PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Invaginasi
merupakan
suatu
keadaan
dimana
bagian
12
jam
setelah
kejadian,
sehingga
sebagian
besar
pengetahuan
orang
menyebabkan
tua
penderita
keterlambatan
tentang
memeriksakan
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
dan
memahami
patofisiologi
dari
invaginasi.
7. Untuk mengetahui dan memahami WOC dari invaginasi.
8. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinik dari
invaginasi.
9. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari
invaginasi.
10.
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
dari invaginasi.
2 | Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi
masuk
ke
dalam
usus
berikutnya.
Biasanya
bagian
usus
di
bagian
belakangnya,
terjadi
jepitan
usus,
adalah
keadaan
masuknya
segmen
usus
ke
intususepsi
terjadi
bila
sebagian
saluran
cerna
3 | Page
dengan
infeksi
adenovirus
bersama-sama
invaginasi.
5. Invaginasi yang terjadi pada umur lebih dari 2 tahun,
biasanya
disertai
adanya
divertikel
Meckel,
polip,
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pada lokasi invaginasi:
1. Ileocaecal
: Ileum masuk ke dalam colon ascendens
pada katub ileocaecal.
2. Ileocolic : Ileum (akhir dari usus kecil ) masuk ke dalam
colon.
3. Colocolic: Colon masuk ke dalam colon.
4. Ileo-ileo : Usus kecil masuk ke dalam usus kecil.
2.5
Pathogenesis
dan
segmen
usus
yang
masuk
disebut
5 | Page
Patofisiologi
pada
dewasa
pada
intinya
adalah
gangguan
motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian usus
yang bergerak bebas
usus
menyebabkan
yang
masuk
dinding
usus
kesegmen
yang
usus
terjepit
lainnya
akan
sehingga
akan
dan
tertariknya
mesenterium.
Edema
dan
tidak
jarang
berakibat
lepasnya
terjadi
bagian
gangren.
yang
Gangren
mengalami
dapat
prolaps.
6 | Page
akan
menimbulkan
gangguan
pasase
usus
7 | Page
2.7
WOC
2.8
Manifestasi Klinis
16.
stool ).
17. Kemudian
berangsur-angsur
defekasi
bercampur
Penatalaksanaan Medis
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyokong pada invaginasi anak
adalah; BAB berdarah dan pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan darah/lendir, teraba mass pada abdomen. Bila ada
febris, harus di pikirkan telah terjadi nekrosis usus.
Gejala invaginasi pada neonatus, berbeda dengan gejala pada
bayi yang lebih besar, pada neonatus gejala yang utama adalah
obstruksi usus, sedangkan kolik dan massa abdomen jarang
ditemukan. Massa sering teraba pada bagian atas abdomen,
seperti sosis dan pada abdomen kanan bawah tak teraba usus
(kosong) yang dikenal sebagai Dances Sign
Walaupun jarang, invaginasi kadangkadang dapat diraba dari
anus dan keadaan ini harus dibedakan dengan prolapsus recti.
Pada invaginasi pasca bedah, gejala klinis dan radiologis tidak
khas dan biasanya berupa gejala obstruksi ileus. Invaginasi
kronis biasanya terjadi berulang, hilang timbul lebih dari 2
minggu, sering disertai enteritis akut dan terjadi pada anak yang
lebih besar.
B. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dengan Barium enema dan atau USG
akan sangat membantu dalam menegakkan diagnose invaginasi.
Foto abdomen 3 posisi biasanya normal, kadang didapatkan
gambaran dilatasi ringan bagian proksimal usus atau tidak
tampak
gambaran
udara
pada
abdomen
kanan
bawah.
Sedangkan pada keadaan invaginasi yang lanjut, tampak tandatanda ileus obstruktip dan bayangan massa.
C. Foto Polos Abdomen
Gambaran foto polos sebagai berikut:
9 | Page
B. Ultrasonografi (USG)
Pada scan transversal (potongan melintang) dari invaginasi,
USG memberikan gambaran khas berupa targets appearance
atau gambaran seperti kue donat.
ukuran
16
Fr,
11 | P a g e
tersebut
tidak
boleh
diberikan
tekanan
hidrostatik
dipertahankan.
