Anda di halaman 1dari 13

GEOMORFOLOGI SESAR LEMBANG

PATAHAN YANG MENGANCAM BANDUNG

TUGAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penginderaan Jauh

Oleh:
Muhammad Fauzan
270110090077
Kelas B

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2010

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sistem inderaja
1.2 Interpretasi Foto Udara
1.3 Analisis Geomorfologi dengan Foto Udara
1.4 Sistem Sesar
BAB II SESAR LEMBANG
BAB III KESIMPULAN
Daftar Pustaka

1.1

SISTEM INDERAJA

Istilah teknik remote sensing pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun
1960-an, mencakup fotogrametri, interpretasi foto, foto-geologi, dan lain-lain. Setelah Landsat1, yaitu satelit pengamat bumi pertama, diluncurkan tahun 1972 oleh Amerika Serikat, remote
sensing semakin digunakan secara luas. Di indonesia istilah remote sensing ini diterjemahkan
menjadi penginderaan jauh, atau disingkat inderaja.
Ada beberapa definisi tentang penginderaan jauh, yaitu antara lain:

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa berhubungan langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena
yang dikaji. [Lillesand dan Kiefer, 1994]

Remote sensing is defined as the science and technology by which the characteristics of
objects of interest can be identified, measured, or analysed without direct contact
(Penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi dimana karakter obyek
kajian dapat diidentifikasi, diukur, atau dianalisis tanpa bersentuhan langsung) [Shunji
Murai, editor.]

Obyek, daerah, atau fenomena yang diindera dapat terletak baik di permukaan bumi, di
atmosfer, atau pun di ruang angkasa. Pada umumnya sumber data inderaja adalah radiasi atau
energi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari suatu obyek. Alat pendeteksi
dan perekam data tersebut dinamakan remote sensor atau sensor. Alat ini dipasang pada
wahana (platform) seperti pesawat terbang, balon, atau satelit. Karena penginderaan ini
dilakukan dari jarak jauh, tanpa berhubungan langsung, diperlukan media penghubung, yaitu
berupa energi.
Data inderaja dapat berbentuk data citra (image), grafik, atau data numerik. Untuk
menjadi informasi, data tersebut harus dianalisis. Proses menganalisis data menjadi informasi
seringkali disebut interpretasi data. Bila proses tersebut dilakukan secara digital menggunakan
komputer disebut pemrosesan atau interpretasi digital. Analisis data inderaja memerlukan data
acuan misalnya, peta tematik, data statistik, atau data lapangan. Informasi yang dihasilkan dari
analisis data inderaja dapat bermacam-macam tergantung keperluan, antara lain, klasifikasi
tutupan lahan, analisis perubahan suatu tampakan, kondisi sumber daya alam, dan lain-lain.
Informasi tersebut dimanfaatkan oleh para pengguna, baik pihak pemerintah, swasta, peneliti,
ilmuwan, masyarakat, maupun perorangan, untuk membantu mereka dalam proses
pengambilan keputusan, sebagai landasan bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan
pembangunan, perencanaan pengembangan wilayah, atau manajemen sumberdaya alam.
Dewasa ini sejalan dengan perkembangan teknologi wahana ruang angkasa dan sensor
citra, pemanfaatan teknologi inderaja semakin meluas dalam berbagai bidang kajian, antara lain
untuk pemetaan, pertanahan, geologi, kehutanan, pertanian, keteknikan, industri, perkotaan,
cuaca, kelautan, hankam, kajian bencana alam, pertambangan, kebudayaan, geopolitik,
lingkungan dan lain-lain.
Terjadinya peningkatan penggunaan teknologi ini, antara lain disebabkan karena:

a.

Cakupan citra inderaja relatif luas dan lengkap dengan ujud dan posisi obyek
menyerupai keadaan sebenarnya, serta rekaman data dapat menjadi dokumentasi.

b.

Karakteristik obyek yang tidak kasat mata, misalnya perbedaan panas akibat kebocoran
pipa, dapat dideteksi melalui citra infra merah panas.

c.

