Anda di halaman 1dari 55

Perawatan Saluran Akar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan mengangkat
jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran akar, kemudian
diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi kelainan lebih lanjut
atau infeksi ulang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan gigi selama mungkin
di dalam rahang, sehingga fungsi dan bentuk lengkung gigi tetap baik.
Perawatan saluran akar membutuhkan ketelatenan sehingga seringkali
membutuhkan lebih dari 1 kunjungan, bervariasi tergantung kasusnya.
Tahapan PSA adalah sebagai berikut:
- Tahap 1
Mahkota gigi di-bur untuk mendapatkan jalan masuk ke kamar pulpa. Semua
tambalan dan jaringan rusak pada gigi (karies) dibuang.
- Tahap 2
Pulpa dikeluarkan dari kamar pulpa dan saluran akar. Suatu instrumen kecil yang
disebut file digunakan untuk membersihkan saluran akar. Gigi ditutup dengan
tambalan sementara untuk melindungi kamar pulpa dan saluran akar agar tetap
bersih. Tambalan sementara akan dibongkar pada kunjungan selanjutnya.
- Tahap 3
Saluran akar diisi dan dibuat kedap dengan suatu bahan yang mencegah bakteri
masuk. Kamar pulpa sampai dengan permukaan mahkota gigi ditutup dengan
tambalan sementara.
- Tahap 4
Tambalan sementara dibongkar dan diganti dengan tambalan tetap atau dibuatkan
crown (sarung gigi).
- Tahap 5
Saluran akar, tambalan tetap, atau crown dievaluasi untuk melihat ada / tidaknya
masalah. Setelah PSA selesai, gigi akan disuplai nutrisinya oleh tulang dan gusi di
sekitarnya.

Dalam masa Perawatan Saluran Akar (PSA) gigi, adakalanya gigi mengalami rasa
sakit, bisa karena saraf pulpa belum seluruhnya mati, bisa juga karena pembersihan
yang belum selesai. Bila gigi mempunyai akar yang bengkok, maka tingkat kesulitan
pembersihan saluran akar lebih tinggi daripada saluran akar yang normal lurus.
Belum lagi bila saluran akar utama mempunyai cabang-cabang. Oleh karena itu PSA
kadang bisa gagal karena faktor-faktor di atas.
Pulpa dalam gigi sewaktu-waktu dapat terkena infeksi atau radang. Pemicu hal ini
antara lain lubang yang sudah dalam, proses lubang yang berlanjut di bawah
tambalan, kebiasaan mengerot-ngerot saat tidur (bruxisme), perokok (menurut
penelitian lebih sering menderita masalah pada gigi yang membutuhkan
penanganan berupa PSA), peradangan gusi parah, tindakan penambalan yang
berulang-ulang pada gigi, crack atau keretakan pada gigi, serta trauma (misalnya
gigi terbentur karena kecelakaan).
Walaupun secara visual tidak terdapat kerusakan (misalkan pada crack yang
halus), namun hal-hal di atas dapat menghancurkan lapisan pelindung pulpa
sehingga bakteri dapat masuk. Bakteri kemudian dapat keluar dari ujung akar dan
menimbulkan infeksi pada tulang dan gusi di sekitar akar gigi. Bila pulpa yang telah
terinfeksi tidak diobati maka dapat menimbulkan sakit dan akan terbentuk nanah.
PSA dibutuhkan karena dapat membuang pulpa dan bakteri yang menyebabkan
infeksi, sehingga tulang di sekitar gigi dapat sehat kembali dan sakit gigi pun
hilang. Gejala-gejala gigi yang membutuhkan perawatan yaitu: sakit sepanjang
waktu, selalu sensitif terhadap panas atau dingin, sakit saat mengunyah atau bila
disentuh, gigi goyang, gusi bengkak, diskolorasi (perubahan warna) gigi, pipi
bengkak dan adanya jerawat kecil berwarna putih di gusi yang mengeluarkan
nanah. Bagaimana pun, terkadang ada juga kasus yang tidak terdapat gejala-gejala
tersebut sama sekali.
Bila satu atau lebih gejala tersebut terjadi pada anda, bisa jadi anda membutuhkan
perawatan saluran akar. Pencabutan belum tentu menyelesaikan masalah. Bila gigi
yang sakit dicabut, gigi-gigi di sebelahnya akan bergeser sehingga mengganggu
gigitan dan pengunyahan. Gigi yang hilang bisa saja diganti dengan gigi palsu, tapi
rasanya tidak akan bisa senyaman gigi asli, khususnya saat dipakai menggigit dan
mengunyah makanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah semua pembuatan mahkota dan jembatan harus dilakukan pulpektomi?
2. Apa saja macam-macam perawatan endodontik beserta indikasi dan
kontraindikasinya?
3. Apa saja prosedur perawatan endodontik konvensional?

4. Apa saja teknik dari perawatan saluran akar?


5. Apa saja faktor yang menyebabkan kegagalan dari perawatan saluran akar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah semua pembuatan mahkota dan jembatan harus
dilakukan pulpektomi.
2. Untuk mengetahui macam-macam perawatan endodontik beserta indikasi dan
kontraindikasinya.
3. Untuk mengetahui prosedur perawatan endodontik konvensional.
4. Untuk mengetahui teknik dari perawatan saluran akar.
5. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan dari perawatan saluran
akar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada perawatan saluran akar, setelah jaringan pulpa di keluarkan akan terdapat
luka yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi.
Luka ini tidak akan tertutup epitelium, seperti luka pada bagian tubuh lain karena
itu mudah terkena infeksi ulang. Untuk mencegah penetrasi mikroorganisme dan
toksin dari luar melalui ruang pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup dibagian
koronal dan apikal, hal ini untuk mencegah infeksi dan juga untuk memblokir lubang
masuk ke periapikal bagi organisme. Selain itu untuk mencegah infeksi ulang dari
ruang pulpa oleh mikroorganisme dari rongga mulut. Seluruh ruang pulpa harus
diisi, jadi memblokir tubula dentin dan saluran asesori (Harty, 1992).
Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar
antara lain : preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan
(biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan
saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,
terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan
mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan
pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah

masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah


multiplikasi mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan
ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan
menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan.
Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik
preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh
kualitas bahan pengisi saluran akar. Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi
yang digunakan untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid)
dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur
(Walton & Torabinejad, 1996).
Setelah dilakukan pembersihan, perbaikan bentuk dan desinfeksi, saluran akar akan
diisi. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan
pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit, saluran akar bersih dan
kering, tidak terdapat nanah, tidak terdapat bau busuk (Tarigan, 1994).
Sebelum pengisian saluran akar, dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi saluran
akar biomekanikal dalam perawatan endodonti bertujuan untuk membersihkan dan
membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang hermetis dengan bahan
dan teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran akar tidak dilakukan, maka
perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena itu, preparasi saluran akar
biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan bentuk saluran akar
(Harty, 1992).
Dengan adanya bentuk gigi yang berbeda, anatomi rongga pulpa dari setiap gigi
juga tidak sama, sehingga teknik preparasi saluran akar pada gigi yang satu akan
berbeda dengan gigi yang lain. Jadi dalam melakukan preparasi saluran akar pada
gigi yang mempunyai bentuk anatomi saluran yang berbeda, diperlukan beberapa
teknik preparasi saluran akar yang sesuai yaitu : teknik preparasi konvensional,
telescope, flaring, step-back (Tarigan, 1994; Rodneey, dkk, 1994).
Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir, terutama sebelum
pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan meletakkan ujung spuit pada
dinding saluran akar. pengeringan menyeluruh dapat dilakukan dengan
menggunakan paper point yang tediri dari berbagai macam ukuran. Secara klinis
perlu disadari bahwa paper point bekerja seperti kertas penyerap dan harus diberi
waktu dalam saluran akar agar dapat bekerja efektif. Paper point dapat dipegang
dengan pinset dan diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga ujungnya tidak
terdorong secara tidak sengaja melalui foramen apikal. Paper point dimasukkan
secara perlahan sehingga mengurangi terdorongnya cairan irigasi ke dalam jaringan
apikal. Kecelakaan seperti ini dapat menyebabkan pasien merasa sakit pada terapi
endodontik (Harty, 1992).
Saluran akar segera diisi setelah pengeringan. Pada kasus pulpektomi vital,
pengisian saluran segera dilakukan setelah preparasi dan pembersihan, hal ini

dapat mengurangi resiko kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan untuk
perawatan dan menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi (Harty, 1992).
Ada berbagai macam teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi
teknik sementasi cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil
penelitian belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun
memang ada beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari
yang lain (Harty, 1992).
Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat,
pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin perak,
poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam saluran
akar misalnya jodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini setelah
beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras (Tarigan, 1994).
Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc okside
eugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang ditambah
obat- obatan (Harty, 1992).
Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi
paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran
akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut
sesudah dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau
kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur gigi, tidak
mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak larut
dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada waktu dimasukkan harus
dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Tarigan, 1994;
Walton & Torabinejad, 1996).
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor
mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor
patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan
prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).

1. Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat
keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak
mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam
saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton &
Torabinejad, 1996) :
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital
dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa
nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua
lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya
proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk
karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah
menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang
teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.

2. Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang
mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk
diekstraksi (Sommer, 1961).
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami

penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting
diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya
telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk,
tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang
buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah
normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung,
diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di
luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).

3. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi
serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam
perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan.
Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton
&Torabinejad, 1996).

2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter
gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran
keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal
dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek
dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan
yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin

disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan
tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis,
akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh
(Walton & Torabinejad, 1996).

4. Faktor Anatomi Gigi


Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu
perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk
abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran
akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton &
Torabinejad, 1996).
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal
mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan
karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada
gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan
dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat
lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigigigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah
dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga
perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran
radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989).
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal
saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap
permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah
percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke
ligamen periodontal (Ingle, 1985).
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran
tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan
menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).

5. Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran
(Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu
besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari
panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam
saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996).
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada
prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan
pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).

2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar
akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan.
Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan
yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak
patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi
ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk
jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar
foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad,
1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil
perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton
&Torabinejad, 1996).

BAGAN PERAWATAN SALURAN AKAR

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PEMBUATAN GIGI TIRUAN MAHKOTA DAN JEMBATAN


Bridge Fixed Prosthodontic (gigi tiruan jembatan), merupakan Gigi Tiruan Cekat
untuk menggantikan kehilangan gigi asli dimana gigi asli yang hilang itu masih di
dampingi 2 gigi yang masih ada di sebelahnya. Ke-2 gigi tetangga yang masih ada
itu di jadikan abutment (penyangga) untuk pontik (gigi hilang yang akan kita
gantikan). Ke-2 gigi tetangga itu akan di kecilkan ukurannya pada saat preparasi,
dibuatkan mahkota jacket dan di buat perlekatannya pada ke-2 penyangga ini
dengan di sementasi sehingga tidak dapat dilepas pasien.

Sedangkan untuk pembuatan mahkota, crown di jadikan indikasi karena menutupi


seluruh permukaan gigi dengan direkatkan oleh bahan cement perekat ke sisa
mahkota gigi asli, sehingga akan lebih awet dan tak mudah lepas. Perlekatannya
dengan gigi umumnya baik, namun masih dapat dilepas oleh dokter gigi dengan
alat khusus. Jadi, metode pembuatannya, sisa jaringan gigi asli si pasien di
preparasi dengan mengecilkan ukuran gigi asli dahulu sehingga crown dapat di
rekatkan secara permanen. Selama crown dibuat, pada pasien akan dibuatkan
provisoris (mahkota sementara). Dan tentu saja, gigi tersebut masih dalam keadaan
vital, dimana pulpa gigi belum terkena. Jika pulpa gigi terkena,maka konsep
perawatan berubah menjadi perawatan saluran akar dan pembuatan mahkota
pasak berinti.

Jadi pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi.
Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena
infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi tidak
perlu dilakukan.

3.2 MACAM-MACAM PERAWATAN ENDODONTIK


3.2.1. ENDO KONVENSIONAL
1. PULP CAPPING
a. DIREK
b. INDIREK

2. PULPOTOMI
3. PERAWATAN S.A
a. PULPEKTOMI
b. ENDOINTRAKANAL
4. APEKSIFIKASI

3.2.2. ENDO BEDAH


1. KURETASE APEKS
2. RESEKSI APEKS
3. INTENTIONAL REPLANT
4. HEMISEKSI
5. IMPLAN ENDODONTIK

3.2.3. Indikasi umum perawatan endodonsia :


1. Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal
2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak
4. Sebagai penyangga / abunment gigi tiruan
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Oral hygiene pasien baik
7. Masih didukung jaringan penyangga gigi yang baik
8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan
9. Operator mampu.

