan bahwa dukungan visuospatial meningkatkan STM lisan pada individu dengan DS. Hasil ini mungkin memiliki implikasi untuk tujuan intervensi (Duarte, C. P., P. Covre, et al) Setelah melihat dan meneliti serta menganalisis ke 5 jurnal yang ada di atas, kita akan menganalisis kondisi anak-anak yang mengalami sindrom down yang terjadi di arab Saudi. Dalam

penelitian yang di lakukan oleh shawaf ini di bahas bahwa dalam Arab Saudi telah tercatat data bahwa setidaknya 1 di antara 554 anak telah terserang dan memiliki sindrom down. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik kraniofasial pada pasien sindrom Down. Anak-anak yang terserang sindrom Down biasanya memiliki beberapa kelainan yang dapat di amati, antara lain brachycephaly, hidung tertekan, miring mata, lipatan epicanthic dan strabismus. Manifestasi oral termasuk bibir tidak kompeten, lidah pecah-pecah dan langit-langit melengkung menjadi sempit ke atas. Penipisan kubah tengkorak juga dapat diamati melalui radiografi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa adanya hubungan yang cukup tinggi antara karakteristik wajah dan tengkorak pasien sindrom Down bila dibandingkan dengan kontrol normal/orang-orang yang normal dari populasi yang sama. (-Shawaf, R. and W. Al-Faleh) Selain mengalami kelainan pada tulangg tengkorak dan juga karakteristik wajah, sindrom down juga dapat menyebabkan seseorang yang terserang atau memiliki kelainan ini memiliki kerentanan terhadap terserangnya Alzheimer yaitu adanya gangguan intelektual. Kematian dini merupakan bagian dari syndrome ini, yang menyebabkan adanya bermacam-macam kondisi termasuk penyakit jantung bawaan, penyakit yang menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan, leukemia akut, penyempitan saluran napas atas, hipertensi pulmonal, penyakit Alzheimer dan ketidakstabilan atlantoaxial. Manifestasi sindrom Down terakhir adalah dengan menggunakan analisis kemungkinan mekanisme kematian dan temuan pada otopsi ( otopsi yang di lakukan pada kasus sindrom down untuk menemukan gejala-gejala penyakit dan penyebab kematian). Roger W, B. (2007) Terdapat juga penelitian yang meneliti mengenai kelainan gerakan yang di alami oleh anak-anak sindrom down dalam memahami bahasa isyarat. Penelitiannya di adakan dengan membandingkan anak 10 tahun dengan anak normal lainnya yang seusia dam cocok dalam perkembangan kronologisnya.Tugas isyarat yang dilakukan ada bermacam-macam cara misalnya dengan memanipulasi ukuran (kecil, besar) dan fungsi objek (terus, tempat, melempar). Hasil dari penelitian ini dicatat dengan menggunakan OPTOTRAK. Dalam penelitian ini, di ketahui bahwa dibandingkan dengan keaktivitasan anak lainnya, anak-anak yang terserang DS bergerak lebih lambat. Proporsi perlambatan gerakan anak, biasanya cenderung lebih besar dan lebih kasar di bandingkan anak-anak yang lain. Hal ini mungkin mencerminkan adanya keulitan anak-anaj tersebut dalam masalah spatial yaitu menangkap sesuatu. Mereka juga dalam posisi terendah ketika konteks yang tersedia adalah melemparkan benda. Charlton, J. L.,E. Ihsen, et al. (1996). Di luar konteks itu, Sindrom Down telah dan terus menjadi fokus utama dari teknologi pengujian sebelum kelahiran. Penelitian mengenai kondisi orang tua sebelum melahirkan pun juga telah di lakukan.

Penelitian ini, dilaksanakan di University of Leeds, menggunakan metode Q. Tujuh puluh enam orang dipilih sebagai partisipan untuk mewakili beragam pandangan tentang sindrom Down, sekitar setengah dari mereka dikenal memiliki pengalaman atau keahlian yang terkait dengan prenatal. Para peserta diminta untuk mengisi semacam soal tentang sindrom Down yang dipilih untuk mencerminkan pandangan dan kondisi dari orang yang terkena sindrom down. Kemudian data-data ini di saring dengan menggunakan analisis komponen dasar untuk mencerminkan berbagai pandangan terhadap sindrom down. Selanjutnya, penelitian meneliti apakah ada atau tidak orang yang menyoroti bagaimana pandangan terhadap kondisi seseorang yang di kaitkan dengan pengujian pra kelahiran. Melalui studi ini diketahui bahwa orang memiliki pandangan yang sangat kompleks dan kadang-kadang tampaknya bertentangan dengan teori sindrom Down. Saat ini adanya peraturan yang memungkinkan sedikit kesempatan bagi orang untuk mendiskusikan keyakinan mereka tentang kecacatan. Di karenakan karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan mereka mengenai pandangan dan nilai-nilai mereka. Bryant, L. D., J. M. Green, et al. (2006). Setelah mengetahui dampak-dampak dan hubungan yang ada antara sindrom down dan penyakit serta kelainan yang lainnya, sindrom down ternyata juga dapat menyebabkan kelainan pada kemampuan linguistic seorang anak. Linguistik lateralisasi dipraktekkan dan di ujikan pada 10 remaja yang memiliki kelainan sindrom down (usia rata-rata: 15 tahun), dan dengan menggunakan 15 remaja dengan cacat intelektual etiologi (usia rata-rata: 17 tahun), 2 kelompok anak-anak tanpa cacat (11 anak, usia rata-rata: 4tahun; 10 anak-anak dengan usia rata-rata: 8,5 tahun), dan 14 remaja tanpa cacat (usia rata-rata: 18 tahun) diperiksa, dengan menggunakan uji pemantauan dichotic (DMT). Cara pengujian yang di lakukan adalah dengan menggunakan pemresentasian suku bahas vocal bahasa jepang yang berbeda suku katanya pada masing-masing telinga secara bersamaan. Lalu, kemudian peserta yang mendengar kata target di haruskan untuk menekan tombol yang telah di sediakan. Sebagai hasil adalah Anak-anak muda tanpa cacat dan remaja yang cacat intelektual memiliki kelebihan pada telinga kanan mereka, sedangkan remaja dengan sindrom Down menunjukkan pola sebaliknya, yaitu, kecenderungannya pada telinga kiri. Dari hasil ini kita mengetahui bahwa ada lateralisasi linguistik atipikal pada remaja dengan sindrom Down. Dari penjelasan-penjelasan yang tertera di atas kita bisa semakin memahami seperti apakah sindrom down itu dan apa sajakah dampaknya pada mereka yang memiliki kelainan ini. (Shoji, H.,N. Koizumi, et al). JURNAL REVIEW Sindrom down merupakan kelainan kromosom yang dapat menyebabkan terjadinya suatu gangguan perkembangan syaraf, ditandai dengan gangguan interaksi sosial dan komunikasi, dan perilaku terbatas dan berulang-ulang, atau yang lebih kita kenal dengan nama autism. Namun, saat ini,

