Anda di halaman 1dari 25

I.

ANATOMI WAJAH 1
Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga di
lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Wajah
terbentuk dari tulang belakang dan jaringan lunak yang terletak diatasnya (jaringan
otot, jaringan tulang rawan, pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe dan kelenjarkelenjar), yang secara bersama-sama memberikan tampilan dan fungsi dari wajah.
Kulit wajah mempunyai banyak kelenjar keringat dan sebasea. Kulit
dihubungkan dengan tulang yang ada dibawahnya oleh jaringan ikat longgar, yang
di dalamnya terdapat otot-otot ekspresi wajah.
Berdasarkan embriologinya, otot-otot ekspresi wajah terbentuk dari
mesoderm lengkung faring II. Otot-otot wajah dipersarafi oleh saraf lengkung
faring II yaitu nervus fasialis (N.VII).
Berdasarkan fungsinya, otot-otot wajah diklasifikasikan sebagai otot-otot
sfingter dan otot-otot dilator, kedua jenis otot tersebut mengelilingi orifisium pada
wajah (mata, hidung, mulut) dan memiliki fungsi yang berlawanan. Fungsi
keduanya secara silih berganti mengatur gerakan orifisium pada wajah sehingga
terbentuk mimik dan ekspresi dari wajah.

Gambar 1. Otot-otot pada Wajah

Otot-otot kelopak mata


M. Orbikularis Okuli terdiri atas 2 bagian yaitu pars palpebralis dan pars
orbitalis. Pars palpebralis terbatas pada kelopak mata, sedangkan pars orbitalis
meluas melewati batas tulang orbita pada wajah. Pars palpebralis terdiri dari
serabut yang muncul dari ligamen palpebra medial, melengkung sepanjang
kelopak mata didepan tarsus dan berinsersi pada raphe palpebra lateralis. Beberapa
serabut pada kelopak mata bawah menempel di medial pada krista lakrimalis
posterior dan sakus lakrimalis. Pars orbitalis berjalan dari krista lakrimalis anterior
dan prosesus frontalis maksila. Otot-otot ini letaknya mendatar melalui dahi dan
pipi. Persarafan M. Orbikularis Okuli didapatkan dari cabang temporalis dan
cabang zigomatikus N.VII.
Kontraksi otot pars palpebralis menyebabkan mata tertutup secara lembut
atau menyebabkan gerakan mengedip. Pada gerakan ini bulu mata masih terlihat
dan isi sakus konjungtiva tidak berkurang. Kontraksi otot pars orbitalis
menyebabkan alis terletak lebih rendah. Gerakan ini biasanya terjadi saat akan
melindungi mata dari cahaya yang terlalu terang. Jika kedua jenis otot berkontraksi
bersamaan, mata akan tertutup rapat (strwing up the eyes) sehingga isi sakus
konjungtiva berkurang dan bulu mata tidak terlihat. Air mata dapat mengalir ke
pipi. Pada penutupan mata secara normal, bagian sisi lateral kelopak mata atas
menutup terlebih dahulu daripada sisi medial sehingga memudahkan penyebaran
sekresi kelenjar lakrimal menuju medial (hidung).
M. Levator Palpebra superior termasuk otot penggerak bola mata dan
mendapat persarafan dari nervus trochlearis. M. Oksipitofrontalis termasuk bagian
dari otot kepala dan mendapat persarafan dari nervus facialis.
Otot-otot cuping hidung
M. Kompresor Naris berjalan dari maksila dan terletak tranversal pada
hidung. Kontraksi otot ini menyebabkan cuping hidung menyempit. M. Dilator
Nasir berjalan dari maksila dan berinsersi pada alae nasi lateral. Kontraksi otot ini