3.2.4. Kontraindikasi perawatan endodonsia :


1. Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi

2. Tidak didukung jaringan penyangga gigi yang cukup


3. Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional. Misalnya
gigi yang lokasinya jauh di luar lengkung.
4. Fraktur vertikal
5. Resorpsi yang luas baik internal maupun eksternal
6. Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi; akar terlalu bengkok,
saluran akar banyak dan berbelit-belit.
7. Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga akan menyulitkan dalam
instrumentasi.
8. Kesehatan umum pasien buruk
9. Pasien tidak bersedia untuk dilakukan perawatan
10. Operator tidak mampu.

3.3 PERAWATAN ENDODONTIK KONVENSIONAL


Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa,
yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan
periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat
diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat
lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang
lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada saat memutuskan rencana
perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk mempertahankan
panjang lengkung rahang.

3.3.1 Pulp Capping


Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan
pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp
capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukan
dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp capping adalah
untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga
jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya
jaringan pulpa dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect
pulp capping dan direct pulp capping.

3.3.1.1 Indirect Pulp Capping


Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa
dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar
pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa.
Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau dapat juga
dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi
mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara
fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar
perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini
terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau
tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi).

3.3.1.2 Direct Pulp Capping


Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke jaringan
pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium
hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc okside eugenol
dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras untuk
menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan
tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka
tersebut harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.
Langkah-langkah Pulp Capping :
1. Siapkan peralatan dan bahan.
Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi.
Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan
saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu
kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan
dengan hentakan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam

Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan


menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan
bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat
dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam
termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

3.3.2 Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau
memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona
yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas
jaringan pulpa dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada
kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut
untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa
menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak.
Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk
pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi
yang apeks akar belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi.
Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan
penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan
umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal
yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi. Saat ini
para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi.
Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung
dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905
dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi.
Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida
untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari
formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air.
Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai

bahan antiseptik untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang


mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk
memfiksasi jaringan.
Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya
perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali
kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat
dilakukan untuk satu kali kunjungan.

Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium


hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan
formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik
daripada penggunaan kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan
dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang
bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital.
Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap
infiltrasi mikroba. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang
terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung
dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara
histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar
pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal
dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian dapat diganti oleh
jaringan granulasi vital.
Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja,
diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang
pulpanya
terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan.

3.3.2.1 Pulpotomi Vital


Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk
gigi sulung :
1. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa
sakit saat perawatan
2. Isolasi gigi.
Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan
saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.

3. Preparasi kavitas.
Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk
memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap pulpa.
Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah.
Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal
seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
4. Buang pulpa bagian korona.
Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar
kecepatan rendah.
6. Cuci dan keringkan kamar pulpa.
Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum
steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa.
Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
7. Aplikasikan formokresol.
Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan
menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa
bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
8. Berikan bahan antiseptik.
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam
bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung
formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar.
Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing
antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
9. Restorasi gigi.
Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan
amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota
stainless steel.

3.3.2.2 Pulpotomi Non Vital

Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah
untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital,
menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri
yang tersisa di saluran akar.
Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan
pulpotomi mortal (pulpotomi devital). Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan
endodontik dengan cara mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian
dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar.
Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama:
1. Siapkan instrumen dan bahan.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Preparasi kavitas.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan
rendah.
6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.
7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan
jarum steril.
8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari,
sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1
minggu
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi
perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan
perawatan selanjutnya.
3. Berikan bahan antiseptik.

4. Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet.
5. Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
6. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

3.3.3 Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan
perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat
irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun
perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping
atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi
dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar
diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.
Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi, anak
dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada anak
usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih
dari dua pertiga atau tiga perempat.

3.3.3.1 Pulpektomi Vital


Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar
gigi yang akan dirawat. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit
pada saat perawatan.
b. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.
c. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
d. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau
bor bundar kecepatan rendah.
e. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades
selama 3 sampai dengan 5 menit.

f. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di
saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
g. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah
dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama
5 menit.
h. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
i. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
j. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol
atau seng fosfat.
k. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

3.3.3.2 Pulpektomi Non Vital


Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah pulpektomi
mortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua jaringan
pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non vital, kemudian
mengisinya dengan bahan pengisi. Walaupun anatomi akar gigi sulung pada
beberapa kasus menyulitkan untuk dilakukan prosedur pulpektomi, namun
perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik untuk mempertahankan gigi
sulung dalam lengkung rahang.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :
Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan
desinfeksi kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan
debris.

7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
2. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu
letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

3.3.4 Endo Intrakanal


Endo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati
seluruhnya. Endo intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah
mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan
jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta
saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.
Tahapan perawatan endo intrakal sama dengan perawatan pulpektomi, perbedaan
perawatannya adalah pada pemakaian anastesi, pada perawatan endo intrakanal
tidak memerlukan anastesi karena gigi dalam kondisi non vital.

Indikasi endo intrakanal :


- Nekrosis pulpa totalis
- Perawatan ulang
- Kelainan periapikal

Kontraindikasi endo intrakanal :


- OH jelek
- Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional
- Fraktur dengan arah vertikal
- Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga
- Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar

Langkah-langkah perawatan endo intrakanal :


1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar
gigi yang akan dirawat.
2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.
3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau
bor bundar kecepatan rendah.
5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di
saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah
dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama
5 menit.

7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

3.4 TEKNIK PERAWATAN SALURAN AKAR


Tahap-tahap perawatan endotektomi :
- Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan
- Menyiapkan file, paper point
- Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital
- Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi
- Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifice : preparasi cavity entrance
- DWF ; tentukan panjang kerja
- Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi : teknik konvensional,
teknik step back, teknik crown down
- Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara. Sterilisasi
ulang, sampai paper point kering dan tidak berbau
- Tes perbenihan
- Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol : teknik single cone, teknik kondensasi lateral,
teknik kondensasi vertikal
- Foto pengisian
- Basis Zn PO4
- Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat tetap.

Fase-fase Perawatan Endodontik :

3.4.1. Preparasi Akses :


- Fase yang paling penting dari aspek teknik perawatan akar.
- Merupakan kunci untuk membuka pintu bagi keberhasilan tahap pembersihan,
pembentukan dan obturasi saluran akarnya.
- Tujuan:
o Membuat akses yang lurus.
o Menghemat preparasi jaringan gigi.
o Membuka atap ruang pulpa.