Jika
dan
ternyata
tidak
ada
kemajuan,
dilakukan
kemajuan,
maka
tekanan
hidrostatik
di
3. Distensi abdomen.
4. Rontgenologis terdapat udara bebas atau cairan bebas
dalam rongga abdomen.
5. Umur penderita lebih dari 14 tahun
6. Timbulnya gejala invaginasi telah lebih dari 24 jam
7. Keadaan umum penderita sangat jelek Angka keberhasilan
pengobatan dengan tekanan hidrostatik ini berkisar antara
50- 95%.
Keuntungan pengobatan dengan tekanan hidrostatik tersebut
adalah:
1. Morbiditasnya kecil
2. komplikasi akibat
pembiusan
dan
pemdehan
dapat
dihindarkan
3. Proses penyembuhan lebih cepat dan ringan
4. Perawatan menjadi lebih singkat
5. Biaya lebih murah
Sedangkan kerugiannya:
1. Angka kekambuhan lebih tinggi
2. Adanya penyebab invaginasi yang kecil dapat tak terlihat
3. Pada jenis ileo-ileocolica, maka bagian ileo-colica dapat
tereponir sedangkan bagian ileo-ileal tak tereponir oleh
karena adanya ileo-caecal valve
4. Kehilangan waktu yang baik untuk operasi pada kegagalan
reposisi/pada reposisi yang tak sempurna.
Pengobatan Secara Operatif dilakukan pengobatan secara
operatif bila:
1.
2.
3.
4.
5.
13 | P a g e
diikuti
dengan
double
enterostomi
secara
Mikulicz
2.10 Aplikasi Teori
1. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik secara rutin.
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga
tentang gejala.
3. Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pasca operasi.
4. Observasi perilaku anak.
5. Observasi adanya manifestai intususepsi :
a. Nyeri abdomen akut (tiba-tiba) :
1. Anak berteriak dan menarik lutut ke dada.
2. Anak tampak normal dan nyaman selama interval di antara episode
nyeri.
3. Muntah.
4. Letargi.
5. Keluarnya feses seperti jeli merah (feses bercampur darah dan mucus).
6. Abdomen lunak (pada awal penyakit).
7. Nyeri tekan dan distensi abdomen (penyakit lanjut).
8. Massa berbentuk sosis yang dapat diraba dikuadran kanan atas.
9. Kuadran kanan bawah kosong (tanda dance).
10. Demam, prostasi dan tanda-tanda lain peritonitis.
6. Observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis :
1. Diare.
2. Anoreksia.
3. Penurunan berat badan.
4. Muntah (kadang-kadang).
5. Nyeri periodik.
6. Nyeri tanpa gejala lain (pada anak yang lebih besar).
2. Diagnosa keperawatan
A. Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena faktor biologi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.
7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelainan absorbsi
cairan.
8. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
14 | P a g e
15 | P a g e
berhubungan
16 | P a g e
b. Kaji
kemampuan
klien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
a.
b.
c.
d.
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
e. Pergerakan tulang
f. Keseimbangan posisi tubuh
e. Skala :
a. dibantu total
b. memerlukan bantuan orang lain dan alat
b. memerlukan bantuan orang lain
c. dengan bantuan
d. Mandiri
f. NIC : Perubahan Posisi
a. Pantau ketepatan pemasangan traksi
b. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
c. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
d. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan
puntung amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang
terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang
terkena).
e. Dukung latihan ROM aktif.
a. Dx 6 : Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.
b. Tujuan : Konstipasi pasien menurun, dengan pola eliminasi yang
diharapkan, feses lunak dan berbentuk dan mengeluarkan feses tanpa
bantuan.
c. Kriteria hasil :
a. Anak menunjukkan
pengetahuan
program
defekasi
yang
17 | P a g e
a. Campurkan sereal kulit padi kedalam sereal lain jika anak tidak
menyukainya. Tawarkan jus buah prem dan campurkan dengan jus
lain atau air jika mereka tidak menyukainya.
