Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Proyek
Proyek peningkatan Ruas Jalan Dalam Kota Soe, merupakan proyek yang
dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam hal ini,
Dinas pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Timor Tengah Selatan selaku
pemilik proyek menetapkan CV. Rahayu Indah Perdana sebagai pelaksana proyek
berdasarkan surat perjanjian kontrak Nomor : PU. 600. 602. 01./355. A/VII/2015
tanggal 4 Agustus 2015.
4.1.1 Data Umum Proyek
Data-data proyek pekerjaan peningkatan Ruas Jalan Dalam Kota Soe
sebagai berikut :
Program

: Rehabilitas / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Kegiatan

: Rehabilitas / Pemeliharaan Jalan

Pekerjaan

: Peningkatan Ruas Jalan Dalam Kota Soe Kecamatan


Mollo Selatan

Lokasi

: Kabupaten TTS

Sumber dana

: Dana Alokasi Umum

Biaya

: Rp. 2.413.255.000,00

Tahun anggaran

: 2015

Waktu pelaksanaan

: 145 hari kalender

Masa Pemeliharaan

: 180 hari kalender

27

Gambar 4.1 Papan Nama Proyek


Sumber : Lokasi Praktek Kerja Lapangn
4.2 Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi demi terciptanya suatu sistem pelaksanaan pekerjaan
yang tertekstur dan terorganisir guna mencapai suatu hasil kerja yang baik atau
hasil yang semaksimal mungkin, hubungan tegas, wewenang.
Tanggung jawab dari unit kerja dan orang-orang dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan. Adapun struktur organisasi pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek ini adalah :

28

Direktris

Kepala Proyek

Pelaksana

Quality Control

Gambar 4.2 Struktur organisasi proyek CV. Rahayu Indah Perdana


Sumber: CV. Rahayu Indah Perdana
Adapun tugas dari pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini
adalah :
1. Direksi : membuat rencana pelaksana proyek bersama dengan kepala proyek
2. Kepala Proyek
a. Memimpin kegiatan pelaksanaan dilapangan
b. Melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan pelaksanaan dilapangan
danmengevaluasi hasil kegitan pelaksanaan dibandingkan dengan rencana
pelaksanaan proyek
c. Mengenali dan mencari proses penyelesaian pemasalahan yang terjadi pada
kegitan dilapangan
d. Menghadiri rapat koordinasi proyekantara,pemberi kerja,pengawas proyek,
dan mitra usaha.
3. Quality control
a. Menyusun rencana pengujian material
b. Melakukan test material dan membuat laporan hasil pengujian / test lab
c. Membuat koordinasi dengan mitra usaha
4. Pelaksana proyek
a. Menyusun metode konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
b. Memimpin pekrjaan pelaksanaan dilapangan
c. Melakukan koordinasi dengan mitra usaha
29

d. Membuat evaluasi dan membuat laporan hasil kegiatan di lapangan


e. Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal pengadaan tenaga kerja dan
mengatur pelaksanaan tugas tenaga kerja tiap harinya
f. Membuatblaporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan
4.3 Proses Pelaksanaan Proyek
Pada pelaksanaan suatu kegiatan, pelaksanaan perlu menentukan dan
mengatur langkah - langkah setiap jenis pekerjaan diawal hingga selesainya
pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang disusun
berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Sehingga dapat menghasilkan mutu
pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Adapun proses pelaksanaan pekerjaan peningkatan ruas jalan dalam Kota Soe
dari awal sampai akhir pekerjaan meliputi:
1. Pekerjaan Umum
2. Pekerjaan drainase
3. Pekerjaan tanah
4. pekerjaan pelebaran perkerasan dan bahu jalan
5. Pekerjaan Non aspal
6. Pekerjaan perkerasan aspal
7. Pekerjaan stuktur
8. Pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor
9. Pekerjaan harian
10. Pekerjaan pemeliharaan rutin
4.3.1 Pekerjaan Umum
Adapun pekerjaan umum ini meliputi beberapa jenis pekerjaan antara lain,
Mobilisasi, Kantor lapangan, Pekerjaan pembersihan.
a. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kegiatan yang menyangkut penyediaan peralatan,
gudang, bengkel dan lokasi tempat tinggal pekerja serta fasilitas-fasilitas yang
berhubungan dengan konstruksi dalam kegiatan proyek.
b. Kantor Lapangan
Kantor lapangan merupakan bangunan sebagai fasilitas untuk menunjang
kelancaran aktifitas di lapangan. Kantor lapangan adalah pusat berlangsungnya
semua kegiatan proyek baik administrasi maupun teknis.
c. Pekerjaan Pembersihan

