Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

TUMOR MEDULA SPINALIS

PEMBIMBING :
Dr. Gumar Jaya Saleh Sp. BS

DISUSUN OLEH :
Meilinda Vitta Sari S. Ked
NIM : 030.10.173

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH


RUMAH SAKIT OTORITA BATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 2 JUNI 8 AGUSTUS 2014
0

LEMBAR PENGESAHAN
Nama mahasiswa

: Meilinda Vitta Sari, S. Ked

NIM

: 030.10.173

Bagian

: Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah FK Universitas Trisakti

Periode

: 2 Juni 2014 8 Agustus 2014

Judul

: Tumor Medula Spinalis

Pembimbing

: dr. Gumar Jaya Saleh, Sp. BS

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :


Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Bedah di Rumah Sakit Otorita Batam.

Batam, Juli 2014

dr. Gumar Jaya Saleh, Sp. BS

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Tumor Medula Spinalis dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Otorita Batam periode 2 Juni 2014
8 Agustus 2014. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah pengetahuan
bagi kita semua tentang tumor medula spinalis.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dr. Gumar Jaya Saleh, Sp. BS selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus
ini, serta kepada dokter dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Otorita Batam. Penuli juga mengucapkan
terimakasih kepada rekan rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit
Otorita Batam serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Batam, Juli 2014


Penulis

Meilinda Vitta Sari

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................

Kata pengantar ........................................................................................................

Daftar isi .................................................................................................................

BAB I

Pendahuluan ....................................................................................

BAB II

Laporan Kasus .................................................................................

BAB III

Analisis Kasus ..............................................................................

19

BAB IV

Tinjauan Pustaka ..........................................................................

23

BAB V

Kesimpulan ......................................................................................

34

Daftar Pustaka ........................................................................................................

35

BAB I
PENDAHULUAN
Tumor medula spinalis merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi dan karena
itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit
ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah
dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya hanya bersifat lifesaving.
Jumlah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total
jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria dan wanita hampir sama
dengan sebaran usia antara 30 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen
servikal, 55% di segmen thorakal, dan 20% terletak di segmen lumbosakral. Sementara di
Indonesia belum ada data mengenai insidensi angka penderita tumor medula spinalis.
Tumor medula spinalis dibagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan sekunder. Tumor
primer merupakan tumor yang berasal langsung dari medula spinalis sedangkan tumor
sekunder merupakan anak sebar (metastasis) dari tumor di bagian tubuh lainnya. Tumor
medula spinalis umumnya bersifat jinak, onset gradual, dan dua per tiga pasien dioperasi
antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala-gejala dari tumor medula spinalis penting
diketahui karena dengan tindakan operasi sedini mungkin dapat mencegah kecacatan.

BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Nursalam Lumban Nahor

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 35 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status Pernikahan

: Sudah menikah

Suku/bangsa

: Indonesia

Alamat

: Bukit Seroja

Tgl. Masuk RS

: 12 Mei 2014

No. RM

: 34-92-74

Ruang

: Teratai (Kamar 4)

II. ANAMNESIS (autoanamnesis 3 Juni 2014 Pkl. 08.00 WIB)

Keluhan Utama
Kaki kanan terasa nyeri dan panas sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik syaraf RS Otorita Batam dengan keluhan utama kaki
kanan terasa nyeri dan panas sejak 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan dimulai dari
pinggang hingga telapak kaki. Nyeri dirasakan hilang timbul dan semakin terasa
apabila melakukan aktivitas, juga disertai kebas dan kesemutan. Karena nyerinya,
pasien mengaku sering tidur dalam posisi miring. Selain nyeri, pasien merasakan
nyeri dimulai dari pinggang hingga telapak kaki.Semenjak 2 tahun terakhir, pasien
mengaku rasa panas dan nyeri terasa semakin berat, dan merasa kaki kanan semakin
lemah dan sulit digerakkan, beberapa bulan kemudian diikuti kelemahan pada kaki
kiri. Pasien juga mengeluh kesulitan BAK dan BAB, tidak lancar. Tidak ada demam,

nyeri kepala ataupun muntah-muntah.


Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat trauma, hipertensi, diabetes mellitus, ataupun alergi obat/makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit serupa, keganasan, hipertensi, diabetes mellitus, ataupun

alergi obat/makanan.
Riwayat Kebiasaan
Tidak merokok ataupun minum minuman beralkohol. Pasien mengaku jarang makan

sayuran dan buah-buahan.


Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku hanya minum obat-obatan warung untuk mengurangi rasa nyeri.