menyebabkan cuping hidung melebar. M. Procerus dam M. Levator Labii Superior


Alae Nasi jika berkontraksi akan menyebabkan elevasi hidung namun tidak begitu
dapat dilihat secara nyata. Semua otot cuping hidung mendapat persarafan dari
cabang zigomatikus dan cabang bukalis N. VII.
Otot-otot bibir dan pipi
M Orbikularis Oris terdiri dari serabut intrinsik dan ekstrinsik. Serabut
intrinsik terdiri atas incisive slips dan mental slips, menempel pada tulang dekat
garis tengah dan masing-masing sisi berjalan mengelilingi bibir. Serabut intrinsik
ini adalah serabut yang terdapat dari seluruh serabut M. Orbikularis Oris dan
melekat erat pada mukosa bibir. Serabut ekstrinsik terutama dari M. Bucinator,
menyusun sebagian besar M. Orbicularis Oris. Serabut ini berkumpul disuatu
lokasi yang disebut modiolus. Dari modiolus, serabut teratas dan terbawah menuju
bibir atas dan bibir bawah. Serabut yang terletak ditengah akan mengalami
penyilangan, dimana serabut yang terletak diatas menuju bibir bawah dan
demikian sebaliknya. Kontraksi M. OrbikulARIS Oris menyebabkan mulut
mengecil hingga diameter terkecil (seperti saat bersiul). Otot-otot ini mendapat
persarafan dari cabang bukalis dan cabang mandibularis N VII. Kerusakan cabang
N VII misalnya akibat pembedahan kelenjar submandibula akan menyebabkan
tarikan sudut bibir tertinggi.
M Bucinator adalah otot utama pipi yang membentuk batas otot lateral
dalam rongga mulut. Otot ini berorigo pada tonjolan alveolaris mandibula dan
maksila serta kedua raphe pterigomandibula. Serabut otot ini berjalan ke arah
sudut mulut dan bergabung dengan serabut M. Orbikularis Oris melewati bibir atas
dan bibir bawah. Persarafan otot ini didapat dari cabang bukalis N. VII. Otot ini
bertanggung

jawab

atas

gerakan

mengunyah

dan

dibutuhkan

untuk

mengembalikan bolus makanan dari kantong pipi ke gigi molar. Otot ini sama
sekali tidak menggerakkan rahang. Sebenarnya otot ini merupakan otot ekspresi
muka sesuai persarafan N VII dan tidak dikelompokkan ke dalam otot-otot

pengunyah (otot masseter, temporalis, pterigoid) yang dipersarafi cabang


mandibula nervus trigeminus.
Otot-otot dilator bibir
Terdiri atas kelompok otot yang menyebar dari M. Orbikularis Oris seperti
jari-jari roda. Beberapa otot berinsensi pada bibir, lainnya pada modiolus. Otototot ini dipersarafi cabang bukalis dan cabang mandibula N VII. Kontraksi otototot ini menyebabkan mulut membuka, dan gerakan ini biasanya terjadi secara
simultan dengan gerakan membuka rahang.
M.Levator Labii Superior Alae Nasi berjalan dari prosesus frontalis os
maksila dan berinsersi pada kartilago alae nasi dan bibir atas. M Levator Labii
Superior berjalan dari margo inferior orbita dan berinsersi pada bibir atas. Otot ini
berada di atas foramen tempat keluarnya nervus infraorbita. M Zigomatikus Minor
berjalan dari suara zigomatikomaksila, berkumpul pada modiolus. M Zigomatikus
Mayor berkumpul pada modiolus. M Levator Anguli Oris terletak profunda,
berjalan dari fossa kanina menuju modiolus, kemudian keluar kembali sebagai
M.Depressor Anguli Oris yang terletak superfisial.
M Depressor Anguli Oris. M Risorius dianggap sebagai perluasan ke atas
platisma dan berkumpul pada modiolus. Terdapat rongga diatas dan dibawah otot
ini sehingga pada tempat itu arteri dan vena fasialis terlihat. M Depressor Labii
Inferior terletak profunda dari M Depresor Anguli Oris, berinsersi pada bibir
bawah. M Mentalis berjalan dari simfisis mentalis dekat garis tengah lalu turun
menuju dagu. Kontraksi otot ini menyebabkan elevasi dagu dan sering membuat
dagu berkerut.

Gambar 2. Tulang-tulang tengkorak depan dan aliran limfe wajah


Aliran limfe wajah
Cairan limfe dari dahi dan bagian anterior wajah dialirkan ke nodi
lymphoidei submandibulares. Bagian lateral wajah, termasuk bagian lateral
kelopak mata, mengalirkan cairan limfenya ke nodi limphoidei parotidei. Cairan
limfe dari bagian tengah bibir bawah dan kulit dagu dialirkan ke nodi lymphoidei
submentales.
Tulang-tulang wajah
Tulang-tulang yang membentuk tengkorak bagian depan secara diagram,
margo orbitalis superior dan area diatasnya dibentuk oleh os. Frontale, yang di
dalamnya terdapat sinus frontale. Margo orbitalis lateralis dibentuk oleh os.