30

Pekerjaan pembersihan di lapangan meliputi pembersihan lokasi dari segala


pepohonan, batu-batuan, akar pepohonan, rerumputan dan lain-lain. Pekerjaan
pembersihan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan buldozer dan
greader.
4.3.2 Pekerjaan Drainase
Adapun pekerjaan drainase antara lain meliputi:
a. Galian untuk selokan drainase dan saluran air
b. Pasangan batu dengan mortar.
4.3.3 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian biasa, timbunan pilihan.
a. Galian Biasa
Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan aspal. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperbaiki elevasi tanah arah
memanjang dan arah melintang, juga untuk mendapatkan tinggi tanah dasar yang
sesuai dengan perencanaan. Pekerjaan ini dilakukan pada tempat yang
memerlukan galian. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah excavator.
b. Timbunanan Pilihan
Timbunan pilihan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan
lokasi serupa di mana bahan plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan
pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaanpelebaran.
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan yang telah ditentukan dan
memiliki CBR paling sedikit 10%.
Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari haruslah pasir atau kerikil
atau bahan bakar berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastis maksimum 6%.
4.3.4 Pekerjaan Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Pekerjaan ini terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan bahan bahu jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan atau
permukaan lainnya yang disetujui. Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B harus
digunakan di bawah bahu jalan tanpa laburan aspal.
31

4.3.5 Pekerjaan Perkerasan Berbutir


Pekerjaan perkerasan berbutir meliputi: Lapis Pondasi Agregat Kelas A, Lapis
Pondasi Agregat Kelas B
Pekerjaan ini terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan,
pembasahan dan pemadatan agregat diatas permukaan yang telah disiapkan dan
diterima sesuai dengan detil yang ditunjukan dalam gambar atau sesuai dengan
-perintah direksi pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregat yang telah
selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan meliputi pemecahan,
penyakan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainya yang perlu untuk
menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
4.3.6 Pekerjaan Perkerasan Aspal
Adapun pekerjaan aspal ini meliputi beberapa jenis pekerjaan antara lain:
Lapis resap pengikat aspal cair, Lapis Perekat aspal cair, Lataston lapis
pondasi (HRS Base), Lataston Lapis Pondasi Perata (HRS Base), Aspal
Minyak, Bahan Pengisi (filler).
a. Lapis Resap Pengikat Aspal cair
Proses peleksanaan pekerjaan lapis resap pengikat harus dihampar di atas
permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal (misalnya lapis pondasi agregat,
semen tanah dan perkerasan beton).
b. Lapis Pereket aspal cair
Proses pelaksanaan pekerjaan lapis perekat dihampar diatas permukaan
berbahan penyikat aspal (seperti, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan
lain lain).
c. Lataston Lapis pondasi (HRS Base)
d. Lataston, Lapis Pondasi Perata (HRS Base)
Digunakan pada jalan jalan yang memikul beban sedang.
e. Aspal Minyak
Aspal minyak adalah material sisa penyulingan minyak bumi yang isinya
terdiri dari Asphalten, Malthen, Resin dan Saturates.
f. Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi (filler), mengisi rongga antara butir butir agregat dan poripori yang ada dari agregat itu sendiri. Filler didefinisikan sebagai fraksi debu

32

mineral yang lolos saringan No. 200 (0,074 mm) bisa berupa kapur, debu batu,
atau bahan lain, dan harus dalam keadaan kering (kadar air maksimim 1%).
4.3.7 Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur antara lain: pekerjaan pasangan batu.
a. Pekerjaan Pasangan Batu
Pasangan batu digunakan hanya struktur seperti dinding penahan tanah,
gorong - gorong, drainase jalan, bangunan peluncur, pasangan batu kosong dan
bak control.
4.3.8 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Pekerjaan ini meliputi penggalian dan persiapan bahu jalan untuk
dikembalikan kondisinya. Pemasokan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan
dan pelaburan bila manan diperlukan untuk bahan bahu jalan harus sesuai dengan
garis dan kelandaian dan dimensi yang ditunjukan dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan.
4.3.9 Pekerjaan Harian
Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat terdiri
dari pekerjaan jenis apapun dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari
Drainase, Galian, Timbunan, Struktur atau pekerjaan lainnya.