III. PEMERIKSAAN JASMANI (3 Juni 2014 pukul 08.15 WIB)


a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Kesan sakit
: tampak sakit sedang
Kesan gizi
: baik
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 36,70C
Pernafasan
: 20x/menit
b. Status Generalis
Kepala
: normosefali, rambut berwarna hitam, distribusi merata, lebat,
tidak kering, dan tidak mudah dicabut.
Mata

Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Refleks cahaya
Lapang penglihatan
Lensa
Gerakan mata
Nistagmus

: tidak oedem
: tidak anemis, tidak pucat
: tidak ikterik
: isokor
: baik
: normal
: jernih
: tidak ada hambatan
: tidak ada

Telinga

Daun telinga
Liang telinga
Membran timpani
Cairan/perdarahan

: normotia
: lapang, serumen (-), tidak ada sumbatan
: intak, hiperemis (-), bulging (-)
: tidak ada

Hidung
Dorsum nasi

: perubahan bentuk (-), perubahan warna (-), oedem (-),

Vestibulum nasi
Kavum nasi
Konkha

krepitasi (-)
: sekret (-), furunkel (-), krusta (-)
: lapang, polip (-)
: eutrophi, oedem (-), hiperemis (-)

Mulut

Bibir
Palatum
Gigi geligi
Lidah
Faring
Tonsil

Trismus

: tidak kering, sianosis (-)


: normal
: lengkap
: tidak kotor
: tidak hiperemis, uvula di tengah
: T1-T1 tidak membesar, tidak hiperemis, kriptus (-),
detritus (-)
: tidak ada

Leher

Dada

Tekanan Vena Jugularis (JVP) : tidak dilakukan


Kelenjar tiroid : tidak membesar, tidak ada nyeri tekan
Kelenjar limfe : tidak membesar, tidak ada nyeri tekan
Kelenjar getah bening : tidak membesar, tidak ada nyeri tekan

Bentuk
Buah dada
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi

: datar, tidak cekung


: simetris, tidak ada retraksi puting susu
: simetris saat statis dan dinamis
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: tampak pulsasi iktus cordis 1 jari lateral dari


midklavikularis kiri
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: S1-S2 murni, reguler, gallop tidak ada, murmur tidak
ada

Abdomen
Inspeksi
: datar, simetris, smiling umbilikus (-), dilatasi vena (-)
Auskultasi
: bising usus 3x/menit
Palpasi
: nyeri tekan suprapubis, hepatosplenomegali (-)
Perkusi
: timpani
Ekstremitas
: akral hangat, tidak ada oedem, tidak ada deformitas
Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal
: tidak ada kelainan
Nervus kranialis (I-XII)
: tidak ada kelainan
Anggota gerak atas
Motorik

Kanan

Kiri

aktif

Aktif

+5

Pergeraka

Kekuatan

Trofi

eutrofi

Eutrofi

Tonus

normal

Normal

+5

Sensibilitas

Kanan

Kiri

Nyeri

+2

Kanan
+
+

+2

Refleks fisiologis

Bicep
Tricep

Kiri
+
+

Refleks patologis

Kanan
-

Hofman
Tromner

Kiri
-

Anggota gerak bawah


Motorik

Pergeraka

n
Kekuatan
Trofi
Tonus

Kanan
Kiri
Aktif dan pasif terbatas

+3
Eutrofi
Hipertonus

+3
Eutrofi
Hipertonus

Sensorik

Nyeri

Kanan
+1

Kiri
+1

Refleks fisiologis

Kanan

Kanan
+
+

Patela
Achilles

Hiperrefleks
Hiperrefleks

Kiri

Refleks patologis

Babinsky
Chadock

Kiri
+
+


IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium (12 Mei 2014)

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai
Rujukan

Hb
Eritrosit
Leukosit
Ht
Trombosit
LED
MCV
MCH
MCHC
Gol. darah

Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Chlor
GD Sewaktu

Darah Lengkap
11,5

g/dl
3,99

106/uL
7,08

103/uL
33,5

%
238

103/uL

mg/L
84,0

fL
28,8

pg
34,3

g/dL
B

Hitung Jenis Leukosit


0,3

%
3,1

%
55,8

%
32,2

%
8,6

Kimia Darah
15,5

mg/dL
0,87

mg/dL
138

meq/l
3,6

meq/l
103

meq/l
87

mg/dl

b. Pemeriksaan Rontgen
- Thoraks (22 Mei 2014)

11,0 16,5
3,8 5,8
4 11
35,0 50,0
150 450
0 10
80,0 97,9
26,5 33,5
31,5 35,0

01
05
46 -75
17 48
4 10
10 50
0,5 0,9
135 147
3,5 5,0
94 111
70 140

Deskripsi :
Sinus, diafragma, pleura dan cor baik
Aorta : tidak melebar
Pulmo : corakan bronkovaskuler dan
hilus baik, tidak tampak kesuraman di
kedua paru
Tulang-tulang dan soft tissue baik
Kesan :
Cor dan pulmo tidak tampak kelainan

- Thorakolumbal (13 Mei 2014)

Deskripsi :
Tidak adanya osteolitik pada tulang vertebrae

Kesan :
Tulang vertebrae tidak ada kelainan
c. MRI Thorako Lumbal (13 Mei 2014)

Deskripsi :
Tampak gambaran massa padat pada intadural-ekstramedular setinggi vertebra
thorakal VII.
Kesan :

Tumor Medula Spinalis Intradural-Ekstramedural Thorakal VII (Meningioma)