b. Ajarkan orang tua ketika mereka baru memulai latihan eliminasi
(toilet training) untuk mengawasi, menahan defekasi secara
volunter yang merupakan penyebab umum konstipasi pada anak.
c. Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi
akibat kadar cairan yang tidak normal atau tidak diinginkan.
d. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan
cairan (kolaborasi).
a. Dx 7 : Resiko kekurangan volume cairan b.d kelainan absorbsi
cairan.
b. NOC : Keseimbangan cairan
c. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat
d. Kriteria hasil:
a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal
b. Elektrolit serum dalam batas normal
c. Tidak ada mata cekung
d. Tidak ada hipertensi ortostatik
e. Tekanan darah dalam batas normal
e. Skala :
a. Tidak pernah menunjukkan
b. Jarang menunjukkan
c. Kadang menunjukkan
d. Sering menunjukkan
e. Selalu menunjukkan
f. NIC : Manajemen Cairan
a. Pertahankan intake & output yang adekuat
b. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
c. Monitor status hemodinamik
d. Monitor intake & output yang akurat
e. Monitor berat badan
a. Dx 8 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan malnutrisi.
b. NOC : Physical Aging Status
c. Tujuan : Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
normal sesuai usianya.
d. Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
e. Skala :
a. Ekstrem
b. Berat
c. Sedang
d. ringan
e. tidak ada
f. NIC : Developmental Enhancement
18 | P a g e
aktivitas
motorik/verbal pasien
e. Berikan reinforcement positif
a. Dx 9
ekskresi berlebih.
b. NOC : Integritas Kulit
c. Tujuan : Diharapkan integritas kulit pasien baik (lembab, tidak terjadi
lesi).
d. Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
b. Tidak ada luka.
c. Pefusi jaringan baik.
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami.
e. Skala :
a. Tidak pernah menunjukkan
b. Jarang menunjukkan
c. Kadang menunjukkan
d. sering menunjukkan.
e. selalu menunjukkan.
f. NIC : Pressure Management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar.
b. Jaga kebersiha kulit agar tetep bersih dan kering.
c. Monitor adanya kemerahan.
d. Oleskan lotion pada daerah yang tertekan.
e. Monitor aktivitas pasien.
a. Dx 10 : Konflik pengambilan keputusan b.d kurang informasi yang
b.
c.
d.
e.
f.
relevan
NOC : Decision Making
Tujuan : Diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil :
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Skala :
a. Tidak menunjukkan
b. Jarang menunjukkan
c. Kadang menunjukkan
d. sering menunjukkan
e. selalu menunjukkan
NIC : Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian
alternatif lain
19 | P a g e
f.
g.
a.
b.
c.
d.
20 | P a g e
pasien
Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien
Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga
Berikan harapan yang realistik
Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga
Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien.
mengenai
keperluan
untuk
penambahan
informasi
perawatan anak
b. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
c. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
e. Skala :
a. Tidak mengetahui
b. Terbatas pengetahuannya
c. Sedikit mengetahui
d. Banyak pengetahuannya
e. Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
f. NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
g. Intervensi
:
a. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah /
meningkatkan motivasi pengobatan anaknya.
b. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya
pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku
kesehatannya.
c. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
d. Mengikutsertakan keluarga (bila memungkinkan)
dalam
21 | P a g e
22 | P a g e
BAB III
APLIKASI KASUS
Anak M usia 4 tahun menangis sambil memegang perut sebelah kanan bagian
bawah saat MRS bersama ibunya. Dibawa ke RS dengan keluhan konstipasi, muntah,
kembung, distendi abdomen dan demam. Ibu Sinta mengatakan anaknya sering
menangis saat nyeri timbul, rewel, muntah saat minum susu, dan tidak mau makan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, N : 110x/menit, Suhu : 40C, RR : 18x/menit,
pucat, perut kembung, dan nyeri hilang-timbul.
3.1
I.