Zygomaticum dan maxilla. Margo orbitalis medialis dibentuk oleh processus


frontalis maxillae di sebelah bawah.
Pangkal hidung dibentuk oleh ossa nasale, yang berartikulasi di bawah
dengan maxilla san di atas dengan os frontale. Dianterior, hidung disempurnakan
dengan lamina superior dan inferior cartilago hyalin dan cartilago kecil ala nasi.
Tulang yang penting pada sepertiga bagian bawah wajah adalah maxilla,
dengan gigi-geligi dan sinus maxillaris. Tulang sepertiga bagian bawah wajah
adalah mandibula, dengan gigi-geliginya
II. SARAF SENSORIK WAJAH 1
Kulit wajah dipersarafi oleh ketiga cabang nervus trigeminus, kecuali
sebagian kecil daerag di atas angulus mandibula dan kelenjar parotis yang
dipersarafi nervus aurikularis mayor (C2 dan C3) Nervus oftalmikus mempersarafi
regio yang berkembang dari tonjolan frontonasal, nervus maksilaris, untuk regio
yang berkembang dari tonjolan maksila (lengkung faring I), nervus mandibularis
untuk regio yang berkembang dari tonjolan mandibula (lengkung faring I).
1. Nervus oftalmikus mempersarafi kulit dahi, kelopak mata atas, konjungtiva dan
hidung. Saraf ini memiliki 5 percabangan :
a. Nervus lakrimalis mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata bagian
lateral.
b. Nervus supraorbitalis terdapat di tepi atas orbita pada takik supraorbita.
Beberapa cabangnya mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata atas
bagian tengah serta kulit dahi.
c. Nervus supratroklearis terdapat ditepi atas orbita lebih medial dari saraf
supraorbital. Beberapa cabangnya mempersarafi kulit dan konjungtiva
kelopak mata atas bagian medial serta kulit dahi bagian bawah.
d. Nervus infratroklearis meniggalkan orbita di bawah M.Oblikus superior,
mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata atas bagian medial serta
hidung.

e. Nervus nasalis eksterna meninggalkan hidung dan keluar diantara os nasal


dan kartilago nasal. Saraf ini mempersarafi kulit hidung sampai je ujung
hidung.
2. Nervus maksilaris mempersarafi kulit hidung bagian posterior, bagian bawah
kelopak mata, pipi, bibir atas dan sisi lateral orbita. Saraf ini memiliki 3
percabangan :
a. Nervus infraorbitalis merupakan lanjutan nervus maksilaris yang memasuki
orbita dan muncul di wajah melalui foramen infraorbita. Cabang-cabangnya
mempersarafi kelopak mata bawah, pipi, sisi lateral hidung dan bibir atas.
b. Nervus zigomatikofasialis memasuki wajah melalui lubang kecil pada sisi
lateral os zigomatikum, mempersarafi kulit di atas tonjolan pipi.
c. Nervus zigomatikotemporalis keluar dari fosa temporalis melalui lubang kecil
pada sisi posterior os zigomatikum, mempersarafi kulit di atas temporal.
3. Nervus mandibularis mempersarafi kulit bibir bawah, bagian bawah wajah,
daerah temporal dan sebagian aurikula, kemudian saraf ini menarik ke arah sisi
kulit kepala. Saraf ini memiliki 3 percabangan :
1. Nervus mentalis keluar dari foramen mandibula dan mempersarafi kulit bibit
bawah dan dagu.
2. Nervus bukalis keluar dari bawah otot masseter sisi anterior, mempersarafi
kulit bagian pipi.
3. Nervus aurikulotemporalis naik dari tepi atas kelenjar parotis antara pembuluh
darah temporal superfisial dan aurikula, mempersarafi kulit aurikula, meatus
auditorius eksterna, permukaan luar membran timpani dan kulit kepala di atas
aurikula.

Gambar 3. Divisi Nervus Fasialis


Saraf fasialis mempunyai 2 subdivisi , yaitu:11,12
1. Nervus fasialis yang sebenarnya: yaitu nervus fasialis yang murni untuk
mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus
bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
2. Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang
lebih tipis yang membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen
somatis.
Eferen otonom (parasimpatik eferen): datang dari nukleus salivatorius
superior. Terletak di kaudal nukleus. Satu kelompok akson dari nukleus ini,
berpisah dari saraf fasilalis pada tingkat ganglion genikulatum dan
diperjalanannya akan bercabang dua yaitu ke glandula lakrimalis dan
glandula mukosa nasal. Kelompok akson lain akan berjalan terus ke kaudal
dan

menyertai

korda

timpani

serta

saraf

lingualis

ke

ganglion

submandibularis. Dari sana, impuls berjalan ke glandula sublingualis dan


submandibularis, dimana impuls merangsang salivasi.
Aferen somatik: rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari
sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus.
Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf atau tumpang tindih)
ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna, dan bagian luar
membran timpani

SARAF MOTORIS WAJAH 1


Semua otot wajah yang tersebut diatas dipersarafi oleh cabang-cabang
nervus fasialis. Saraf ini tidak mengandung serabut sensoris untuk wajah. Saraf
proprioseptif yang diterima otot wajah berasal dari cabang kutaneus nervus
trigeminus yang mempersarafi kulit di atas otot bersangkutan.
Nervus fasialis keluar dari basis kranii melalui foramen stilomastoideus, di dekat
origo M. Digastrikus venter posterior. Sepanjang perjalanannya, saraf ini
memberikan percabangan sebagai berikut :
1. Nervus aurikularis posterior berjalan ke atas di belakang telinga,
mempeersarafi bagian oksipital M.Oksipitofrontalis.
2. Cabang muskular yang mempersarafi M.Digastrikus venter posterior dan
M.Stilohyoid. selanjutnya saraf ini berlanjut sampai mencapai sisi
poosteromedial kelenjar parotis.
3. Sebelum memasuki kelenjar parotis, saraf ini bercabang menjadi nervus
temporozigomarikus di sebelah atas, dan nervus servikofasialis di bagian
bawah. Dalam kelenjar parotis cabang-cabang tadi membentuk jalinan dan
saat keluar dari kelenjar parotis sudah menjadi 5 cabang akhir nervus fasialis :

a. Cabang temporal, keluar dari tepi atas kelenjar parotis, mempersarafi


aurikular anterior-superior, sebagian frontalis. Fungsi mengerutkan dahi.
b. Cabang zigomatikus atas dan bawah yang masing-masing berjalan di atas
dan bawah mata, mempersarafi frontalis dan bagian atas M.Orbikularis
Okuli dan otot-otot bawah mata.
c. Cabang bukalis mempersarafi M.Bucinator dan serabut otot bibir atas.
d. Cabang mandibularis marginal mempersarafi serabut otot bibir bawah.
e. Cabang servikalis berjalan vertikal ke bawah dari tepi bawah kelenjar
parotis, mempersarafi platisma.
PEMBULUH ARTERI WAJAH 1
Wajah banyak menerima aliran darah dari 2 pembuluh arteri utama yaitu arteri
fasialis dan arteri temporalis superfisial.
Arteri fasialis adalah cabang submandibula, arteri ini melengkung sepanjang
tepi inferior korpus mandibula pada sisi anterior otot masseter. Di lokasi ini, denyut
arteri dapat teraba jelas. Arteri ini lalu berjalan naik dan berkelok menuju sudur
mulut, dilapisi oleh platisma dan otot risorius. Arteri ini masih naik lagi di bawah otot
zigomatikus dan M.Levator Labii Superior, berjalan sepanjang sisi hidung menuju
sudut medial mata kemudian beranastomosis dengan cabang arteri oftalmikus.
Sepanjang perjalanannya, arteri ini mempercabangkan :
1. Arteri submentalis keluar setinggi tepi bawah korpus mandibula kemudian
berjalan ke depan sepanjang tepi bawah mandibula, memperdarahi kulit dagu dan
bibir bawah.
2. Arteri Labialis inferior keluar dari dekat sudut mulut kemudian berjalan ke arah
medial pada bibir bawah dan mengadakan endo-to-end anastomosis dengan arteri
sejenis kontra lateralnya.
3. Arteri Labialis Superior keluar dari mulut kemudian berjalan ke arah medial pada
bibir atas, memiliki cabang yang menuju septum dan alae nadi.

4. Arteri Nasalis Lateral keluar saar arteri fasilais berjalan naik sepanjang sisi
hidung, memperdarahi kulit hidung.
5. Arteri temporalis superfisialis adalah cabang terminal arteri karotis eksterna
setinggi kelenjar parotis, arteri ini menaik hingga mencapai depan aurikula,
mempersarafi regio temporal dan kulit kepala. Arteri fasialis transversa
merupakan cabang arteri temporalis superfisialis yang berawal dari kelenjar
parotis, berjalan ke depan menyilang pipi.
6. Arteri supraorbitalis dan arteri supratroklearis merupakan cabang arteri
oftalmikus yang memperdarahi kulit dahi. Pada kulit kepala, kedua jenis arteri ini
bernastomosis dengan arteri temporalis superfisialis membentuk hubungan sistem
karotis interna dan eksterna.
PEMBULUH VENA WAJAH 1
Aliran darah balik dari regio frontal dibawa oleh supraorbital dan vena
supratroklear, melewati sisi medial kantus, kemudian bergabung membentuk vena
angularis. Selanjutnya vena angularis disebut vena fasialis, berjalan bersama arteri
fasialis sampai suatu titik di bawah tepi inferior mandibula, kemudian menembus
fasia servikalis

