PEMBIMBING :
Dr. Gumar Jaya Saleh Sp. BS
DISUSUN OLEH :
Meilinda Vitta Sari S. Ked
NIM : 030.10.173
LEMBAR PENGESAHAN
Nama mahasiswa
NIM
: 030.10.173
Bagian
Periode
Judul
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Tumor Medula Spinalis dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Otorita Batam periode 2 Juni 2014
8 Agustus 2014. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah pengetahuan
bagi kita semua tentang tumor medula spinalis.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dr. Gumar Jaya Saleh, Sp. BS selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus
ini, serta kepada dokter dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Otorita Batam. Penuli juga mengucapkan
terimakasih kepada rekan rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit
Otorita Batam serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................
BAB I
Pendahuluan ....................................................................................
BAB II
BAB III
19
BAB IV
23
BAB V
Kesimpulan ......................................................................................
34
35
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor medula spinalis merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi dan karena
itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit
ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah
dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya hanya bersifat lifesaving.
Jumlah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total
jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria dan wanita hampir sama
dengan sebaran usia antara 30 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen
servikal, 55% di segmen thorakal, dan 20% terletak di segmen lumbosakral. Sementara di
Indonesia belum ada data mengenai insidensi angka penderita tumor medula spinalis.
Tumor medula spinalis dibagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan sekunder. Tumor
primer merupakan tumor yang berasal langsung dari medula spinalis sedangkan tumor
sekunder merupakan anak sebar (metastasis) dari tumor di bagian tubuh lainnya. Tumor
medula spinalis umumnya bersifat jinak, onset gradual, dan dua per tiga pasien dioperasi
antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala-gejala dari tumor medula spinalis penting
diketahui karena dengan tindakan operasi sedini mungkin dapat mencegah kecacatan.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 35 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Status Pernikahan
: Sudah menikah
Suku/bangsa
: Indonesia
Alamat
: Bukit Seroja
Tgl. Masuk RS
: 12 Mei 2014
No. RM
: 34-92-74
Ruang
: Teratai (Kamar 4)
Keluhan Utama
Kaki kanan terasa nyeri dan panas sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik syaraf RS Otorita Batam dengan keluhan utama kaki
kanan terasa nyeri dan panas sejak 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan dimulai dari
pinggang hingga telapak kaki. Nyeri dirasakan hilang timbul dan semakin terasa
apabila melakukan aktivitas, juga disertai kebas dan kesemutan. Karena nyerinya,
pasien mengaku sering tidur dalam posisi miring. Selain nyeri, pasien merasakan
nyeri dimulai dari pinggang hingga telapak kaki.Semenjak 2 tahun terakhir, pasien
mengaku rasa panas dan nyeri terasa semakin berat, dan merasa kaki kanan semakin
lemah dan sulit digerakkan, beberapa bulan kemudian diikuti kelemahan pada kaki
kiri. Pasien juga mengeluh kesulitan BAK dan BAB, tidak lancar. Tidak ada demam,
Tidak ada riwayat penyakit serupa, keganasan, hipertensi, diabetes mellitus, ataupun
alergi obat/makanan.
Riwayat Kebiasaan
Tidak merokok ataupun minum minuman beralkohol. Pasien mengaku jarang makan
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Refleks cahaya
Lapang penglihatan
Lensa
Gerakan mata
Nistagmus
: tidak oedem
: tidak anemis, tidak pucat
: tidak ikterik
: isokor
: baik
: normal
: jernih
: tidak ada hambatan
: tidak ada
Telinga
Daun telinga
Liang telinga
Membran timpani
Cairan/perdarahan
: normotia
: lapang, serumen (-), tidak ada sumbatan
: intak, hiperemis (-), bulging (-)
: tidak ada
Hidung
Dorsum nasi
Vestibulum nasi
Kavum nasi
Konkha
krepitasi (-)
: sekret (-), furunkel (-), krusta (-)
: lapang, polip (-)
: eutrophi, oedem (-), hiperemis (-)
Mulut
Bibir
Palatum
Gigi geligi
Lidah
Faring
Tonsil
Trismus
Leher
Dada
Bentuk
Buah dada
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: datar, simetris, smiling umbilikus (-), dilatasi vena (-)
Auskultasi
: bising usus 3x/menit
Palpasi
: nyeri tekan suprapubis, hepatosplenomegali (-)
Perkusi
: timpani
Ekstremitas
: akral hangat, tidak ada oedem, tidak ada deformitas
Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal
: tidak ada kelainan
Nervus kranialis (I-XII)
: tidak ada kelainan
Anggota gerak atas
Motorik
Kanan
Kiri
aktif
Aktif
+5
Pergeraka
Kekuatan
Trofi
eutrofi
Eutrofi
Tonus
normal
Normal
+5
Sensibilitas
Kanan
Kiri
Nyeri
+2
Kanan
+
+
+2
Refleks fisiologis
Bicep
Tricep
Kiri
+
+
Refleks patologis
Kanan
-
Hofman
Tromner
Kiri
-
Pergeraka
n
Kekuatan
Trofi
Tonus
Kanan
Kiri
Aktif dan pasif terbatas
+3
Eutrofi
Hipertonus
+3
Eutrofi
Hipertonus
Sensorik
Nyeri
Kanan
+1
Kiri
+1
Refleks fisiologis
Kanan
Kanan
+
+
Patela
Achilles
Hiperrefleks
Hiperrefleks
Kiri
Refleks patologis
Babinsky
Chadock
Kiri
+
+
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai
Rujukan
Hb
Eritrosit
Leukosit
Ht
Trombosit
LED
MCV
MCH
MCHC
Gol. darah
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Chlor
GD Sewaktu
Darah Lengkap
11,5
g/dl
3,99
106/uL
7,08
103/uL
33,5
%
238
103/uL
mg/L
84,0
fL
28,8
pg
34,3
g/dL
B
%
3,1
%
55,8
%
32,2
%
8,6
Kimia Darah
15,5
mg/dL
0,87
mg/dL
138
meq/l
3,6
meq/l
103
meq/l
87
mg/dl
b. Pemeriksaan Rontgen
- Thoraks (22 Mei 2014)
11,0 16,5
3,8 5,8
4 11
35,0 50,0
150 450
0 10
80,0 97,9
26,5 33,5
31,5 35,0
01
05
46 -75
17 48
4 10
10 50
0,5 0,9
135 147
3,5 5,0
94 111
70 140
Deskripsi :
Sinus, diafragma, pleura dan cor baik
Aorta : tidak melebar
Pulmo : corakan bronkovaskuler dan
hilus baik, tidak tampak kesuraman di
kedua paru
Tulang-tulang dan soft tissue baik
Kesan :
Cor dan pulmo tidak tampak kelainan
Deskripsi :
Tidak adanya osteolitik pada tulang vertebrae
Kesan :
Tulang vertebrae tidak ada kelainan
c. MRI Thorako Lumbal (13 Mei 2014)
Deskripsi :
Tampak gambaran massa padat pada intadural-ekstramedular setinggi vertebra
thorakal VII.
Kesan :
V. DIAGNOSIS KERJA
a. Diagnosis klinis
: Paraparese inferior tipe UMN
b. Diagnosis topik
: Medula spinalis setinggi segmen vertebra thorakal VII
VI. PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa
Rawat Inap
Tindakan operasi : Laminektomi dan tumor removal
Pemasangan kateter
Konsul internist dan anestesi
b. Medikamentosa
Infus 2A/8 jam
Dexametason 3x2 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Ranitidine 2x1 ampul
Neurobion 5000 1x1
FOLLOW UP
a. Pre-operasi
S
: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada kaki kiri sepanjang dari pinggang
sampai telapak kaki. Selain itu, pasien juga mengeluh kaki kiri dan kanan lemah, sulit
digerakkan.
O
:
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 120/80 mmHg, HR : 84x/m, RR : 20x/m, suhu : 370C
Kepala : normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, dan distribusi merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher : KGB, tiroid, JVP dalam batas normal
Jantung : S1, S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/ Abdomen : supel, timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak oedem pada keempat ekstremitas
Status lokalis (keterangan dari dokter spesialis bedah saraf) :
1. Tanda rangsang meningeal : tidak ada kelainan
2. Nervus kranialis (I-XII) : tidak ada kelainan
3. Kekuatan motorik :
Kedua ektremitas atas : +5
Kedua ekstremitas bawah : +1
4. Sensorik :
A
: Mielopati
Radikulopati
P
:
Dirawat inap di lantai 1 Teratai, kamar 4
Rontgen Thorakolumbal, MRI Thorakolombal
Konsul ke bedah syaraf
Medikamentosa :
Infus 2A/8 jam
Dexametason 3x2 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Neurobion 5000 1x1
Ranitidin 2x1 ampul
dirasa mulai berkurang. Kedua kaki masih lemah dan sulit digerakkan.