4.3.10 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan,
pemeliharaan rutin bahu jalan dan pekerjaan pemeliharaan rutin selokan, saluran
air, galian dan timbunan.
4.4 Pekerjaan Yang Diamati
Dalam melaksanakan kegiatan praktek pada proyek peningkatan ruas jalan
dalam Kota Soe Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan,
penulis hanya mengikuti beberapa item pekerjaan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pekerjaan widening (pekerjaan pelebaran perkerasan) :
a. Pekerjaan penghamparan dan pemadatan agregat kelas B
b. Pekerjaan penghamparan dan pemadatan agregat kelas A
2. Pekerjaan Prime Coat ( lapis resap pengikat )

33

3. Pekerjaan penghamparan HRS-Base ( LATASTON )


4. Pekerjaan pemadatan HRS-Base ( LATASTON )
4.4.1 Pekerjaan widening (pelebaran perkeraasan)
1. Pekerjaan Penghamparan dan Pemadatan Agregat Kelas B
Lapis pondasi agregat kelas B adalah konstruksi lapis pondasi agregat
dibawah lapis pondasi agregat kelas A yang dihamparkan dan di padatkan diatas
badan jalan sesuai dengan ketentuan teknis yang di syaratkan dan berfungsi untuk
memperkuat pondasi bagian bawah pada suatu badan jalan. Pekerjaan ini adalah
untuk mencapai penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas
yang diperlukan dalam rancangan. Lebar untuk lapisan perkerasan agregat kelas B
adalah 1m dan tebal agregat kelas B 20cm, seperti ditunjukan dalam gambar
rencana (Lampiran). Pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B untuk pelebaran
perkerasan badan jalan dilaksanakan setelah pekerjaan galian biasa untuk
pelebaran perkerasan badan jalan selesai.

1.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi Agregat Kelas B sebagai berikut :
a. Sebelum quary material dan contoh material yang akan digunakan sebagai
bahan campuran agregat sudah di tes dan di setujui oleh direksi, material
tersebut diambil dari quary PT. Nanda Karya Putra Pratama
b. Fraksi kasar adalah agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm
harus terdiri dari dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang awet.
Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan di keringkan tidak
boleh digunakan. Untuk agregat kelas B, agregat kasar yang digunakan
berasal dari kerikil, tidak kurang dari 60% berat agregat kasar dengan
angularitas 90/95 sedangkan untuk agregat kelas A agregat kasar berasal
dari kerikil tidak kurang dari 100% berat agregat kasar dengan angularitas
90/95
c. Fraksi halus diambil dari pasir alam, partikel halus lainnya atau material
selected yang diolah di Stone Crusher sehingga lolos ayakan 4,75 mm

34

d. Sample masing-masing fraksi kasar dan fraksi halus tersebut dikirim ke


balai pengujian untuk di uji kualitasnya dan sebagai dasar pembuatan Job
Mix Formula (JMF)
e. Setelah JMF di terbitkan, dilakukan material pencampuran fraksi kasar dan
fraksi halus menggunakan Whell Loader sesuai komposisi perbandingan
campuran dalam JMF yaitu 40% fraksi halus : 60% fraksi kasar dicampur
sampai homogen/menyatu
f. Material yang sudah dicampur tersebut (agregat) langsung diantar ke
lapangan untuk dihampar
g. Pengangkutan material

