Perawatan Saluran Akar
Perawatan Saluran Akar
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam masa Perawatan Saluran Akar (PSA) gigi, adakalanya gigi mengalami rasa
sakit, bisa karena saraf pulpa belum seluruhnya mati, bisa juga karena pembersihan
yang belum selesai. Bila gigi mempunyai akar yang bengkok, maka tingkat kesulitan
pembersihan saluran akar lebih tinggi daripada saluran akar yang normal lurus.
Belum lagi bila saluran akar utama mempunyai cabang-cabang. Oleh karena itu PSA
kadang bisa gagal karena faktor-faktor di atas.
Pulpa dalam gigi sewaktu-waktu dapat terkena infeksi atau radang. Pemicu hal ini
antara lain lubang yang sudah dalam, proses lubang yang berlanjut di bawah
tambalan, kebiasaan mengerot-ngerot saat tidur (bruxisme), perokok (menurut
penelitian lebih sering menderita masalah pada gigi yang membutuhkan
penanganan berupa PSA), peradangan gusi parah, tindakan penambalan yang
berulang-ulang pada gigi, crack atau keretakan pada gigi, serta trauma (misalnya
gigi terbentur karena kecelakaan).
Walaupun secara visual tidak terdapat kerusakan (misalkan pada crack yang
halus), namun hal-hal di atas dapat menghancurkan lapisan pelindung pulpa
sehingga bakteri dapat masuk. Bakteri kemudian dapat keluar dari ujung akar dan
menimbulkan infeksi pada tulang dan gusi di sekitar akar gigi. Bila pulpa yang telah
terinfeksi tidak diobati maka dapat menimbulkan sakit dan akan terbentuk nanah.
PSA dibutuhkan karena dapat membuang pulpa dan bakteri yang menyebabkan
infeksi, sehingga tulang di sekitar gigi dapat sehat kembali dan sakit gigi pun
hilang. Gejala-gejala gigi yang membutuhkan perawatan yaitu: sakit sepanjang
waktu, selalu sensitif terhadap panas atau dingin, sakit saat mengunyah atau bila
disentuh, gigi goyang, gusi bengkak, diskolorasi (perubahan warna) gigi, pipi
bengkak dan adanya jerawat kecil berwarna putih di gusi yang mengeluarkan
nanah. Bagaimana pun, terkadang ada juga kasus yang tidak terdapat gejala-gejala
tersebut sama sekali.
Bila satu atau lebih gejala tersebut terjadi pada anda, bisa jadi anda membutuhkan
perawatan saluran akar. Pencabutan belum tentu menyelesaikan masalah. Bila gigi
yang sakit dicabut, gigi-gigi di sebelahnya akan bergeser sehingga mengganggu
gigitan dan pengunyahan. Gigi yang hilang bisa saja diganti dengan gigi palsu, tapi
rasanya tidak akan bisa senyaman gigi asli, khususnya saat dipakai menggigit dan
mengunyah makanan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah semua pembuatan mahkota dan jembatan harus
dilakukan pulpektomi.
2. Untuk mengetahui macam-macam perawatan endodontik beserta indikasi dan
kontraindikasinya.
3. Untuk mengetahui prosedur perawatan endodontik konvensional.
4. Untuk mengetahui teknik dari perawatan saluran akar.
5. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan dari perawatan saluran
akar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada perawatan saluran akar, setelah jaringan pulpa di keluarkan akan terdapat
luka yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi.
Luka ini tidak akan tertutup epitelium, seperti luka pada bagian tubuh lain karena
itu mudah terkena infeksi ulang. Untuk mencegah penetrasi mikroorganisme dan
toksin dari luar melalui ruang pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup dibagian
koronal dan apikal, hal ini untuk mencegah infeksi dan juga untuk memblokir lubang
masuk ke periapikal bagi organisme. Selain itu untuk mencegah infeksi ulang dari
ruang pulpa oleh mikroorganisme dari rongga mulut. Seluruh ruang pulpa harus
diisi, jadi memblokir tubula dentin dan saluran asesori (Harty, 1992).
Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar
antara lain : preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan
(biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan
saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,
terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan
mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan
pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah
dapat mengurangi resiko kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan untuk
perawatan dan menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi (Harty, 1992).
Ada berbagai macam teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi
teknik sementasi cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil
penelitian belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun
memang ada beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari
yang lain (Harty, 1992).
Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat,
pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin perak,
poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam saluran
akar misalnya jodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini setelah
beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras (Tarigan, 1994).
Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc okside
eugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang ditambah
obat- obatan (Harty, 1992).
Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi
paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran
akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut
sesudah dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau
kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur gigi, tidak
mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak larut
dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada waktu dimasukkan harus
dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Tarigan, 1994;
Walton & Torabinejad, 1996).
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor
mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor
patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan
prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).
1. Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat
keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak
mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam
saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton &
Torabinejad, 1996) :
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital
dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa
nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua
lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya
proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk
karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah
menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang
teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.
2. Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang
mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk
diekstraksi (Sommer, 1961).
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting
diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya
telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk,
tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang
buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah
normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung,
diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di
luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).
3. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi
serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam
perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan.
Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton
&Torabinejad, 1996).
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter
gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran
keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal
dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek
dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan
yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin
disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan
tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis,
akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh
(Walton & Torabinejad, 1996).
5. Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran
(Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu
besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari
panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam
saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996).
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada
prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan
pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar
akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan.
Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan
yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak
patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi
ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk
jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar
foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad,
1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil
perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton
&Torabinejad, 1996).
BAB III
PEMBAHASAN
Jadi pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi.
Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena
infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi tidak
perlu dilakukan.
2. PULPOTOMI
3. PERAWATAN S.A
a. PULPEKTOMI
b. ENDOINTRAKANAL
4. APEKSIFIKASI
3.3.2 Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau
memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona
yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas
jaringan pulpa dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada
kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut
untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa
menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak.
Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk
pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi
yang apeks akar belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi.
Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan
penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan
umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal
yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi. Saat ini
para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi.
Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung
dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905
dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi.
Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida
untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari
formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air.
Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai
3. Preparasi kavitas.
Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk
memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap pulpa.
Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah.
Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal
seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
4. Buang pulpa bagian korona.
Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar
kecepatan rendah.
6. Cuci dan keringkan kamar pulpa.
Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum
steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa.
Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
7. Aplikasikan formokresol.
Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan
menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa
bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
8. Berikan bahan antiseptik.
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam
bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung
formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar.
Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing
antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
9. Restorasi gigi.
Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan
amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota
stainless steel.
Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah
untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital,
menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri
yang tersisa di saluran akar.
Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan
pulpotomi mortal (pulpotomi devital). Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan
endodontik dengan cara mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian
dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar.
Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama:
1. Siapkan instrumen dan bahan.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Preparasi kavitas.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan
rendah.
6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.
7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan
jarum steril.
8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari,
sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1
minggu
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi
perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan
perawatan selanjutnya.
3. Berikan bahan antiseptik.
4. Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet.
5. Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
6. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
3.3.3 Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan
perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat
irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun
perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping
atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi
dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar
diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.
Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi, anak
dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada anak
usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih
dari dua pertiga atau tiga perempat.
f. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di
saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
g. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah
dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama
5 menit.
h. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
i. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
j. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol
atau seng fosfat.
k. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
2. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu
letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
b. Outline Form Kaninus RA : bentuknya oval / bulat dengan arah insiso servikal
ektirpasi, diputar searah jarum jam dan ditarik keluar, diulang lagi sampai jaringan
pulpa dicabut.
3. Jika preparasi cavity entrance terlalu lebar maka dinding kavitas menjadi tipis
dan mudah pecah jika ditumpat.
- Iritan: bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah
dan kontaminan lain.
3.4.5.1 Indikasi :
- Saluran akar lurus, tidak bengkok
- Tidak ada obliterasi saluran akar
- Saluran akar jelas
- Kerusakan belum mengenai bifurkasi
- Resorbsi < panjang akar gigi Pulpektomi - Resorbsi > panjang akar gigi
Pulpotomi.
7. Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi
telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.
2. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar
searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam.
3. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.
4. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD)
GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
GGD #3 = sepanjang GGD #2 2 mm
GGD #4 = sepanjang GGD #3 2 mm
GGD #5 = sepanjang GGD #4 2 mm
GGD #6 = sepanjang GGD #5 2 mm
5. Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45
6. Dilakukan irigasi
7. Keuntungan balance force :
- Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula
- Mencegah terjadinya ledge dan perforasi
- Mencegah pecahnya dinding saluran akar
- Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks
- Jarum irigasi dimasukkan kedalam saluran akar. Jarum irigasi yang masuk kedalam
saluran akar tidak boleh terlalu besar sehingga membuntu saluran akar yang akan
mengakibatan cairan irigasi yang disemprotkan tidak mengalir keluar.
- Bahan irigasi disemprotkan secara perlahan-lahan ke dalam saluran akar
- Bahan irigasi digunakan secara bergantian. Bahan irigasi yang terakhir
disemprotkan ke dalam saluran akar harus aquadest steril.
- Menghisap cairan irigasi yang keluar dengan cotton roll atau saliva ejector atau
section. Tidak boleh terkontaminasi dengan saliva.
