GAGAL INDUKSI
Penyusun:
BENITA PUTRI PERMATA
030.05.050
Pembimbing:
dr. Irwan Kreshnamurti, Sp.OG
BAB I
PRESENTASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Umur
: 31 tahun
Pendidikan
II.
: SMA
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat Rumah
Tgl.Masuk RS
No.CM
: 06.13.48
DATA DASAR
Diperoleh secara autoanamnesis. Tanggal 05 Maret 2014 , pukul 15:20
WIB
a. Keluhan Utama :
Belum ada keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, padahal sudah
41 minggu.
b. Keluhan Tambahan :
Agak kesulitan bernafas
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang kiriman dari poliklinik ke Ruang Nuri RUSPAU dengan
keluhan belum ada keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, Hari
pertama haid terakhir pasien tanggal 21 mei 2013. Pasien tidak
menggunakan kb sejak bulan desember 2009 . Saat sekitar bulan Juli,
pasien merasakan mual dan setelah itu pasien memeriksakan ke dokter
dan melakukan USG pertama kali pada bulan agustus 2013 dinyatakan
sudah hamil 10 minggu. Dilakukan USG kembali tanggal 29 mei 2013 di
Rsau dr.Esnawan antariksa dengan BPD 3,0 cm. Kemudian USG kembali
pada tanggal 16 oktober 2013 BB ibu 80 kg dan BPD 3,30 cm. Dilakukan
USG pada tanggal 5 maret 2013 dan didapatkan janin tunggal hidup
: 28 februari 2014
d. Perangai Pasien
- Kooperatif
e. Riwayat Haid :
- Menarche
: usia 13 tahun.
- Siklus
: 28 hari, teratur.
- Lamanya
: 5-7 hari
h. Riwayat Obstetri :
1. laki-laki 6 tahun yang lalu, lahir secara normal, berat janin 3100
gram, ditolong oleh dokter.
2. Sekarang.
i. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
- Riwayat Alergi
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
- Riwayat Alergi
: Disangkal
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
Kesadaran
Kesan sakit
Status gizi
Sikap pasien
Komunikasi
Postur tubuh
Dispnoe
TB / BB
KEADAAN UMUM
Compos mentis
Sakit sedang
Baik
Kooperatif
Baik
Piknikus
Tidak tampak
158 cm / 85 kg
TANDA2 VITAL
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Respiratory rate
120/80 mmHg.
90 x/menit.
36C
18 x/menit
Turgor kulit
Warna kulit
Kelembaban
Tekstur kulit
Sianosis
Ikterik
Bentuk kepala
KULIT
Baik
Sawo matang
Baik
Flat
Tidak tampak
Tidak tampak
KEPALA
Normo sefali
RAMBUT
Warna
Distribusi
Kekuatan akar
rambut
Nyeri tarik
Hitam
Merata
Kuat tidak mudah dicabut
Bentuk
(simetris/asimet
ris)
Anemis / An
anemis
Nyeri tekan
sinus frontalis
Nyeri tekan
sinus maxillaaris
Nyeri tekan
sinus sphenoid
Simetris
Tidak ada
WAJAH
An anemis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
MATA
ALIS
Warna
Distribusi
Kekuatan
Ketebalan
PALPEBRA
Oedem
Ptosis
Furunkel
Exopthalmus
Enopthalmus
Konjungtiva
BOLA MATA
Sklera
Pupil
Refleks cahaya
langsung
Refleks cahaya
tidak langsung
Hitam
Merata
Tidak mudah dicabut
Tebal
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
ada
anemis
Tidak ikterik
Isokor
+/+
+/+
TELINGA
Bentuk
Nyeri tekan
tragus
Nyeri tekan
mastoid
Serumen
Membran
timpani
Deviasi septum
Sekret
Mukosa
Oedem konka
Tophi
Sadle nose
Lubang simetris
Bentuk
Labioschizis
Sianosis
Mukosa
(kering/pecahpecah)
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Intake
HIDUNG
Tidak ada
Tidak ada
Tidak hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
BIBIR
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
MULUT
Gusi merah
mudah
Lidah fetor
UVULA
Posisi
Deviasi
Hiperemis
Tonsil
Karies
Infected
Plak
Stent
Gigi hilang
Pembesaran
kelenjar
Deviasi trakea
Kaku kuduk
Kelenjar tiroid
JVP
Pergerakan dada
saat statis /
dinamis
Retraksi
Hiperpigmentasi
Benjolan
Pelebaran vena
superficial
Spidernevi
Ginekomastia
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Tidak ada
Tidak ada
Tenang
Sentral
Tidak ada
Tidak ada
T1-T1 tenang
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
LEHER
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak teraba
THORAK DEPAN
Simetris
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
Tidak ada
Tidak ada
PARU
Bentuk normal, simetris dalam stasis dan
dinamis
Fremitus taktil sama di kedua lapang paru.
Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar pada IC VI garis mid
clavicula kanan
Batas paru lambung pada IC VIII garis
axillaris anterior kiri
SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.
JANTUNG
Ictus cordis tidak terlihat
Ictus cordis teraba di ICS IV, tidak kuat
angkat
Batas kiri jantung di ICS V garis mid
clavicularis kiri
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Akral
Palmar eritem
Clubbing finger
Sianosis
Ikterik
Motorik
Sensorik
Akral
Palmar eritem
Clubbing finger
Sianosis
Ikterik
Motorik
Sensorik
EKSTREMITAS ATAS
Hangat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Baik
EKSTREMITAS BAWAH
Hangat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Baik
Status Obstetri:
1. Pemeriksaan luar
INSPEKSI :
perut membuncit.
PALPASI :
TFU
: 38 cm.
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
AUSKULTASI :
DJJ1 : 120-158 kali/menit
2. Pemeriksaan Dalam
Porsio tebal lunak, bibir portio mendatar, belum ada pembukaan.
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
: 35 % ( Normal : 35 47%)
V.
DIAGNOSIS KERJA
Ibu
Janin
VI.
RENCANA PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis:
-
Rencana Pendidikan:
Menjelaskan pada pasien dan keluarga akan keadaan ibu pada rencana
yang akan dilaksanakan.
VII.
PROGNOSIS
Ibu
: bonam.
Janin
: ad bonam
PERKEMBANGAN SOAP
Tanggal 5-03-2014,
pkl. 14.30 WIB
S
L3 : kepala
L4 : belum masuk PAP
A
pro SC
Tanggal 6-03-2014,
pkl. 07.00 WIB
S
pro SC
Tanggal
: 6-03-2014
Jam
: 09.20 wib
Telah dilakukan operasi SC oleh dr. Irwan, Sp.OG, bayi lahir pada pukul 09.50 WIB,
jenis kelamin perempuan, BBL : 2600 gr, PBL : 47 cm, A/S : 8/9, anus (+), cacat (-),
HR 148 x/menit, RR 40x/menit, Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi
dada (-), pergerakan bayi aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap.
Follow up post partum
Tanggal 6-3-2014,
pkl. 14:30 WIB
S : nyeri post op (+), mobilisasi (-), ASI (-), makan (-), minum (-), BAK on DC, BAB
(-), flatus (-)
O : abdomen
Inspeksi
: buncit (-)
Palpasi
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( - )
A : P2 A0 post SC atas indikasi gagal induksi
P : R. Dx/ :
- Observasi TTV
- Mobilisasi bertahap.
- Motivasi
- Diet TKTP
- Infus RL 20 tpm + 2 ampul oksitosin /24 jam
- inj cefotaxim 2 x 1 gr iv
- inj vit c 2 x 1 amp iv
- inj neurobion 1 x 1 amp
- Ciprofloxacin tablet 3 x 500 mg
- Sangobion tab 1 x 1
- Asam mefenamat tab 3 x 1
- Profenid supp 3 x 1 mg
- Sangobion tablet 1 x 1
VIII. Resume
Pasien datang kerumah sakit G2P1A0 G2P1A0 Hamil 41 minggu, janin tunggal
intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent). Dengan keluhan Belum ada
keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, padahal sudah 41 minggu.
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, DM, asma, maupun
alergi. Riwayat ANC baik. Pasien direncanakan tindakan operasi sc dengan indikasi
gagal induksi
Pasien melahirkan bayi bayi lahir pada pukul 09.50 WIB, jenis kelamin
perempuan, BBL : 2600 gr, PBL : 47 cm, A/S : 8/9, anus (+), cacat (-), HR 148
x/menit, RR 40x/menit, Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi dada (-),
pergerakan bayi aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap. Kondisi ibu
setelah persalinan baik dengan hemodinamik stabil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEHAMILAN POST TERM
A. Definisi
Kehamilan serotinus atau kehamilan post term adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari (Prof. Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo ). Kehamilan post term memiliki pengaruh terhadap janinnya, walau
masih dalam perdebatan tetapi kehamilan post term memiliki hubungan terhadap
perkembangan hingga kematian janin. Ada janin yang lebih dari 42 minggu berat
badannya terus bertambah, dan ada yang tidak bertambah dan lahir dengan berat
badan kurang dari semestinya, atau meninggal di dalam rahim karena kekuangan
oksigen dan makanan.
B. Konsep Kehamilan
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari
hari pertama haid terakhir .Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40
minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan post matur atau serotinus.
2. Berikut mengenai tanda-tanda kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti
Enek terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadangkadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan
ini lazim disebut morning sickness
Pingsan.
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak
pergi ke tempat-tempat ramai pada bulanbulan pertama kehamilan. Hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini
kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon
steroid.
Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadangkadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan
deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula
linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea).pigmentasi
ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
Epulis
Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan
pertama.
Varises.
Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan terakhir. Didapat pada
daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida
kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul kembali
pada triwulan pertama. Terkadang timbulnya varises merupakan gejala pertama
kehamilan muda
Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
Pada auskultasi terdengar detak jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop laennec
DJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat
doppler DJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
C. Etiologi
Penyebab kehamilan post term sampai saat ini belum diketahui secara jelas,
namun beberapa teori kehamilan dapat menjelaskan tentang kehamilan post term
seperti pengaruh progesteron, teori oksitosin, teori kortisol, teori syaraf uterus, dan
herediter akan tetapi tidak ada yang dianggap mutlak benar dari teori-tersebut.
D. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba,
1998), dimana terjadi perubahan-perubahan pada faktor fisiologi yaitu disfungsi
placenta. Yang terjadi pada placenta diantara lain adalah kalsifikasi yang ditimbulkan
karena penimbunan kalsium, selaput vakulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlah
nya berkurang, terjadi proses degenerasi placenta, dan perubahan biokimia pada
placenta.
Fungsi placenta mencapai puncak pada umur 38 minggu, dan mulai menurun
sejak umur kehamilan 42 minggu. Rendahnya fungsi placenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin sebesar 3 kali lipat. Akibat penuaan placenta
membuat pasokan makanan dan oksigen menjadi berkurang disamping adanya
spasme arteri spiralis. Sirkulasi uretoplasenter berkurang 50%, dan mempengaruhi
beberapa hal, diantaranya :
Berat janin : kehamilan lebih dari 42 minggu dapat menyebabkan pasokan dari
placenta berkurang karena insufisiensi placenta sehingga berat janin berkurang tetapi
juga dapat menyebabkan bayi terus tumbuh jika placenta masih baik, sehingga dapat
menghasilkan bayi besar.
Sindroma postmatur : ditemui pada bayi dengan post matur adalah gejala-gejala
gangguan pertumbuahan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku panjang,
tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lugano, maserasi kulit
terutama di lipat paha dan genital, warna coklat kehijauan pada kulit , muka tampak
menderita dan rambut yang sudah tebal. Tidak semua bayi menunjukan gejala
tersebut, tergantung dari fungsi plasenta. Menurut derajatnya ada 3 stadium :
Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh
dan mudah mengelupas
Stadium 2 : gejala diatas disertai pewarnaan kehijauan muconium pada kulit
Stadium 3 : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
E. Gejala dan Tanda
Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya
kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari
pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui
wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu,
hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk
memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban
(Muchtar, 1998). Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/
genap 42 minggu palpasi bagian bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air
ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan
pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang
Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7
kali/ 20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20
menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara
kualitatif dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya
air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi
kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan
janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan
mengalami resiko 33% asfiksia.
4.
Kematian janin
I. Penatalaksanaan
1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat
dilakukan dengan metode :
a). Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5%, banyak digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih
sederhana dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes
kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai
terjadi persalinan.
INDUKSI PERSALINAN
Definisi
Induksi persalinan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.
Metode Induksi Persalinan
1. Medisinal;
-
Infus oksitosin
Prostaglandin
Amniotomi
Indikasi
Indikasi Janin
Indikasi Ibu
Janin mati
Kontra Indikasi
1. Malposisi dan malpresentasi janin
2. Insufisiensi plasenta
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Cacat rahim
5. Grande multipara
6. Gemelli
7.
8. Plasenta previa
0
0
0-30 %
-3
1
1-2
40-50 %
-2
2
3-4
60-70 %
-1
Keras
Ke
Sedang
Lunak
Searah sumbu Ke arah
belakang
jalan lahir
depan
3
5-6
80 %
+1 +2
Kecepatan dapat dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai tetes maksimal 60 tetes/
menit
Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan
dipertahankan sampai persalinan selesai. Bila
Bila dalam pemberian oksitosin ditemukan penyulit pada ibu atau janin, infus
oksitosin harus dihentikan dan kehamilan diselesaikan dengan seksio sesarea.
SEKSIO SESAREA
Definisi
Adalah suatu cara melahirkan janin dengan membut sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau suatu histerotomia intuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
Istilah
Istilah section caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea.
Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
Indikasi
Indikasi ibu
1. Panggul sempit
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalo-pelvik
6. Ruptur uteri mengancam
7. Partus lama (prolonged labor) atau partus tak maju (obstructed labor)
Indikasi janin
Malpresentasi janin misalnya letak lintang, presentasi dahi dan muka,
presentasi rangkap dan gemelli.
Jenis-jenis operasi
1. Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri.
Kelebihan
-
Kekurangan
-
perdarahan kurang
Kekurangan
-