Pada data citra tertentu dapat memberikan kesan tiga dimensi.

d.

Perekaman data dilakukan dengan periode waktu yang relatif pendek,

e.

Mampu memperoleh data untuk daerah yang sulit dijangkau secara teristris.

f.

Format data berbentuk digital sehingga pengolahannya dapat secara digital.

g.

Informasi multi-spektral, multi-sensor, multi temporal semakin banyak dan resolusi


spasial semakin tinggi.

Keseluruhan proses mulai dari perolehan data, penganalisisan data sehingga penggunaan data
disebut Sistem Inderaja.

I.2

Interpretasi Foto Udara

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk
memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu
proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah
satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu dengan
adanya praktikum tentang interpretasi foto udara dan pembuatan peta tutupan lahan kali ini
diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi mampu melakukan interpretasi foto
udara dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan
pembuatan peta tutupan lahan. Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri
dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur,
dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh) kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi
dengan jelas objek yang sebenarnya.
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsipprinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri
yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan
dan identifikasi suatu objek.
Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto
secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek. Interpretasi foto biasanya
meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan
kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto
udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang
diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh
berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri
sangat bermanfaat diberbagai bidang. Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas
dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan
cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan
bantuan komputer. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional
adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik
dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan
pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang
diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara
kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat
abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi
suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar
interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan
penafsiran objek objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra
foto yaitu :

a. Bentuk

Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam
pengenalan objek pada citrta foto.
b. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
c. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia,
dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.
d. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan
dengan pantulan sinar oleh objek.
e. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi
objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang
bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
f.

Tekstur

Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan
satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan
jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona
individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus
dan bahkan tidak tampak.
g. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam
identifikasi.

1.3

Analisis Geomorfologi dengan Foto Udara

Penginderaan jauh berkembang sangat pesat, salah satunya adalah pengunaan foto
udara sebagai pengumpul data dan pemberi informasi yang tepat, cepat dan akurat dalam
mempelajari geologi. Foto udara digunakan melakukan analisis geomorfologi, untuk
mempelajari bentuk-bentuk lahan dan bentang alam.
Analisis geomorfologi yang dilakukan pada dasarnya berkaitan dalam menentukan
tingkat pengaruh struktur dan litologi pada suatu batuan yang berkembang menjadi morfologi.
Analisis tersebut meliputi analisis pola penyaluran, bentuk lahan, pola patahan dan rona.
Analisis pola penyaluran merupakan langkah yang paling utama dalam mempelajari
geomorfologi, dengan memperhatikan tekstur dari pola penyaluran tersebut. Namun, analisisanalisis lain juga mempunyai peranan yang penting dalam mendukung interpretasi geomorfologi
secara keseluruhan.
Pengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada pelbagai
bidang, misalnya aplikasi geomorfologi pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan
pelbagai bidang teknik sipil atau kontruksi bangunan. Proses geomorfik merupakan faktor
sangat penting yang menentukan proses pembentukan dan perkembangan tanah. Batas unit
sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil
analisis suatu bentuk lahan sangat membantu dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi
kesesuaian lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan
tertentu.
Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi pada landform
tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak atau membekas
(in print) pada landform yang terbentuk oleh proses itu. Proses geologis yang telah dan sedang
terjadi yang dapat dikenali dari kharakteristik landform dan merupakan informasi penting bagi
perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebagainya.

1.4

Sistem Sesar

Batas lempeng dalam skala yang lebih kecil dikenal sebagai sesar yang merupakan
suatu batas yang menghubungkan 2 Blok tektonik yang berdekatan [Puspito, 2000]. Bidang
sesar (fault plane) adalah sebuah bidang yang merupakan bidang kontak antara 2 blok tektonik.
Pergeseran bidang sesar dapat berkisar dari antara beberapa meter sampai mencapai ratusan
kilometer. Sesar merupakan jalur lemah, dan lebih banyak terjadi pada lapisan yang keras dan
rapuh. Bahan yang hancur pada jalur sesar akibat pergeseran, dapat berkisar dari gouge (suatu
bahan yang halus/lumat akibat gesekan) sampai breksi sesar, yang mempunyai ketebalan
antara beberapa centimeter sampai ratusan meter (lebar zona hancuran sesar).