agregat

menggunakan

Dump

Truk

dan

sesampainya dilokasi material di drop dan ditumpukkan sehingga tidak


menggangu lalulintas, jarak tumpukan diatur sesuai dengan kebutuhan
untuk memudahkan proses penghamparan sehingga tidak ada material sisa
atau terbuang
h. Setelah droping agregat cukup untuk dihampar, peghamparan dan
pembentukan lapis pondasi pada badan jalan dilakukan menggunakan
Motor Greder ditambah tenaga harian dengan menggunakan sekop untuk
merapikan tepi luar hamparan agregat
i. Setelah hamparan agregat mencapai ketebalan yang disyaratkan,
selanjutnya wedening tersebut disiram dengan air menggunakan mobil
tangki, dimana banyaknya air ditentukan dengan melakukan beberapa
percobaan, sehingga didapatkan kadar optimum didalam bahan agregat

35

Gambar 4.3 Penyiraman air pada agregat


Sumber : Lokasi praktek
j. Hamparan agregat yang kadar airnya telah mencapai maksimum, dipadatkan
dengan Vibro Roller Mini sampai dicapai kepadatan yang disyaratkan yaitu
20cm sedangkan banyaknya lintasan didalam pemadatan ditentukan dengan
melakukan percobaan-percobaan langsung dilokasi yaitu 8 lintasan

Gambar 4.4 Pemadatan Agregat Kelas B


Sumber : Lokasi praktek
k. Untuk mengetahui kepadatan yang dicapai, dilakukan pengujian kepadatan
dengan menggunakan metode Kerucut Pasir (Sand Cone)
36

2. Pekerjaan Penghamparan dan Pemadatan Agregat Kelas A


Lapis pondasi agregat kelas A adalah konstruksi lapis pondasi agregat dibawah
lapisan beraspal yang menggunakan material agregat yang dihamparkan dan
dipadatkan diatas badan jalan sesuai ketentuan teknis yang disyaratkan
2.1. Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A adalah sebagai
berikut :
a. Sebelumnya quary material dan contoh material yang akan digunakan
sebagai campuran bahan agregat sudah dites dan disetujui oleh Direksi
b. Fraksi kasar adalah agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm
harus terdiri dari dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang awet.
Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan di keringkan tidak
boleh digunakan. Untuk agregat kelas B, agregat kasar yang digunakan
berasal dari kerikil, tidak kurang dari 60% berat agregat kasar dengan
angularitas 90/95 sedangkan untuk agregat kelas A agregat kasar berasal
dari kerikil tidak kurang dari 100% berat agregat kasar dengan
angularitas 90/95
c. Fraksi halus diambil dari pasir alam, partikel halus lainnya atau material
selected yang diolah di Stone Crusher sehingga lolos ayakan 4,75 mm
d. Sample masing-masing fraksi kasar dan fraksi halus tersebut dikirim ke
balai pengujian untuk di uji kualitasnya dan sebagai dasar pembuatan Job
Mix Formula (JMF)
e. Setelah JMF di terbitkan, dilakukan material pencampuran fraksi kasar
dan fraksi halus menggunakan Whell Loader sesuai komposisi
perbandingan campuran dalam JMF yaitu 40% fraksi halus : 60% fraksi
kasar dicampur sampai homogen/menyatu
f. Material yang sudah dicampur tersebut (agregat) langsung diantar ke
lapangan untuk dihampar
g. Pengangkutan material agregat

menggunakan

Dump

Truk

dan

sesampainya dilokasi material di drop dan ditumpukkan sehingga tidak


menggangu lalulintas, jarak tumpukan diatur sesuai dengan kebutuhan
untuk memudahkan proses penghamparan sehingga tidak ada material
sisa atau terbuang

37

Gambar 4.5 Pengangkutan Agregat Kelas A dan penumpukan dilapangan


Sumber : Lokasi praktek
h. Setelah droping agregat cukup untuk dihampar, peghamparan dan
pembentukan lapis pondasi pada badan jalan dilakukan menggunakan
Motor Greder ditambah tenaga harian dengan menggunakan sekop
untuk merapikan tepi luar hamparan agregat

Gambar 4.6 Penghamparan Agregat Kelas A


Sumber : Lokasi praktek
i. Setelah hamparan agregat mencapai ketebalan yang disyaratkan,
selanjutnya wedening tersebut disiram dengan air menggunakan mobil
tangki, dimana banyaknya air ditentukan dengan melakukan beberapa
percobaan, sehingga didapatkan kadar optimum didalam bahan agregat
38

j. Hamparan agregat yang kadar airnya telah mencapai maksimum,


dipadatkan dengan Vibro Roller Mini sampai dicapai kepadatan yang
disyaratkan yaitu 20cm sedangkan banyaknya lintasan didalam
pemadatan ditentukan dengan melakukan percobaan-percobaan langsung
dilokasi yaitu 8 lintasan

Gambar 4.7 Pemadatan Agregat Kelas A


Sumber : Lokasi praktek
k. Untuk mengetahui kepadatan yang dicapai, dilakukan pengujian
kepadatan dengan menggunakan metode Kerucut Pasir (Sand Cone)

39

Gambar 4.8 Pengujian Sand Cone pada


Sumber : Lokasi praktek
3. Volume pekerjaan
a. Perkerasan jalan Agregat kelas B
Jalan Kobelete-Bikium segmen II.
Panjang = 435 m
Tebal = 0,20 m
Lebar = 1m
Volume = P x L X T
= 435m x 0,20m x 1m
= 86,6 m
Jalan Meranti
Panjang = 179 m
Tebal =0,20 m
Lebar = 1 m
Volume = P x L X T
= 179m x 0,20m x 1m
=35,8 m
Volume Total = 122,4 m
b. Perkerasan jalan Agregat kelas A
Jalan Kobelete-Bikium segmen II.
Panjang = 435 m
Tebal = 0,15 m
Lebar = 1m
Volume = P x L X T

40

Agregat Kelas A

= 435m x 0,15m x 1m
= 65,25 m
Jalan Meranti
Panjang = 179 m
Tebal =0,15 m
Lebar = 1 m
Volume = P x L X T
= 179m x 0,15m x 1m
= 26,85 m
Volume Total = 92,1 m
4. Tenaga kerja dan alat berat yang digunakan
a. Tenaga Kerja
1 Operator Vibro Roller Mini
1 Operator Vibro Roller
1 Sopir mobil tengki dan 1 konjak
1 Sopir Dump Truk
5 Orang tenaga kerja harian
b. Alat Berat
Vibro Roller Mini

Gambar 4.9 Vibro Roller Mini


Sumber : Lokasi praktek
Vibro Roller

Gambar 4.10 Vibro Roller


Sumber : Lokasi praktek
Mobil tangki air
41

Gambar 4.11 Mobil Tangki


Sumber : Lokasi praktek

Dump Truk

Gambar 4.12 Dump Truk


Sumber : Lokasi praktek

4.4.2 Lapis Resap Pengikat

42

Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada


permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Untuk prime coat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus
sudah meresap kedalam lapisan pondasi yang meninggalakan sebagian bahan
aspal yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan
tidak berongga (porous). Tekstur untuk lapisan pondasi agregat harus rapi dan
tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat
halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.
Perbedaan antara lapis resap pengikat (prime coat) dengan lapis perekat (take
coat) adalah :
Komposisi campuran
Untuk lapis resap pengikat, komposisi campurannya berkisar
antara 80/100 artinya minyak tanah 80 bagian per 100 bagian aspal
atau sekitar 45% minyak tanah dan kurang lebih 55% aspal.
Untuk lapis perekat, komposisi campurannya berkisar antara 2530/100 artinya minyak tanah 25-30 bagian per 100 bagian aspal

atau sekitar 25% minyak tanah dan kurang lebih 75% aspal.
Kebutuhan bahan per meter persegi
Untuk lapis resap pengikat, kebutuhan bahan per meter persegi
adalah 0,4-1,3 liter
Untuk lapis perekat, kebutuhan bahan per meter persegi adalah

0,15- 0,35 liter.


Letak atau posisi penghamparan
Untuk lapis resap pengikat, letak penghamparannya diatas lapis
pondasi agregat.
Unutk lapis perekat, letak penghamparannya diatas permukaan
aspal.

1. Pelaksanaan
a. Aspal dan minyak tanah/kerosin dimasukan ke asphalt sprayer sesuai
komposisinya, kemudian dipanaskan pada suhu 150 c -165 .Sehingga
menjadi campuran homogen yang siap untuk disemprotkan kepermukaan
yang akan diberi lapis resap pengikat/lapis perekat.

43

b. Permukaan yang akan disemprot dibersihkan lebih dahulu dari debu dan
kotoran dengan menggunakan compresor.
c. Permukaan yang akan disemprot harus kering.
d. Sebelum dilakasanakan penyemprotan dilakukan trial ketebalan yang akan
digunakan sesuai dengan desain, dengan cara sebagai berikut :
Timbang lembaran serap untuk lahan penguji seluas 25x25 cm

sebelum dilaksanakan pengujian (min 3 lembar).


Letakan lembar penguji di atas permukaan agregat.
Lintaskan semprotan aspal cair dari asphalt sprayer di atas lembar

penguji.
Timbang lembaran serap/penguji yang telah dilapisi aspal cair.
Perbedaan berat dipakai untuk menentukan takaran kandungan aspal

tiap m.
e. Setelah didapatkan ketebalan penyemprotan, dilakukan penyemprotan
untuk seluruh lahan yang telah siap.
f. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 m; Asphalt sprayer
dijalankan 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan
kecepatan tetap.
g. Bila diperintahkan lintasan penyemprotan harus satu jalur atau setengah
lebar badan jalan, maka harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap
selebar 20 cm).
h. Benda uju paper test (kertas ukuran 25x25 cm) diletakan minimum 3 buah
melintang x 5 buah memanjang dalam jarak 200 m. Kertas paling tepi
berjarak min 50 cm dari tepi bidang yang disemprotkan dan berjarak 10 m
dari titik awal penyemprotan.
i. Bahan yang berlebihan atau tergenang di atas permukaan harus diratakan
dengan alat pemadat karet, sikat ijuk atau alat penyapu karet.
j. Permukaan jalan yang sudah disemprot, dilindungi dari kerusakan dan
lalulintas denganmemasang rambu/tanda-tanda.
k. Rambu atau tanda-tanda dibuka setelah akan dilakukan penghamparan
perkerasan aspal diatasnya.
2. Volume Pekerjaan
a. Jalan kobelete-bikium segmen II.
L=4 m
P=435 m
Luas= 4 x 435 =1740 m
Komposisi campuran = 1 liter/m
Volume pekerjaan = 1740 x 1
=1740 liter
b. Jalan akasia
44

L=3 m
P=794 m
Luas= 3 x 794 =2382 m
Komposisi campuran = 1 liter/m
Volume pekerjaan = 2382 x 1
=2382 liter
c. Jalan meranti
L=4 m
P=179 m
Luas= 4 x 179 =716 m
Komposisi campuran = 1 liter/m
Volume pekerjaan = 716 x 1
=716 liter
Total = 4838 liter
3. Tenaga kerja dan alat yang digunakan
a. Tenaga kerja
1 operator penyemprot aspal tangan ( asphalt sprayer )
1 operator compressor
1 sopir pick up dan 2 buruh
Tenaga harian ( pembakaran )
Tenaga lab untuk pengujian
b. Alat
Asphalt sprayer
Compressor
Peralatan pengujian
Pick up
Drum
4.4.3 Lapis Permukaan Antara Lapis Tipis Aspal Beton ( LATASTON = HRS
Base )
1. Ketentuan dan Persyaratan spesifikasi :
a. Sisa ringga udara minimal 2,5 % pada kepadatan membal ( ferusal
density )
b. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %
c. Berat jenis ( bulk specific grafity ) agregat kasar dan halus minimum
2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2
d. Agregat Kasar :
Terdiri dari BP yang tertahan ayakan no. 8 ( 2,36 mm )
Bersih, keras, awet dan bebas lempung dan bahan yang tidak

dikehendaki lainnya
Ukuran maksimum agregat adalah satu ayakan yang lebih besar
dari ukuran normal maksimum