V. DIAGNOSIS KERJA

a. Diagnosis klinis
: Paraparese inferior tipe UMN

b. Diagnosis topik
: Medula spinalis setinggi segmen vertebra thorakal VII

c. Diagnosis etiologi : Tumor Medula Spinalis (intradular-ekstramedular)

VI. PENATALAKSANAAN

a. Non-medikamentosa
Rawat Inap
Tindakan operasi : Laminektomi dan tumor removal
Pemasangan kateter
Konsul internist dan anestesi

b. Medikamentosa
Infus 2A/8 jam
Dexametason 3x2 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Ranitidine 2x1 ampul
Neurobion 5000 1x1

FOLLOW UP
a. Pre-operasi

Tanggal 12 Mei 21 Mei 2014

S
: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada kaki kiri sepanjang dari pinggang
sampai telapak kaki. Selain itu, pasien juga mengeluh kaki kiri dan kanan lemah, sulit

digerakkan.
O
:
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 120/80 mmHg, HR : 84x/m, RR : 20x/m, suhu : 370C
Kepala : normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, dan distribusi merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher : KGB, tiroid, JVP dalam batas normal
Jantung : S1, S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/ Abdomen : supel, timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak oedem pada keempat ekstremitas
Status lokalis (keterangan dari dokter spesialis bedah saraf) :
1. Tanda rangsang meningeal : tidak ada kelainan
2. Nervus kranialis (I-XII) : tidak ada kelainan
3. Kekuatan motorik :
Kedua ektremitas atas : +5
Kedua ekstremitas bawah : +1
4. Sensorik :

Kedua ekstremitas atas : +2


Kedua ekstremitas bawah : +1

A
: Mielopati
Radikulopati
P
:
Dirawat inap di lantai 1 Teratai, kamar 4
Rontgen Thorakolumbal, MRI Thorakolombal
Konsul ke bedah syaraf
Medikamentosa :
Infus 2A/8 jam
Dexametason 3x2 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Neurobion 5000 1x1
Ranitidin 2x1 ampul

Tanggal 22 Mei 2014


S
: Nyeri dan panas sepanjang pinggang sampai telapak kaki pada dua kaki

dirasa mulai berkurang. Kedua kaki masih lemah dan sulit digerakkan.

O
:
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 120/80 mmHg, HR : 84x/m, RR : 20x/m, suhu : 370C
Kepala : normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, dan distribusi merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher : KGB, tiroid, JVP dalam batas normal
Jantung : S1, S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/ Abdomen : supel, timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak oedem pada keempat ekstremitas
Status lokalis (keterangan dari dokter spesialis bedag saraf) :
1. Tanda rangsang meningeal : tidak ada kelainan
2. Nervus kranialis (I-XII) : tidak ada kelainan
3. Kekuatan motorik :
Kedua ektremitas atas : +5
Kedua ekstremitas bawah : +1
4. Sensorik :
Kedua ekstremitas atas : +2
Kedua ekstremitas bawah : +1

A
: Tumor Medulla Spinalis Th VII

P
:
Rencanakan operasi tanggal 23 Mei 2014
Konsul ke dokter penyakit dalam dan dokter anestesi
Medikamentosa
Infus 2A/8 jam
Dexametason 3x2 ampul

Ketorolac 2x1 ampul


Neurobion 5000 1x1
Ranitidin 2x1 ampul

b. Operasi

Tanggal 23 Mei 2014

Hari
Tanggal

Nama Pasien

Umur

Bagian

Operator

Asisten

Operator

Instrumen

Diagnosis prabedah

Diagnosis
pasca-bedah

Nama
pembedahan

Sifat
pembedahan

Mulai

Lama

BS

Nomer MR

Jenis kelamin

Ny. Nursalam
Ahli Anestesi
An

Asisten
35 tahun

Anestesi

Teknik
Bedah saraf

Anestesi
Gumar Sp.

ASA

Jumat
23 Mei 2014

Yanti

Wiwik

Tumor Medulla Spinalis Th VII

Sesuai

Laminektomi dekompresi dan tumor removal

Elektif

08.00

Kelas

34-92-74
Perempuan
Satrio Sp.

Nagib
GA
-

Selesai

11.00

3 jam
pembedahan

a. Uraian Pembedahan :
Dilakukan a antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya.
Insisi linear sepanjang 7 cm, subkutis, sampai fascia, lalu dilanjutkan dengan
monopolar sampai mencapai lamina melalui dinding medial proc. Spinosus, dan otot
dan jaringan ikat dibersihkan sampai lamina bersih.

Dilakukan laminektomi, dan ligamentum flavum diangkat seluruhnya sampai


durameter terbebas sampai lateral, duramater agak tegang.
Insisi durameter sepanjang 3 cm, tampak massa tumor lunak berwarna abu-abu, dan

massa tumor dideseksi, dan diangkat seluruhnya.