Terdapat dua unsur pada sesar yaitu hanging Wall (atap sesar) dan Foot Wall (alas
sesar). Hanging Wall (atap sesar) adalah bongkah sesar yang terdapat di bagian atas bidang
sesar, sementara itu foot Wall (alas sesar) adalah bongkah sesar yang berada di bagian bawah
bidang sesar. Bidang sesar terbentuk akibat adanya rekahan yang mengalami pergeseran.
Ditinjau dari kedudukan sesar terhadap struktur batuan sekitarnya (biasanya diterapkan
pada sesar dalam batuan sedimen) (Asikin, 1978 dalam Puspito 2000), sesar dapat
diklasifikasikan
sebagai
berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

Sesar Strike, adalah sesar yang arah jurusnya sejajar dengan jurus batuan sekitarnya.
Sesar Dip, adalah jurus dari sesar searah dengan kemiringan lapisan batuan sekitarnya
Diagonal atau Sesar Oblique, adalah sesar yang memotong struktur batuan sekitarnya.
Sesar Longitudinal, adalah arah sesar paralel dengan arah utama struktur regional.
Sesar Traverse, adalah sesar memotong tegak lurus/ miring terhadap struktur regional
(biasanya dijumpai pada daerah terlipat, memotong sumbu terhadap antiklin)

Sementara itu apabila ditinjau dari genesanya, sesar dapat digolongkan menjadi
beberapa
jenis
antara
lain
sebagai
berikut:
1) Sesar Normal apabila Hanging Wall (atap sesar) bergerak relatif turun terhadap foot wall
2) Sesar Naik /sesar sungkup bila Hanging Wall (atap sesar) bergerak relatif naik
terhadap
Foot
Wall
(alas
sesar).
3) Sesar Mendatar/sesar geser (Sesar Strike Slip), bagian yang terpisah bergerak relatif
mendatar pada bidang sesar umumnya tegak (90o).

Sesar Lembang

Sesar Lembang di sekitar Cekungan Bandung,menimbulkan kekhawatiran


sendiri.Karena jika saja aktivitas tektonik menggerakan sesar ini bencana apa yang akan
melanda wilayah sepanjang jalur sesar ini
Patahan atau sesar(fault)adalah retakan di kerak bumi yang telah menggeser blok yang
dipisahkannya.Sesar Lembang digolongkan sebagai sesar normal. Bagian blok Lembang di
sebelah utara ambles menurun sedangkan blok bagian selatan terangkat naik Maka
terbentuklah bidang geser patahan yang miring terjal ke arah utara. Bidang yang memanjang
hingga 22 kilometer lebih ini adalah salah satu landmark yang paling menarik di dataran tinggi
Bandung dan ekspresi geomorfologi yang jelas dari aktifitas neotektonik di cekungan
bandung.Sesar Lembang adalah sesar normal. Bagian hanging wallnya adalah blok sebelah
utara dimana lembah Kota Lembang berada dan bagian foot wall nya adalah blok sebelah
selatan, meliputi juga perbukitan Dago dan Bandung Utara. Kedua blok yang bergeser ini
dicirikan dengan adanya terbing terjal atau gawir sesar yang memanjang berarah barat-timur

Gawir sesar lembang dapat dilihat baik dari peta topografi terutama dari foto udara
ataupun citra satelit seperti yang tergambar diatas. Panjangnya yang mencapai 22 kilometer
lebih dari timur ke barat,tingginya gawir sesar yang mencerminkan besarnya pergeseran sesar
berubah dari sekitar 450-an meter di ujung timur Maribaya(G.Palasari) hingga 40-an meter di
sebelah barat(Cisarua) dan bahkan menghilang di ujung barat di sekitar utara Padalarang.
Pada bagian ini gawir sesar ditutupi endapan gunung api yang lebih muda. Ekspresi geomorfik
yang menandakan sesar bagian timur (yang bercirikan gawir terjal),dengan bagian barat (yang
relative kurang terjal) mudah dikenali secara geografis