45

Ukuran normal maksimum adalah satu ayakan yang lebih kecil


dari ayakan pertama dengan bahan tertahan 10

Tabel 4.1 Persyaratan spesifikasi pengujian untuk agregat kasar


Pengujian

Nilai
Abrasi
Maks 40 %
Kelengketan agregat terhadap aspal
Min 95 %
Angularitas
95/90*
Partikel pipih dan lonjong
Maks 10 %
Material lolos saringan no. 20
Maks 1 %
( * ) = 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai bidang pecah
atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau
lebih
Sumber : persyaratan spesifikasi dalam kontrak, 2015
e. Agregat Halus
Terdiri dari pasir dan ayakan batu pecah lolos saringan no. 8 (2,36

mm)
Pasir dapat digunakan dalam campuran aspal maksimum 10 %
Bersih, keras, awet dan bebas lempung dan bahan yang tidak

dikehendaki lainnya
Tabel 4.2 persyaratan pengujian untuk agregat halus
Pengujian

Nilai
Nilai setara pasir
Maks 40 %
Material lolos saringan no. 200
Min 8 %
Angularitas ( kedalaman dari permukaan < 10 cm )
Min 45
Angularitas ( kedalaman dari permukaan > 10 cm )
Min 40
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
f. Filler
Partikel lolos saringan no. 200 ( 0,075 mm ) 75 % terhadap berat
Berupa batu kapur, PC, abu terbang atau abu batu yang bebas dari
lempung

46

g. Syarat gradasi
Tabel 4.3 syarat gradasi
Ukuran ayakan
Prosen berat yang lolos
ASTM
( mm )
HRS WC
HRS Base
1, 5
37, 5
1
25

19
100
100

12,5
90 100
90 100
3/8
9,5
75 85
65-90
No. 4
4,75
No. 8
2,36
50 72
35 53
No. 16
1,18
No. 30
0,6
35 60
15 35
No. 200
0,075
8- 16
29
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
h. Pengendalian Mutu
Tabel 4.4 Pengendalian mutu
Pengendalian mutu

sampe
l

Frekwensi

Agregat
Abrasi
Gradasi di stock pile
Gradasi di hotbin
Nilai setara pasir / sand equivalent
Campuran
Temperatur di UPA
Temperatur saat sampai dilapangan
Kepadatan, stabilitas, kelelehan, marshall quotient
Rongga dalam campuran pada ketebalan membal
Campuran rancangan ( mix design ) marshall
Lapisan yang dihampar

1
1
2
1

5000 m
1000 m
250 m
250 m

1
3
2
1
1

Setiap batch atau


Setiap truck
200ton
3000 ton
Setiap perubahan

Core drill

200 m

Toleransi pelaksanaan
Elevasi permukaan
3
12,5 m
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015
i. Ketentuan Kepadatan
Tabel 4. 5 ketentuan kepadatan
Kepadatan yang
disyaratkan

Jumlah benda uji

Kepadatan
minimum rata
47

Nilai minimum
setiap pengujian

rata ( % JSD )
34
98, 1
98
5
98, 3
6
98, 5
34
97, 1
9
5
97, 3
5
97,5
Sumber : Persyaratan spesifikasi dalam kontrak 2015

(% JSD )
95
95
95
94
94
94

j. Toleransi Tebal
Lapis pondasi HRS = Base dengan tebal minimum 35 mm, toleransi tebal
yang diisyaratkan 3 mm
2. Komopsisi campuran
Batu pecah
Batu pecah
Abu batu
Pasir alam
Filler / semen
Kadar aspal
Bahan Anti Pengelupasan
Berat jenis

: 27, 11 %
:13, 09 %
: 33, 66 %
: 18, 70 %
: 0, 93 %
: 6, 50 %
: 0, 30 %
: 2, 283 ton/m

3. Pelaksanaan
a. JMF Lataston telah disetujui direksi teknis
b. Di asphalt mix plan ( AMP )
Aspal 60/70 dicairkan dan dipanaskan dalam ketel sampai suhu

maks 165c dan dipompa kedalam termos AMP.