PENGKAJIAN
Data Umum
Nama
Ruang
No. Registrasi
Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku bangsa
Bahasa
Alamat
Penanggung jawab
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Golongan darah
Tanggal MRS
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
: Anak M
: Hero
: 00
: 4 tahun
: Laki-laki
: Agama
: Indonesia
: Indonesia
:: Ibu Sinta
: Sarjana
: Wartawan
:O
: 20 November
: 20 November
: Invaginasi
II.
Data Dasar
1. Keluhan Utama :
a. Konstipasi
b. Muntah
c. Kembung
d. Demam
2. Alasan masuk rumah sakit:
Ibu Sinta khawatir dengan kondisi anaknya yang semakin parah.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Invaginasi.
4. Riwayat kesehatan dahulu:
Tidak ada.
5. Riwayat kesehatan keluarga:
Tidak ada.
III.
23 | P a g e
5. Riwayat alergi
6. Imunisasi
IV.
: Tidak ada.
: 5x.
:
:
:
:
Normal.
Normal.
Normal.
Sedikit lancar.
V.
Riwayat Sosial
1. Pengasuh
: Ayah dan ibu.
2. Hubungan
: Orang tua.
3. Pembawaan secara umum
:4. Lingkungan rumah
: Damai dan tentram
VI.
sangat menjaga
tentang
pentingnya kesehatan.
2. Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas
Mandi
Berpakaian
Eleminasi
Mobilisasi
2
x
x
x
di
tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Makan
dan
minum
Gosok gigi
x
x
x
x
x
x
Sebelum sakit
2 jam
Saat sakit
1 jam
siang
Jumlah jam tidur
8 jam
6 jam
Menyanyi
10 jam
Minta susu
Tidak ada
7 jam
Nyeri
malam
Pengantar tidur
Total tidur
Gangguan tidur
BB
24 | P a g e
pemeriksaan
sakit
20
November
17 kg
15 kg
2014
2. Tinggi badan
: 104 cm
3. Kebiasaan pemberian makanan
Keterangan
Frekuensi
Jenis
Sebelum sakit
3x sehari
Nasi, Sayur,
Lauk
Sedang
3x
-
Porsi
Total konsumsi
Keluhan
Saat sakit
1x sehari
Bubur
Sedikit
1x
Mual dan
muntah
4. Diit khusus
: Tidak ada.
5. Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS
setempat)
Dehidrasi
Keterangan
Intake
cairan
Total
output
Susu, air
-
Cairan
-
Tanda
dehidrasi
Muntah
-
produksi
urin
6. Pola eliminasi
Eliminasi urin
Keterangan
Frekuensi
Pancaran
Jumlah
Bau
Warna
Perasaan setelah
BAK
Total
produksi
Sebelum sakit
5x sehari
Sedang
Pesing
Kuning
-
Saat sakit
2x sehari
Sedikit
Pesing
Kuning pekat
-
urin
Eliminasi Alvi
Keterangan
frekuensi
Konsistensi
Bau
warna
Sebelum sakit
2x
Sedang
Coklat
Saat sakit
-
25 | P a g e
keemasan
7. Pola
8. Pola
9. Pola
10.
11.
12.
Keterangan
Nilai khusus
Praktik ibadah
Pengetahuan
tentang
praktik
ibadah
selama
Sebelum sakit
Berdoa
-
Saat sakit
Berdoa
sakit
VII.
13.
Pola aktifitas bermain
: Normal
Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1. Status kesehatan umum
: Lemah
Keadaan/ penampilan umum
: Pucat, lesu, dan gelisah.
Kesadaran
: Compos mentis
BB sebelum sakit
: 17 kg
BB saat ini
: 15 kg
BB ideal
: 16,5kg
Perkembangan BB
: Menurun
Status gizi
:Tanda-tanda vital :
a. TD
: 160/60mmHg
b. N
: 110x/menit
c. Suhu
: 40C
d. RR
: 18x/menit
2. Pemeriksaan fisik (B1-B6)
a. B1 (breathing) : Cuping hidung, sesak
b. B2 (Bleeding) : Tekanan darah normal
c. B3 (Brain)
: Compos mentis
d. B4 (Bladder) : Mengeluarkan 300 cc
e. B5 (Bowel)
: Nyeri dan kembung
f. B6 (Bone)
:3. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium : 2. Radiologi
:4. Terapi
1. Oral
:2. Parenteral
:3. Lain-lain
:-
3.2 DIAGNOSIS
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna,
mengabsorpsi makanan karena faktor biologis
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus
26 | P a g e
2.
Data
DS : - anak menangis sambil
Problem
Nyeri akut
Etiologi
Agen-agen
memegang perutnya.
penyebab cedera
(biologis ; proses
timbul.
DS : - anak dengan keluhan
Ketidakseimbangan
penyakit).
Tidak mampu dalam
muntah.
nutrisi
memasukkan,
DO : - Lemas.
mencerna,
mengabsorpsi
makanan karena
3.
Konstipasi
konstipasi.
4.
faktor biologis.
Kelemahan otot
abdomen
DO : - Perut kembung
DS : -anak dengan keluhan
Hipertermia
Proses inflamasi
DO : -suhu 40C
DS :-anak dengan keluhan
Kekurangan volume
Kelainan absorpsi
muntah,
cairan
cairan
demam.
5.
3.3
INTERVENSI
No.
DX
5.
(NOC)
Tujuan :
Intervensi (NIC)
1. Berikan pereda
nyeri dengan
manipulasi
lingkungan (mis,
ruangan tenang,
batasi pengunjung).
2. Berikan analgesik
sesuai ketentuan
Rasional
1. Untuk
menentukan
keefektifan obat.
2. Untuk
meyakinkan
pengurangan
nyeri yang
adekuat.
27 | P a g e
gerakan yang
mengejutkan seperti
membentur tempat
Skala :
a.
b.
c.
d.
e.
(kolaborasi).
3. Cegah adanya
Ekstrim
Berat
Sedang
Ringan
Tidak ada
tidur.
4. Kompreskan air
hangat pada dahi.
3. Untuk
menurunkan
ketegangan atau
spasme otot dan
untuk
mendistribusikan
kembali tekanan
pada bagian
tubuh.
4. Untuk
meminimalkan
atau mengurangi
2.
Tujuan :
1. Campurkan sereal
nyeri.
1. Kebanyakan
pasien
mengalami
tidak menyukainya.
penurunan tonus
otot intestinal
berbentuk dan
prem dan
dan penurunan
campurkan dengan
kekuatan otot
bantuan.
abdomen, yang
Kriteria hasil :
mereka tidak
mengakibatkan
a. Anak menunjukkan
pengetahuan
program defekasi
yang dibutuhkan
untuk mengatasi efek
samping obat.
b. Melaporkan
keluarnya feses
menahan defekasi
disertai
secara volunter
berkurangnya nyeri
yang merupakan
dan mengejan.
penyebab umum
Skala :
a.
b.
b.
c.
d.
menyukainya.
2. Ajarkan orang tua
konstipasi pada
Ekstream
Berat
Sedang
Ringan
Tidak Ada
anak.
3. Meningkatkan
keseimbangan
cairan dan
peristaltic
melambat, feses
kering, dan
penurunan
kemampuan
mengejan ketika
defekasi.
Makanan tinggi
serat menyuplai
bulk untuk
menciptakan
eliminasi yang
normal dan
meningkatkan
tonus otot
28 | P a g e
mencegah
komplikasi akibat
intestinal.
2. Penting untuk
berespons
terhadap
keinginan
tidak diinginkan.
4. Konsultasikan
defekasi secara
tepat waktu
untuk
untuk
meningkatkan serat
mempertahankan
dan cairan
fungsi fisiologis
(kolaborasi).
normal dan
untuk
menghindari
tekanan dan
ketidaknyamana
n pada saluran
pencernaan
bawah.
3. Asupan cairan
tidak adekuat
menyebabkan
feses keras dan
konstipasi.
Pemantauan
keseimbangan
cairan yang
adekuat dan
meningkatkan
eliminasi.
4. Untuk
menghindarkan
pasien
mengonsumsi
makanan yang
tidak
Tujuan :
Dalam
1. Berikan
waktu
2x24
makanan 1.
yang terpilih
diperbolehkan.
Untuk
meningkatka
29 | P a g e
jam,
Diharapkan
kebutuhan
nutrisi
pasien
kemampuan
klien
untuk
makan
yang
pasien.
2. Untuk
terpenuhi.
mendapatkan
Kriteria hasil :
nutrisi
a. Adanya
peningkatan
BB sesuai tujuan
b. BB ideal sesuai tinggi
badan
c. Mampu
dibutuhkan
3. Berikan makanan
sedikit tapi sering
4. Berikan makanan
selagi hangat dan
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda
dalam
bentuk
menarik.
5. Monitor
jumlah
nutrisi
malnutrisi.
dan
kandungan kalori.
Skala :
2. Kaji
a. Selalu dilakukan
b. Sering dilakukan.
c. Kadang-kadang
nafsu
mengkaji zat
gizi
yang
dikonsumsi
dan
suplemen
yang
diperlukan.
3. Untuk
menurunkan
diare
dan
meningkatka
n absorpsi.
4. Untuk
dilakukan
d. Jarang dilakukan.
e. Tidak pernah
meningkatka
n
nafsu
makan
pasien.
5. Untuk
mengkaji zat
gizi
yang
dikonsumsi
dan
suplemen
yang
3.
diperlukan.
1. Pertahankan intake 1. Untuk
Tujuan :
Dalam
jam,
waktu
Selama
keperawatan
2x24
proses
diharapkan
output
adekuat
2. Monitor
hidrasi
mukosa
adekuat)
3. Monitor
Kriteria hasil :
output
&
batas
yang
status
mengembalik
an kehilangan
cairan.
(membran 2. Membran
yang
status
hemodinamik
4. Monitor
berat
mukosa yang
kering
merupakan
suatu
tanda
30 | P a g e
normal
b. Elektrolit serum dalam
dehidrasi.
3. Tindakan ini
badan
mendorong
batas normal
c. Tidak ada mata cekung
d. Tidak ada hipertensi
kertelibatan
pasien dalam
ortostatik
e. Tekanan darah dalam
perawatan
batas normal
personal.
4. Pengukuran
berat
badan
setiap
hari
dapat
membantu
memperkirak
an
4.
Tujuan :
waktu
2x24
jam,
Pasien
tidak
mengalami
menunjukkan
berlebihan.
Suhu
tubuh
dalam
rentang normal
b. Nadi dan RR dalam
rentang normal
c. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
pusing,
nyaman.
TD,
merasa
N,
meyakinkan
perbandingan
data
yang
RR.
akurat.
3. Monitor warna dan
2. Peningkatan
suhu kulit.
denyut nadi,
4. Tingkatkan intake
penurunan
cairan dan nutrisi.
5. Ajarkan
Kriteria hasil :
ada
cairan tubuh.
1. Untuk
suhu
1. Monitor
Dalam
status
pada
tekanan vena
sentral,
mencegah keletihan
penurunan
akibat panas.
tekanan
darah
dan
dapat
mengindikasi
kan
hipovolemia,
yang
mengarah
pada
penurunan
perfusi
jaringan. Kulit
yang
dingin,
31 | P a g e
pucat
dan
burik
dapat
diindikasikan
penurunan
perfusi
jaringan.
Peningkatan
frekuensi
pernafasan
berkompensa
si
pada
hipoksia
3.
jaringan.
Peningkatan
denyut
nadi,
penurunan
tekanan vena
sentral,
dan
penurunan
tekanan
darah
dapat
mengindikasi
kan
hipovolemia,
yang
mengarah
pada
penurunan
perfusi
jaringan. Kulit
yang
dingin,
pucat
dan
burik
dapat
diindikasikan
penurunan
perfusi
jaringan.
32 | P a g e
Peningkatan
frekuensi
pernafasan
berkompensa
si
pada
hipoksia
4.
jaringan.
Tindakan
itu
menghindari
kehilangan
air,
5.
natrium
klorida,
dan
kalium
yang
berlebihan.
Tindakan
tersebut
meningkatka
n
kenyamanan
dan
menurunkan
temperature
tubuh.
3.4
IMPLEMENTASI
Hari/Tgl/Jam
No.DX
Minggu, 20 5
November.
Jam 15.00
Tindakan yang
dilakukan
1. Memberikan
pereda
nyeri
Hasil
Tanda
tangan
1. Pasien
menjelaskan
dengan
kadar
manipulasi
karakteristik
dan
lingkungan (mis,
nyeri.
ruangan tenang, 2. Pasien
mengungkap
batasi
kan
rasa
pengunjung).
2. Memberikan
nyaman
analgesik sesuai
berkurangnya
ketentuan
nyeri.
33 | P a g e
(kolaborasi).
3. Mencegah
adanya
gerakan
yang
nyaman.
4. Pasien
mencoba
seperti
metode
membentur
farmakologis
November
Jam 16.00
merasa
mengejutkan
tempat tidur.
4. Mengompreskan
Minggu, 20 2
3. Pasien Pasien
dahi.
1. Campurkan
non
untuk
mengurangi
nyeri.
1. Pasien
menguraikan
kedalam sereal
rencana
untuk
tidak
memasukkan
menyukainya.
perubahan
Tawarkan jus
kebiasaannya
kedalam
campurkan
gaya
untuk
membantu
mereka tidak
mempertaha
menyukainya.
2. Ajarkan orang
tua ketika
mereka baru
hidup
nkan
eliminasi
yang normal.
2. Pasien
memulai latihan
melaporkan
eliminasi (toilet
keinginan
training) untuk
defekasi, bila
mengawasi,
memungkink
menahan
defekasi secara
an.
3. Asupan
volunter yang
cairan
merupakan
serat
penyebab umum
konstipasi pada
anak.
dan
pasien
dapat dikaji.
4. Pasien
mempertaha
34 | P a g e
3. Meningkatkan
nkan
pola
keseimbangan
eliminasi
cairan dan
dalam
mencegah
normal.
batas
komplikasi
akibat kadar
cairan yang tidak
normal atau tidak
diinginkan.
4. Konsultasikan
dengan ahli gizi
untuk
meningkatkan
serat dan cairan
Minggu, 20 1
(kolaborasi).
1. Berikan makanan
November.
Jam 17.00
yang terpilih
2. Kaji kemampuan
klien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
3. Berikan makanan
sedikit
tapi
sering
4. Berikan makanan
selagi hangat dan
dalam
bentuk
menarik.
5. Monitor jumlah
nutrisi
dan
kandungan
kalori.
Minggu, 20 3
1. Pertahankan
November
Jam 18.00
yang adekuat
2. Monitor status
hidrasi
(membran
1. Pasien
mengonsum
si minimal
kalori setiap
hari.
2. Pasien
mengonsum
si minimal
kalori setiap
hari.
3. Pasien
menoleransi
ml.
4. Pasien
terlihat
menikmati
makanannya
.
1. Asupan cairan
pasien
melebihi
haluaran.
Asupan
35 | P a g e
mukosa
adekuat)
3. Monitor
ml/24
yang
jam.
Haluaran
status
hemodinamik
4. Monitor
berat
badan
ml/24 jam.
2. Tidak
ada
tanda-tanda
dehidrasi.
3. Volume cairan
tetap adekuat.
4. Tidak
ada
tanda-tanda
Minggu, 20 4
November.
Jam 19.00
dehidrasi.
tetap
suhu 1. Suhu
1. Monitor
minimal tiap 2
jam sekali.
2. Monitor TD, N,
RR.
3. Monitor
warna
normal.
2. Suhu
tetap
normal.
3. Suhu
tetap
normal.
4. Keseimbanga
n cairan tetap
stabil.
5. Pasien
pada
menyatakan
peningkatan
mencegah
kenyamanan
keletihan akibat
nya.
panas.