profunda untuk bergabung dengan cabang anterior vena

retromandibula.
Aliran darah balik dari regio temporal dibawa oleh cabang-cabang vena
temporalis superfisial. Selanjutnya vena ini bergabung dengan vena maksilaris dari
pleksus pterigoideus membentuk vena retromandibula yang berjalan ke bawah
melewati kelenjar parotis. Pada saat keluar dari sisi bawah kelenjar parotis, vena
retromandibula bercabang menjadi cabang anterior dan cabang posterior. Cabang
anterior bergabung dengan vena fasialis bermuara ke vena jugularis interna. Cabang
posterior menembus fasia servikalis profunda dan bergabung dengan vena aurikularis
posterior berujung pada vena jugularis eksterna.
Anastomosis vena-vena wajah dengan vena-vena otak :

Disudut medial mata vena fasialis beranastomosis dengan vena oftalmika dan
bermuara pada sinus kavernosus otak.

Vena fasialis profunda cabang vena fasialis beranastomosis dengan pleksus


pterigoideus, dimana pleksus ini dihubungkan dengan sinus kavernous oleh vena
yang melewati foramen ovale.

Gambar.4 Inervasi dan Vaskularisasi pada Wajah

III.

PARESE

NERVUS

FASIALIS

DARI

KOMPLIKASI

VULNUS

LASERATUM PADA WAJAH


Kelumpuhan nervus fasialis ( N VII ) merupakan kelumpuhan otot-otot
wajah dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah,
sehingga wajah pasien tidak simetris. Keleumpuhan n. facialis merupakan
gejala, sehingga harus dicari penyebabnya. 2

Gambar 5. Perbedaan Parestesia N.VII Sentral dan Perifer


Perbedaan parese nervus VII sentral dan nervus VII perifer, inti nervus
fasialis juga dapat dibagi menjadi kelompok atas dan bawah. Inti nervus fasialis
bawah mendapat inervasi kontralateral dari korteks somatomotorik dan inti
nervus fasialis bagian atas mendapat inervasi dari kedua belah korteks
somatomotorik. Oleh karena itu, pada paresis nervus fasialis UMN (karena lesi
di korteks atau kapsula interna) otot wajah bagian bawah saja jelas paretik,
sedangkan otot wajah atas tidak jelas lumpuh. Sebaliknya, pada kelumpuhan

nervus fasialis LMN (karena lesi infranuklearis), baik otot wajah atas maupun
bawah, kedua-duanya jelas lumpuh.
N. facialis merupakan saraf cranialis terpanjang yang berjalan di dalam
tulang, sehingga sebagian besar kelainan n. facialis terletak di dalam tulang
temporal. Nervus facialis mempunya dua inti

yaitu inti superior dan inti

inferior. Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, nervus facialis di bagi


dalam 3 segmen, yaitu segmen labirin, segmen timpani dan segmen mastoid.2
Parese nervus fasialis ada dua tipe yaitu tipe UMN (upper motor neuron)
dan tipe LMN (lower motor neuron). Pada tipe UMN kerusakan nervus facialis
terjadi pada jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik, sedangkan
pada tipe LMN atau parese nervus facialis perifer yang terjadi bila nukleus atau
serabut distal nervus fasialis yang terganggu, bisa terletak di pons, di os
petrosus, cavum tympani di foramen stilomasttoideus dan pada cabang-cabang
tepi nervus facialis. Proses patologis di sekitar meatus akustikus internus akan
melibatkan nervus facilais dan akustikus sehingga parese nervus facialis LMN
akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan agesia.3
Penyebab kelumpuhan nervus fasialis bisa disebabkan oleh kelainan
congenital, infeksi, tumor, trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan
penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi telinga tengah.4
1. Kongenital
Kelumpuhan yang didapat sejak lahir ( congenital ) bersifat irreversible dan
terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang pendengaran.1
Pada kelumpuhan saraf fasialis bilateral dapat terjadi karena adanya gangguan
perkembangan saraf fasialis dan seringkali bersamaan dengan kelemahan
okular (sindrom Moibeus).4
2. Infeksi
Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat menyebabkan
kelumpuhan saraf fasialis. Infeksi intracranial yang menyebabkan kelumpuhan

ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes otikus. Infeksi Telinga tengah
yang dapat menimbulkan kelumpuhan saraf fasialis adalah otitis media
supuratif kronik ( OMSK ) yang telah merusak Kanal Fallopi.2
3. Tumor
Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal merupakan penyebab yang
paling sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru,
dan prostat. Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional
dan sel schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis
bisa menginvasi cabang akhir dari saraf fasialis yang berdampak sebagai
bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat jarang, karena
pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu fungsi motorik saraf
fasialis secara ipsilateral.8
4. Trauma
Kelumpuhan saraf fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika
terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain
itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi
penyebab. Saraf fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid, operasi
neuroma akustik/neuralgia trigeminal dan operasi kelenjar parotis.8
5. Gangguan Pembuluh Darah
Gangguan pembuluh darah yang dapat menyebabkan kelumpuhan saraf
fasialis diantaranya thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri
serebri media.2
6. Idiopatik ( Bells Palsy )
Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui penyebabnya
atau tidak menyertai penyakit lain. Pada parese Bell terjadi edema fasialis.

Karena terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan


kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai Bells Palsy.4
7. Penyakit-penyakit tertentu
Kelumpuhan fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu,
misalnya DM, hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi, infeksi
telinga tengah, sindrom Guillian Barre.4

Klasifikasi Kelumpuhan Fasialis


Gambaran dari disfungsi motorik fasial ini sangat luas dan karakteristik dari
kelumpuhan ini sangat sulit. Beberapa sistem telah usulkan tetapi

semenjak

pertengahan 1980 sistem House-Brackmann yang selalu atau sangat dianjurkan .


pada klasifikasi ini grade 1 merupakan fungsi yang normal dan grade 6 merupakan
kelumpuhan yang komplit. Pertengahan grade ini sistem berbeda penyesuaian dari
fungsi ini pada istirahat dan dengan kegiatan.10
Grade

Penjelasan

Karakteristik

Normal

Fungsi fasial normal

II

Disfungsi ringan

Kelemahan yang sedikit yang terlihat pada inspeksi


dekat, bisa ada sedikit sinkinesis. Pada istirahat simetri
dan selaras. Pergerakan dahi sedang sampai baik
Menutup mata dengan usaha yang minimal Terdapat
sedikit asimetris pada mulut jika melakukan pergerakan

III

Disfungsi sedang Terlihat tapi tidak tampak adanya perbedaan antara


kedua sisi Adanya sinkinesis ringan Dapat ditemukam
spasme atau kontraktur hemifasial Pada istirahat simetris
dan selaras Pergerakan dahi ringan sampai sedang
Menutup mata dengan usaha Mulut sedikit lemah
dengan pergerakan yang maksimum

IV

Disfungsi sedang Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan


berat

asimetri. Kemampuan menggerakkan dahi tidak ada


Tidak dapat menutup mata dengan sempurna Mulut

Disfungsi berat

tampak asimetris dan sulit digerakkan.


Wajah tampak asimetris. Pergerakan wajah tidak ada dan
sulit dinilai. Dahi tidak dapat digerakkan Tidak dapat
menutup mata Mulut tidak simetris dan sulit digerakkan

VI

Total parese

Tidak ada pergerakkan

Manifestasi klinis dari parese nervus fasialis tergantung pada lokasi lesi:
a. Lesi pada foramen sternomastoideus distal umunya menyebabkan
kelumpuhan motorik pada semua otot wajah ipsilateral. Mata tidak
dapat ditutup (lagophtalmus) dan dahi tidak dapat berkerut. Tidak
tampak defisit lainnya
b. Lesi pada nervus fasialis bagian petrosa tulang temporal
menyebabkan gangguan lakrimasi dan salivasi, gangguan pengecapan
rasa, dan/atau hiperakusis di samping kelemahan motorik wajah.
Semua manifestasi ini terjadi sebagai perluasan pada lokasi yang tepat
dari lesi.
c. Lesi pada nukleus nervus fasialis atau pada percabangan dalam
batang otak jarang ditemukan, gejala yang terutama jelas terlihat
adalah defisit motorik termasuk lagophtalmus dan ketidakmampuan

dahi berkerut. Lakrimasi, salivasi, dan pengecapan normal karena fusi


parasimpatis dan gustatory berasal dari saraf lain di batang otak.
d. Lesi di atas nukelus nervus fasialis (parese fasialis sentral). Temuan
dominan yang khas dalam kasus ini adalah kelemahan perioral. Mata
masih bisa ditutup pada sisi yang terkena dan dahi dapat berkerut
simetris.13
Parese fasialis sentral
Parese fasialis perifer
Biasanya terlihat pada orang tua, Dapat terjadi pada semua usia; sering