Rawat perdarahan.
Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan satu buah vacum drain.

b. Intruksi/Terapi Pasca Pembedahan :


Infus Tutofusin : NaCl, 2:1
Ketesse 2 ampul dan Petidin 1 ampul/12 jam dalam NaCl 100cc
Ekstimon 3x1gr
Meticobalt 3x500mg
Kalnex 3x500mg
Ottozol 2x1

c. Post-operasi

Tanggal 24 Mei 5 Juni 2014

S
: Pasien mengaku nyeri yang dialami semakin berkurang, kaki tidak panas,
dan kedua
kaki mulai ada kekuatan untuk digerakkan.

O
:
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 110/70 mmHg, HR : 96x/m, RR : 20x/m, suhu : 36,70C
Kepala : normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, dan distribusi merata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
Leher : KGB, tiroid, JVP dalam batas normal
Jantung : S1, S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/ Abdomen : supel, timpani, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak oedem pada keempat ekstremitas
Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal
: tidak ada kelainan
Nervus kranialis (I-XII)
: tidak ada kelainan
Anggota gerak atas
Motorik

Kanan

Kiri

aktif

Aktif

+5

Pergeraka

Kekuatan

Trofi

eutrofi

Eutrofi

Tonus

normal

Normal

+5

Sensibilitas

Kanan
+2

Kanan
+
+

Nyeri

Kiri
+2

Refleks fisiologis

Bicep
Tricep

Kiri
+
+

Refleks patologis

Kanan
-

Hofman
Tromner

Kiri
-

Anggota gerak bawah


Motorik

Pergeraka

n
Kekuatan
Trofi
Tonus

Kanan
Kiri
Aktif dan pasif terbatas

+3
Eutrofi
Hipertonus

+3
Eutrofi
Hipertonus

Sensorik

Nyeri

Kanan
+1

Kiri
+1

Refleks fisiologis

Kanan

Kanan
+
+

Patela
Achilles

Hiperrefleks
Hiperrefleks

Kiri

Refleks patologis

Babinsky
Chadock

a. Pemeriksaan Laboratorium (24 Mei 2014)

Kiri
+
+

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai
Rujukan

Hb
Eritrosit
Leukosit
Ht
Trombosit
LED
MCV
MCH
MCHC
Gol. darah

Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

Darah Lengkap
11,9

g/dl
4,04

106/uL
16,9

103/uL
33,5

%
228

103/uL

mg/L
82,9

fL
29,5

pg
35,5

g/dL
B

Hitung Jenis Leukosit


0,1

%
0,1

%
85,8

%
7

%
7

11,0 16,5
3,8 5,8
4 11
35,0 50,0
150 450
0 10
80,0 97,9
26,5 33,5
31,5 35,0

01
05
46 -75
17 48
4 10

A
: Post operasi Laminektomi, tumor removal Medulla Spinalis Th VII
P
:
Observasi lanjut
Rencana pulang tanggal 5 Juni 2014, lanjutkan rawat jalan
Medikamentosa :
Cefixim 1 tab per oral
Meticobal 1 tab per oral
Bio ATP 1 tab per oral
Keren 1 tab per oral

BAB III
ANALISIS KASUS

Telah dirawat seorang pasien perempuan, usia 35 tahun di bangsal Teratai

Rumah Sakit Otorita Batam pada tanggal 12 Mei 2014 dengan :


Diagnosis klinis : Paraparese inferior tipe UMN
Diagnosis topik : Medula spinalis setinggi segmen vertebra thorakal VII
Diagnosis etiologi : Tumor Medula Spinalis Intradural-Ekstramedular

(Meningioma)
Dasar penegakan diagnosis berdasarkan :
a. Anamnesis
Pada pasien ini didapatkan keluhan kaki kanan terasa panas, seperti terbakar,

yang dirasa dari proksimal ke bagian distal kaki. Keluhan lain ialah nyeri, kebas, dan
kesemutan. Kemudian berangsur-angsur kaki kanan dirasa lemah dan sulit digerakkan, diikuti
juga kelemahan pada kaki kiri. Pasien juga mengeluh tidak lancar untuk BAB dan BAK.
Gejala-gejala ini pada awalnya dirasakan pasien masih cukup ringan, dan belum mengganggu
aktivitas sehari-hari. Namun semakin hari keluhan dirasa semakin berat. Selama ini pasien
mengatasi keluhannya hanya dengan minum obat-obatan warung untuk mengurangi rasa
nyeri.

Gejala klinis pada kompresi medula spinalis mencakup gangguan modalitas

sensorik (nyeri, kebas, kesemutan), motorik, dan otonom, dimana sifat dan luas gangguan
modalitas tersebut bergantung pada level medula spinalis yang terkompresi (cervical atas atau
bawah, thorakal atas atau bawah, lumbosakral), asal kompresi (dari luar atau dalam medula
spinalis), arah kompresi (anterior, lateral, atau posterior), dan kecepatan kompresi.

Gejala nyeri merupakan keluhan terbanyak yang membawa pasien berobat ke


dokter (65-85%). Gangguan nyeri yang timbul merupakan stimulasi disfungsi dari radiks
ventral ataupun radiks dorsalis medula spinalis. Nyeri yang terjadi dapat bersifat radikular
ataupun funikular. Nyeri radikular mempunyai karakteristik bersifat tajam, menyengat, dapat
dilokalisasi dan diperberat pada keadaan yang menyebabkan stretching, sedangkan nyeri
funikular bersifat difus, tidak dapat dilokalisasi dengan tepat, dan sering terasa panas. Pada
tumor medula spinalis, sifat nyeri yang timbul bergantung pada asal kompresi. Tumor
ekstradural dan intradular-ekstramedular biasanya menimbulkan sifat nyeri radikular (68%),

dimana nyeri ini merupakan keluhan utama dan sering terjadi selama beberapa bulan atau
tahun sampai diagnosis ditegakkan. Pada tumor intradular-intramedular sangat jarang
ditemukan nyeri radikular, biasanya nyeri bersifat funikular.

Pada pasien didapatkan sifat nyeri yang khas yaitu nyeri radikular berdasarkan
keluhan berupa kaki terasa nyeri dari proksimal ke distal, dapat dilokalisasi dengan tepat, dan
bertambah saat beraktivitas atau adanya streching pada kedua tungkai. Selain itu, rasa panas
yang dikeluhkan pasien juga menunjukkan adanya gangguan jaras sensorik suhu akibat
penekanan dari tumor medula spinalis. Setelah keluhan adanya panas dan nyeri pada kaki
yang dirasa oleh pasien, gejala sensorik lainnya yang timbul ialah adanya rasa kebas dan
kesemutan. Gangguan sensorik ini menunjukkan adanya disfungsi pada jaras spinothalamikus
akibat dari penekanan oleh tumor. Kemudian keluhan selanjutnya yang muncul ialah
gangguan motorik. Gangguan motorik yang dirasakan pasien ialah berupa kelemahan pada
kaki dan berangsur-angsur semakin berat hingga kaki semakin sulit digerakkan. Kelemahan
ini awalnya dirasakan pasien pada anggota gerak bawah ipsilateral kemudian berlanjut ke sisi
kontralateral. Hal ini menujukkan sudah terjadinya gangguan pada traktus piramidalis pada
pasien akibat penekanan oleh tumor.

Pada kebanyakan kasus, gangguan motorik merupakan gejala kedua yang


sering muncul setelah gangguan sensorik. Namun untuk membedakan tumor intramedular
dan ekstramedular dengan melihat gejala motorik sangat sulit karena kedua jenis tumor ini
akan menunjukkan sifat kelemahan motorik yang sama apabila sudah menyebabkan disfungsi
pada jaras kortikospinalis. Oleh karena ini, dari gejala klinis berupa gangguan sensorik
dengan melihat sifat nyeri yang khas lebih membantu membedakan asal kompresi pada
medula spinalis dibandingkan dengan melihat dari gangguan motoriknya. Gangguan motorik
pada medula spinalis biasanya bersifat Upper Motor Neuron (UMN), yaitu mengakibatkan
kelemahan motorik dan timbulnya spastisitas di bawah level lesi. Selaim itu, pada pasien juga
terdapat gangguan otonom berupa kesulitan dalam BAB dan BAK, dimana pasien mengaku
frekuensi yang tidak teratur saat BAK ataupun BAB. Hal ini menunjukkan akibat penekanan
tumor pada medula spinalis kemungkinan adanya gangguan jaras otonom yang mengontrol
BAK dan BAB.

b. Pemeriksaan fisik

Melalui pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status neurologis
didapatkan pada pasien ialah :
Pemeriksaan sensorik

Pada pemeriksaan sensorik, didapatkan pada kedua ekstremitas superior tidak


ditemukan adanya kelainan sensorik, sedangkan pada kedua ekstremitas inferior,
pasien tidak bisa membedakan nyeri tumpul atau tajam pada kedua tungkai dengan

lesi pada L2. Hal ini menunjukkan adanya hipoestesi pada kedua kaki.
Pemeriksaan motorik
Pada pemeriksaan motorik, didapatkan pada kedua ekstremitas superior tidak
ditemukan adanya kelainan motorik, sedangkan pada kedua ekstremitas inferior,
terlihat gerakan aktif pasif kedua kaki terbatas, kekuatan motorik pasien pada kedua
kaki bernilai 3 (dimana artinya pasien bisa mengangkat kedua kaki melawan gravitasi
tetapi tidak bisa melawan tahanan ringan), adanya hipertonus kedua kaki, tetapi tidak
ditemukan atrofi.
Refleks fisiologis
Pada pemeriksaan refleks fisiologis, di kedua ekstremitas superior didapatkan refleks
fisiologis (refleks biceps dan triceps), sedangkan pada kedua ekstremitas inferior
didapatkan adanya hiperrefleks.
Refleks patologis
Pada pemeriksaan refleks patologis, di kedua ekstremitas superior tidak didapatkan
refleks patologis (refleks Hofman dan Tromner), sedangkan pada kedua ekstremitas

inferior didapatkan adanya refleks patologis positif (Babinsky dan Chaddock).


