Anda di halaman 1dari 7

ISTILAH-ISTILAH DALAM

KEPELATIHAN


OLEH:
FAISAL RAHMAN
11311480
V.L
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013

1. Volume Latihan
Volume latihan adalah jumlah waktu yang dipakai aktif selama latihan. Misalnya kita latihan
dari jam 14.00 sampai jam 17.00, jumlah istirahat selama latihan adalah satu jam.
Rumusnya adalah
VL = WA WI jadi VL = 180 60
VL = 120
2. Intensitas Latihan
Berat atau ringannya beban latihan yang diberiakan oleh pelatih.
Cara menghitung intensitas latihan menurut teori Katch dan Mc Ardle (1983):
DNM = 220 Umur (dalam tahun)
Takaran intensitas latihan untuk olahraga prestasi adalah 80% 95%
3. Kualitas Latihan
Latihan yang berkualitas adalah latihan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan atlet, dan
apabila koreksi-koreksi yang konstruktif sering diberikan, apabila pengawasan dilakukan
sampai ke detail-detail gerakan, dan apabila prinsip overload diberikan.
Dont practice makes perfect, but only perfect practic makes perfect.
4. Beban Lebih (Overload)
Latihan yang diberikan haruslah lebih berat dari kemampuan yang dimiliki oleh atlet tersebut.
Harsono (1988) mengatakan: berapa lama pun kita berlatih, betapa sering pun kita berlatih,
atau sampai bagaimana capik pun kita mengulang-ngulang latihan tersebut, kalau tidak
menerapkan prinsip beban lebih maka peningkatan prestasi tidak akan dapat dicapai.
5. Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu spesialisasi keterampilan, sebaiknya
pada permulaan berlatih dia dilibatkan dalam berbagai aspek kegiatan hal ini dilakukan agar
kelak pada masa spesialisasi mempunyai dasar-dasar yang kokoh.
The multilateral principle should be employed mostly when training children and junior
(Bompa, 1994).

6. Spesialisasi
Spesialisasi berarti mencurahkan segala kemampuan, baik fisik maupun psikis pada satu
cabang tertentu.
7. Individualisasi
Tidak ada dua orang yang rupanya persis sama, dan tidak ada pula dua orang yang secara
fisiologis dan psikologis persis sama. Kemampuan usaha alet ditentukan oleh:
1. Usia biologis dan kronologis atlet
2. Pengalaman dalam melakukan olahraga
3. Kemampuan kerja dan prestasi individu
4. Status kesehatan
5. Kegiatan diluar latihan
8. Plaiometrik
enurut Johansyah (2005:16), Plaiometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan
menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan
eksplosif.
Intens latihan
intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan dan
kekuatan rangsagan tergantung dari beban kecepatan gerakannya, variasi interval atau
istirahat diantara tiap ulangannya.
9. Frekuensi Latihan
Untuk memperoleh kemajuan atau perkembangan yang memuaskan, frekuensi latihan
per minggu sebaiknya tidak kurang dari 4 kali (Syarifuddin,1996:135). Pemula disarankan
untuk memulai dengan dua sesi total seminggu.
10. Intensitas latihan
Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula
intensitasnya. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam
latihan dan kekuatan rangsagan tergantung dari beban kecepatan gerakannya, variasi interval
atau istirahat diantara tiap ulangannya.
11. Model dalam Latihan
Model atau imitasi, atau tiruan merupakan suatu simulasi dari kenyataan yang dibuat dari
elemen atau unsure spesifik dari fenomena yang dicari atau diamati serta mendekati keadaan
sebenarnya.

12. Penggunaan Sistem Latihan
Prinsip ini menuntut bahwa program latihan harus dibuat secara sistematis dan efisien. Dari
mulai program jangka panjang sampai program latihan tiap unit, dan juga harus
memperhatikan karakter individu atlet.

13. Periodisasi
Prinsip ini menekankan dalam proses pemberian materi latihan harus secara bertahap, tidak
bisa langsung latihan pada tahap pertandingan akan tetapi kita harus melewati tahap
persiapan sebagai modal untuk tahap selanjutnya.

