Masing - masing dari kita memiliki total 25 triliun hingga 30 triliun eritrosit (Sel darah merah)
yang mengalir melalui pembuluh darah setiap saat (100.000 kali lebih banyak dari pada jumlah
populasi AS). Namun, kendaran pengangkut gas vital ini berumur pender dan harus diganti
dengan laju rerata 2 juta hingga 3 juta sel perdetik
700
mil
saat
mengelilingi
pembuluh
darah.
Seiring dengan penuaan eritrosit, membran plasma eritrosit yang tidak dapat diperbaiki menjadi
rapuh dan mudah pecah ketika sel terjepit melewati titik - titik yang sempit di dalam sistem
vaskular. Sebagian besar SDM tua mengakhiri hidupnya di limpa karena jaringan kapiler organ ini
sempit dan berkelok - kelok sehingga merusak sel - sel rapuh ini. Limpa terletak di bagian kiri
atas abdomen. