HALAMAN SAMPUL....
LEMBAR PENGESAHAN.....
ii
KATA PENGANTAR..
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1 PENDAHULUAN...
2.2. Anatomi.
2.3. Klasifikasi..
2.4. Etiologi..
2.5. Patofisiologi..
2.7. Diagnosa
11
2.9. Terapi
12
2.10. Prognosis.....
13
14
3.1. Kesimpulan
14
3.2. Saran..
14
DAFTAR PUSTAKA...
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tekanan intrakompartemen adalah faktor yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan vaskularisasi dan oksigenasi jaringan di dalam suatu kompartemen
tertutup. Tekanan kompartemen yang tinggi melebihi nilai ambang yang dapat di
toleransi maka akan menyebabkan gangguan vaskularisasi dan oksigenasi. Pada
keadaan yang normal kompartemen tungkai bawah mempunyai tekanan < 10 mmHg.
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan intertisial di dalam ruang yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen
osteofasial yang tertutup. Di mana ruangan tersebut berisi otot, saraf dan pembuluh
darah. Ketika tekanan intrakompartemen meningkat, perfusi darah ke jaringan akan
berkurang dan otot di dalam kompartemen akan iskemik. Secara tegas, saat sindrom
kompartemen tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis jaringan, gangguan
fungsi yang permanen dan jika semakin berat dapat terjadi gagal ginjal dan kematian.
Pada tahun 1872 Richard Von Volkmann mempublikasikan mengenai fraktur
suprakondilar akan diikuti oleh trauma pada syaraf dan kontraktur akibat sindrom
kompartemen. Walaupun fraktur pada tulang panjang merupakan penyebab tersering
dari sindrom kompartemen trauma lain juga dapat menyebabkan terjadinya sindrom
kompartemen. Kregor PJ, dkk dalam penelitian terhadap 31 penderita sindrom
kompartemen kruris, menemukan penyebab terbanyak adalah fraktur tibia dengan 19
fraktur tertutup dan 21 fraktur terbuka (17 fraktur plateau, 13 fraktur batang tibia dan
1 fraktur fibula). Sedangkan Mc Queen MM dan Court Brown CM menemukan 1
kasus sindrom kompartemen akut kruris pada 12 jam pertama dan 2 kasus pada 12
jam kedua akibat fraktur tibia. Sedangkan di Indonesia belum terdapat data yang pasti
mengenai sindrom kompartemen.
Adapun lokasi yang dapat mengalami sindrom kompartemen adalah di bagian
lengan bawah, lengan atas, perut, pantat dan seluruh ekstremitas bagian bawah.
Hampir semua cedera dapat menyebabkan sindrom kompartemen, termasuk cedera
akibat olahraga berat.
Gambaran klinis sindrom kompartemen seringkali tidak begitu jelas. Selama
ini untuk mendiagnosis sindroma kompartemen hanya berdasarkan gejala klinis, yaitu
Rumusan Masalah
- Apakah pengertian dari sindrom kompartemen?
- Apakah penyebab terjadinya sindrom kompartemen?
- Apa sajakah gambaran klinik dari sindrom kompartemen?
- Bagaimana proses terjadinya sindrom kompartemen?
- Bagaimanakah tatalaksana dan pencegahan sindrom kompartemen?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Umum
Tujuan umum dari pembuatan referat ini adalah untuk memberikan pengetahuan
mengenai sindroma kompatemen kepada para tenaga medis dan mahasiswa kepaniteraan
klinik bagian bedah.
1.3.2. Khusus
- Mengetahui pengertian dari sindrom kompartemen?
- Mengetahui penyebab terjadinya sindrom kompartemen?
- Mengetahui gambaran klinik dari sindrom kompartemen?
- Mengetahui proses terjadinya sindrom kompartemen?
- Mengetahui tatalaksana dan pencegahan sindrom kompartemen?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom Kompartemen
2.1 Definisi
triceps
brachii,
anconeus
dibatasi
oleh
tulang
humerus,
longus,
fleksor
carpi
ulnaris,
ekstensor
carpi
peroneus
tertius.
Dibatasi
oleh
tulang
tibia,
fibula,
Klasifikasi
Sindroma kompartemen dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
a. Sindrom Kompartemen Akut
Sindroma kompartemen akut merupakan suatu tanda kegawatan medis. Ditandai
dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat. Tekanan dalam
kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan tekanan pada
saraf, arteri dan vena sehingga tanpa penanganan yang tepat akan terjadi paralisis,
iskemik jaringan bahkan kematian. Penyebab umum terjadinya sindroma
kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri
dan luka bakar.
b. Sindrom Kompartemen Kronik
Sindroma kompartemen kronik bukan merupakan suatu kegawatan medis dan
seringkali dikaitkan dengan nyeri ketika aktivitas olahraga. Ditandai dengan
Etiologi
Terdapat berbagai penyebab yang dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal
yang kemudian memicu timbulnya sindrom kompartemen, tetapi terdapat 3
mekanisme yang seringkali mendasari terjadinya sindrom kompartemen, yaitu :
a. Peningkatan akumulasi cairan dalam ruangan kompartemen.