3.5
EVALUASI
Hari/Tgl/Jam
Senin/21/06.00
Perkembangan
S : Klien sudah tidak menangis lagi
Tanda tangan
O : Nyerinya hilang
A : Tujuan teratasi
Senin/21/08.00
P : Dihentikan
S : Klien tidak muntah lagi
O : Tidak terjadi distensi
A : Tujuan teratasi sebagian
Senin/21/10.00
P : Dilanjutkan
S : Klien tidak mengalami konstipasi lagi
O : Tidak terjadi perut kembung
A : Teratasi sebagian
36 | P a g e
P : Di lanjutkan
S : Klien sudah tidak demam lagi
Senin/21/12.00
O : Suhu 36 C
A : Tujuan Teratasi
P : Di hentikan
S : Klien sudah tidak muntah lagi
Senin/21/13.00
BAB IV
PEMBAHASAN
Anak M usia 4 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan konstipasi,
muntah, kembung, distensi abdomen, demam.Setelah pemeriksaan fisik
ditemukan anak dengan nyeri tekan sebelah kanan bagian bawah dengan tingkat
nyeri skala 7 dan terjadi obstruksi usus yang melalui 2 cara: pertama adanya
penyempitan lumen usus karena terisi oleh bagian usus lain, kedua penekanan
vasa mesenterika oleh usus di bawahnya yang berakibat dinding usus menjadi
oedematus, kemudian terjadi infiltrasi lekosit dan butir darah merah serta fibrinfibrin pada lapisan serosa, mengakibatkan terganggunya vaskularisasi ke usus
tersebut, sehingga usus nekrosis, perforasi dan terjadi peritonitis.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnose
keperawatan yang pertama untuk klien adalah Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena
faktor biologis.
Diagnosa kedua untuk klien adalah konstipasi berhubungan
dengan obstruksi usus. Diagnosa ketiga untuk klien adalah
kekurangan
absorpsi
volume
cairan.
cairan
Diagnosa
berhubungan
keempat
dengan
untuk
kelainan
klien
adalah
37 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak,
salah satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik
maupun parakitik. Sedangkan invaginasi merupakan salah satu bentuk gangguan
obstruksi usus yang sifatnya mekanik.
Invaginasi merupakan masuknya bagian usus kedalam perbatasan atau lebih
distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk kedalam kolon desenden).
Penyebabnya masih belum diketahui, kemungkinan pemicunya adalah infeksi
usus, pertumbuhan non-kanker atau tumor kanker di usus. Tanda dan gejalanya
nyeri perut secara tiba-tiba, muntah, BAB bercampur darah, muka pucat dan
lemah. Komplikasinya adalah peritonitis, perforasi usus, kerusakan atau kematian
jaringan,
infeksi
rongga
perut,
hingga
menyebabkan
kematian.
38 | P a g e
39 | P a g e
5.2 Saran
1. Orang tua
Diharapkan kepada orangtua memeriksakan bayi atau anaknya secepat
mungkin apa bila bayi atau anaknya menunjukan tanda dan gejala dari invaginasi
seperti nyeri perut hebat, muka pucat, lemah, muntah, dan BAB bercampur darah.
Makin cepat keadaan ini dikenali, maka makin baik kemungkinan untuk
memperbaiki keadaan dan dapat mempertahankan usus dari kematian atau
pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan dari kemungkinan di
potong.
2. Mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahsiswa agar melakukan pengkajian dan
pemeriksaan dengan tepat pada kasus ini sehingga dapat menegakkan diagnose
keperawatan dengan tepat sesuai dengan makalah yang dibuat serta mahsiswa
dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang invaginasi, memberikan
penjelasan tanda dan gejalanya kepada masyarakat serta tindakan apa yang harus
dilakukan apabila terjadi invaginasi pada anak.
3. Perawat
Diharapkan dalam memberikan perawatan pada bayi atau anak dengan
gangguan pada saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu invaginasi,
perawat harus benar-benar memperhatikan tanda-tanda yang mengarah pada rasa
nyeri dan dehidrasi. Perawatan yang diberikan perawat pada pra operasi yaitu
berupa reduksi dengan barium enema, barium enema dapat diberikan bila tidak
dijumpai kontra indikasi seperti adanya tanda obstruksi usus yang jelas. Serta
memberikan perawatan post operasi yaitu berupa memperbaiki keadaan umum,
serta tindakan untuk
40 | P a g e