sangat jarang di temukan adanya sebuah penelitian yang menunjukkan hubungan di antara ke duanya, padahal subkelompok pasien dengan sindrom Down juga akan mencapai kriteria diagnostik untuk ASD. Dalam Tinjauan yang di tulis oleh collin ini akan di bahas penelitian yang dipublikasikan pada prevalensi ASDs dalam sindrom Down. Manifestasi ASDs dalam populasi sindrom Down juga akan diperiksa berkaitan dengan studi kasus dan profil yang diterbitkan pada skrining ASD dan juga instrumen diagnostik. Kemungkinan adanya korelasi ASDs dalam sindrom Down dalam ASD termasuk pada tingkat fungsi kognitif, faktor medis, jenis kelamin, dan yang terakhir adalah riwayat keluarga. Isu mengenai penilaian diagnostik ASDs dalam sindrom Down dan saran untuk penelitian masa depan juga akan di bahas. (Colin, R ) Tak jauh berbeda dengan Collin, Joseph pun melakukan penulisan dengan topic yang serupa, yaitu hubungan antara sindrom down dan ASD atau autism. Dalam penulisannya tersebut, Joseph menjelaskan bahwa Pasien dengan gangguan spektrum autisme (ASD) memiliki kelainan bawaan yang diperoleh melalui banyak hasil metabolisme, termasuk gangguan sulfation dan sulfoxidation. Dalam penulisannya kali ini, Joseph juga menuliskan secara rinci mengenai hubungan dan penyebb terjadinya autism. Bagaimana perkembangan dan masa-masa kehamilan ibu yang mengandung anak dengan kelainan ini. Dalam penulisan ini, juga di tuliskan sebab-sebab atau penyebab yang dapat menyebabkan kerusakan DNA, seperti diet. Dalam jurnalnya ini, Joseph juga menjelaskan beberapa data yang mungkin mendukung gagasannya, seperti: (a) autisme terjadi 10 kali lebih sering pada anak dengan trisomi 21 dibandingkan pada populasi umum, (b) parasit dapat ditularkan melalui air mani dan sel telur, (c) anak-anak autis menunjukkan kapasitas metilasi DNA terganggu , dan (d) T. gondii mempengaruhi struktur kromatin dan dapat menyebabkan disregulasi dari siklus sel inang. Namun, ternyata selain menjelaskan hubungan antara sindrom down dan ASD, Joseph juga menjelaskan hubungan yang terjadi antara sindrom down dan Alzheimer. (Joseph, P). 2 penelitian yang telah di tampilkan si atas, memiliki topic bahasan berbeda dengan topic yang di bahas oleh Lemons ini. Dalam topic ini dia membahas mengenai gangguan perkembangan pada anak yang di sebabkan oleh kelainan DS atau down sindrom. Dalam jurnal reviewnya ini dia membahas bahwa Kesadaran fonologi (PA) adalah kemampuan untuk mendengar dan memanipulasi unit terkecil dari suara dalam bahasa kita yang mana ini adalah kunci untuk belajar membaca bagi anak-anak yang sedang berkembang. Namun, terdapat juga beberapa pendapat yang menyatakan bahwa hal ini tidak berlaku untuk anak-anak dengan sindrom Down (DS). Tujuan dari kajian ini adalah untuk memberikan pemahaman lebih baik tentang peran PA bermain untuk anak-anak yang memiliki kelainan DS.Hal ini dikarenakan merka harus mulai di ajarkan untuk membaca dandi berikan bimbingan mengenai pentingnya membaca dan manfaatnya. Hasil dari review dari 20 studi menunjukkan bahwa anak-anak

dengan DS mengandalkan keterampilan PA dalam belajar membaca, dan dapat di simpulkan bahwa kegiatan membaca berguna bagi anak-anak dengan kelainan ini. (Lemons, C. J. and D. Fuchs) Tak mau kalah, Tsao pun melakukan penelitian yang sama dengan bidang yang di lakukan oleh Lemons ini, Yaitu gangguan yang di miliki oleh anak-anak yang memiliki gangguan down sindrom. Tujuan utama dari studi cross-sectional ini adalah untuk menunjukkan bahwa selain memiliki perubahanperubahan utama pada masa kanak-kanak, perkembangan kognitif anak-anak yang memiliki DSpun ditandai oleh variabilitas antarindividu dalam fungsi kognitif mereka. Delapan puluh delapan anak-anak Prancis yang memiliki kelainan ini, mengambil bagian dalam percobaan ini. Mereka dibagi menjadi enam kelompok usia kronologis: 6 tahun, 7 tahun, 8 tahun, 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun. Dalam hal ini, mereka dinilai melalui Scales Diferensial Efisiensi Intelektual. pengujian ini, terdiri dari enam skala independen, yaitu langkah-langkah kemampuan verbal dan kemampuan penalaran nonverbal. Analisis awal dari nilai subtes verbal dan nonverbal menunjukkan bahwa ada perubahan utama dalam keterampilan kognitif mereka. Kemudian menggunakan pendekatan clustering untuk mengidentifikasi empat profil kognitif yang membedakan anak-anak dengan DS secara independen baik secara usia maupun jenis kelamin. Hasil mengkonfirmasi bahwa ada pertumbuhan dalam keterampilan kognitif anakanak DS dan mereka juga menunjukkan bahwa fungsi kognitif anak-anak DS ditandai dengan profil individu yang berbeda. (Tsao, R. and C. Kindelberger) Seperti penelitian yang telah di lakukan oleh Joseph mengenai hubungan antara sindrom down dan Alzheimer, Zana pun melakukan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara sindrom down dan Alzheimer. Dalam pembahasannya kali ini, Zana membahas bahwa analogi genetik biokimia dan neuropathological antara sindrom Down (DS) dan penyakit Alzheimer (AD) memiliki banyak bukti keterlibatan, seperti pada stres oksidatif (OS) dalam patogenesis kedua gangguan. Tulisan ini di ulas dan di publikasikan berdasaran data-data mengenai DS dan AD dalam 10 tahun terakhir. Dalam pengaturan klinis, penilaian OS tradisional telah terhambat oleh penggunaan tes yang berasal dari masalah yang melekat, terkait dengan kekhususan atau sensitivitas, yang menjelaskan beberapa hasil bertentangan yang di sajikan dalam karya ini. Untuk DS, diet ataupun obat, terbukti secara ilmiah belum di ciptakan hingga hari ini, dan uji AD belum memberikan pendekatan yang memuaskan untuk pencegahan dan terapi terhadap OS, meskipun kebanyakan dari mereka masih perlu konfirmasi berbasis bukti. Di masa depan di harapkan akan adanya salah satu penemuan yang menjanjikan. Zana, M., Z. n. Janka, et al. (2007) Hubungan antara sindrom down dan Alzheimer ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Telah banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti kasus dan hubungan di antara ke duanya, selain joseph