Merupakan mekanisme yang paling sering menyebabkan sindroma kompartemen.
Hal ini dapat disebabkan oleh :
-
Penyebab
lain
akumulasi
cairan
adalah
perdarahan
akibat
pemeberian
antikoagulan, infiltrasi cairan dalam ruang kompartemen, gigitan ular dan lain
lain.
b. Menyempitnya ruang kompartemen.
-
Jahitan tertutup pada fascia, sering terjadi pada atlit marathon dengan hernia
otot serta kerusakan fascia. Hernia biasanya bilateral dan berkembang pada
1/3 tungkai bawah pada kompartemen anterior dan lateral. Selama ini
seringkali dilakukan jahitan ketat pada hernia otot yang mengalami kerusakan
fascia. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan volume kompartemen
dan meningkatkan tekanan intra kompartemen sehingga menimbulkan
sindroma kompartemen akut.
-
Luka bakar derajat tiga, luka bakar mengurangai ukuran kompartemen dan
menimbulkan jaringan parut pada kulit, jaringan subkutan dan fascia menjadi
satu.
Intoksikasi obat, ketidak sadaran akibat penggunaan obat yang overdosis dapat
sindroma kompartemen bila orang tersebut berbaring dengan tungkai terjepit.
Tertekannya lengan serta tungkai menghasilkan peningkatan tekanan intra
kompartemen lebih dari 50 mmHg.
Penggunaan gips yang terlalu ketat, hal ini dapat menimbulkan tekanan
eksternal dikarenakan membatasi perkembangan dari kompartemen.
2.5.
Patofisiologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal
normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah
kapiler dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia jaringan. Tanpa
memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi
vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus
menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak
ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke
dalam kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.
Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. Bila
terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena meningkat, setelah itu aliran
darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga
akan terhenti sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal ini terus berlanjut,
maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan ireversibel
komponen tersebut. Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada sindrom
kompartemen, yaitu :
7
2.6.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada sindrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu :
1. Pain (nyeri). Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang
terkena,ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling
penting. Terutama jikamunculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik
8
Diagnosis
Diagnosis
klinik
sindroma
kompartemen
didasarkan
pada
Anamnesis
o Nyeri, pada sindrom kompartemen biasanya pasien akan mengeluhkan
nyeri. Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada
sindroma kompartemen. Nyeri yang bertambah dan khususnya meningkat
dengan gerakan pasif peregangan otot. Akan tetapi nyeri merupakan gejala
yang sangat subjektif karena kemampuan seseorang menahan rasa sakit
berbeda beda. Selain itu pengurangan fungsi sensoris seringkali
mengaburkan rasa nyeri yang terjadi.
o Perestesi. Parestesi merupakan gejala yang sering ditemukan pada
penderita sindroma kompartemen yang dalam keadaan sadar dan
kooperatif. Hal ini merupakan manifestasi klinis akibat defisit sensorik.
Pada awalnya defisit sensorik mengakibatkan paresthesia akan tetapi lama
Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi
Pada inspeksi dapat ditemukan di daerah yang sakit terlihat bengkak, kulit
tampak berwarna pink dan pasien tampak kesakitan.
o Palpasi
Pada palpasi didapatkan beberapa tanda khas dari sindroma kompartemen,
yakitu : pain, pulse present dimana perabaan pulsasi pada daerah distal
biasanya masih bisateraba, parestesi pada daerah distribusi saraf perifer
dan menurunnya sensasi pada kulit daerah yang terkena, serta tegang dan
bengkak pada daerah yang terkena.
Pemeriksaan Penunjang
o Foto Rontgen, untuk mengetahui apakah terdapat fraktur pada tulang atau
tidak yang berguna untuk mengetahui asal dari rasa nyeri.
o Arteriografi, untuk mengetahui ada atau tidak cedera pada arterinya
o Pengukuran Tekanan Kompartemen. Pengukuran tekanan secara langsung
adalah gold standard dalam menegakkan diagnosa sindroma kompartemen.