Pengolahan citra dengan DEM(digital elevation Mode) menunjukan pola aliran


sungai yang berkaitan dengan jalur sesar lembang yang memanjang lebih dari 22
kilometer
Hasil interpretasi kelurusan dari citra SPOT dengan sangat jelas menunjukan
adanya kelurusan Sesar Lembang yang berarah hamper barat-timur. Selain itu
ternyata terdapat banyak kelurusan yang umumnya juga berarah barat-timur
sejajar sesar lembang di sekitar Perbukitan Dago(Bandung Utara), sekitar kota
Lembang
hingga
lereng
selatan
jajaran
Gunung
Burangrang,Gunung
Tangkubanparahu,dan Gunung Bukit tunggul. Hasil interpretasi ini juga menunjukan
adanya kelurusan Sesar Lembang yang menerus ke Cimeta di barat laut
Padalarang,walaupun terjadi pergeseran di sekitar Cisarua. Pertemuan Sesar
lembang dengan Sesar Cimandiri di sekitar Padalarang, adalah berupa perpotongan.
Sebab,jejak sebesar Cimandiri diduga menerus kea rah timur laut dan masih
terjejaki tepat pada arah kawah utama Gunung Tangkubanparahu. Jalur ini bahkan
masih dapat dijejaki hingga ujung timur laut di daerah Tambakan,Subang

KESIMPULAN
Dari hasil data citra satelit kita dapat mengidentifikasi dan menganalisis
ekspresi morfologi dari peta yang kita amati,seperti yang sudah kita bahas tentang
Sesar Lembang dan dari data citra satelit ini mempermudah para geologist untuk
menginterprestasi daerah yang akan dikunjungi sebelum langsung turun ke daerah
tersebut,seperti yang dilakukan Bemmelen tahun 1934 Nossin et. Al.(1996)
menyimpulkan sejarah morfo structural Sesar Lembang dikaitkan dengan
perkembangan volcano tektonik komplek Gunung Sunda sebagai-berikut
a. Sesar
sebelah
timur
Jalan
Bandung-Lembang,
pertama-tama
terbentuk.Blok utara bergeser turun relative terhadap blok selatan yang
dikenal sebgai blok Palasari.Pergeseran yang membentuk gawir terjal ini
mencapai sedikitnya 450 meter
b. Setelah penyesaran,erupsi besar bersifat paroksismal terjadi dan disebut
Bemmelen sebagai erupsi fase-A Gunung Tangkubanparahu
c. Selama erupsi fase-A,kejadian penyesararan juga terjadi di bagian utara,
menyebabkan terbentuknya kaldera dengan keruntuhan dinding
kalderanya. Lagi,blok utara bergeser terhadap selatan dengan pergeseran
yang menurun dari sekitar 600 meter di bagian timur sampai 100 meter di
bagian barat
d. Terjadi penyesaran tensional(tensional faulting)yang kemungkinan
merupakan kelanjutan penyesaran sebelumnya yang merobek sangat
dalam sehingga mencapai dapur magma Gunung Tangkubanparah
e. Sesar lembang bagian barat jalan Bandung-Lembang kemudian tergeser
membentuk gawir

Daftar Pustaka

Brahmantyo,Budi,T Bachtiar.2009.Wisata Bumi Cekungan Bandung.Jilid I.Cetakan


ke-1.Bandung:
Truedee Pustaka Sejati
Bemmelen,R.W.van.,1936,The
Region,Dit.Geologi,Bandung

Geological

History

of

Bandung

Sutrisno,fadly.Aplikasi Foto Udara Pada Analisa Geomorfologi Teknik.Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai