PENDAHULUAN
hamil
dan
melahirkan
anak
hidup
oleh
suami
yang
mampu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bersama-sama
dan
dapat
dikatakan
sebagai
sindrom
oligoastheno
10
hydrosalphing, sebuah kondisi dimana tuba fallopi menjadi tertutup pada kedua
ujungnya sehingga cairan terkumpul dituba.
b. Penyakit Abdominal
Penyakit abdominal yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah
apendisitis dan kolitis. Penyakit ini dapat menimbulkan inflamasi pada cavum
abdominal yang dapat mempengaruhi tuba fallopi yang dapat berakibat
timbulnya skar dan penutupan saluran tuba.
c. Riwayat Operasi
Riwayat operasi merupakan salah satu penyebab penting pada terjadinya
kerusakan tuba. Operasi pada abdomen dan pelvis dapat menyebabkanb
terjadinya adhesi yang dapat merubah tuba sehingga sel telur tidak dapat
melewatinya.
d. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di saluran tuba, sehingga
dapat terjadi kerusakan tuba.
e. Kelainan kongenital
Hal ini sangat jarang terjadi, pada beberapa kasus, wanita dapat dilahirkan
dengan tuba yang abnormal.
3. Endometriosis
Sekitar 10% dari pasangan infertil disebabkan oleh endometriosis. Dan pada
kenyataannya, 30-40% pasien dengan endometriosis didiagnosis infertil.
Endometriosis merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan adanya
11
pertumbuhan jaringan endometrium pada daerah lain selain cavum uteri, yang
paling sering terjadi pada cavum pelvis, termaduk ovarium.6 Diagnosis pasti dari
penyakit ini hanya bisa ditegakkan dengan laparoskopi untuk melihat uterus, tuba
fallopi,
ovarium,
danperitoneum
pelvis
secara
langsung.
Gejala
pada
endometriosis antara lain adanya menstruasi yang lama, banyak dan nyeri, bercak
premenstrual, perdarahan rectal, dan urgensi urin.6
4. Kelainan pada mukus serviks
Mukus serviks berperan sebagai sarana transportasi sperma yang masuk ke dalam
vagina. Spematozoa memerlukan cairan mukus untuk melindunginya dari
keasaman vaginadan membantunya bergerak masuk kedalam uterus. Oleh karena
itu adanya kelainan pada mukus ini dapat menghambat pergerakan sperma
sehingga tidak bisa sampai ke sel telur.Pada beberapa kasus, mukus serviks juga
dapat mengandung antibodi antisperma, yang juga dapat mengganggu sperma.7
5. Kelainan Uterus
Kelainan uterus seperti adesi dan polips dapat menyebabkan infertilitas. Selain itu
variasi posisi uterus, sumbatan kanalis servikalis juga dapat menyebabkan
infertilitas.7
3. Etiologi Infertilitas dalam Pasangan
1. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,
posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.1
12
2. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang
dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.1
3. Posisi
infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu
dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa
kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat
dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang menunggu di saluran telur
wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan
dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita
menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan
memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.1
II.4 Pemeriksaan
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan secara satu kesatuan. Itu berarti,
kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak
diperiksa. Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai
berikut:8
13
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini
apabila:
a. Pernah mengalami keguguran berulang
b. Diketahui mengidap kelanan endokrin
c. Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d. Pernah mengalami bedah ginekologik
2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum punya anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertiitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
istri dan anaknya.
1. Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menemukan bukti kelainan yang
dapat menyebabkan menyebabkan infertilitas. Pada pemeriksaan fisik pasangan
wanita, perhatian khusus harus diberikan untuk mengidentifikasi tanda-tanda
kelebihan androgen, yaitu hirsutisme, kebotakan, dan jerawat. Ukuran dan mobilitas
organ reproduksi dan adanya nodul endometriosis dapat dinilai selama pemeriksaan
bimanual. Jika ada kecurigaan infeksi PMS, spesimen serviks dapat diperiksa untuk
dikultur. Pada pemeriksaan terhadap pasangan laki-laki, defisiensi androgen harus
14
dicari, seperti rambut tubuh berkurang, dan ginekomastia. Pada pemeriksaan genital,
yang harus dinilai adalah OUE untuk menyingkirkan adanya epispadia atau
hipospadia, yang dapat mengganggu deposisi sperma di vagina. Oleh karena tubulus
seminiferus menyusun sekitar 80% sampai 85% dari seluruh massa testis, maka
evaluasi ukuran testis dengan orchidometer Prader dapat memberikan penilaian
global mengenai fungsi testis. Pemeriksaan pada skrotum untuk menyingkirkan
varikokel harus dilakukan dengan posisi pasien berdiri dan kemudian dilakukan
manuver Valsava. Selain itu, tanda-tanda peradangan epididimis seperti penebalan
epididimis atau nyeri tekan dapat ditemukan pada palpasi skrotum.9
2. Pemeriksaan infertilitas
Pemeriksaan fisik dari pasangan subur dapat mengidentifikasi penyebab yang
berpotensi dapat menyebabkan infertilitas yang kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan tes laboratorium khusus atau studi pencitraan. Pada
pasangan infertil, pendekatan diagnosa secara sistematis diperlukan untuk evaluasi
diagnostik infertilitas.9
a. Faktor Pria: Analisis Semen
Setiap laiki-laki dalam semua pasangan infertil harus menjalani analisis air mani,
terlepas dari riwayat kesuburannya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
penyebab infertilitas pria banyak sekali, termasuk eksposur terhadap obat, racun,
penyalahgunaan zat, trauma testis, infeksi, dan riwayat operasi sebelumnya.
Sedikitnya 2 atau 3 spesimen yang diambil dalam interval 1-2 bulan
direkomendasikan untuk analisis semen. Jika mereka berbeda secara nyata dalam
15
16
Apabila hasil analisis semen abnormal pada pasangan laki-laki, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan penyebab infertilitasnya.9
Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakcocokan imunoligik antara suami dan
istri maka dapat dilakukan uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical
mucus contact test (SCMC test)). Uji yang dikembangkan oleh Kramer dan Jager ini
dapat mempertunjukkan adanya antibodi lokal pada pria atau wanita. Menurut
Kremer dan Jager, pada ejakulat dengan autoimunisasi, gerakan maju spermatozoa
akan berubah menjadi terhenti, atau gemetar ditempat kalu bersinggungan dengan
lendir serviks. Perangai gemetar ditempat ini terjadi pula kalau air mani yang normal
bersinggungan dengan lendir serviks dari wanita yang serumnya mengandung
antibodi terhadap spermatozoa suami. Uji ini sangat berguna untuk menyelidiki
adanya faktor imunologik apabila ternyata uji pasca senggama (postcoital test) selalu
negatif atau kurang baik, sedangkan kualitas air mani dan lendir serviks normal.
Perbandingan banyaknya spermatozoa yang gemetar ditempat, yang maju pesat, dan
yang tidak bergerak mungkin menentukan prognosis fertilitas pasangan itu.8
b. Faktor Ovulasi
Gangguan ovulas terdapat pada sekitar 15% dari seluruh pasangan infertil dan
40% dari semua wanita infertil. Penyebab gangguan ovulasi ini bermacam-macam,
antara lain hipotiroidisme, hiperprolactinemia, PCOS, obesitas, faktor umur ibu.
Untuk melihat bagaimana fungsi ovulasi seorang wanita, riwayat menstruasi
merupakan tanda yang akurat. Wanita dengan siklus reguler antara 25-35 hari dan ada
gejala premenstrual ternyata lebih dari 95% bersifat ovulatoar. Untuk mngetahui
17
terjadinya ovulasi ada beberapa tes sederhana yang dapat dilakukan, seperti
pengukuran serum progesteron dan pembuatan grafik suhu basal tubuh.9
Tes serum progesteron merupakan tes yang murah dan banyak digunakan.
Pada tes ini memanfaatkan kenaikan serum progesteron setelah terjadi ovulasi.
Spesimen darah diambil di hari ke 21 pada siklus menstruasi reguler 28 hari. Adanya
serum progesteron lebih dari 3 ng/ml menunjukkan telah teradi ovulasi. Namun tes
ini sering terjadi negative palsu karena perlu pengambilan spesimen darah pada waktu
yang tepat.9
Pengukuran suhu basal tubuh digunakan untuk mengukur secara tidak
langsung kenaikan level hormon progesteron yang mempunyai efek termogenik.
Peningkatan hormon progesteron sete;ah terjadi ovulasi akan meningkatkan suhu
basal tubuh 0,3o-0,6o C yang biasanya berlangsung selama 11-14 hari setelah ovulasi.
Pengukuran suhu basal tubuh ini dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur.