Teknik Akses Preparasi Cavity Entrance


3.4.1.1 Outline Form Cavity Entrance
- Proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian cingulum untuk gigi anterior
atau oklusal untuk gigi posterior.
- Tujuan : Untuk membuat akses yang lurus, menghemat preparasi jaringan gigi,
membuka atap ruang pulpa.
a. Outline Form Insisivus RA : bentuknya trangular dengan alas sejajar insisal

b. Outline Form Kaninus RA : bentuknya oval / bulat dengan arah insiso servikal

c. Outline Form Premolar RA : bentuknya oval memanjang seperti ginjal dengan


arah bukal palatal

d. Outline Form Premolar RB : bentuknya bulat / oval

e. Outline Form Molar RA : bentuknya triangular dengan alas sejajar bukal

f. Outline Form Molar RB : bentuknya triangular dengan alas sejajar mesial

3.4.1.2 Preparasi Cavity Entrance


3.4.1.2.1 Alat Preparasi Kavitas
1. Contra Angle Handpiece Low Speed
2. Macam-macam mata bur Low Speed
a. Round bur kecil
b. Round bur besar
c. Fissure bur silinder
d. Fissure bur long shank dan round end

3.4.1.2.2 Saluran Akar Tunggal


- Preparasi dimulai dengan round bur no 2 atau 4 atau tapered fissure diamond bur
dengan arah tegak lurus pada permukaan enamel sampai menembus jaringan
dentin dan diteruskan sampai atap pulpa terbukan dengan kedalaman 3 mm.
- Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi sampai menembus ruang
pulpa sehingga ditemukan lubang saluran akar yang terletak pada dasar ruang
pulpa yang disebut orifice.
- Gunakan tapered fissure no 2 atau 4 untuk membentuk dinding cavity entrance
divergen ke arah oklusal atau insisal sampai jarum miller dapat masuk dengan
lurus, setelah terasa tembus maka orifice dicari dengan menggunakan jarum miller.
- Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan
menarik keluar kavitas sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat
preparasi dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas. Masukkan jarum

ektirpasi, diputar searah jarum jam dan ditarik keluar, diulang lagi sampai jaringan
pulpa dicabut.

Preparasi Cavity Entrance Insisivus RA

3.4.1.2.3 Saluran Akar Ganda


- Pembutan cavity entrance menggunakan round bur no1 atau tapered fissure
diamond bur pada tengah fossa di bagian oklusal atau endo access.
- Setelah kedalaman preparasi mencapai dentin, preparasi dilanjutkan
menggunakan fissure diamond bur sampai ditemukan orifice ke 3 saluran akar.
- Pada gigi berakar ganda, bila atap pulpa belum terbuka maka cari orifice yang
paling besar terlebih dahulu, kemudian atap pulpa diangkat dengan bur sesuai letak
orifice.
- Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan
menarik keluar kavitas, sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat
preparasi dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas.

Preparasi Cavity Entrance Premolar RA

Preparasi Cavity Entrance Molar RA

Preparasi Cavity Entrance Molar RB

3.4.1.2.4 Kesalahan-Kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada waktu preparasi


cavity entrance :
1. Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau perforasi lateral
2. Preparasi terlalu dalam menyebabkan perforasi menembus bufurkasi

3. Jika preparasi cavity entrance terlalu lebar maka dinding kavitas menjadi tipis
dan mudah pecah jika ditumpat.

3.4.2. Penentuan Panjang Kerja


- Panjang Kerja : Panjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam saluran akar
pada waktu melakukan preparasi saluran akar.
- Menentukan panjang kerja dikurangi 1 mm panjang gigi sebenarnya, untuk
menghindari :
o Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apical).
o Perforasi ke apical.

- Cara melakukan DWP (Diagnostic Wire Photo)


Masukkan jarum miller atau file nomor kecil yang diberi stopper dengan guttap
perca pada batas panjang gigi rata-rata dikurangi 1-2 mm lalu dilakukan foto R.
Dari hasil foto dilakukan pengukuran dengan menggunakan rumus :
PGS = PGF x PAS
PAF
Keterangan :
PGS = panjang gigi sebenarnya
PGF = panjang gigi foto
PAS = panjang alat sebenarnya
PAF = panjang alat foto

3.4.3. Pembersihan dan Pembentukan Saluran Akar


- Pembersihan debridement : pembuangan iritan dari sistem saluran akar.
- Tujuan : Membasmi habis iritan tersebut walaupun dalam kenyataan praktisnya
hanyalah sebatas pengurangan yang signifikan saja.

- Iritan: bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah
dan kontaminan lain.

3.4.4. Pembentukan Saluran Akar


- Membentuk saluran akar melebar secar kontinyu dari apeks ke arah korona.
- Pelebaran
Saluran akar harus cukup besar untuk melakukan debridement yang baik dan dapat
memanipulasi serta mengendalikan instrumen dan meterial obturasi dengan baik
tapi tidak sampai melemahkan gigi serta meningkatkan peluang terjadinya
kesalahan prosedur.
- Ketirusan
Ketirusan hasil preparasi harus cukup sehingga instrumen penguak dan pemampat
gutta perca dapat berpenetrasi cukup dalam.
- Kriteria
Saluran akar siap menerima obturasi baik dengan kondensasi lateral maupun
vertikal, saluran akar harus berbentuk corong ke arah korona dan dalam ukuran
cukup besar sehingga instrument pemampat dan penguak dapar masuk cukup
dalam.

3.4.5. Ekstirpasi Pulpa


Menggunakan jarum ekstirpasi, reamer ataupun miller.

3.4.5.1 Indikasi :
- Saluran akar lurus, tidak bengkok
- Tidak ada obliterasi saluran akar
- Saluran akar jelas
- Kerusakan belum mengenai bifurkasi
- Resorbsi < panjang akar gigi Pulpektomi - Resorbsi > panjang akar gigi
Pulpotomi.

3.4.6. Teknik Perawatan Saluran Akar


3.4.6.1 Alat Preparasi Saluran Akar :
1. Jarum miller
2. Jarum ekstirpasi
3. Flexofile no. 15-80 penjang disesuaikan dengan panjang elemen
4. Alat irigasi
5. Cotton pellet, paper point steril, dan cotton roll
6. Tempat jarum
7. GGD

3.4.6.2 Gigi Permanen


3.4.6.2.1 Teknik Konvensional
1. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi
dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.
2. Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K
3. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi stopper
file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi. Stopper
dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal. Stopper
digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar.
4. Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil. Preparasi
harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih besar
dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge atau
terdorongnya jaringan nekrotik ke apikal.
5. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih
besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Irigasi
harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril, bahan
irigasi terakhir yang dipakai adalah aquadest steril.
6. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan
menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila masih
ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk mengatasi
penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah satu).

7. Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi
telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.

Preparasi saluran akar teknik konvensional

3.4.6.2.2 Teknik Step Back


a. Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang
bengkok dan sempit pada 1/3 apikal.
b. Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga
preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan
gerakan berputar.
c. Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
d. Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil :
No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
File No. 25 = Master Apical File (MAF)
No. 30 = panjang kerja 1 mm MAF
No. 35 = panjang kerja 2 mm MAF
No. 40 = panjang kerja 3 mm MAF
No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e. Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan
file no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk
dentin yang terasah.
f. Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran
akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian.

Preparasi saluran akar teknik step back

3.4.6.2.3 Teknik Balance Force


1. Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex

2. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar
searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam.
3. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.
4. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD)
GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
GGD #3 = sepanjang GGD #2 2 mm
GGD #4 = sepanjang GGD #3 2 mm
GGD #5 = sepanjang GGD #4 2 mm
GGD #6 = sepanjang GGD #5 2 mm
5. Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45
6. Dilakukan irigasi
7. Keuntungan balance force :
- Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula
- Mencegah terjadinya ledge dan perforasi
- Mencegah pecahnya dinding saluran akar
- Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks

3.4.6.2.4 Teknik Crown Down Presureless


a. Teknik disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi dari teknik
step back.
b. Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal (19 mm).
c. Menghasilkan hasil yang serupa yakni seperti corong yang lebar dengan apeks
yang kecil (tirus).
d. Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan bengkok di molar RA dan RB.
e. Saluran akar sedapat mungkin dibersihkan dengan baik sebelum instrument
ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstruksi dentin ke
jaringan periapeks dapat dikurangi.
f. Menggunakan instrument nikel-titanium, baik yang genggam maupun digerakkan
mesin.

3.4.6.3 Gigi Sulung


Teknik Konvensional
Prosedur Teknik Konvensional pada Gigi Sulung sama seperti Teknik Konvensional
pada Gigi Permanen.

3.4.7. Irigasi Saluran Akar


3.4.7.1 Tujuan :
Untuk mengeluarkan sisa jaringan nekrotik, serbuk dentin, dan kotoran-kotoran lain
yang terdapat di saluran.
- Irigasi dilakukan setiap :
o Pergantian file pada saat preparasi saluran akar
o Pada saat akan melakukan perbenihan
o Sterilisasi saluran akar

3.4.7.2 Bahan irigasi yang digunakan :


- H2O2 3%
- Aquadest steril
- NaOCl

3.4.7.3 Alat irigasi yang digunakan :


- Spuit 2,5 cc dengan jarum yg dibengkokan dan ujungnya ditumpulkan
- Alat irigasi yang dipakai harus diberi tanda untuk membedakan isi cairan irigasi
yang dipakai
- Alat irigasi disimpan dalam botol tertutup berisi alkohol 70% agar tetap terjaga
sterilisasinya

3.4.7.4 Cara irigasi :

- Jarum irigasi dimasukkan kedalam saluran akar. Jarum irigasi yang masuk kedalam
saluran akar tidak boleh terlalu besar sehingga membuntu saluran akar yang akan
mengakibatan cairan irigasi yang disemprotkan tidak mengalir keluar.
- Bahan irigasi disemprotkan secara perlahan-lahan ke dalam saluran akar
- Bahan irigasi digunakan secara bergantian. Bahan irigasi yang terakhir
disemprotkan ke dalam saluran akar harus aquadest steril.
- Menghisap cairan irigasi yang keluar dengan cotton roll atau saliva ejector atau
section. Tidak boleh terkontaminasi dengan saliva.
- Setelah irigasi, saluran akar dikeringkan dengan menggunakan paper point. Tidak
boleh pakai hembusan udara

3.4.8. Bahan dan Obat-obatan Sterilisasi


3.4.8.1 Sebagai desinfektan antibakteri dengan spektrum luas :
- ChKM ( Chlorophenol Kamfer Menthol )
- Cresophene
- Cresatin
- Formokresol
- TKF ( Tri Kresol Formalin )
- Eugenol (sebagai sedative, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang
dikombinasikan pada saat dilakukan devitalisasi.)

3.4.8.2 Preparat poliantibiotik :


Grossman :
- Penisilin ( efektif terhadap gram (+)
- Streptomysin ( efektif terhadap gram ()
- Sodium kapsilat ( efektif terhadap jamur )

3.4.8.3 Kombinasi antibiotik kortikosteroid :


- Kortikosteroid ( mengurangi keradangan periapikal .)

- Antibiotik ( membunuh bakteri ex : septomixine dan ledermix .)

3.4.8.4 Bahan devitalisasi


- Arsen ( As2O3 ) ( digunakan pada gigi permanen.)
- Caustinerf Pedodontique / forte ( digunakan pada gigi sulung.)
- TKF ( Tri Kresol Formalin )

3.4.8.5 Medikamen Intrakanal yang biasa digunakan :


3.4.8.5.1 Golongan Fenol :
- Eugenol
- CMCP ( Camphorated Monoparachlorophenol )
- Parachlorophenol ( PCP )
- Camphorated parachlorophenol ( CPC )
- Metakresilasetat ( cresatin )
- Kresol
- Creosote ( beechwood )
- Timol

3.4.8.5.2 Aldehid :
- Formokresol
- Glutaraldehid

3.4.8.5.3 Halida :
- Natrium hipoklorit
- Iodine kalium iodida

3.4.8.5.4 Steroid

3.4.8.5.5 Hidroksida kalsium


Bukan antiseptik konvensional
Dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Bekerja lambat
Harus berkontak langsung
Dapat digunakan sebagai antiseptik antar kunjungan (terutama pada gigi
nekrotik)

3.4.8.5.6 Antibiotik
3.4.8.5.7 Kombinasi

3.4.9. Perbenihan
3.4.9.1 Prosedur perbenihan :
- Pasien dikontrol lebih dulu
- Siapkan papper point dan cotton pellet. Masukkan papper point dan cotton pellet
ke dalam Glassbead sterilisator dan ditutup, nyalakan, biarkan sampai lampu pada
glassbead sterilisator menjadi hijau (Ready). Papper point dan cotton pellet siap
digunakan. Buka alat glassbead sterilisator.

Hasil Perbenihan negatif, saluran akar dapat diisi dengan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut :
- Tidak ada keluhan pasien
- Tidak ada gejala klinik
- Tidak ada eksudat dalam saluran akar (cek dari papper point yang terdapat dalam
saluran akar caranya ulaskan papper point pada glass lab. Bila tidak berbekas,
berarti bisa dilakukan pengisian), papper point diulaskan di glass lab.
- Tumpatan sementara masih baik

Hasil pembenihan positif, maka dilakukan sterilisasi ulang sampai hasil pembenihan
negatif.

3.4.10. Bahan Pengisian Saluran Akar


3.4.10.1 Syarat-Syarat Bahan Pengisi Saluran Akar
a. Bahan harus dapat dengan mudah dimasukkan ke saluran akar.
b. Harus menutup saluran ke arah lateral dan apikal.
c. Harus tidak mengerut setelah dimasukkan.
d. Harus kedap terhadap cairan.
e. Harus bakterisidal atau paling tidak harus menghalangi pertumbuhan bakteri.
f. Harus radiopak.
g. Tidak menodai struktur gigi.
h. Tidak mengiritasi jaringan periapikal atau mempengaruhi struktur gigi.
i. Harus steril atau dapat segera disterilkan dengan cepat sebelum dimasukkan.
j. Bila perlu dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran akar.

3.4.10.2 Gigi Sulung


- Zinc oxide eugenol paste
- Iodoform paste
- Calcium hydroxide

3.4.10.3 Gigi Permanen


3.4.10.3.1 Siller berbasis OSE
Keuntungan :
Riwayat keberhasilan berlangsung lama, kualitas positif mengalahkan aspek
negatifnya (mewarnai gigi, waktu pengerasan sangat lambat, tidak adhesive, larut).

3.4.10.3.2 Formula Grossman


Bubuk :
- ZnO (badan semen) 42 bagian
- Resin stabelit (konsistensi dan waktu pengerasan) 27 bagian
- Bismuth subkarbonat 15 bagian
- BaSO4 (keradiopakkan) 15 bagian
- Na-barat 1 bagian
Cairan : Eugenol
Masalah yang ada pada formula ini adalah waktu pengerasan sangat lambat, > 2
bulan.

3.4.10.3.3 Plastik
Epoksi tersedia dalam formula bubuk cairan (AH26).
Sifat yang dimiliki : antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah
mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik.
Kekurangannya : mewarnai gigi, relative tidak larut dalam pelarut, agak sedikit
toksik jika belum mengeras dan agak larut pada cairan mulut.

3.4.10.3.4 Hidroksida kalsium (CaOH)2


Siller Ca(OH)2 yang telah diperkenalkan adalah siller yang Ca(OH)2 nya
diinkoporasikan ke dalam basis OSE atau basis plastiknya.

3.4.10.3.5 Ionomer Kaca


Material ini memiliki keuntungan bisa beradhesi ke dentin sehingga diharapkan
bisa mencapai kerapatan yang baik di apeks dan korona dan biokompatibel. Tapi,
kekerasan dan ketidaklarutannya menyukarkan perawatan ulang jika diperlukan dan
menyukarkan pembuatan pasak.

3.4.11. Teknik Pengisian Saluran Akar


3.4.11.1 Alat Pengisian Saluran Akar :
1. Glass plate
2. Alat pengaduk semen
3. Stopper semen
4. Jarum lentulo
5. Finger spreader

Gigi Sulung dan Gigi Permanen


3.4.11.2 Teknik single cone
Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvension
Tahapan :
- Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik
- Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian dimasukan
kedalam saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai panjang kerja dan
diputar berlawanan jarum jam.
- Guttap point ( trial foto disterilkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan )
1. Pilih guttap point yang diameternya sesuai dengan reamer / file terakhir yang
digunakan pada waktu preparasi saluran akar.
2. Tandai guttap point sesuai dengan panjang kerja.
3. Masukkan guttap point dalam saluran akar sebatas tanda.
4. Guttap point yang memenuhi syarat dapat masuk saluran akar sebatas panjang
kerja dan rapat dengan dinding saluran akar.
- Kering ( diulas dengan pasta ) masuk ke dalam saluran akar.
- Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang ujungnya
telah di panasi dengan bunsen burner hingga membara.
- Kemudian dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat lalu ditutup kapas dan
tumpatan sementara menggunakan fletcher atau cavit.

Gigi Permanen
3.4.11.3 Teknik Kondensasi Lateral
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back. Sering digunakan hampir
semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok / abnormal
Tahapan :
- Pencampuran pasta
- Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai dengan
tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di tekan
ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat masuk dalam
saluran akar.
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah
dipanasi
- Guttap point dipadatkan dengan root canal plugger
- Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat,
ditutup kapas dan tumpatan sementara.

3.4.11.4 Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas)


Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back. Menggunakan pluger yang
dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca yang telah dilunakan dengan
panas kearah vertical dan dengan demikian menyebabkan guttap perca mengalir
dan mengisi seluruh lumen saluran akar.
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang
digunakan pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen dengan menggunakan lentulo.
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca. Sebagian
terbakar oleh plugel bila diambil dari saluran akar.

- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan vertical
dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong guttap perca
yang menjadi plastis ke arah apikal
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai
guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran
dalam 3 dimensi foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan
tambahan guttap perca panas.
- Bila pengisisan sudah baik, maka dasar pulpa diberi basis semen ZnPO4,
kemudian ditumpat sementara.

3.4.11.5 Metode seksional (teknik pluger)


Dapat digunakan untuk mengisi saluran ke arah apikal dan lateral. Teknik
menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu bagian 1/3
saluran akar / ujung apikal.
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Pluger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam sterilitator
garam panas (1011)
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran saluran
yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukan ke dalam
saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan ke arah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap perca
yang dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang
dikondensasi
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas nyala
api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical untuk
memampatkan pengisi

3.4.11.6 Metode kompaksi


- Menggunakan panas untuk mengurangi viskositas guttap perca dan menaikan
plastisitasnya

- Digunakan untuk pengisi saluran yang lurus


- Menggunakan metode step back

3.4.11.7 Metode Inverted cone


- Digunakan terbatas pada gigi dengan saluran kecil, berkelok-kelok, yang tidak
dapat diisi dengan kerucut guttap perca secara lepas

3.4.11.8 Metode Role Gutta perca


- Untuk mengisi saluran kecil bahan tersebut yang bengkok

3.4.11.9 Pengambilan Guttap Point dengan GGD


a. Menentukan panjang GGD :
1. Panjang kerja (PK) panjang mahkota = panjang akar
2. Panjang 1/3 apikal = panjang akar : 3
3. Panjang GGD = PK panjang 1/3 apikal
4. GGD dimasukkan dalam contra angle handpiece low speed
b. Membuka tumpatan sementara, cotton pellet diambil.
c. Pemakaian GGD secara berurutan, dimulai dari ukuran besar sampai sesuai
besarnya saluran akar.
d. GGD yang telah disiapkan dimasukkan dalam saluran akar (letak GGD harus lurus
/ sejajar dengan sumbu gigi) kemudian airmotor digerakkan sampai guttap point
terpotong dan seterusnya hingga mencapai panjang kerja GGD yang telah
ditentukan.
e. Serpihan guttap point dibersihkan dari saluran akar dengan hembusan udara.
f. Rongga saluran akar yang kosong diisi dengan kapas steril, kemudian ditumpat
sementara.