- Setelah irigasi, saluran akar dikeringkan dengan menggunakan paper point. Tidak
boleh pakai hembusan udara
3.4.8.5.2 Aldehid :
- Formokresol
- Glutaraldehid
3.4.8.5.3 Halida :
- Natrium hipoklorit
- Iodine kalium iodida
3.4.8.5.4 Steroid
3.4.8.5.6 Antibiotik
3.4.8.5.7 Kombinasi
3.4.9. Perbenihan
3.4.9.1 Prosedur perbenihan :
- Pasien dikontrol lebih dulu
- Siapkan papper point dan cotton pellet. Masukkan papper point dan cotton pellet
ke dalam Glassbead sterilisator dan ditutup, nyalakan, biarkan sampai lampu pada
glassbead sterilisator menjadi hijau (Ready). Papper point dan cotton pellet siap
digunakan. Buka alat glassbead sterilisator.
Hasil Perbenihan negatif, saluran akar dapat diisi dengan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut :
- Tidak ada keluhan pasien
- Tidak ada gejala klinik
- Tidak ada eksudat dalam saluran akar (cek dari papper point yang terdapat dalam
saluran akar caranya ulaskan papper point pada glass lab. Bila tidak berbekas,
berarti bisa dilakukan pengisian), papper point diulaskan di glass lab.
- Tumpatan sementara masih baik
Hasil pembenihan positif, maka dilakukan sterilisasi ulang sampai hasil pembenihan
negatif.
3.4.10.3.3 Plastik
Epoksi tersedia dalam formula bubuk cairan (AH26).
Sifat yang dimiliki : antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah
mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik.
Kekurangannya : mewarnai gigi, relative tidak larut dalam pelarut, agak sedikit
toksik jika belum mengeras dan agak larut pada cairan mulut.
Gigi Permanen
3.4.11.3 Teknik Kondensasi Lateral
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back. Sering digunakan hampir
semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok / abnormal
Tahapan :
- Pencampuran pasta
- Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai dengan
tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di tekan
ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat masuk dalam
saluran akar.
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah
dipanasi
- Guttap point dipadatkan dengan root canal plugger
- Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat,
ditutup kapas dan tumpatan sementara.
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan vertical
dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong guttap perca
yang menjadi plastis ke arah apikal
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai
guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran
dalam 3 dimensi foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan
tambahan guttap perca panas.
- Bila pengisisan sudah baik, maka dasar pulpa diberi basis semen ZnPO4,
kemudian ditumpat sementara.
Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang
frekuensinya paling sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam
diagnosis dan rencana perawatan; kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya
pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang tidak memadai; kesalahan selama
perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan yang tidak cukup; dan
fraktur akar vertikal.
Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan saluran akar dibagi menjadi tiga
tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca perawatan.
Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap
tersebut, maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahaptahap itu.
kekliruan dalam menilai kerjasama pasien serta kesukaran yang mungkin timbul
selama perawatan.
4. Merawat gigi dengan prognosis yang buruk.
Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa, kikiran
dentin dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk sempurna
sehingga pengisian kurang hermetis.
5. Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi
Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses pembersihan,
pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya birai atau
perforasi lateral akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan menambah buruk
keadaan pada ligamen perodontal sehingga prognosisnya menjadi buruk.
6. Instrumen patah dalam saluran akar
Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan saluran
akar selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apical patahan
yang belum dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari foramen
apikal.
7. Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar
Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada
jaringan periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau
memasukkan jarumnya terlalu dalam dapat mendorong bubuk dentin dan
mikroorganisme keluar dari foramen apikal, sehingga dapat mengiritasi jaringan
periapikal.
8. Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar
Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi
saluran akar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya reinfeksi.
- Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar
Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan
yang terjadi saat pengisian saluran akar, yaitu :
1. Pengisian yang tidak sempurna
Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atau
pengisian yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan
periapikal, saluran akar dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga
terjadi reinfeksi.
2. Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat.
Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat
eksudat yang persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi.
Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai
adalah tanda gejala klinis, yaitu :
1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.
2. Perkusi dan tekanan terasa peka.
3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.
4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.
5. Adanya fistula pada daerah apikal.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Pembuatan Mahkota dan Jembatan
Pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi.
Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena
infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi tidak
perlu dilakukan.
4.1.3.2 Pulpotomi
4.1.3.2.1 Pulpotomi vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk
gigi sulung :
1. Siapkan instrumen dan bahan.
2. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan
3. Isolasi gigi.
4. Preparasi kavitas.
5. Ekskavasi karies yang dalam.
6. Buang atap pulpa.
7. Buang pulpa bagian korona.
8. Cuci dan keringkan kamar pulpa.
9. Aplikasikan formokresol.
10. Berikan bahan antiseptik.
11. Restorasi gigi.
4.1.3.3 Pulpektomi
4.1.3.3.1 Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.
5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di
saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah
dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama
5 menit.
7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
- Basis Zn PO4
- Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat tetap.
DAFTAR PUSTAKA