Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN VIII Uji Triterpen dan Steroid Nama : Yehezkiel Victorio NIM : 10412028 Nama Asisten : Desyka Sari

Sihaloho NIM Asisten : 10510001 Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan : 18 oktober 2013 Kelompok : 4

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Uji Triterpen dan Steroid


I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan keberadaan triterpen, steroid, dan saponin dalam sampel daun Bunga Terompet (Datura stramonium) dan daun Bunga Pacar Air ( Impatiens balsamina) berdasarkan uji LiebermanBurchard dan uji busa 2. Menentukan kemurnian triterpenoid dengan analisis Kromatografi Lapis Tipis berdasarkan nilai RF.

II. Prinsip Percobaan Terpen adalah senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul (C5H8)n yang sering disebut juga sebagai isoprenoid. Salah satu senyawa yang merupakan turunan dari terpenoid adalahTriterpenoid. Triterpenoid sendiri adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung. Triterpenoid yang terpenting ialah triterpenoid pentasiklik. Senyawa ini ditemukan umumnya pada tumbuhan berbiji. Triterpenoid nonglikosida sering ditemukan sebagai ekskresi dan dalam kutikula bekerja sebagai pelindung atau menimbulkan ketahanan terhadap air. Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen sebenarnya dapat dibagi atas: 1. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya skualena. 2. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya: ambrein. 3. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya:lanosterol. 4. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya -amirin. Steroid merupakan suatu golongan terpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren, yaitu tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Contoh steroid antara lain zoosterol, fitosterol, mikosterol, dan marinesterol. Senyawa steroid memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid yaitu sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A,B,dan C beranggotakan enam atom karbon, dan D beranggotakan lima atom karbon. Saponin merupakan turunan gula terpenoid dan steroid. Berdasarkan aglikonnya, saponin terdiri atas saponin triterpenoid dan saponin steroid.

Struktur Triterpenoid dan penomoranya

III.Data Pengamatan A.Uji Lieberman-Buchard & Uji Busa Pengamatan UJI Liebermann-Buchard Busa 0 0 0 +1

Datura stramonium

Impatiens balsamina

+1 +1 +1 +1

Gambar Uji Lieberman-Buchard

Gambar 1 : Uji Lieberman-Burchard dengan ekstrak daun Bunga Trompet

Gambar 2 : Uji Lieberman-Burchard dengan ekstrak daun Bunga Pacar Air

B. Uji KLT Triterpen NODA Datura stramonium 1 Datura stramonium 2 Impatiens balsamina JARAK 1 2,35 cm 2,30 cm 3,2 cm Jarak 2 3,40 cm 3,5 cm 3,7 cm Jarak 3 4 cm

Gambar 3 : Uji kromatografi lapis tipis triterpen dengan ekstrak daun Bunga Trompet

Gambar 4 : Uji kromatografi lapis tipis dengan ekstrak daun Bunga Trompet

IV.Hasil Perhitungan Jarak tempuh sebuah sampel pada plat adalah nilai yang relatif terhadap panjang plat, oleh sebab itu diperlukan suatu nilai sebagai penyetara, nilai ini dikenal sebagai faktor retensi (RF). Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memilikikarakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda. Nilai RF adapat dihitung menurut persamaan :

Jarak yang ditempuh substansi


RF =

Dengan jarak pelarut pada pengujian dengan noda Datura stramonium = 4,40 cm Dengan jarak pelarut pada pengujian dengan noda Impatiens balsamina = 4,9 cm Didapatkan nilai RF sebagai berikut : NODA

Datura stramonium 1 Datura stramonium 2 Impatiens balsamina

RF 1 0,534 0,522 0,653

RF 2 0,772 0,795 0,755

RF 3 0,816

V. Pembahasan
Triterpenoid adalah senyawa turunan trepenoid yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen sebenarnya dapat dibagi atas: 1. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya skualena. 2. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya: ambrein. 3. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya:lanosterol. 4. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya -amirin. Tetapi secara umum struktur dasar Triterpenoid adalah sebagai berikut :