14. Presentasion
Dalam prinsip ini proses latihan dilakukan dengan memberikan atlet untuk melihat video
mengenai gerakan gerakan teknik yang benar. Sehingga atlet dapat merekam gerakan yang
benar tersebut di benaknya dan berusaha untuk melakukan gerakan yang serupa.

15. Intensitas Latihan
Prinsip fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin terjadi apabila atlet dilatih
melalui suatu program latihan yang intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan
beban kerja, repetisi, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Intensitas latihan dapat
diukur dengan menghitung denyut nadi maksimal (DNM).

16. Kualitas Latihan
Berlatih secara intensif belum cukup apabila tidak bermutu / berkualitas. Oleh karena itu
suatu latihan harus berkualitas agar mendapat hasil yang maksimal tanpa mengeluarkan
banyak tenaga dan waktu, karena latihan singkat dan berkualitas lebih baik daripada latihan
lama yang tak bermutu.

17. Berfikir Positif
Prinsip penanaman berpikir positif akan berdampak baik pada perilakunya karena akan
merasa lebih kuat, melatih atlet selalu berpikir optimis dan positif, mengubah sikap bawah
sadar yang negatif menjadi positif.

18. Penetapan Sasaran
Menetapkan sasaran latihan bagi atlit sangat penting, karena atlit tidak berlatih dengan
sungguh-sungguh atau kurang motivasi jika tidak ada tujuan / sasaran yang jelas untuk
berlatih.

19. Beban Progresif
Peningkatan beban latihan yang dimulai dengan beban ringan, kemudian ditingkatkan secara
bertahap sedikit demi sedikit sesuai kemampuan atlet yang bersangkutan, makin lama
bebannya semakin berat.

20. Perbaikan Kesalahan
Dalam memperbaiki kesalahan gerak yang dilakukan oleh atlet, pelatih harus mengetahui
dimana dan apa penyebab kesalahan gerak yang dilakukan oleh atletnya.

21. Variasi
Pemberian variasi latihan mrupakan cara yang baik agar atlit dapat menikmati latihan dengan
senang dan gembira supaya atlit tidak bosan.

22. Spesialisasi
Setelah melakukan prinsip Multilateral, dilanjutkan dengan pengembangan khusus sesuai
dengan cabang olahraga yang digelutinya, dan spesialisasi baru dimulai setelah disesuaikan
dengan umur yang cocok untuk cabang olahraganya.

23. Multilateral
Prinsip perkembangan menyeluruh sebaiknya diterapkan pada atlit-atlit muda. Pada
permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar memiliki dasar-
dasar yang lebih kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak.

24. Kesadaran Atlet
Atlet dalam berlatih diharapkan memiliki kebutuhan dalam melakukan latihan, bukan latihan
tersebut dianggap sebagai keharusan. Karena dengan memiliki rasa kebutuhan atlet tidak
terpaksa dalam melakukan latihan, apabila terpaksa maka hasil latihan tidak dapat mencapai
hasil yang maksimal.

25. Aktif dan Kesungguhan Atlet
Atlet dituntut aktif dan memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan berbagai latihan yang
sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang digelutinya dengan sungguh sungguh agar
latihan tersebut hasilnya maksimal.

26. Pemulihan Asal (Reversibility)
Prinsip ini menggambarkan bahwa apabila tubuh kita diberikan waktu istirahat yang tertalu
lama, maka kemampuan atau kesegaran tubuh yang sudah dimiliki melalui proses latihan
sebelumnya, akan kembali ke tingkat semula, atau sama seperti ketika tidak melakukan
latihan.

27. Spesifikasi
Ketika latihan berkaitan dengan unsur biomotorik maka pelatih harus tahu betul sistim energi
apa dan unsur-unsur fisik apa yg paling dibutuhkan (dominan untuk cabang olahraga yang
dilatihnya. Apakah kapasitas aerobik, anaerobik (laktat atau alaktat), daya tahan, kekuatan,
power, kelincahan, kecepatan, stamina atau yang lain.

Anda mungkin juga menyukai