Riwayat

onset akut, tiba-tiba; biasanya disertai dengan nyeri retroauricular;


disertai
Wajah

dengan

hemiparesis Kelemahan terjadi selama satu atau

terutama pada ekstremitas


saat Biasanya normal

istirahat
Pemeriksaan

dua hari, bukan tiba-tiba


Sering normal; terjadi parese fasial
komplit perifer
Pada parese komplit, pasien dapat

otot-otot

Kelopak

mata

selalu

benar benar-benar menutup mata yang

wajah

tertutup ketika pasien menutup terkena

(meskipun

ini

masih

mata; cabang frontal yang terkena mungkin pada lesi parsial CN VII);
selalu

jauh

lebih

sedikit cabang frontal dipengaruhi pada

Pemeriksaan

tingkat yang sama sebagai sisa saraf


Mungkin ada gejala penyerta, Pengecapan yang hilang di sisi

tambahan

kelemahan ipsilateral lidah, atau ipsilateral dari dua pertiga anterior


hemiparesis
ipsilateral

pada

tungkai lidah; berkurang lakrimasi dan air


liur; electromyography menunjukkan
denervasi

Tabel 1.Perbedaan antara parese fasialis sentral dan perifer13

IV. TERAPI PADA PARESE NERVUS FACIALIS (FISIOTERAPI).7,8


A. Farmakologi

Obat-obatan yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan parese nervus


fasialis antara lain 10:
Asam Nikotinik
Pada parese nervus fasialis yang dikarenakan iskemiaAsam nikotinik dan
obat-obatan yang bekerja menghambat ganglion simpatik servikal digunakan
untuk memicu vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan suplai darah ke
nervus fasialis.
Vasokonstriktor, Antimikroba
Obat ini diberikan pada kelumpuhan nervus fasialis yang disebabkan oleh
kompresi nervus fasialis pada kanal falopi. Obat ini bekerja mengurangi
bendungan , pembengkakkan, dan inflamasi pada keadaan diatas.
Steroid
Obat ini diberikan untuk mengurangi proses inflamasi yang menyebabkan
Bells Palsy
Sodium Kromoglikat
Diberikan pada parese nervus fasialis jika dipikirkan adanya reaksi alergi.
Antivirus
Baru-baru ini antivirus diberikan dengan atau tanpa penggunaan prednisone
secara simultan.

B. Tindakan Fisioterapi
Teknologi Fisioterapi :
(a) IR (Infra Red)
Generator infra red di bagi dua yitu IR generator non luminos, hanya
dengan sinar IR dan generator luminos, mengandung IR, sinar Ultra

violet.efeknya adalah meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi


pembulu darah, mempengaruhi jaringan otot, mengaktifkan kerja kelenjar
keringat
(b) SWD (Short Wave Diathermy)
(c) MWD (Micro Wave Diathermy)
(d) US (Ultra Sound), Massage, ES (Electricel Stimulation)
Teknologi Yang Dilaksanakan :
(a) Massage Wajah
Massage diberikan dengan tujuan memberikan penguluran pada otototot wajah yang letaknya superfisial sehingga perlengketan jaringan dapat
dicegah, selain itu memberikan efek rileksasi dan mengurangi rasa kaku
pada wajah. Stroking memiliki efek penenangan dan dapat mengurangi
nyeri, Efflurage dapat membantu pertukaran zat-zat dan melancarkan
metabolisme dengan mempercepat peredaran darah, Finger Kneading
berfungsi untuk memperbaiki peredaran darah dan memelihara tonus otot.
Sedangkan tapping dengan ujung jari dapat merangsang jaringan otot untuk
berkontraksi. Dengan massage tersebut maka efek relaksasi dapat dicapai
dan elastisitas otot tetap terjaga dan potensial timbulnya perlengketan
jaringan pada kondisi Bells Palsy ini dapat dicegah.
(b)

Electrical Stimulation (ES) arus Faradik


Stimulasi energi listrik dengan aliran galvanic berenergi lemah. 5
Tindakan ini bertujuan untuk memicu kontraksi buatan pada otot-otot yang
lumpuh dan juga berfungsi untuk mempertahankan aliran darah serta tonus
otot.7
Electrical