dan Zana, Ruth juga tertarik untuk mengetahui hal ini secara lebih mendalam. Dalam penelitiannya, di jelaskan bahwa Adanya pendapat bahwa orang yang memiliki penyakit sindrom Down lebih mungkin dibandingkan masyarakat pada umumnya untuk terserang demensia Alzheimer. Orang dengan penyakit syndrome down dapat terserang Alzheimer sewaktu-waktu seiring dengan pertambahan usia mereka. Dalam ha ini mecakup intra-individual didalam kemampuan fungsi kognitif, diagnosis yang berbeda, dan prosedur metodologi yang di gunakan di lapangan dan kesulitan dalam memperoleh tingkat dasar fungsi kognitif pada populasi yang dapat merubah atau menimbulkan perubahan kognitif dan perilaku. Peneliti baru-baru ini telah mulai menyarankan cara-cara dari maslah-maslah yang timbul. Tinjauan ini membahas perkembangan terakhir dan memberikan rekomendasi yang dapat membantu dokter dalam upaya mereka untuk mendiagnosa demensia Alzheimer pada tahap awal dalam populasi sindrom Down. Ruth E, N.-M Di luar itu semua, hternya down sindrom juga menyebabkan cacat penggunaan bahasa secara verbal pada penderitanya. Penelitian yang di lakukan oleh naiss ini menyajikan tinjauan analisis mengenai penggunaan bahasa secara verbal pada anak-anak yang memiliki penyakit sindrom down. Peneliti ini meneliti ciri-ciri dari kelebihan dan kelemahan pada anak-anak yang terserang penyakit sindrom Down dibandingkan dengan anak-anak biasanya.penelitian ini juga untuk membandingkan perkembangan mental anak-anak dengan penyakit sindrom down dan juga anak sepantarannya. Temuan menunjukkan bahwa anak-anak dengan sindrom Down memiliki kekurangan pada penggunaan bahasa yang dia gunakan, serta juga memiliki kekurangan pada kemampuan mengingat jangka pendek. (Nss, K.-A. B., S.-A. H. Lyster, et al). Tak berhenti sampai di situ saja, sindrom down juga diketahui menjadi salah satu resiko kematian yang harus di tanggung setelah bedah jantung apabila orang tersebut memiliki penyait jantung bawaan. Hal ini juga terkait dengan penyakit neurodegenerative dan mekanisme percepatan penuaan yang telah dikaitkan dengan penanganan pada proses oksigen yang abnormal(radikal bebas) pada mitokondria. Penyakit sindrom down juga menyebabkan adanya resiko mengalami cedera miokard secara berlebihan iskemia / reperfusi. Penelitianini juga berisikan agar penelitian di masa depan harus memfokuskan diri pada pendekatan yang spesifik untuk perlindungan miokard pada anak dengan sindrom Down pada saat mereka menjalani operasi jantung. (Kumar, S. and R. Jonas) Tak berhenti pada dampak fisik, sindrom down juga dapat memebrikan efek mental dan emosi pada penderitanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencarian database PubMed menggunakan kata kunci (Depressive Disorder [MESH] ATAU Depresi [MESH] ATAU menekan *

[Semua Field]) DAN (Sindrom Down [MESH] ATAU sindrom Down [Semua Field] ATAU sindrom down [Semua Bidang] ). Salh satu ciri dari adanya down sindrom adalah adanya cacat intelektual, orang dengan DownSindrom memiliki banyak kerentanan terhadap stres tingkat tinggi yang dapat menyebabkan depresi. Selain faktor risiko umum, beberapa faktor potensial yang lebih spesifik untuk dapat menyebabkan Down Sindrom adalah kecilnya volume hippocampus, dan adanya perubahan dalam sistem neurotransmitter, adanya kecacatan pada bahasa dan memori kerja, sering terjadi gangguan somatik. (Walker, J. C., A. Dosen, et al) Dalam paragraph akahir ini, akan di jelaskan mengapa seorang bayi dapat memiliki kelainan seperti kelainan sindrom down. Penulisan ini di lakukan oleh Halil, dalam pembahasannya ini dia mengatakan bahwa Sindrom Down (DS) atau trisomi 21 adalah cacat lahir yang terjadi diakibatkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan keterbelakangan mental. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan metabolisme yang paling menonjol terjadi selama biogenesis ribosom dalam sel-sel bayi DS / bayi. Pada manusia, ribosom RNA atau daerah nukleolus mengalami sebuah penyempitan sekunder (pada tangkai satelit) dari lima pasang kromosom akrosentrik. Pada penelitian ini diketahui bahwa pada bayi-bayi yang mengalami sindrom down ribosom menghasilkan RNA lebih dari yang di harapkan dan dibutuhkan.akumulasi ini terjadi pada gen yang ke 21. Dengan demikian, adanya ekstra kromosom 21 menstimulasi peningkatan global dalam biogenesis ribosom, yang menyebabkan rRNA tidak perlu melakukan sintesis protein dalam ribosom. hasil penelitian ini, diketahui bahwa pembuatan RNA ekstra dapat mnyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi. (Halil, D. ) Demikian lah review dan rangkuman mengenai beberapa jurnal yang telah saya temukan, terima kasih.