O
:
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 120/80 mmHg, HR : 84x/m, RR : 20x/m, suhu : 370C
Kepala : normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, dan distribusi merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher : KGB, tiroid, JVP dalam batas normal
Jantung : S1, S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/ Abdomen : supel, timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak oedem pada keempat ekstremitas
Status lokalis (keterangan dari dokter spesialis bedag saraf) :
1. Tanda rangsang meningeal : tidak ada kelainan
2. Nervus kranialis (I-XII) : tidak ada kelainan
3. Kekuatan motorik :
Kedua ektremitas atas : +5
Kedua ekstremitas bawah : +1
4. Sensorik :
Kedua ekstremitas atas : +2
Kedua ekstremitas bawah : +1
A
: Tumor Medulla Spinalis Th VII
P
:
Rencanakan operasi tanggal 23 Mei 2014
Konsul ke dokter penyakit dalam dan dokter anestesi
Medikamentosa
Infus 2A/8 jam
Dexametason 3x2 ampul
b. Operasi
Hari
Tanggal
Nama Pasien
Umur
Bagian
Operator
Asisten
Operator
Instrumen
Diagnosis prabedah
Diagnosis
pasca-bedah
Nama
pembedahan
Sifat
pembedahan
Mulai
Lama
BS
Nomer MR
Jenis kelamin
Ny. Nursalam
Ahli Anestesi
An
Asisten
35 tahun
Anestesi
Teknik
Bedah saraf
Anestesi
Gumar Sp.
ASA
Jumat
23 Mei 2014
Yanti
Wiwik
Sesuai
Elektif
08.00
Kelas
34-92-74
Perempuan
Satrio Sp.
Nagib
GA
-
Selesai
11.00
3 jam
pembedahan
a. Uraian Pembedahan :
Dilakukan a antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya.
Insisi linear sepanjang 7 cm, subkutis, sampai fascia, lalu dilanjutkan dengan
monopolar sampai mencapai lamina melalui dinding medial proc. Spinosus, dan otot
dan jaringan ikat dibersihkan sampai lamina bersih.
c. Post-operasi
S
: Pasien mengaku nyeri yang dialami semakin berkurang, kaki tidak panas,
dan kedua
kaki mulai ada kekuatan untuk digerakkan.
O
:
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 110/70 mmHg, HR : 96x/m, RR : 20x/m, suhu : 36,70C
Kepala : normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, dan distribusi merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher : KGB, tiroid, JVP dalam batas normal
Jantung : S1, S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/ Abdomen : supel, timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak oedem pada keempat ekstremitas
Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal
: tidak ada kelainan
Nervus kranialis (I-XII)
: tidak ada kelainan
Anggota gerak atas
Motorik
Kanan
Kiri
aktif
Aktif
+5
Pergeraka
Kekuatan
Trofi
eutrofi
Eutrofi
Tonus
normal
Normal
+5
Sensibilitas
Kanan
+2
Kanan
+
+
Nyeri
Kiri
+2
Refleks fisiologis
Bicep
Tricep
Kiri
+
+
Refleks patologis
Kanan
-
Hofman
Tromner
Kiri
-
Pergeraka
n
Kekuatan
Trofi
Tonus
Kanan
Kiri
Aktif dan pasif terbatas
+3
Eutrofi
Hipertonus
+3
Eutrofi
Hipertonus
Sensorik
Nyeri
Kanan
+1
Kiri
+1
Refleks fisiologis
Kanan
Kanan
+
+
Patela
Achilles
Hiperrefleks
Hiperrefleks
Kiri
Refleks patologis
Babinsky
Chadock
Kiri
+
+
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai
Rujukan
Hb
Eritrosit
Leukosit
Ht
Trombosit
LED
MCV
MCH
MCHC
Gol. darah
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Darah Lengkap
11,9
g/dl
4,04
106/uL
16,9
103/uL
33,5
%
228
103/uL
mg/L
82,9
fL
29,5
pg
35,5
g/dL
B
%
0,1
%
85,8
%
7
%
7
11,0 16,5
3,8 5,8
4 11
35,0 50,0
150 450
0 10
80,0 97,9
26,5 33,5
31,5 35,0
01
05
46 -75
17 48
4 10
A
: Post operasi Laminektomi, tumor removal Medulla Spinalis Th VII
P
:
Observasi lanjut
Rencana pulang tanggal 5 Juni 2014, lanjutkan rawat jalan
Medikamentosa :
Cefixim 1 tab per oral
Meticobal 1 tab per oral
Bio ATP 1 tab per oral
Keren 1 tab per oral
BAB III
ANALISIS KASUS
(Meningioma)
Dasar penegakan diagnosis berdasarkan :
a. Anamnesis
Pada pasien ini didapatkan keluhan kaki kanan terasa panas, seperti terbakar,
yang dirasa dari proksimal ke bagian distal kaki. Keluhan lain ialah nyeri, kebas, dan
kesemutan. Kemudian berangsur-angsur kaki kanan dirasa lemah dan sulit digerakkan, diikuti
juga kelemahan pada kaki kiri. Pasien juga mengeluh tidak lancar untuk BAB dan BAK.
Gejala-gejala ini pada awalnya dirasakan pasien masih cukup ringan, dan belum mengganggu
aktivitas sehari-hari. Namun semakin hari keluhan dirasa semakin berat. Selama ini pasien
mengatasi keluhannya hanya dengan minum obat-obatan warung untuk mengurangi rasa
nyeri.
sensorik (nyeri, kebas, kesemutan), motorik, dan otonom, dimana sifat dan luas gangguan
modalitas tersebut bergantung pada level medula spinalis yang terkompresi (cervical atas atau
bawah, thorakal atas atau bawah, lumbosakral), asal kompresi (dari luar atau dalam medula
spinalis), arah kompresi (anterior, lateral, atau posterior), dan kecepatan kompresi.
dimana nyeri ini merupakan keluhan utama dan sering terjadi selama beberapa bulan atau
tahun sampai diagnosis ditegakkan. Pada tumor intradular-intramedular sangat jarang
ditemukan nyeri radikular, biasanya nyeri bersifat funikular.
Pada pasien didapatkan sifat nyeri yang khas yaitu nyeri radikular berdasarkan
keluhan berupa kaki terasa nyeri dari proksimal ke distal, dapat dilokalisasi dengan tepat, dan
bertambah saat beraktivitas atau adanya streching pada kedua tungkai. Selain itu, rasa panas
yang dikeluhkan pasien juga menunjukkan adanya gangguan jaras sensorik suhu akibat
penekanan dari tumor medula spinalis. Setelah keluhan adanya panas dan nyeri pada kaki
yang dirasa oleh pasien, gejala sensorik lainnya yang timbul ialah adanya rasa kebas dan
kesemutan. Gangguan sensorik ini menunjukkan adanya disfungsi pada jaras spinothalamikus
akibat dari penekanan oleh tumor. Kemudian keluhan selanjutnya yang muncul ialah
gangguan motorik. Gangguan motorik yang dirasakan pasien ialah berupa kelemahan pada
kaki dan berangsur-angsur semakin berat hingga kaki semakin sulit digerakkan. Kelemahan
ini awalnya dirasakan pasien pada anggota gerak bawah ipsilateral kemudian berlanjut ke sisi
kontralateral. Hal ini menujukkan sudah terjadinya gangguan pada traktus piramidalis pada
pasien akibat penekanan oleh tumor.
b. Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status neurologis
didapatkan pada pasien ialah :
Pemeriksaan sensorik
lesi pada L2. Hal ini menunjukkan adanya hipoestesi pada kedua kaki.
Pemeriksaan motorik
Pada pemeriksaan motorik, didapatkan pada kedua ekstremitas superior tidak
ditemukan adanya kelainan motorik, sedangkan pada kedua ekstremitas inferior,
terlihat gerakan aktif pasif kedua kaki terbatas, kekuatan motorik pasien pada kedua
kaki bernilai 3 (dimana artinya pasien bisa mengangkat kedua kaki melawan gravitasi
tetapi tidak bisa melawan tahanan ringan), adanya hipertonus kedua kaki, tetapi tidak
ditemukan atrofi.
Refleks fisiologis
Pada pemeriksaan refleks fisiologis, di kedua ekstremitas superior didapatkan refleks
fisiologis (refleks biceps dan triceps), sedangkan pada kedua ekstremitas inferior
didapatkan adanya hiperrefleks.