Stimulation

arus

Faradik

yang

diberikan

dapat

menimbulkan kontraksi otot dan membantu memperbaiki perasaan gerak


sehingga diperoleh gerak yang normal serta bertujuan untuk mencegah/
memperlambat terjadinya atrofi otot. Pada kasus Bells Palsy ini rangsangan
gerak dari otak tidak dapat disampaikan kepada otot-otot wajah yang
disyarafi. Akibatnya kontraksi otot secara volunter hilang sehingga

diperlukan bantuan dari rangsangan arus faradik untuk menimbulkan


kontraksi otot. Rangsangan arus faradik yang dilakukan berulang- ulang
dapat melatih kembali otot- otot yang lemah untuk melakukan gerakan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan kontraksi otot sesuai fungsinya.
C. Pengobatan Psikofisikal
Akupuntur, biofeedback, dan electromyographic feedback dilaporkan dapat
membantu pentembuhan Bells Palsy.10
Pengobatan Sekuele ( Gejala Sisa )10
Pengobatan terhadap gejala sisa yang dapat dilakukan antara lain:10
A. Depresi
Pasien dengan parese nervus fasialis memiliki ketakutan bahwa mereka
memiliki penyakit yang mengancam jiwa ataupun penyakit yang melibatkan
pembuluh darah otak. Konseling dan terapi kelompok yang melibatkan
penderita dengan usia yang sama terbukti efektif untuk mengatasi depresi
tersebut.
B. Nyeri
Sebagian pasien dengan Bells Palsy dan hampir seluruh pasien dengan
Herpes Zooster Cephalic merasakan nyeri. Nyeri ini dapat diatasi dengan
analgesic non-narkotik. Dapat diberikan steroid dengan dosis awal 1 mg/ kg
BB/ hari dan tapering off setelah 10 hari penggunaan.
C. Perawatan Mata
Secara umum, Perawatan mata ditujukan untuk menjaga kelembaban mata
agar tidak terjadi keratitis dan kerusakan kornea. Pasien diminta untuk
meengedipkan mata 2 sampai 4 kali permenit disamping penggunaan obat
tetes mata.

Edukasi
(1) Pasien disarankan menghindarkan wajahnya dari paparan udara dingin
secara langsung seperti : jangan tidur dilantai tanpa menggunakan alas
dan bantal, jangan menggunakan kipas angin yang secara langsung
dihadapkan dimuka.
(2) Pasien disarankan melindungi matanya dari terpaan debu dan angin
secara langsung untuk menghindari terjadinya iritasi.
(3) Pasien dianjurkan untuk menutup wajah saat mengendarai sepeda motor
dengan Helm full face dengan kaca mata diberikan tertutup.
(4) Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan didepan kaca (mirror
exercise) seperti : mengangkat alis dan mengerutkan dahi keatas,
menutup mata,tersenyum, bersiul, menutup mulut dengan rapat,
mengangkat sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi-gigi,
mengembangkempiskan cuping hidung, mengucapkan kata-kata labil
a,i,u,e,o dengan dosis minimal 4x sehari selama 5-10 menit.
Heat Theraphy, Face Massage, Facial Excercise
Basahkan handuk dengan air panas, setelah itu handuk diperas dan
diletakkan dimuka hingga handuk mendingin. Kemudian pasien diminta untuk
memasase otot-otot wajah yang lumpuh terutama daerah sekitar mata, mulut dan
daerah tengah wajah.Masase dilakukan dengan menggunakan krim wajah dan
idealnya juga dengan menggunakan alat penggetar listrik. Setelah itu pasien
diminta untuk berdiri didepan cermin dan melakukan beberapa latihan wajah
seperti mengangkat alis mata, memejamkan kedua mata kuat-kuat, mengangkat
dan mengerutkan hidung, bersiul, menggembungkan pipi dan menyeringai.6,7
Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit 2 kali sehari.6
TEHNIK MENJAHIT PADA WAJAH.9
Menggunakan benang yang dapat diserap tubuh plain catgut (5,0-3) untuk
mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan untuk menjahit kulit

(wajah, perut) yang tidak banyak bergerak. Bila menggunakan benang linen, untuk
menjahit kulit (terutama pada kulit wajah) dengan ukuran 4,0 -0. Waktu mengangkat
jahitan dilakukan pada hari ke-4 (untuk benang yang tidak diserap).
Jahitan matras horizontal kontinu digunakan untuk eversi kulit. Jahitan ini
bermanfaat pada daerah dengan tendensi tinggi untuk inversi, misalnya pada leher.
Jahitan ini juga bermanfaat untuk mengurangi penyebaran scar pada wajah. Jika
jahitan dilakukan terlalu kuat, resiko strangulasi jaringan bisa terjadi. Namun, jahitan
ini memerlukan lebih banyak waktu. Tehnik ini menghasilkan scar yang lebih halus
dan datar jika dibandingkan dengan jahitan kontinu sederhana. Jahitan matras vertikal
setengah tenggelam digunakan untuk tujuan kosmetik yang penting misalnya pada
daerah wajah.

Anda mungkin juga menyukai