Masalah penglihatan
ISI KANDUNGAN

Sejarah awal pendidkan di dunia adalah bermula sekolah, di Liverpool telah di buka pada tahun 1971, pada yang bermasalah penglihatan mereka di berikan didikan pada aspek Musik dan seni mekanikal yang mana pendidikan tersebut memberi manfaat pada mereka dan negeri . Pada akhir abad ke 18 tiga lagi institusi di tubuhkan di Bristol, Edinburgh dan London. Pada saat ini institusi pendidikan untuk masalah penglihatan masih lagi bergabung dengan pendidikan untuk kanak-kanak, yang mana melatih mereka untuk bekerja di sektor industri , memberi peluang pekerjaan pada sesetengah orang dewasa dan memberi pelindungan pada mereka. Pada tahun 1829, Louis Braille berhasrat menyatakan apakah medium utama untuk menulis dan membaca bagi kanak-kanak bermasalah penglihatan, malah ianya juga adalah perkembangan yang memberi impak yang besar pada dunia pendidikan . Badan kebajikan adalah pelopor utama yang berkerjasama membantu warga bermasalah penglihatan, pada tahun 1868 British dan Foreign Blind Association adalah pengasas perkembangannya , seterusnya dengan menjadi Royal National Institute for the Blind . Sejarah Perkembangan Pendidikan Khas (Pejabat Pelajaran Daerah Timur Laut) . Minat terhadap Pendidikan Khas di Malaysia bermula pada tahun 1920an di kalangan sukarelawan yang terlibat dalam pembukaan sekolah-sekolah cacat penglihatan dan pendengaran. Laporan Jawatankuasa Kabinet yang mengkaji Perlaksanaan Dasar Pelajaran melalui Perakuan 169 merupakan satu titik tolak yang membawa kepada satu penekanan dan tumpuan yang lebih jelas kepada perkembangan Pendidikan Khas di Malaysia.Perakuan ini menyebut, "Dengan adanya kesedaran bahawa kerajaan seharusnya bertanggungjawab terhadap pendidikan kanakkanak cacat adalah diperakukan kerjaan hendaklah mengambil alih sepenuhnya tanggungjawab pendidikan itu dari pihak-pihak persatuan yang mengendalikannya padamasa ini. Disamping itu penyertaanoleh badan-badan sukarela dalam memajukan pendidikan kanak-kanak cacat hendaklah terus digalakkan." Perkembangan Pendidikan Khas mengikut jenis adalah seperti berikut: Pendidikan Masalah Penglihatan 1926 1931 1948 Pembukaan Sekolah Rendah (SRPK) St. Nicholas oleh Gereja Anglican di Melaka SRPK St. Nicholas berpindah ke Pulau Pinang Pembukaan SRPK Princess Elizabeth dengan kemudahan asrama oleh Jabatan Kebajikan Masyarakat di Johor Bahru Pembukaan Institut Berasrama Pusat Latihan Gurney - Jabatan

1953 1958 1962 1963 1977 1978 1983

1984

Kebajikan Masyarakat (JKM) Pembukaan Institut Taman Harapan, Pusat Pertanian Temerloh (JKM) Pembukaan Institut Taman Cahaya, Pusat Pertanian, Sandakan (JKM) Rancangan percantuman bagi pendidikan kanak-kanak cacat penglihatan di sekolah rendah dan menengah biasa yang dipilih diperkenalkan. Rancangan percantuman bagi pendidikan kanak-kanak cacat penglihatan di sekolah rendah dan menengah biasa yang dipilih, diperkenalkan. Permulaan Latihan perguruan Khas dalam bidang cacat penglihatan di Maktab Perguruan Ilmu Khas, Cheras Penubuhan Jawatankuasa Utama Pembentukan Kod Braille Bahasa Melayu untuk mengembangkan Sistem Kod Braille Bahasa Melayu Pembukaan Sekolah Menengah Berasrama Cacat Penglihatan, Setapak Pengambilalihan SRPK Princess Elizabeth oleh Kementerian Pendidikan sebagai sekolah bertaraf penuh. Penubuhan Jawatankuasa Kod Braille AI-Quran dan Bengkel Penulisannya bagi tujuan mengembangkan Sistem Kod Braille AI-Quran Penubuhan Unit Perintis Penerbitan dan Percetakan Braille/Kerabunan, Kementerian Pendidikan untuk menyediakan bahan-bahan dalam braille khususnya buku teks dan penyenggaraan alatan Braille.

Saya meminati bidang ini kerana saya berminat untuk mempelajari penggunaan mesin braille. Teknik penggunaanya yang unik , dengan menggunakan kod-kod yang ringkas membuatkan saya lebih teruja untuk mengetahuinya dengan lebih mendalam. Saya juga mendapati pelajar yang mengalami masalah penglihatan ini mempunyai pengamatan dari aspek sensori lain dengan lebih maksima dari pelajar tipikal lain. Sensori rasa dan pengaran mereka lebih baik . Saya ingin mengetahui dan mendalami dengan lebih lanjut bagaimana mereka menghayati pengunaan deria itu dengan lebih baik. Tercetusnya minat saya untuk mendalami bidang masalah penglihatan ini adalah kerana sebelum ini saya pernah berpengalaman melihat kehidupan jiran saya yang mengalami masalah penglihatan ini. Namun, beliau tetap boleh meneruskan kehidupan dengan membesarkan dua orang anak dengan baik. Beliau tetap menjalankan kehidupan seharian tanpa terlalu bergantung harap bantuan masyarakat sekeliling. Kekuatan yang ada dalam diri beliau mendorong lagi minat saya untuk menkaji dengan lebih lanjut apakah kekuatan ,dan bagaimana orang bermasalah penglihatan ada yang boleh berjaya dengan hebat walaupun ramai orang bertanggapan kekurangan dalam diri mereka itu menjadi kekangan untuk mereka berjaya. Seterusnya dengan menjadi guru dalam bermasalah penglihatan ini saya rasa adalah salah satu cara atau jalan yang terbaik untuk saya mengkaji golongan masalah penglihatan ini dan membantu mereka untuk lebih berjaya pada masa hadapan. Saya juga pernah pergi ke Sekolah Menengah Pendidikan Khas Vokasional Indahpura . Di sana saya dapat pengalaman bersama dengan pelajar yang mengalami masalah penglihatan, majoriti mereka bersikap bersungguh-sungguh dalam mempelajari teknik-teknik refleksologi yang di ajar. Urutan refleksologi yang mereka lakukan juga berlainan dengan urutan dari orang