Pengukuran pertama dilakukan pada hari pertama menstruasi. Pemeriksaan ini akurat
untuk memastikan adanya ovulasi namun kurang akurat untuk memastikan waktu
terjadinya ovulasi.9
Selain kedua tes diatas juga ada tes dengan menggunakan ovulation predictor
kit. Alat ini menggunakan enzim immunoassay untuk mendeteksi adanya peningkatan
LH yang diketahui merupakan pemacu terjadinya ovulasi. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan urin pasien untuk mendeteksi adanya LH, yang akan
menghasilkan perubahan warna pada indikator alat ini. Pemeriksaan dilakukan
pertama kali pada hari ke sepuluh setelah awal menstruasi dan diperiksa pada hari
18
keberapa terjadi perubahan warna indikator pada alat. Positif palsu dapat terjadi bila
urin yang dipakai adalah urin pagi karena urin pagi cenderung lebih pekat. Pada
pemeriksaan ini juga bisa didapatkan LH pada urin yang persisten selama satu bulan
penuh, ini biasanya menunjang untuk dicurigai PCOS.9
3. Faktor Cervical
Infertilitas karena faktor srviks biasanya disebabkan oleh kelainan produksi
mukus atau adanya gangguan pada interaksi antara sel sperma dan mukus serviks.
Secara tradisional, hal ini dapat dideteksi dengan melakukan postcoital test (PCT).
PCT dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum ovulasi diprediksikan terjadi, kemudian
pasangan yang dilakukan tes diminta untuk melakukan hubungan seksual antara 2-12
jam sebelum tes. Setelah itu wanita kemudian datang ke petugas medis, yang akan
mengambil mukus serviksnya. Lendir kemudian ditempatkan pada kaca slide dimana
spinnbarkheitnya (stretchability) dinilai. Jumlah sperma yang motil juga dihitung per
bidang high power mikroskopis. Namun PCT ini tidak direkomendasikan oleh
American Society for Reproductive Medicine, karena 3 alasan, yaitu:9
1. Tes ini tidak distandarisasikan, tidak sensitif, tidak spesifik, dan tidak prediktif.
2. Faktor serviks jarang ditemukan sebagai satu-satunya faktor yang menyebabkan
infertilitas.
3. Pengobatan secara kontemporer untuk mengobati infertilitas yang tidak dapat
dijelaskan dapat mengaburkan keterlibatan faktor serviks dalam infertilitas.
19
20
Selain itu ada pula cara lain untuk memeriksa patensi tuba yaitu dengan
pertubasi. Pertubasi. Atau uji Rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan
meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis
servikalis. Apabila kanalis servikouteri dan salah satu atau kedua tubanya paten, maka
gas akan mengalir bebas ke dalam kavn peritonei. Patensi tuba akan dinilai dari
catatan tekanan aliran gas sewaktu dilakukan peniupan. Insuflator apapun yang
dipakai, kalau tekanan gasnya naik dan bertahan sampai 200 mmHg, maka dikatakan
ada sumbatan tuba, kalau naiknya hanya 80-100, salah satu atau kedua tubanya
dianggap paten. Tanda lain yang menyokong patensi tuba adalah terdengarnya pada
auskultasi suprasimfisis tiupan gas masuk ke dalam kavum peritonei seperti bunyi
jet atau nyeri bahusegera setelah pasien dipersilahkan duduk sehabis pemeriksaan,
akibat terjadinya pengumpulan gas di bawah difragma.8
5. Faktor peritoneum
Penyakit peritoneum seperti endometriosis dan adesi dapat ikut meberikan
kontribusi terhadap terjadinya infertilitas. Endometriosis ditemukan ada sekitar 25%40% wanita yang infertil, yang jumlahnya kira-kira 10 kali dari populasi umum.
Dalam hal ini, laparoskopi bisa dilakukan untuk mendeteksi penyebab infertilitas bila
alat diagnostik lain gagal.9
II.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Wanita
21
A. Pengobatan
Obat-obatan untuk menginduksi ovulasi dapat digunakan untuk mengobati
wanita dengan amenore atau yang mempunyai menstruasi tidak teratur. Adapun jenisjenis pengobatan yang bisa diberikan adalah:7
1. Anti-Estrogen
Clomifen sitrat dapat membantu untuk menstimullasi terjadinya ovulasi pada
wanita dengan amenore atau menstruasi tidak teratur. Clomifen dapat digunakan
pada wanita dengan infertilitas yang tak diketahui dan PCOS. Clomifen bekerja
dengan berkompetisi dengan hormon estrogen untuk menempati reseptornya di
otak. Oleh karena jumlah estrogen yang terikat dengan reseptornya sedikit maka
tubuh akan memberikan sinyal ke otak bahwa mereka kekurangan estrogen dan hal
ini akan merangsang pelepasan hormon FSH dan LH ke dalam pembuluh darah.
Tingginya kadar FSH akan menstimulasi ovarium untuk membentuk folikel yang
berisi sel telur, dan tinginya kadar LH akan menyebabkan pelepasan sel telur dari
folikel matur dalam sebuah proses yang disebut ovulasi. Pengobatan ini efektif
untuk membantu meningkatkan fertilitas pada wanita dengan PCOS, terbukti
sekitar 70%-80% penderita PCOS akan berovulasi dengan pemberian klomifen
sitrat.
2. Gonadotropin
22
23
24
cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini dengan menurunkan produksi
prolaktin, sehingga ovarium dapat bekerja dengan baik.
6. Aromatose Inhibitor
Inhibitor aromatose digunakan terutama pada kanker payudara pada wanita
postmenopause. Mereka bekerja dengan menurunkan kadar estradiol dalam
sirkulasi dan mengurangi umpan balik negatif yang menstimulasi peningkatan
sekresi dari kelenjar pituitari dan sebagai akibatnya akanmeningkatkan kerja
ovarium. Jenis obat penghambat aromatose ini adalah letrozole dan anastrozole.
B. Terapi Bedah
Kadang-kadang penyebab infertilitas dapat ditangani dengan pembedahan.
Sebagai contoh, operasi merupakan pilihan terapi untuk beberapa kelainan tuba,
PCOS, adhesi, endometriosis, dan kelainan uterus. Terapi bedah untuk infertilitas
antara lain:7
1. Ovarian Drilling
Wanita infertil dengan PCOS mempunyai kesulitan dalam ovulasi. Ovulasi dapat
diinduksi secara pembedahan dengan prosedur yang disebut ovarian drilling atau
ovarian diathermy. Prosedur ini berguna untuk wanita dengan PCOS yang resisten
terhadap pengobatan dengan klomifen sitrat. Ovarian drilling dilakukan secara
laparoskopi melalui lubang insisi kecil, kemudian beberapa insisi kecil dilakukan
pada ovarium dengan menggunakan panas atau laser. Proses ini akan membantu
kelainan hormon dan mmemacu terjadinya ovulasi.
25
26
27
c. Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis
sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang terjadi
kronik mungkin hanya akan menurunkan kualitas sperma, dan masih dapat
diperbaiki menjadi seperti semula. Air mani yang selalu mengandung banyak
leukosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri
punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi kronik traktus genitalis.
Antibiotika yang terbaik adalah yang akan terkumpul dalam traktus genitalis
dalam konsentrasi yang besar, seperti eritromisin, tetrasiklin, dan kotrimoksazole.8
d. Defisiensi Gonadotropin
Sama halnya dengan wanita, kurangnya hormon gonadotropin pada pria juga dapat
menyebabkan infertilitas walaupun hal ini jarang terjadi. Pria dengan defisiensi
gonadotropin
bawaan
sering
kali
mengalami
pubertas
yang
terlambat.
28
29
kerusakan tuba, infertilitas yang tak diketahui, endometriosis, dan infertilitas pada
laki-laki.7
30
menggunakan
kateter
kecil
melalui
serviks.
Dengan
cara
ini
memungkinkan sperma secara natural membuahi sel telur di tuba fallopi. Untuk itu
tuba fallopi sang wanita haruslah sehat. Tidak berbeda jauh dengan GIFT, ZIFT
dilakukan dengan cara yang sama, tetapi pada ZIFT yang dipindah ke tuba fallopi
adalah dalam bentuk zigot bukan sel telur dan sperma seperti pada GIFT. Kedua
teknik ini sekarang sudah tergantikan dengan IVF sehingga jarang dillakukan.
Dengan teknik ini persentase terjadinya kehamilan lebih tinggi sedikit daripada
dengan teknik IVF, namun prosedur pelaksanaannya lebih rumit dan tidak nyaman
bagi pasien.7
31
32
33
34
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
memperoleh anak setelah berhubungan seksual secaa teratur selama 1 tahun dan tanpa
menggunakan kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan
pasangan suami istri untuk memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara
teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya pasangan
ini telah mempunyai anak.
Infertilitas bisa disebabkan oleh faktor laki-laki, faktor wanita, dan faktor
keduanya. Ada beberapa penatalaksanaa yang dapat menjadi pilihan bagi pasangan
infertil sesuai dengan masalah yang dialami, yaitu pemberian obat-obatan,
pembedahan, dan assisted reproductive technology.
35