PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Proyek
Proyek peningkatan Ruas Jalan Dalam Kota Soe, merupakan proyek yang
dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam hal ini,
Dinas pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Timor Tengah Selatan selaku
pemilik proyek menetapkan CV. Rahayu Indah Perdana sebagai pelaksana proyek
berdasarkan surat perjanjian kontrak Nomor : PU. 600. 602. 01./355. A/VII/2015
tanggal 4 Agustus 2015.
4.1.1 Data Umum Proyek
Data-data proyek pekerjaan peningkatan Ruas Jalan Dalam Kota Soe
sebagai berikut :
Program
Kegiatan
Pekerjaan
Lokasi
: Kabupaten TTS
Sumber dana
Biaya
: Rp. 2.413.255.000,00
Tahun anggaran
: 2015
Waktu pelaksanaan
Masa Pemeliharaan
27
28
Direktris
Kepala Proyek
Pelaksana
Quality Control
30
32
mineral yang lolos saringan No. 200 (0,074 mm) bisa berupa kapur, debu batu,
atau bahan lain, dan harus dalam keadaan kering (kadar air maksimim 1%).
4.3.7 Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur antara lain: pekerjaan pasangan batu.
a. Pekerjaan Pasangan Batu
Pasangan batu digunakan hanya struktur seperti dinding penahan tanah,
gorong - gorong, drainase jalan, bangunan peluncur, pasangan batu kosong dan
bak control.
4.3.8 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Pekerjaan ini meliputi penggalian dan persiapan bahu jalan untuk
dikembalikan kondisinya. Pemasokan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan
dan pelaburan bila manan diperlukan untuk bahan bahu jalan harus sesuai dengan
garis dan kelandaian dan dimensi yang ditunjukan dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan.
4.3.9 Pekerjaan Harian
Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat terdiri
dari pekerjaan jenis apapun dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari
Drainase, Galian, Timbunan, Struktur atau pekerjaan lainnya.
33
1.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi Agregat Kelas B sebagai berikut :
a. Sebelum quary material dan contoh material yang akan digunakan sebagai
bahan campuran agregat sudah di tes dan di setujui oleh direksi, material
tersebut diambil dari quary PT. Nanda Karya Putra Pratama
b. Fraksi kasar adalah agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm
harus terdiri dari dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang awet.
Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan di keringkan tidak
boleh digunakan. Untuk agregat kelas B, agregat kasar yang digunakan
berasal dari kerikil, tidak kurang dari 60% berat agregat kasar dengan
angularitas 90/95 sedangkan untuk agregat kelas A agregat kasar berasal
dari kerikil tidak kurang dari 100% berat agregat kasar dengan angularitas
90/95
c. Fraksi halus diambil dari pasir alam, partikel halus lainnya atau material
selected yang diolah di Stone Crusher sehingga lolos ayakan 4,75 mm
34
agregat
menggunakan
Dump
Truk
dan
35
menggunakan
Dump
Truk
dan
37
39
40
Agregat Kelas A
= 435m x 0,15m x 1m
= 65,25 m
Jalan Meranti
Panjang = 179 m
Tebal =0,15 m
Lebar = 1 m
Volume = P x L X T
= 179m x 0,15m x 1m
= 26,85 m
Volume Total = 92,1 m
4. Tenaga kerja dan alat berat yang digunakan
a. Tenaga Kerja
1 Operator Vibro Roller Mini
1 Operator Vibro Roller
1 Sopir mobil tengki dan 1 konjak
1 Sopir Dump Truk
5 Orang tenaga kerja harian
b. Alat Berat
Vibro Roller Mini
Dump Truk
42
atau sekitar 25% minyak tanah dan kurang lebih 75% aspal.
Kebutuhan bahan per meter persegi
Untuk lapis resap pengikat, kebutuhan bahan per meter persegi
adalah 0,4-1,3 liter
Untuk lapis perekat, kebutuhan bahan per meter persegi adalah
1. Pelaksanaan
a. Aspal dan minyak tanah/kerosin dimasukan ke asphalt sprayer sesuai
komposisinya, kemudian dipanaskan pada suhu 150 c -165 .Sehingga
menjadi campuran homogen yang siap untuk disemprotkan kepermukaan
yang akan diberi lapis resap pengikat/lapis perekat.
43
b. Permukaan yang akan disemprot dibersihkan lebih dahulu dari debu dan
kotoran dengan menggunakan compresor.
c. Permukaan yang akan disemprot harus kering.
d. Sebelum dilakasanakan penyemprotan dilakukan trial ketebalan yang akan
digunakan sesuai dengan desain, dengan cara sebagai berikut :
Timbang lembaran serap untuk lahan penguji seluas 25x25 cm
penguji.
Timbang lembaran serap/penguji yang telah dilapisi aspal cair.
Perbedaan berat dipakai untuk menentukan takaran kandungan aspal
tiap m.
e. Setelah didapatkan ketebalan penyemprotan, dilakukan penyemprotan
untuk seluruh lahan yang telah siap.
f. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 m; Asphalt sprayer
dijalankan 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan
kecepatan tetap.
g. Bila diperintahkan lintasan penyemprotan harus satu jalur atau setengah
lebar badan jalan, maka harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap
selebar 20 cm).
h. Benda uju paper test (kertas ukuran 25x25 cm) diletakan minimum 3 buah
melintang x 5 buah memanjang dalam jarak 200 m. Kertas paling tepi
berjarak min 50 cm dari tepi bidang yang disemprotkan dan berjarak 10 m
dari titik awal penyemprotan.
i. Bahan yang berlebihan atau tergenang di atas permukaan harus diratakan
dengan alat pemadat karet, sikat ijuk atau alat penyapu karet.
j. Permukaan jalan yang sudah disemprot, dilindungi dari kerusakan dan
lalulintas denganmemasang rambu/tanda-tanda.
k. Rambu atau tanda-tanda dibuka setelah akan dilakukan penghamparan
perkerasan aspal diatasnya.
2. Volume Pekerjaan
a. Jalan kobelete-bikium segmen II.
L=4 m
P=435 m
Luas= 4 x 435 =1740 m
Komposisi campuran = 1 liter/m
Volume pekerjaan = 1740 x 1
=1740 liter
b. Jalan akasia
44
L=3 m
P=794 m
Luas= 3 x 794 =2382 m
Komposisi campuran = 1 liter/m
Volume pekerjaan = 2382 x 1
=2382 liter
c. Jalan meranti
L=4 m
P=179 m
Luas= 4 x 179 =716 m
Komposisi campuran = 1 liter/m
Volume pekerjaan = 716 x 1
=716 liter
Total = 4838 liter
3. Tenaga kerja dan alat yang digunakan
a. Tenaga kerja
1 operator penyemprot aspal tangan ( asphalt sprayer )
1 operator compressor
1 sopir pick up dan 2 buruh
Tenaga harian ( pembakaran )
Tenaga lab untuk pengujian
b. Alat
Asphalt sprayer
Compressor
Peralatan pengujian
Pick up
Drum
4.4.3 Lapis Permukaan Antara Lapis Tipis Aspal Beton ( LATASTON = HRS
Base )
1. Ketentuan dan Persyaratan spesifikasi :
a. Sisa ringga udara minimal 2,5 % pada kepadatan membal ( ferusal
density )
b. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %
c. Berat jenis ( bulk specific grafity ) agregat kasar dan halus minimum
2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2
d. Agregat Kasar :
Terdiri dari BP yang tertahan ayakan no. 8 ( 2,36 mm )
Bersih, keras, awet dan bebas lempung dan bahan yang tidak
dikehendaki lainnya
Ukuran maksimum agregat adalah satu ayakan yang lebih besar
dari ukuran normal maksimum
45
Nilai
Abrasi
Maks 40 %
Kelengketan agregat terhadap aspal
Min 95 %
Angularitas
95/90*
Partikel pipih dan lonjong
Maks 10 %
Material lolos saringan no. 20
Maks 1 %
( * ) = 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai bidang pecah
atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau
lebih
Sumber : persyaratan spesifikasi dalam kontrak, 2015
e. Agregat Halus
Terdiri dari pasir dan ayakan batu pecah lolos saringan no. 8 (2,36
mm)
Pasir dapat digunakan dalam campuran aspal maksimum 10 %
Bersih, keras, awet dan bebas lempung dan bahan yang tidak
dikehendaki lainnya
Tabel 4.2 persyaratan pengujian untuk agregat halus
Pengujian
Nilai
Nilai setara pasir
Maks 40 %
Material lolos saringan no. 200
Min 8 %
Angularitas ( kedalaman dari permukaan < 10 cm )
Min 45
Angularitas ( kedalaman dari permukaan > 10 cm )
Min 40
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
f. Filler
Partikel lolos saringan no. 200 ( 0,075 mm ) 75 % terhadap berat
Berupa batu kapur, PC, abu terbang atau abu batu yang bebas dari
lempung
46
g. Syarat gradasi
Tabel 4.3 syarat gradasi
Ukuran ayakan
Prosen berat yang lolos
ASTM
( mm )
HRS WC
HRS Base
1, 5
37, 5
1
25
19
100
100
12,5
90 100
90 100
3/8
9,5
75 85
65-90
No. 4
4,75
No. 8
2,36
50 72
35 53
No. 16
1,18
No. 30
0,6
35 60
15 35
No. 200
0,075
8- 16
29
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
h. Pengendalian Mutu
Tabel 4.4 Pengendalian mutu
Pengendalian mutu
sampe
l
Frekwensi
Agregat
Abrasi
Gradasi di stock pile
Gradasi di hotbin
Nilai setara pasir / sand equivalent
Campuran
Temperatur di UPA
Temperatur saat sampai dilapangan
Kepadatan, stabilitas, kelelehan, marshall quotient
Rongga dalam campuran pada ketebalan membal
Campuran rancangan ( mix design ) marshall
Lapisan yang dihampar
1
1
2
1
5000 m
1000 m
250 m
250 m
1
3
2
1
1
Core drill
200 m
Toleransi pelaksanaan
Elevasi permukaan
3
12,5 m
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
i. Ketentuan Kepadatan
Tabel 4. 5 ketentuan kepadatan
Kepadatan yang
disyaratkan
Kepadatan
minimum rata
47
Nilai minimum
setiap pengujian
rata ( % JSD )
34
98, 1
98
5
98, 3
6
98, 5
34
97, 1
9
5
97, 3
5
97,5
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
(% JSD )
95
95
95
94
94
94
j. Toleransi Tebal
Lapis pondasi HRS = Base dengan tebal minimum 35 mm, toleransi tebal
yang diisyaratkan 3 mm
2. Komopsisi campuran
Batu pecah
Batu pecah
Abu batu
Pasir alam
Filler / semen
Kadar aspal
Bahan Anti Pengelupasan
Berat jenis
: 27, 11 %
:13, 09 %
: 33, 66 %
: 18, 70 %
: 0, 93 %
: 6, 50 %
: 0, 30 %
: 2, 283 ton/m
3. Pelaksanaan
a. JMF Lataston telah disetujui direksi teknis
b. Di asphalt mix plan ( AMP )
Aspal 60/70 dicairkan dan dipanaskan dalam ketel sampai suhu
maksimal 170 c
Jumlah material agregat yang dikeluarkan dari hopper cold bin
48
masing
masing
material
agregat
ditimbang
homogency
Campuran agregat yang telah homogen ditambahkan aspal pen
60/70 yang telah ditimbang terlebih dahulu sesuai JMF selanjutnya
diaduk/dicampur hingga didapatkan campuran yang homogen
dengan menggunakan unit pencampuran AMP dengan suhu 145c
155c
Selanjutnya campuran HRS Base dituangkan dari unit pencampur
(AMP ) kedalam bak Dump Truck untuk kemudian dibawa kelokasi
penghamparan dengan suhu rata rata 150c, campuran HRS Base
49
G
ambar 4.14 Penurunan HRS-Base ke alat Asphalt Finisher
Sumber : Lokasi praktek
50
51
52
53
54