biasa. Hal ini, menunjukkan sensori rasa mereka adalah lebih tinggi dari orang lain. Oleh itu, ini juga sedikit sebanyak menimbulkan rasa minat saya untuk mengenali pengkhususan ini dengan lebih maksimum lagi. Teknologi yang di cipta untuk membantu pelajar yang bermasalah penglihatan ini semakin banyak , namun hasil tinjauan yang saya melalui pertemu dengan guruguru di sana mendapati bahawa mereka kekurangan guru-guru yang berkemahiran dalam teknologi ini. Ini juga adalah salah satu sebab saya mahu mendalami bidang ini supaya lebih mudah untuk memahirkan diri dalam teknologi bagi pelajar bermasalah penglihatan. Perkara yang mula-mula saya kenal tentang bidang masalh penglihatan ini adalah tentang pencipta mesin Braille iaitu Louis Braille.Louis Braille adalah pengasas bagi tulisan Braille iaitu tulisan titik timbul bagi mengantikan huruf dan nombor.. Saya juga mengetahui secara general tentang masalah penglihatan iaitu ada diantara mereka yang mempunyai masalah kehilangan penglihatan secara menyeluruh dan ada yang hanya mengalami masalah rabun. Mereka juga menggunakan alat bantuan penglihatan seperti kanta pembesar dan cermin mata berkuasa tinggi . Namun, setelah saya mengikuti kuliah saya mengetahui pelbagai pengetahuan tentang masalah penglihatan ini dengan lebih banyak. Definisi masalah penglihatan dari aspek pendidikan ialah sekumpulan kanak-kanak yang memerlukan pendidikan khas kerana masalah penglihatan, Kaedah penyampaian pembelajaran dan bahan bantu mengajar perlu diadaptasikan dengan keperluan kanak-kanak ini supaya dapat mengoptimakan pembelajaran dan pencapaian mereka pencapaian mereka. Seterusnya definisi yang dikemukakan oleh The World Council for Welfare of The Welfareof the Blind melalui Hajah Hasnah (1998) mengenai masalah penglihatan adalah seperti berikut: pertama tidak dapat melihat langsung. Kedua kebolehan melihat lebih daripada 6/60 atau 20/200 iaitu melalui Ujian Snellan. Ketiga pula ialah penglihatan yang terhad kurang daripada 20 peratus. Masalah penglihatan juga mempunyai beberapa tahap yang membezakan antara buta dengan penglihatan terhad ataupun low vision berdasarkan ujian visual acuity dan juga adaptasi pendidikan khas. Tahap-tahapnya adalah Terdapat beberapa tahap masalah penglihatan yang membezakan antara buta dengan penglihatan terhad ataupun low vision berdasarkan ujian visual acuity dan juga adaptasi pendidikan khas. Masalah penglihatan dapat dilihat dalam tahap berikut iaitu teruk, sederhana, sangat teruk. Bagi masalah penglihatan pada tahap sederhana, mereka masih mampu melihat cahaya dan menjalani aktiviti dengan menggunakan alat bantuan seperti kanta. Bagi tahap teruk pula kanak-kanak memerlukan penggunaan tenaga dan masa dalam melakukan aktiviti malam yang berkaitan dengan penglihatan dan mobiliti walaupun mereka di bantu dengan alat bantuan khas. Bagi tahap penglihatan yang sangat teruk pula, mengakibatkan kanak-kanak mengalami kesukaran melakukan aktiviti visual seperti membaca, menulis dan mobilitinya pula harus bergantung pada deria-deria lain. Jenis-jenis masalah yang berkaitan dengan masalah penglihatan pula ialah, Astigmatisme , Myopia, Hyperopia, rabun warna, Strabismus, Diplopia,Gloucoma,Amblipia,Albanisme,Katarak. Bagi yang mengalami Myopia ianya merupakan penyakit rabun mata yang paling lazim dikalangan kanak-kanak dan remaja dan ianay juga boleh disebabkan oleh faktor genetik. Seterunya pula kanak-kanak mengalaminya kerna bentuk kornea yang terlalu

melengkung atau bola mata yang terlalu panjang dan menyebabkan kanak-kanak mengalami maslaah rabun dekat.Hal ini, menyebabkan cahaya difokuskan ke bahagaian hadapan retina dan bukannay atas retina seperti yang sepatutya. Keadaan ini biasanya dikesan seawalnya ketika umur 6 tahun . Apabila meningkat umur perkara ini menjadi lebih serius ,namun ianya menjadi setabil apabila mencapai umur 20-40 tahun. Hyperopia pula dikenali juga sebagai rabun jauh . Ianya terjadi kerana kornea mata kurang melengkung dan bola mata terlalu pendek oleh itu menyebabkan cahaya tertumpu pada bahagian belakang retina . Kanak-kanak kecil lebih cenderung untuk mengalami rabun jauh. Colour blindness juga di kenali sebagai rabun warna mempunyai persepsi warna yang berbeza dengan orang yang mempunyai penglihatan normal. Jika mereka yang mempunyai defek warna yang teruk, mereka boleh mengalami seperti buta pada keseluruhan warna. Mereka mengalami defek warna nerah- hijau, biru- kuning. Strabismus pula berkeadaan dimana kedua-dua mata mereka terarah pada ttik yang berbeza dan mata mereka menyimpang pada sebelah keluar atau dalam bahagian mata . Hal ini menyebabkan mereka tidak boleh memfokuskan objek yang sama pada kedua-dua belah mata. Seterusnya adalah Diplopia yang mana objek yang dilihat kelihatan berganda . Glaukoma pula adalah sejenis kerosakan mata yang disebabkan oleh tekanan cecair yang terlalu tinggi dalam bebola mata. Hal ini disebabkan oleh ganguan oleh bendalir yang mengedar di dalam bola mata. Justeru tekanan yang tinggi menyebabkan kerosakan pada sel retina mata , sel saraf menyadi serabut dan akhirnya menyebabkan ruang mata menjadi sempit dan ianya boleh menyebabkan kerosakan penglihatan mata. Amblipia juga dikenali sebagai mata malas. Ianya merupakan ganguan semasa pekembangan penglihatan dan menyebabkan ketajaman mata berkurang dan mata malas melakukan fungsinya. Untuk mengesannya dengan mengenal pasti ganguan yang pada mata yang normal, baru mengetahui mata sebelah lagi malas melakukan fungsinya. Albanisme pula adalah kerana tidak adanya pigmen melanin pada mata. Albanisme ini di akibatkan oleh pewarisan alel gen resesi, mereka juga sensatif terhadap cahaya yang kuat dan penglihatan yang terbatas. sejenis kerosakan mata yang menyebabkan kanta mata berselaput dan rabun. Katarak pula, kanta mata menjadi keruh dan cahaya tidak dpat menembusinya, keadaan ini menyebabkan penglihatan terjejas. Ciri-ciri yang boleh kita lihat pada pelajar bermasalah penglihatan ini pula dari segi rupa, ialah bebola mata selalu berputar-putar, tidak bertindak pada cahaya dan mata sellau bergerakgerak. Mereka juga selalu mengadu sakit, pening kepala dan melihat imej yang berganda. Antara tingkah laku yang kerap dilakukan ialah selalu memusingkan kepala, mengerut atau mengecilkan mata, kerap bercakap dan selalu menutup sebelah mata. Antara sebab yang menyebabkan mereka mengalami masalah penglihatan adalah kerana baka, Rubella,sifilis atau komplikasi semasa hamil. Terdapat juga penilaian-penilaian yang dilakukan untuk menguji masalah penglihatan ini, contohnya seperti penilaian cahaya, menggunakan barang-barang yang besar, menggunakan manik-manik dan pelbagai lagi. Pengajaran yang diterapkan kepada pelajar bermasalah penglihatan pula adalah kebanyakkan pembelajaran perlulah menggunakan pendekatan rasa, bau , pendengaran dan sentuh. Hal ini kerana pelajar bermasalah penglihatan lebih sensatif terhadap deria-deria ini. Dalam mengajar