Material agregat kasar ( BP dan BP ) dan agregat halus
(pasir dan abu batu) ditempatkan terpisah dalam hopper cold bin
masing masing yang selanjutnya dibawa ke drier dengan
menggunakan conveyor untuk proses pemanasan sampai suhu

maksimal 170 c
Jumlah material agregat yang dikeluarkan dari hopper cold bin

ditentukan berdasarkan kebutuhan


JMF yaitu dengan cara menyetel bukaan hopper cold bin dimana

sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kalibrasi


Setelah material agregat dipanaskan dalam drier sampai suhu maks
170 c, material tersebut dibawa dengan hot elevator ke screen
vibrator untuk dipisahkan berdasarkan ukuran butirannya yang

48

kemudian ditampung dan dimasukkan kedalam hot bin masing

masing sesuai takarannya


Sebelum material dimasukkan dalam unit pencampuran ( mixer )
kebutuhan

masing

masing

material

agregat

ditimbang

menggunakan timbangan AMP sesuai JMF yang selanjutnya


dicamour dalam unit pencampuran ( mixer ) sampai campuran

homogency
Campuran agregat yang telah homogen ditambahkan aspal pen
60/70 yang telah ditimbang terlebih dahulu sesuai JMF selanjutnya
diaduk/dicampur hingga didapatkan campuran yang homogen
dengan menggunakan unit pencampuran AMP dengan suhu 145c

155c
Selanjutnya campuran HRS Base dituangkan dari unit pencampur
(AMP ) kedalam bak Dump Truck untuk kemudian dibawa kelokasi
penghamparan dengan suhu rata rata 150c, campuran HRS Base

tersebut diambil dari AMP PT. Nanda Karya Putra Pratama


c. Di lapangan/lokasi pekerjaan
Sesampainya dilokasi penghamparan, campuran HRS Base dihampar
pada perrmukaan badan yang jalan yang telah di prime atau atau di
take coat dengan menggunakan asphalt finisher dibantu tenaga manual
untuk merapikan tepi hamparan. Tebal ketebalan gembur disesuaikan
dengan ketentuan yang disyaratkan dan suhu pada saat penghamparan
adalah 130 c 150 c

49

Gambar 4.13 Pengangkutan HRS-Base


Sumber : Lokasi praktek

G
ambar 4.14 Penurunan HRS-Base ke alat Asphalt Finisher
Sumber : Lokasi praktek

50

Gambar 4.15 Penghamparan HRS-Base


Sumber : Lokasi praktek
Campuran HRS Base yang telah dihampar selanjutnya dilakukan pemadatan awal
(breakdown rolling) dengan tandem roller dengan suhu 125 c - 145c dengan
lintasan sesuai hasil percobaan.

51

Gambar 4.16 Pemadatan HRS-Base dengan Tandem Roller


Sumber : Lokasi praktek
Selanjutnya pada suhu 100 c-125 c dilakukan pemadatan utama yaitu dengan
menggunakan Tyre Roller dengan lintasan sesuai hasil percobaan.

52

Gambar 4.17 Pemadatan utama dengan Tyre Roller


Sumber: Lokasi praktek
-

Semua proses pemadatan dimulai dari tepi hamparan menuju tengah


hamparan.
d. Volume Pekerjaan Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)
Jalan Kobelete-Bikium segmen II.
Panjang = 435 m
Tebal = 0,035 m
Lebar = 4m
Volume = P x L X T
= 435m x 0,035m x 4m
= 60,9 m
Jalan Meranti
Panjang = 179 m
Tebal =0,035 m
Lebar = 4 m
Volume = P x L X T
= 179m x 0,035m x 4m
= 25,06 m
Jalan Akasia
Panjang = 734 m
Tebal =0,035 m
Lebar = 3 m
Volume = P x L X T
= 734m x 0,035m x 3m
= 77,07 m

53

Volume total = 163,03 m


e. Tenaga Kerja dan Alat
1. Tenaga Kerja
1 Operator Asphalt Finisher
1 Operator Pnumatic Tyre Roller
1 Operator Tandem Roller
1 tenaga pengukuran ketebalan penghamparan
8 tenaga untuk merapikan tepi hamparan
Sopir dumb truk
Sopir dan 2 tenaga harian untuk water tank
2. Alat
Asphalt Finisher
Pnumatic Tyre Roller
Tandem Roller
Besi pengukuran ketebalan penghamparan
Dump truk
Sekop dan besi perata hamparan

54

Anda mungkin juga menyukai