Refleks patologis
Pada pemeriksaan refleks patologis, di kedua ekstremitas superior tidak didapatkan
refleks patologis (refleks Hofman dan Tromner), sedangkan pada kedua ekstremitas
Motor Neuron UMN, antara lain : hipertonus, hiperrefleks, refleks fisiologis meningkat, dan
ditemukan adanya refleks patologis pada kedua ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan Penunjang
perbaikan kerusakan sel saraf dan meningkatkan pembentuk sel saraf baru.
Kalnex merupakan golongan obat asam traneksamat yang diberikan untuk membantu
Melihat keadaan umum pasien yang semakin membaik dari hari ke hari
setelah operasi, diharapkan kualitas hidup pasien dapat meningkatkan dan produktif kembali.
Edukasi yang diberikan ialah adanya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot
pada ekstremitas inferior sehingga pasien mampu berdiri dan berjalan seperti sediakala.
Selain itu adanya toilet training sehingga BAK dan BAK dapat kembali lancar. Terapi yang
sudah diberikan diharapkan dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi untuk pasien.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor medula spinalis ialah tumor yang terdapat di daerah spinal, baik itu
pada daerah cervical, thorakal, lumbal, ataupun sakral. Tumor medula spinalis dapat
dibedakan menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dibagi lagi
berdasarkan sifatnya, yaitu jinak dan ganas. Tumor primer jinak dapat berasal dari
tulang, serabut saraf, selaput otak, ataupun jaringan otak sedangkan tumor jinak ganas
biasanya berasal daru jaringan saraf dan sel muda. Tumor sekunder merupakan anak
sebar atau metastasis dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis, dan
payudara.1
B. EPIDEMIOLOGI
pasti. Jumlah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari
total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi
sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir
sama dengan wanita dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan
25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal, dan 20% terletak di
segmen lumbosakral.2,3
Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependimoma,
astrositoma, dan hemangioblastoma. Ependimoma lebih sering didapatkan pada orang
dewasa pada usia pertengahan (30-39 tahun) dan jarang terjadi pada usia anak-anak.
Insidensi ependidoma kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari
ependydoma muncul pada daerah lumbosakral.6
Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh
pada medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering
pada tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular
yang tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada
anak-anak dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60%
dari astrositoma spinalis berlokasi di segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini
jarang ditemukan pada segmen torakal, lumbosakral atau pada conus medularis.
Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang tumbuh lambat dengan
prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula spinalis. Rata-rata
terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau syndrome
(VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel.
Rasio laki-laki dengan perempuan 1,8 : 1.4,5
Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah schwanoma, dan
meningioma. Schwanoma merupakan jenis yang tersering (53,7%) dengan insidensi
laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia 40-60 tahun dan tersering pada
daerah lumbal. Meningioma merupakan tumor kedua tersering pada kelompok
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak maupun
ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastasis
dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, payudara, kelenjar
prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas
contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma, sedangkan yang bersifat
jinak contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.1
kelompok, yaitu: tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu
sendiri dibagi lagi menjadi tumor intramedular dan ekstramedular. Macam-macam
tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1.
Sumber: http://www.draryan.com/Portals/0/spinal%20cord%20tumors.jpg
Intradural ekstramedular
Intradural
intramedular
Chondroblas
toma
Chondroma
Hemangiom
a
Astrocytoma
Ependymoma
Ganglioglioma
Hemangioblasto
Lipoma
Lymphoma
Meningioma
Ependimoma, tipe
myxopapillary
Metastasis
Neuroblasto
ma
Neurofibro
Meningioma
ma
Neurofibroma
Osteoblasto
Paraganglioma
Schwanoma
Osteochondr
oma
Lipoma
ma
ma
Epidermoid
Osteosarco
Hemangioma
Lipoma
Medulloblastoma
Neuroblastoma
Neurofibroma
Oligodendroglio
ma
Teratoma
ma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat
genetik kemungkinan besar sangat berperan dalam peningkatan insiden pada anggota
keluarga (syndromic group) misal pada neurofibromatosis. Astrositoma dan
neuroependimoma merupakan jenis yang tersering pada pasien dengan
neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan pada
kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von
Hippel-Lindou Syndrome sebelumnya yang merupakan abnormalitas dari kromosom
3.6
E. MANISFESTASI KLINIS
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler,
nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler
merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan
disebut pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat
nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24% nyeri
funikuler, dan 16% nyerinya tidak jelas3. Nyeri radikuler dicurigai disebabkan oleh
tumor medula spinalis bila :
Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor
tumor di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh
yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada tumor
di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri yang
menyebar ke dada depan (girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat batuk, bersin,
atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen cervical dapat menyebabkan
nyeri yang dapat dirasakan hingga ke lengan, sedangkan tumor yang tumbuh pada
segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri punggung atau nyeri pada
tungkai.7
si
Fora
men
Magn
um
Servi
kal
Tora
kal
Lum
bosak
ral
Kaud
Ekui
na
b. Meningioma
a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
b. Astrositoma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
c. Hemangioblastoma
Memiliki karakter sebagai berikut :
Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak pada 1/3 dari
jumlah pasien keseluruhan.