mereka gunakanlah deria sentuh mereka dengan sebaikknya. Benarkan mereka menyentuh objek pelbagai tekstur, saiz dan bentuk. Penggunaan alat bantuan mengajar seperti peta timbul, mesin Braille, cermin mata , bilik low vision dan pelnagai lagi bagi membantu proses pengajarn dan pembelajaran. Mereka juga haruslah dibiasakan dengan menguruskan diri sendiri, Biasakan mereka berada di dapur, bilik air dan ruang-ruang seperti di rumah supaya mereka dapat belajar berdikari . Namun, guru juga harus memberi bimbingan sebaik mungkin sebelum menguji ke fahaman mereka . Seterusnya, guru juga harus mengajar mereka dengan menggunakan deria bau, benarkan mereka bau-bauan yang menunjukkan amaran bahaya dan tidak. Penggunaan deria pendegaran juga adalah satu inisiatif yang sangat berkesan dalam mengajar pelajar masalah penglihatan. Penerangan yang jelas, dan galakkan pelajar bertanya bagi membantu pekembangan pemikiran mereka. Bahan rakaman audio yang menarik dan jelas dapat juga membantu.

RINGKASAN ARTIKEL JURNAL 1) CIRI-CIRI KANAK-KANAK BERPENGLIHATAN TERHAD DI KLINIK PENGLIHATAN TERHAD UKM. Artikel jurnal ini mengkaji tentang ciri-ciri kanak-kanak berpenglihatan terhad yang telah hadir di klinik . Kajian ini juga untuk mengenal pasti alat bantuan apa yang paling sesuai untuk membantu kanak-kanak berpenglihatan terhad. Seterusnya adalah untuk mengenal pasti peranan sebenar optometris dalam membantu kanak-kanak ini. Kaedah yang di gunakan untuk membuat kajian ini ialah dengan menggunakan keratin rentas secara retrospektif. Kajian ini menggunakan 59 rekod lkinik kanak-kanak berpenglihatan terhad di kaji dari 239 rekod klinikpesakit penglihatan terhad yang telah hadir di KP UKM. Data yang dikenal pasti untuk kajian adalah umur, jantina, diagnosis penyebab penglihatan terhad, akuiti visual dan alat bantuan penglihatan terhad yang di cadangkan. Hasil kajian juga mendapati Alat bantuan yang paling banyak dicadangkan kepada kanak-kanak berpenglihatan terhad ini ialah kanta pembesar, teleskop dan cermin mata. Keadaan ini memperlihatkan bagaimana optometris dapat memainkan peranan yang lebih besar dalam membantu pelajar berpenglihatan terhad mengatasi masalah gangguan penglihatan mereka. Oleh itu adalah dicadangkan perkhidmatan klinik penglihatan terhad perlu diwujudkan di semua hospital kerajaan di bawah kelolaan pegawai optometris agar memastikan perkhidmatan ini dapat dicapai oleh semua pelajar berpenglihatan terhad di seluruh Malaysia. Capaian perkhidmatan yang lebih luas akan mengurangkan gangguan penglihatan di kalangan kanak-kanak di Malaysia dan secara langsung meningkatkan kualiti hidup mereka. (Rokiah, Victor, Zainora, Tholasee . 2007)

2) SOKONGAN DAN HALANGAN YANG DIHADAPI PELAJAR-PELAJAR KURANG UPAYA DI SEBUAH INSTITUSI PENGAJIAN TINGGI DI MALAYSIA.

Kajian ini dijalankan untuk mengenal pasti sokongan yang diterima dan halangan yang dihadapi oleh pelajar-pelajar kurangupaya di sebuah institusi pengajian tinggi awam (IPTA) di Malaysia. Data daripada pelajar kurang upaya pendengaran dan fizikal diperolehi secara bertulis, manakala data daripada pelajar kurang upaya penglihatan diperolehi melalui temubual yang dijalankan dengan mereka. Isu-isu yang dibangkitkan oleh pelajar-pelajar ini adalah dari segi kekurangan prasarana fizikal yang mesra-Orang Kurang Upaya (OKU), jurubahasa isyarat bagi pelajar kurang upaya pendengaran, komputer mesra-OKU, bantuan pencari maklumat diperpustakaan, kemudahan sistem pengangkutan mesra-OKU, kerenah birokrasi, keperluan kewangan dan kekurangan empati dari segelintir warga kampus. Manakala daripada segi sokongan pula, para responden melaporkan bahawa mereka banyak bergantung dengan rakanrakan rapat untuk membantu mereka semasa mengikuti kuliah bagi pelajar-pelajar bermasalah pendengaran dan untuk bergerak dari satu tempat ke satu tempat bagi pelajar bermasalah penglihatan. Untuk meningkatkan kualiti perkhidmatan dan kemudahan bagi pelajar kurang upaya di IPTA di Malaysia, di antara cadangan yang dikemukakan oleh responden kajian ini adalah usaha untuk meningkatkan kesedaran dan kefahaman seluruh warga kampus mengenai cabaran serta keperluan mereka, serta menubuhkan suatu badan yang boleh menyampaikan keperluan mereka kepada pihak pentadbir universiti dan mengambil tindakan yang boleh mencipta persekitaran fizikal dan sosial yang lebih positif bagi mencapai potensi optimal mereka.