Dari hasil pemeriksaan fisik, menunjukkan gejala-gejala lesi pada Upper

Motor Neuron UMN, antara lain : hipertonus, hiperrefleks, refleks fisiologis meningkat, dan
ditemukan adanya refleks patologis pada kedua ekstremitas inferior.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien terlihat gambaran foto polos memberikan


gambaran normal, tidak ditemukan adanya erosi pada tulang vertebra di wilayah sekitar
keberadaan tumor. Umumnya, tumor intradural-ekstramedular memiliki gambaran foto polos
normal dibandingkan foto polos pada tumor ekstradural yang sering memberikan gambaran
seperti pelebaran foramen intervertebral, erosi pedikel atau badan vertebra, dan pelebaran
jarak interpedikular. Selanjutnya, pada pemeriksaan dengan MRI, ditemukan adanya
gambaran massa padat pada intadural-ekstrameduler di vertebra thorakalis VII.

Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, terapi yang diberikan berupa terapi


causal dan terapi simtomatik. Terapi causal yang dilakukan ialah laminektomi dan tumor
removal pada medula spinalis vertebra thorakalis VII. Terapi simtomatik yang diberikan
setelah operasi ialah :

Infus Tutofusin : NaCl diberikan untuk memberikan elektrolit lengkap guna


memenuhi keadaan dehidrasi hipotonis, dimana banyak kehilangan cairan intraseluler

saat operasi dilakukan.


Kettese dan petidin merupakan analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri.
Ekstimon merupakan antibiotik yang diberikan untuk mencegah dan mengatasi

infeksi pasca operasi.


Meticobal merupakan bentuk aktif vitamin B12 yang diberikan untuk membantu

perbaikan kerusakan sel saraf dan meningkatkan pembentuk sel saraf baru.
Kalnex merupakan golongan obat asam traneksamat yang diberikan untuk membantu

menghentikan kondisi perdarahan pasca operasi.


Ottozol (pantoprazol) diberikan untuk menurunkan produksi asam di kelenjar
lambung yang bertanggung jawab mensekresi asam lambung.

Melihat keadaan umum pasien yang semakin membaik dari hari ke hari

setelah operasi, diharapkan kualitas hidup pasien dapat meningkatkan dan produktif kembali.
Edukasi yang diberikan ialah adanya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot
pada ekstremitas inferior sehingga pasien mampu berdiri dan berjalan seperti sediakala.
Selain itu adanya toilet training sehingga BAK dan BAK dapat kembali lancar. Terapi yang
sudah diberikan diharapkan dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi untuk pasien.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Tumor medula spinalis ialah tumor yang terdapat di daerah spinal, baik itu
pada daerah cervical, thorakal, lumbal, ataupun sakral. Tumor medula spinalis dapat
dibedakan menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dibagi lagi
berdasarkan sifatnya, yaitu jinak dan ganas. Tumor primer jinak dapat berasal dari
tulang, serabut saraf, selaput otak, ataupun jaringan otak sedangkan tumor jinak ganas

biasanya berasal daru jaringan saraf dan sel muda. Tumor sekunder merupakan anak
sebar atau metastasis dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis, dan
payudara.1

B. EPIDEMIOLOGI

Jumlah penderita tumor medula spinalis di Indonesia belum diketahui secara

pasti. Jumlah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari
total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi
sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir
sama dengan wanita dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan
25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal, dan 20% terletak di
segmen lumbosakral.2,3
Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependimoma,
astrositoma, dan hemangioblastoma. Ependimoma lebih sering didapatkan pada orang
dewasa pada usia pertengahan (30-39 tahun) dan jarang terjadi pada usia anak-anak.
Insidensi ependidoma kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari
ependydoma muncul pada daerah lumbosakral.6
Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh
pada medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering
pada tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular
yang tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada
anak-anak dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60%
dari astrositoma spinalis berlokasi di segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini
jarang ditemukan pada segmen torakal, lumbosakral atau pada conus medularis.
Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang tumbuh lambat dengan
prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula spinalis. Rata-rata
terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau syndrome
(VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel.
Rasio laki-laki dengan perempuan 1,8 : 1.4,5
Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah schwanoma, dan
meningioma. Schwanoma merupakan jenis yang tersering (53,7%) dengan insidensi
laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia 40-60 tahun dan tersering pada
daerah lumbal. Meningioma merupakan tumor kedua tersering pada kelompok

intradural ekstramedullar tumor. Meningioma menempati kira-kira 25% dari semua


tumor spinal. Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi pada segmen thorakal,
25% pada daerah servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada foramen magnum.4,5

C. KLASIFIKASI
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak maupun
ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastasis
dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, payudara, kelenjar
prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas
contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma, sedangkan yang bersifat
jinak contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.1

Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu: tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu
sendiri dibagi lagi menjadi tumor intramedular dan ekstramedular. Macam-macam
tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 1 (A) Tumor intradural intramedular, (B) Tumor intradural ekstramedular,


dan (C) Tumor Ekstradural

Sumber: http://www.draryan.com/Portals/0/spinal%20cord%20tumors.jpg

Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya


Ekstra dural

Intradural ekstramedular

Intradural
intramedular

Chondroblas
toma

Chondroma

Hemangiom
a

Astrocytoma

Ependymoma

Ganglioglioma

Hemangioblasto

Lipoma
Lymphoma

Meningioma

Ependimoma, tipe
myxopapillary

Metastasis

Neuroblasto

ma

Neurofibro

Meningioma

ma

Neurofibroma

Osteoblasto

Paraganglioma

Schwanoma

Osteochondr
oma

Lipoma

ma

ma

Epidermoid

Osteosarco

Hemangioma

Lipoma

Medulloblastoma

Neuroblastoma

Neurofibroma

Oligodendroglio
ma
Teratoma

ma

Sarcoma

Vertebral
hemangioma

D. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap
penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat
karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker
yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus
dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.7

Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi

kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat
genetik kemungkinan besar sangat berperan dalam peningkatan insiden pada anggota
keluarga (syndromic group) misal pada neurofibromatosis. Astrositoma dan
neuroependimoma merupakan jenis yang tersering pada pasien dengan
neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan pada
kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von
Hippel-Lindou Syndrome sebelumnya yang merupakan abnormalitas dari kromosom
3.6

E. MANISFESTASI KLINIS
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler,
nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler
merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan
disebut pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat
nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24% nyeri
funikuler, dan 16% nyerinya tidak jelas3. Nyeri radikuler dicurigai disebabkan oleh
tumor medula spinalis bila :

Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan disertai gejala traktus piramidalis


Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP seperti C5-7, L3-4, L5 dan
S1

Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor

yang terletak intradural ekstramedular, sedangkan tumor intramedular jarang


menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya
biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.3 Tumor-tumor intrameduler dan
intradural ekstrameduler dapat juga diawali dengan gejala tekanan intrakranial tinggi
seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual, muntah, papiledema, gangguan penglihatan,
dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor seperti neurinoma dan ependimoma
mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor yang dapat menghambat aliran
likuor di dalam kompartemen subarakhnoid spinal dan kejadian ini dikemukakan
sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis
dari neoplasma intraspinal primer.5

Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak

tumor di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh
yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada tumor
di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri yang
menyebar ke dada depan (girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat batuk, bersin,
atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen cervical dapat menyebabkan
nyeri yang dapat dirasakan hingga ke lengan, sedangkan tumor yang tumbuh pada
segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri punggung atau nyeri pada
tungkai.7

Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang

terihat dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis


Loka

si

Fora
men
Magn
um

Tanda dan Gejala

Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh


lambat sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal
dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai
dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis
kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK
(misal ; batuk, mengedan, mengangkat barang, atau bersin)
dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah
gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien
yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang
kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia
spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Gejalagejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus,
kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan neurologik
tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia,
rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga

N.XI, dan kelemahan ekstremitas.

Servi

kal

Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi


radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin
juga menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi
servikalis bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria
spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan
atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih
rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks
tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps).
Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan
bawah dan ibu jari pada kompresi C6 dan lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari
tengah.

Tora

Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan


pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami

kal

parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan


terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin
dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan
intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks
perut bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus menonjol
apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala
melawan suatu tahanan) dapat menghilang.

Lum
bosak
ral

Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus


tumor yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena
dekatnya letak segmen lumbal bagian bawah, segmen
sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat medula
spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal
bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun

menghilangkan refleks kremaster dan mungkin


menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas
tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan
refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. Nyeri
umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang melibatkan
lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian
atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum,
betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki.
Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang
disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih
merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral
bagian bawah.

Kaud

Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi.

Tnda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum

Ekui

atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai.

na

Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang


terkena dan terkadang asimetris.

Manifestasi Klinis Berdasarkan Asal Tumor :


1. Tumor Ekstradural
Sebagian besar merupakan tumor metastase yang menyebabkan kompresi pada
medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat merupakan gejala
awal pada 30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari, minggu atau bulan diikuti
dengan gejala mielopati. Nyeri biasanya >1 radiks, yang mulanya hilang dengan istirahat,
tetapi semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama,
walaupun terdapat gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor
metastase ini dapat terjadi spontan dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada
vertebrae. Nyeri demikian lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.

a. Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural5

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis keganasan


terutama dari paru-paru, payudara, ginjal, prostat, kolon, tiroid, melanoma,

limfoma, atau sarkoma.


Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi lokasi metastasis
tumor paru, payudara dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor prostat,

testis dan ovarium biasanya ke daerah lumbosakral.


Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level torakal, karena

diameter kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya 1 cm).


Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan

kadang menjalar (radikuler) serta menghebat pada penekanan atau palpasi.