Pengukuran tekanan kompartemen dapat dilakukan 2 kali, yaitu sebelum
dan setelah latihan dan tidak semua kompartemen biasanya diuji, tetapi
tergantung pada berapa banyak tempat yang dirasakan sakit oleh
pasien. Normalnya tekanan kompartemen adalah nol. Perfusi yang tidak
adekuat dan iskemia terjadi ketika tekanan meningkat antara 10 30
10
mmHg dari tekanan diastolik. Tidak ada perfusi yang efektif ketika
tekanannya sama dengan tekanan diastolik. Selama tekanan pada salah
satu kompartemen kurang dari 30 mmHg (tekanan pengisian kapiler
diastolik), maka tidak perlu khawatir tentang terjadinya sindroma
kompartemen. Tes dianggap positif jika memiliki tekanan 15 mmHg
sebelum latihan atau 30 mmHg setelah latihan selama 1 menit atau 20
mmHgsetelah latihan selama 5 menit.
2.8.
Diagnosa Banding
Diagnosis yang paling sering membingungkan dan sangat sulit dibedakan
dengan sindrom kompartemen adalah oklusi arteri dan kerusakan saraf primer dengan
beberapa ciri yang sama.
-
Claudikasio Intermitten
Merupakan nyeri otot atau kelemahan otot pada tungkai bawah karena latihan
dan berkurang dengan istirahat, biasanya nyeri berhenti 2 5 menit
setelah beraktivitas. Hal ini disebabkan oleh adanya oklusi atau obstruksi pada
arteri
bagian proksimal
yang
tidak
disertai
peningkatan
tekanan
intrakompartemen.
-
Fraktur Stress
Merupakan kelainan tulang yang diakibatkan adanya stress yang kecil
dan berulang ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan.
Ditandai dengan gejala klinis nyeri lokal pada waktu pergerakan serta nyeri
tekan setempat bila beraktivitas, kadang terjadi pembengkakan.
2.9.
Terapi
11
kasus
gigitan
ular
berbisa,
pemberian
anti
racun
dapat
dan diperiksa lagi pada jam jam berikutnya, kalau keadaan tungkai membaik
evaluasi klinik yang berulang ulang dilanjutkan hingga bahaya terlewati. Kalau
tidak ada perbaikan atau kalau tekanan kompartemen meningkatmaka harus
segera dilakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi
adalah 6 jam. Indikasi untuk melakukan operasi dekompresi, antara lain :
o Adanya tanda tanda sindrom kompartemen seperti nyeri hebat.
o Gambaran klinik yang meragukan dengan resiko tinggi (pasien koma,
pasien dengan masalah psikiatrik dan dibawah pengaruh narkoba), dengan
tekanan jaringan > 30mmHg.
2.10.
Prognosa
Sindroma kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek,
toleransi ototuntuk terjadinya iskemia adalah 4 jam. Kerusakan irreversible terjadi
bila lebih dari 8 jam. Jika diagnosa terlambat dapat menyebabkan trauma syaraf dan
hilangnya fungsi otot. Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir
20% pasien mengalami defisit motorik dan sensorik yang persisten.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasial
13
volume
kompartemen,
peningkatan
tekanan
kompartemen,
dan
operatif
untuk membebaskan
cairan
yang
terperangkap
di dalam
kompartemen. Selain melalui gejala dan tanda yang timbul, penegakan diagnosa
sindrom kompartemen dilakukan dengan pengukuran tekanan kompartemen. Dimana
tindakan fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30 mmHg.
Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan
diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi
terus dilakukan hingga fase berbahaya terlewati. Prognosis bisa baik sampai dengan
buruk, tergantung seberapa cepat penanganan dari sindrom kompartemen.
3.2.
Saran
Petugas kesehatan hendaknya mampu menegakkan diagnosis secara tepat dan
dapat mengambil keputusan untuk segera menindak lanjuti dimana seseorang di
diagnosa menderita sindroma kompartemen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia,
the
gree
ensyclopedia.
Compartment
syndrom,
available
at
Plus
(2008).
Compartement
syndrome.
Available
14
at
3. Konstantakos EK, Dalstrom DJ, Nelles ME, Laughlin RT, Prayson MJ (December
2007)."Diagnosis
and
management
of
extremity
compartment
syndromes:
an
(2009).
Compartment
syndrome,
Extremity
Available
at
"emedicine:compartmentsyndrome". http://www.emedicine.com/EMERG/topic739.htm.
(Diunduh bulan Mei 2014).
5. Undersea and Hyperbaric Medical Society. "Crush Injury, Compartment syndrome,
andother
Acute
Traumatic
Ischemias".
Available
at
syndrome,
Available
at
syndrom,,
Available
at
syndrom,http://emedicinemedscape.com/article/1269081-o...
15