3)Improving Braille accessibili and personnalization on Internet Kajian ini memfokuskan pada penambahbaikkan alat bantuan untuk terjemahan Braille pada internet. Mereka banyak membandingkan teknologi yang sedia ada dan menunjukkan penggunaanya yang terhad pada aspek penggunaan Braille pada aspek science dan pedagogi. Mereka memperkenalkan NAT Braille iaitu software percuma yang di reka untuk kegunaan dalam pedagogi bagi mereka yang bekeperluan khas. Penterjemahan ini telah di buta dengan cara modular yang menggunakan teknologi web standard iaitu proses penyalinan menggunakan set yang di sesuaikan dengan transformasi XSLT (Extensible Stylesheet Language Family(XSL)) dan

beberapa format XML (Extensible Markup Language). NAT Braille ini membantu dalam pendidikan inklusif bagi masalah penglihatan. NAT ini membolehkan penggunanya menggunakan software ini secara percuma . Ianya menyokong penggunaan dalam pedagogi bagi Frence Braille tahap 1, matematik , science, music, menterjemah maklumat di laman sesawang dan ia juga mampu untuk menterjemah dalam pelbagai bahasa lain kepada Braille. 4) VBraille: Haptic Braille Perception using a Touch-screen and Vibration on Mobile Phones V-Braille ini adalah tulisan Braille yang hadir dalam bentuk telefon bimbit yang standard. Telefon ini menggunakan jenis skrin sentuh dan gegaran. V-Braille ini sangat sesuai untuk mereka yang mengalami masalah penglihatan dan pendengaran (deaf-blind) . Kajianya mendapati mereka yang menggunakan V-Braille ini boleh menggunakannya dengan hanya latihan yang minima dan mereka boleh menggunakannya untuk membaca. Setiap watak tulisan Braille tradisional terdiri daripada 6 titik kedudukan, yang di susun dalam sebuah segi empat tepat dengan dua lajur tiga titik setiap satu. Apabila sebahagian daripada skrin menyentuh manamana tempat dalam karekter tulisan Braille di skrin , contoh titik yang pertma di tekan, telefon akan bergetar dan disusuli jika titik 2-6 di tekan akan membuahkan getaran yang yang lebih kuat. Oleh itu pengguna boleh membezakan titik-titik Braille yang di paparkan.

5) Camera-based Signage Detection and Recognition for Blind Persons

Kajian ini mengkaji tentang papan tanda yang dapat membantu orang bermasalah penglihatan untuk mengesan tandas. Seperti yang kita tahu, fungsi papan tanda adalah penting untuk mengemudi seseorang ke sesuatu tempat. Kaedah di gunakan pada mulanya dengan mengesan bentuk papan tanda. Setelah itu ciri-ciriScale-invariant feature transform (or SIFT) yang mana ianya adalah jika di computer ianya ialah algorithm untuk mengesan dan mengenalpasti bentuk imej. SIFT ini akhirnya dapat diterima dan respons penggunaannya lebih daripada yang di jangka. Malah, SIFT ini juga dapat mengenalpasti papan tanda yang berganda juga.

6) Web-based City Maps for Blind and Visually Impaired

Kajian ini adalah untuk memberi kemudahan kepada orang bermasalah penglihatan untuk menggunakan peta. Pendekatan yang di gunakan ialah dengan membuat peta yang berasaskan web yang mana penerangannya secara semantic, iaitu dengan menerangkan peta itu dalam

perkataan. Ruang bandarnya boleh di jana secara automatic. Malah, maklumat yang boleh di dapati ialah berkaitan dengan seluruh dunia. Pengguna yang menggunkannya boleh mendapatkan maklumat tentang imej Bandar yang baik, peta minda, persimpangan blok, tempat menarik, perkara-perkata yang berrisiko berlaku dan hubungan antara jalan.

7)Students with Blindness Explore Chemistry at Camp Can Do Journal of Science Education for Students with Disabilities Pada kebiasaanya pelajar yang mengalami masalah penglihtan , biasanya akan di pinggirkan daripada terlibat di dalam makmal-makmal sains. Mungkin, ini di sebabkan oleh kurangnya bahan bantuan mengajar di dalam subjek sains bagi matapelajaran iini untuk pelajar masalah penglihatan.Namun, Supalo telah menguruskan Laboratory Access for the blind (ILAB) yang mana merupakan projek kedokorannya. Kem untuk kesedaran untuk membantu mereka ini telah dilakukan di Pulau Tobago, merupakan kem musim panas Camp Can Do. Namun pada tahun 2010, di adakan lagi kem sebegini untuk membantu pelajar Masalah penglihatan ini. Penambah baikkan alat bantuan mengajarnya pula adalah seperti.

8)DESAIN SENSOR JARAK DENGAN OUTPUT SUARA SEBAGAI ALAT BANTU JALAN BAGI PENYANDANG TUNA NETRA Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi manusia. Tidak berlebihan apabila dikemukakan bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang mengalami gangguan pada indera penglihatan, maka Kemampuannya untuk melakukan aktiviti akan jadi sangat terbatas, karena maklumat yang diperoleh adalah tehad dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Pada umumnya, orang yang bermasalah penglihatan menggunakan alat bantu jalan berupa tongkat putih atau anjing terlatih untuk membantu pergerakan dan meningkatkan keamanan dan kemandirian ketika berjalan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibuatlah suatu sistem yang dapat menggantikan dan menyempurnakan pelan alat bantu jalan yang selama ini telah ada.

Secara umum, alat bantu jalan ini terdiri dari dua bagian dasar, yaitu bagian perangkat keras (hardware) dan bagian perangkat lunak (software). Sistem tersebut akan menyediakan keluaran untuk mempermudah para penyandang pelajar terbaik bagi melakukan aktiviti.