2. Tumor Intradural Ekstramedular3
Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik progresif.
Kejadiannya 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak adalah neurinoma pada
laki-laki dan meningioma pada wanita.
a. Neurinoma (Schwannoma)
Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Berasal dari radiks dorsalis
Kejadiannya 30% dari tumor ekstramedular
2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya pada satu sisi
dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan gejala lanjut

terdapat tanda traktus piramidalis


39% lokasinya disegmen thorakal

b. Meningioma

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


80% terletak di regio thorakalis dan 60% pada wanita usia pertengahan
Pertumbuhan lambat
Pada 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan gejala
traktus piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri radikuler biasanya bilateral
dengan jarak waktu timbul gejala lain lebih pendek

3. Tumor Intradural Intramedular3,6

Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti

rasa terbakar dan menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan


seperti electric shock like pain (Lhermitte sign).

a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:

Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun

Wanita lebih dominan


Nyeri terlokalisir di tulang belakang
Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun
Nyeri disestetik (nyeri terbakar)
Menunjukkan gejala kronis

Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan

b. Astrositoma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Prevalensi pria sama dengan wanita


Nyeri terlokalisir pada tulang belakang
Nyeri bertambah saat malam hari
Parestesia (sensasi abnormal)

c. Hemangioblastoma
Memiliki karakter sebagai berikut :

Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun

Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak pada 1/3 dari
jumlah pasien keseluruhan.

Penurunan sensasi kolumna posterior


Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi

F. DIAGNOSIS7
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula
spinalis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah
a

ini.
Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,
dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh
cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok
sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan

paralisis yang komplit.


Foto Polos Vertebrae

Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan


ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai mata burung hantu pada tulang
belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping
badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca
c

prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.


CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan
terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga
dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang
berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan
melihat progresifitas tumor.

MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang
mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor
yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.

G. DIAGNOSIS BANDING6
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
Lumbar (Intervertebral) Disk Disorders
Mechanical Back Pain
Brown-Sequard Syndrome
Infeksi Medula Spinalis
Cauda Equina Syndrome
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksaan pada tumor medula spinalis, yaitu :
1. Operatif atau tumor removal
2. Konservatif, yaitu dengan pengobatan simptomatik berupa analgetik apabila pasien
merasakan nyeri dan pemberian kortikosteroid.
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular

adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total
dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural
intramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau
bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat

dan agresif secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi. Indikasi dari pembedahan ialah :
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau)
Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal)
Kegagalan radiasi (percobaan radiaso biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau
terdapat deteorisasi yang cepat), biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten

seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma


Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada tumor medula spinalis antara lain :
Paraplegi
Quadriplegi
Imfeksi Saluran Kemih
Kerusakan jaringan lunak
Komplikasi pernapasan
Komplikasi yang muncul akibat pembedahan, antara lain :
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi

foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.


J. PROGNOSIS
Tumor dengan gambaran histopatologidan klinis yang agresif mempunyai prognosis

yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus seperti ini.
Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam
waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada status preoperatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya usia (>60 tahun).

BAB V
KESIMPULAN

Seorang wanita, 35 tahun, datang dengan keluhan kaki kanan terasa nyeri

panas sejak 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan dimulai dari pinggang hingga telapak kaki.
Nyeri dirasakan hilang timbul dan semakin terasa apabila melakukan aktivitas, juga disertai
kebas dan kesemutan. Karena nyerinya, pasien mengaku sering tidur dalam posisi miring.
Selain nyeri, pasien merasakan nyeri dimulai dari pinggang hingga telapak kaki.Semenjak 2
tahun terakhir, pasien mengaku rasa panas dan nyeri terasa semakin berat, dan merasa kaki
kanan semakin lemah dan sulit digerakkan, beberapa bulan kemudian diikuti kelemahan pada
kaki kiri. Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal sedangkan status
neurogis memiliki gambaran pada kedua kaki hiperrefleks, hipertonus, refleks fisiologi
meningkat, dan ada reaksi patologis menggambarkan lesi UMN. Selanjutnya pada
pemeriksaan penunjang, MRI menggambar adanya massa pada intradural-ekstrameduler
vertebrae thorakalis VII. Diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini ialah Tumor Medula
Spinalis Intradural-Ekstramedular (Meningioma). Penatalaksanaan yang diberikan
merupakan tindakan laminektomi dan tumor removal. Prognosis pada pasien ini diharapkan
dapat dioptimalkan fungsi neurologisnya pasca operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam & victor.2000. Disease of spinal cord. Principles of neurology. New York ; Mc
GrewHill.
2. Basjirudin A. Darwin Amir.2008. Gangguan Medula Spinalis. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Saraf. Padang ;FK UNAND.
3. Groot D, Jack.1997. Sum-sum Tulang Belakang. Anatomi Korelatif. Jakarta ;EGC.
4. Waxman G. Sthepen. 2010. The Spinal Cord. Clinical neuro-anatomy 26th ed. New
York. Mc. GrewHill.
5. Baehr.2005. Spinal Cord Syndrome. Duss Topical Diagnosis in Neurology. New York:
Thieme Stuggard
6. Maharjo, Mahar.2008. Neurologi klinis dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
7. faouci et al.2008. Oncology and Hematology. Horissons principles of internal
medicine 17 th ed. The McGraw-Hill Companies, Inc
8. Kothbauer F. Learl et al. 2005. Management of Spinal Tumor. Neuro-Surgery

Principles and practice. Seatle : springer.

Anda mungkin juga menyukai