F. DIAGNOSIS7
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula
spinalis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah
a
ini.
Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,
dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh
cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok
sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan
MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang
mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor
yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.
G. DIAGNOSIS BANDING6
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
Lumbar (Intervertebral) Disk Disorders
Mechanical Back Pain
Brown-Sequard Syndrome
Infeksi Medula Spinalis
Cauda Equina Syndrome
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksaan pada tumor medula spinalis, yaitu :
1. Operatif atau tumor removal
2. Konservatif, yaitu dengan pengobatan simptomatik berupa analgetik apabila pasien
merasakan nyeri dan pemberian kortikosteroid.
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular
adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total
dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural
intramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau
bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat
dan agresif secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi. Indikasi dari pembedahan ialah :
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau)
Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal)
Kegagalan radiasi (percobaan radiaso biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau
terdapat deteorisasi yang cepat), biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada tumor medula spinalis antara lain :
Paraplegi
Quadriplegi
Imfeksi Saluran Kemih
Kerusakan jaringan lunak
Komplikasi pernapasan
Komplikasi yang muncul akibat pembedahan, antara lain :
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus seperti ini.
Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam
waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada status preoperatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya usia (>60 tahun).
BAB V
KESIMPULAN
Seorang wanita, 35 tahun, datang dengan keluhan kaki kanan terasa nyeri
panas sejak 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan dimulai dari pinggang hingga telapak kaki.
Nyeri dirasakan hilang timbul dan semakin terasa apabila melakukan aktivitas, juga disertai
kebas dan kesemutan. Karena nyerinya, pasien mengaku sering tidur dalam posisi miring.
Selain nyeri, pasien merasakan nyeri dimulai dari pinggang hingga telapak kaki.Semenjak 2
tahun terakhir, pasien mengaku rasa panas dan nyeri terasa semakin berat, dan merasa kaki
kanan semakin lemah dan sulit digerakkan, beberapa bulan kemudian diikuti kelemahan pada
kaki kiri. Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal sedangkan status
neurogis memiliki gambaran pada kedua kaki hiperrefleks, hipertonus, refleks fisiologi
meningkat, dan ada reaksi patologis menggambarkan lesi UMN. Selanjutnya pada
pemeriksaan penunjang, MRI menggambar adanya massa pada intradural-ekstrameduler
vertebrae thorakalis VII. Diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini ialah Tumor Medula
Spinalis Intradural-Ekstramedular (Meningioma). Penatalaksanaan yang diberikan
merupakan tindakan laminektomi dan tumor removal. Prognosis pada pasien ini diharapkan
dapat dioptimalkan fungsi neurologisnya pasca operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam & victor.2000. Disease of spinal cord. Principles of neurology. New York ; Mc
GrewHill.
2. Basjirudin A. Darwin Amir.2008. Gangguan Medula Spinalis. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Saraf. Padang ;FK UNAND.
3. Groot D, Jack.1997. Sum-sum Tulang Belakang. Anatomi Korelatif. Jakarta ;EGC.
4. Waxman G. Sthepen. 2010. The Spinal Cord. Clinical neuro-anatomy 26th ed. New
York. Mc. GrewHill.
5. Baehr.2005. Spinal Cord Syndrome. Duss Topical Diagnosis in Neurology. New York:
Thieme Stuggard
6. Maharjo, Mahar.2008. Neurologi klinis dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
7. faouci et al.2008. Oncology and Hematology. Horissons principles of internal
medicine 17 th ed. The McGraw-Hill Companies, Inc
8. Kothbauer F. Learl et al. 2005. Management of Spinal Tumor. Neuro-Surgery