9) DESAIN KEYBOARD DENGAN OUTPUT SUARA SEBAGAI ALAT BANTU PENGENALAN HURUF BRAILLE Kajian ini adalah untuk memvariasikan mesin Braille dan Sistem suara ,yang mana ianya diterapkan pada keyboard dan dapat menggantikan peran instruktor, baik dalam pembelajaran maupun dalam proses pelatihan. Penyimpanan data suara pada SD Card dilakukan pada sebelumnya dengan menggunakan PC. Format suara yang tersimpan dalam SD Card berbentuk WAV tanpa kompresi memiliki keunggulan dalam kemudahan akses oleh mikrokontroller. Proses konversi data biner menjadi sinyal suara analog melalui PWM sebagai bantuan dalam mikrokontroller. Sinyal suara akan dikuatkan oleh Power Amplifier dengan menggunakan IC TDA7052 . Sebanyak 20 orang responden yang terdiri daripada dari 15 orang siswa masalah penglihatan dan 5 orang guru pada sekolah bermasalah penglihatan. Kaedah ini membantu pelajar bermasalah penglihatan lebih bermandiri . 10) Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor) Masalah yang di diperkatakan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan kemandirian murid bermasalah penglihatan di Sekolah Luar Biasa Bagian A Yayasan Karya Murni Medan Johor dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemandirian pelajar bermasalah penglihatan di Sekolah Luar Biasa Bagian A Yayasan Karya Murni Medan Johor, baik itu dalam melakukan kegiatannya kehidupan sehari-hari, belajar serta keterampilan mereka yang dapat menunjang kemandirian dan kepribadian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu untuk menggambarkan Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra Sekolah Luar Biasa Bagian A (SLB-A) Yayasan Karya Murni, Medan Johor. Adapun instrumen yang digunakan dalam mengungkap fakta dan data yang ada di Sekolah Luar Biasa Bagian A (SLB-A) ini adalah melalui observasi dan wawancara terbuka. Data yang di peroleh tersebut kemudian di analisa dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan hasil penelitian atau fakta sebagaimana adanya. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa anak-anak bermasalah penglihtan yang berada di Sekolah Luar Biasa Bagian A Yayasan Karya Murni Medan Johor tidak dapat di golongkan ke dalam anak yang tidak memiliki kemandirian karana anak yang berada di sana sudah dapat menjalankan akktiviti nya dengan sendiri nya dan keterampilan yang dimilikinya juga dapat mereka pergunakan untuk mencapai kemandirian, yaitu yang mereka peroleh dengan adanya proses pendidikan yang di berikan oleh Yayasan Karya Murni sebagai

modal begi mereka untuk masa depan atau hari depan para penyandang pelajar masalah penglihatan yang ada di Yayasan Karya Murni. Dan kegiatan yang dilakukan juga dapat mendukung mereka dalam mencapai suatu keahlian dan keterampilan mereka. Dan dari pemerhatian yang dilakukan oleh peneliti bahwa anak bermasalah penglihatan yang ada di SLB-A Yayasan Karya Murni sudah dapat di golongkan mandiri karena dari segi perkembangan kemandirian kognitif, motorik, ungkapan kreatif dan olah raga. Pada pendapat saya bagi meningkatkan pendidikan khas dari bahagian masalah penglihtan, para bakal guru seharuslah menguasai dengan baik bahasa Braille, penggunaan mesin Braille, kemahiran-kemahiran yang boleh di terapkan pada pelajar bermasalah penglihatan seperti kemahiran mengurut dan membuat kraf tangan pelbagai lagi. Pendedahan pada teknologi yang lebih maju, seperti sistem JAWS, telefon bimbit untuk pelajar masalah penglihatan dan alat bantuan mengajar lain. Pemahaman guru juga terhadap pelajar ini haruslah di didik dan perlulah banyak di berikan latihan sebelum menjadi guru, dengan latihan berhadapan dengan pengurusan sebenar pelajar bermasalah penglihtan ini. Supaya apabila guru-guru ini memasuki bidang ini , mereka dapat memberikan ilmu dengan penyampaian yang menepati keperluan sebenar pelajar. Infrastruktur bagi sesebuah atau tempat pengajian bagi golongan bermasalah penglihtan ini perlulah di lengkapi dengan keperluan khas yang menepati dengan keperluan mereka seperti, khas bagi setiap bangunan yang bertingkat-tingkat, jalan kaki lima khas, kediaman yang berdekatan dengan tempat pengajian dan alatan yang terdapat pada bilik tersebut perlulah bersesuaian dengan keperluan mereka. Malah, perkhidmatan untuk mencari buku di perpustakaan atau akses bahan maklumat untuk mengajar juga perlulah di beri perhatian penting dan ada perkhimatan khas , supaya hak mereka sebagai seorang pelajar tidak di hadkan oleh keadaan mereka yang berlaian dari oarng lain. Alaun untuk pelajar OKU juga seharusnya di berikan lebih , kerana mereka sememangnya memerlukan melengkapi keperluan mereka. Teksi atau pun pengkutan pelajar atau orang OKU bermasalah penglihtan lain seharusnya di lakukan sesuatu yang membolehkan mereka mendapat perkhidmatan yang memudahkan seperti orang tipikal juga. Dari aspek akademik, pelajar bermasalah penglihtan ini biasanya tidak mendapat kesempatan untuk mempelajar pembelajaran sains dan matematik . Luar negara telah banyak mengeluarkan alat bantuan mengajar bagi membantu pejalar bermasalah penglihtan sepeti Independent Laboratory Acses for Blind( ILAB), Opensoftware matematik seperti NAT, optikal character organisasion software ( OCR) dan pelbagai lagi. Hal ini kerana, kita perlu memberikan peluang bagi pelajar buta , pendapat pengajaran seperti pelajar tipikal lain, walaupun mereka tidak dapat melihat dan memerlukan keperluan khas lain, kita harusnya mencuba untuk memenuhi keperluan sebagai seorang eplajar juga. Pengurusan bilik darjah bagi mereka ini, mereka perlulah di sediakan fail-fail kahs untuk mengumpul hasil kerja mereka, memberi pelunag bagi mereka menyertai aktiviti luar yang memerlukan berinteraksi dengan orang ramai supaya mereka m=belajr hidup bermandiri.
http://ummusulaimmohd.blogspot.com/2012/06/masalah-penglihatan.html

Anda mungkin juga menyukai