3.5 PENYEBAB KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang
frekuensinya paling sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam
diagnosis dan rencana perawatan; kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya
pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang tidak memadai; kesalahan selama
perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan yang tidak cukup; dan
fraktur akar vertikal.
Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan saluran akar dibagi menjadi tiga
tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca perawatan.
Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap
tersebut, maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahaptahap itu.

3.5.1. Faktor Kegagalan Tahap Pra-perawatan


Kegagalan perawatan saluran akar pada tahap praperawatan sering disebabkan
oleh :
1. Diagnosis yang keliru
a. Diagnosis yang tidak tepat, biasanya berasal dari kurangnya atau salahnya
interpretasi informasi, baik informasi klinis maupun radiografis. Radiograf
merupakan alat bantu utama dalam penilaian konfigurasi anatomik sistem saluran
akar perawatan.
b. Tidak teridentifikasinya penyimpangan berbagai sistem saluran akar pada
radiograf sering menjadi penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Fraktur
dentin akar atau didiagnosis keliru. Inflamasi kronis yang timbul akan menyebabkan
defek periodontal, defek ini sering baru terlihat di kemudian hari.
c. Dalam mendiagnosis suatu penyakit sangat diperlukan ketelitian dan
pemahaman dokter gigi akan gejala-gejala suatu penyakit. Karena keterbatasan
pengetahuan, peralatan ataupun karena kelalaian dokter gigi, tidak jarang terjadi
kesalahan dalam mendiagnosis penyakit yang dapat mengakibatkan timbulnya
masalah dalam proses penyembuhan.
2. Kesalahan dalam perencanaan perawatan
Sebagian rencana perawatan adalah mengidentifikasi kasus-kasus mana yang
cenderung akan mengalami kegagalan walaupun baiknya perawatan yang
dilakukan.
3. Seleksi kasus yang buruk
Seleksi kasus menentukan apakah perawatan dapat dilakukan atau tidak. Sejumlah
kegagalan yang disebabkan oleh seleksi kasus yang buruk akan menimbulkan

kekliruan dalam menilai kerjasama pasien serta kesukaran yang mungkin timbul
selama perawatan.
4. Merawat gigi dengan prognosis yang buruk.

3.5.2. Faktor Kegagalan Selama Perawatan


Banyak kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh kesalahankesalahan dalam prosedur perawatan, kesalahan dapat terjadi pada saat
pembukaan kamar pulpa, saat melakukan preparasi saluran akar dan saat pengisian
saluran akar.
- Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa
Tujuan utama pembukaan kamar pulpa adalah untuk mendapatkan jalan langsung
ke foramen apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan penglihatan
pada semua orofis saluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi
mempunyai desain yang berbeda, suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik
akan menghilangkan kesulitan-kesulitan teknis yang dijumpai dalam perawatan
saluran akar.
Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar
pulpa adalah :
1. Perforasi Permukaan akar
Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan karena
preparasi pembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke kamar
pulpa. Hal ini terjadi karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui kesulitan
menemukan lokasi kamar pulpa walaupun dari gambaran foto Rontgen jelas.
2. Perusakan dasar kamar pulpa
Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya perforasi
pada furkasi. Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan membuat
dasar kamar pulpa menadi datar sehingga merusak bentuk corong alamiah orifis
yang akan menyulitkan pemasukan instrumen, paper point serta bahan pengisian
ke dalam saluran akar.
3. Preparasi saluran melalui tanduk pulpa
Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui
tanduk pulpa, selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran
akar dengan baik.

4. Membuat pembukaan proksimal


Pembukaan yang dilakukan melalui karies yang ada proksimal akan menyebabkan
instrumen yang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan, akibatnya
preparasi saluran akar tidak tepat dan instrumen dapat patah dalam saluran akar.
5. Membuat pembukaan yang terlalu kecil
Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan pulpa
terutama yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan pencarian
orifis sehingga saluran akar tidak dapat ditemukan.
6. Preparasi pembukaan melebar ke arah dasar kamar pulpa
Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan
melemahnya kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan
tambalan sementara dan akhirnya terjadi kebocoran.
- Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar
Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan
pembentukan (shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran
akar yang disebabkan oleh :
1. Instrumentasi berlebih (over instrumentasi)
Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat
menyebabakan terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati
konstriksi apikal dapat mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin
dari saluran akar ke jaringan periapikal sehingga dapat memperburuk hasil
perawatan.
2. Instrumentasi kurang (underinstrumentasi)
Instrumen tidak mencapai panjang kerja yang benar sehingga pembersihan saluran
akar tidak sempurna, masih meninggalkan jaringan nekrotik di dalam saluran akar.
3. Preparasi berlebihan
Yang dimaksud dengan preparasi berlebihan adalah pengambilan jaringan gigi yang
berlebih dalam arah mesio-distal dan buko-lingual. Hal ini dapat terjadi dibagian
koronal atau pertengahan saluran sehingga melemahkan akar dan dapat
menyebabkan fraktur akarselama berlangsungnya kondensasi.

4. Preparasi yang kurang

Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa, kikiran
dentin dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk sempurna
sehingga pengisian kurang hermetis.
5. Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi
Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses pembersihan,
pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya birai atau
perforasi lateral akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan menambah buruk
keadaan pada ligamen perodontal sehingga prognosisnya menjadi buruk.
6. Instrumen patah dalam saluran akar
Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan saluran
akar selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apical patahan
yang belum dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari foramen
apikal.
7. Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar
Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada
jaringan periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau
memasukkan jarumnya terlalu dalam dapat mendorong bubuk dentin dan
mikroorganisme keluar dari foramen apikal, sehingga dapat mengiritasi jaringan
periapikal.
8. Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar
Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi
saluran akar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya reinfeksi.
- Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar
Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan
yang terjadi saat pengisian saluran akar, yaitu :
1. Pengisian yang tidak sempurna
Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atau
pengisian yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan
periapikal, saluran akar dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga
terjadi reinfeksi.
2. Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat.
Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat
eksudat yang persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi.

3. Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan tidak steril.


Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu dilakukan
pengisian saluran akar, tidak steril.

3.5.3. Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan


Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara
langsung atau tidak langsung, misalnya.
1. Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk.
Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari rongga
mulut kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar yang
kurang baik akan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan
terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga
mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar.
2. Trauma dan fraktur
Kesalahan preparasi pada waktu pembuatan pasak dapat menyebabkan kegagalan
perawatan. Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan melemahkan
akar gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal.
3. Terkenanya jaringan periodontal
Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan saluran
akar dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak dari
perawatan ortodontik atau penyakit periodontium.

3.5.4. Tanda-Tanda Kegagalan Perawatan Saluran Akar


Di samping kurangnya konsensus mengenai kriteria untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca perawatan yang
memadai juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar 6 bulan sampai
4 tahun. Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun bukan
keberhasilan yang langgeng karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat.
Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan klinis
dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan radiografis
yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan histologis pada
umumnya digunakan sebagai alat penelitian.

3.5.4.1. Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis

Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai
adalah tanda gejala klinis, yaitu :
1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.
2. Perkusi dan tekanan terasa peka.
3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.
4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.
5. Adanya fistula pada daerah apikal.

3.5.4.2. Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis


Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang
dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan,
angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan
hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan
mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi
menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan pun
berbeda. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah
adanya :
1. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption).
2. Pelebaran jaringan periodontium.
3. Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal.

3.5.4.3. Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)


Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada
ketidakpastian mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan
gambaran radiologisnya. Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien
jarang dilakukan. Tanda-tanda kegagalan secara histologis adalah :
1. Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal.
2. Ada mikro abses.
3. Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Pembuatan Mahkota dan Jembatan
Pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi.
Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena
infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi tidak
perlu dilakukan.

4.1.2 Macam-Macam Perawatan Endodontik


4.1.2.1. ENDO KONVENSIONAL
1. PULP CAPPING
a. DIREK
b. INDIREK
2. PULPOTOMI
3. PERAWATAN S.A
a. PULPEKTOMI
b. ENDOINTRAKANAL
4. APEKSIFIKASI
4.1.2.2. ENDO BEDAH
1. KURETASE APEKS
2. RESEKSI APEKS
3. INTENTIONAL REPLANT
4. HEMISEKSI
5. IMPLAN ENDODONTIK

4.1.2.3 Indikasi umum perawatan endodonsia :


1. Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal
2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak
4. Sebagai penyangga / abunment gigi tiruan
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Oral hygiene pasien baik
7. Masih didukung jaringan penyangga gigi yang baik
8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan
9. Operator mampu.

4.1.2.4. Kontraindikasi perawatan endodonsia :


1. Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi
2. Tidak didukung jaringan penyangga gigi yang cukup
3. Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional. Misalnya
gigi yang lokasinya jauh di luar lengkung.
4. Fraktur vertikal
5. Resorpsi yang luas baik internal maupun eksternal
6. Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi; akar terlalu bengkok,
saluran akar banyak dan berbelit-belit.
7. Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga akan menyulitkan dalam
instrumentasi.
8. Kesehatan umum pasien buruk
9. Pasien tidak bersedia untuk dilakukan perawatan
10. Operator tidak mampu.

4.1.3 Prosedur Perawatan Endodontik Konvensional

4.1.3.1 Pulp Capping


Langkah-langkah Pulp Capping :
1. Siapkan peralatan dan bahan.
2. Isolasi gigi.
3. Preparasi kavitas.
5. Ekskavasi karies yang dalam
6. Berikan kalsium hidroksida.

4.1.3.2 Pulpotomi
4.1.3.2.1 Pulpotomi vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk
gigi sulung :
1. Siapkan instrumen dan bahan.
2. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan
3. Isolasi gigi.
4. Preparasi kavitas.
5. Ekskavasi karies yang dalam.
6. Buang atap pulpa.
7. Buang pulpa bagian korona.
8. Cuci dan keringkan kamar pulpa.
9. Aplikasikan formokresol.
10. Berikan bahan antiseptik.
11. Restorasi gigi.

4.1.3.2.2 Pulpotomi Non-Vital


Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama:

1. Siapkan instrumen dan bahan.


2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Preparasi kavitas.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan
rendah.
6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.
7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan
jarum steril.
8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari,
sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1
minggu
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Berikan bahan antiseptik.
4. Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

4.1.3.3 Pulpektomi
4.1.3.3.1 Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.

4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril.


5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau
bor bundar kecepatan rendah.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades
selama 3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah
dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama
5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

4.1.3.3.2 Pulpektomi Non-Vital


Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :
Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan
desinfeksi kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan
debris.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.

8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.


9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

4.1.3.4 Endo Intrakanal


Langkah-langkah perawatan endo intrakanal :
1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar
gigi yang akan dirawat.
2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.
3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau
bor bundar kecepatan rendah.

5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di
saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah
dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama
5 menit.
7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

4.1.4 Teknik Perawatan Saluran Akar


Tahap-tahap perawatan endotektomi :
- Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan
- Menyiapkan file, paper point
- Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital
- Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi
- Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifice : preparasi cavity entrance
- DWF ; tentukan panjang kerja
- Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi : teknik konvensional,
teknik step back, teknik crown down
- Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara. Sterilisasi
ulang, sampai paper point kering dan tidak berbau
- Tes perbenihan
- Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol : teknik single cone, teknik kondensasi lateral,
teknik kondensasi vertikal
- Foto pengisian

- Basis Zn PO4
- Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat tetap.

4.1.5 Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Perawatan Saluran Akar


1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor perawatan, faktor
anatomi gigi dan faktor kecelakaan prosedural.
2. Macam-macam penyebab terjadinya kegagalan suatu perawatan saluran akar
adalah kesalahan yang terjadi pada tahap praperawatan, kesalahan selama
perawatan dan kegagalan pascaperawatan.
3. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar yang mudah ditentukan oleh
dokter gigi adalah dengan cara pemeriksaan klinis dan radiologis, cara histologis
jarang dilakukan.
4. Kegagalan perawatan saluran akar sebagian besar disebabkan oleh faktor
kesalahan selama perawatan dan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta :


Penerbit Universitas Indonesia.
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and
management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia : Lea & febiger.
Harty. FJ. alih bahasa Lilian Yuono. 1992. Endodontik Klinis. Jakarta : Hipokrates.
Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta :
Hafizh.

Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya


Medika.
Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2nd ed.
Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc

Anda mungkin juga menyukai