Struktur Triterpenoid dan penomoranya

Steroid yang strukturnya dapat dilihat diatas merupakan suatu golongan terpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren, yaitu tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi yang berbahaya bagi jantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah yang dapat menstimulasi tumor prostat ,dll. Uji Lieberman-Burchard dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa triterpenoid dan steroid pada daun Bunga Trompet dan daun Bunga Pacar Air. Perekasi yang digunakan dalam Uji Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk mempermudah terbentuknya turunan asetil dari steroid dalam kloroform . Alasan penggunaan kloroform adalah karena senyawa ini paling larut baik didalam pelarut dan tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka reaksi tidak akan berlangsung, oleh sebab itu ditambahkan asam asetat anhidrat yang dapat menyerap air yang ada sekaligus membantu pengkondisian suasana asam yang berusaha ditimbulkan dengan penambahan 2 4 . Keberadaan senyawa triterpenoid dan Steroid ditandai dengan munculnya perubahan warna pada pelat tetes setelah reaksi terjadi. Dari hasil pengujian ekstrak daun Bunga Trompet yang larut dalam eter ditambahkan beberapa tetes anhidrida asetat dan asam sulfat pekat tidak didapati perubahan warna yang menandakan pada daun Bunga Trompet tidak terdapat triterpenoid dan Steroid dalam jumlah yang dapat dideteksi (mungkin ada tetapi sedikit sekali atau tidak ada sama sekali). Sedangakan pada pengujian ekstrak daun Bunga Pacar Air teramati adanya perubahan warna menjadi kebiruan yang menandakan pada daun bunga pacar air terdapat senyawa triterpenoid dan steroid. Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini antara lain adanya pengotor yang juga dapat ikut bereaksi dengan reagen dan kemungkinan adanya molekul air dari hasil pencucian peralatan yang belum benar-benar kering yang jumlahnya lebih besar dari kapasitas serapan anhidrida asetat. Reaksi yang terjadi pada Uji Lieberman-Burchard adalah sebagai berikut :

Pengujian kandungan saponin dilakukan dengan uji busa. Uji busa dilakukan dengan mencampurkan residu ekstrak dari masing-masing sampel yang tidak larut dalam eter dengan air dan kemudian dilakukan pengocokan keras dan konstan selama beberapa menit. Pengujian ini didasarkan pada sifat saponin yang merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor hidrofilik yang bersinggungan dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrofobik berkumpul pada bagian dalam sebuah bentukan bola sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik berada pada permukaan luar bola dan memanjang ke air, sistem inilah yang dikenal sebagai busa yang menjadi indikator keberadaan saponin.Pada percobaan ini didapatkan hasil positif baik pada sampel ekstrak daun Bunga Trompet maupun sampel daun Bunga Pacar Air. Dapat disimpulkan bahwa pada daun kedua sampel terkandung Saponin. Kromatografi lapis tipis adalah sebuah uji yang digunakan untuk menetukan kemurnian sampel. Pada pengujian kromatografi lapis tipis dalam percobaan ini digunakan fasa diam berupa silika gel dan fasa gerak berupa n-heksana-etil asetat (7:3). Larutan ekstrak daun dalam eter ditotolkan pada plat KLT. Setelah diamati, didapatkan nilai RF untuk ekstrak daun Bunga Trompet sampel pertama berturutturut adalah 0,5340 dan 0,772. Nilai RF untuk ekstrak daun Bunga Trompet sampel kedua adalah 0,522 dan 0,795 sedangkan untuk sampel ekstrak daun Bunga Pacar Air secara berturut-turut adalah 0,653 , 0,755 ,dan 0,816.

VI. Kesimpulan 1. Pada ekstrak daun Bunga Pacar Air terkandung Triterpenoid,steroid,dan saponin.
Sedangkan pada ekstrak daun Bunga Trompet hanya terkandung saponin 2. Dari hasil pengujian KLT Triterpenoid didapatkan nilai RF untuk ekstrak daun Bunga Trompet sampel pertama berturut-turut adalah 0,5340 dan 0,772. Nilai RF untuk ekstrak daun Bunga Trompet sampel kedua adalah 0,522 dan 0,795 sedangkan untuk sampel ekstrak daun Bunga Pacar Air secara berturut-turut adalah 0,653 , 0,755 ,dan 0,816.

VII. Daftar Pustaka

Harvey, David. 2009. Analytical Chemistry 2.0. McGraw-Hill Companies, p. 599-605. Mayo, D.W., Pike, R.M., Trumper, P.K., Microscale Organic Laboratory, 3rd edition, John Wiley & Sons,New York, 1994 , p. 233-240 Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organic Chemistry, Prentice Hall Inc.,New Jersey, 1992, p 150-176 Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition,Boston, 1999, p 180

Anda mungkin juga menyukai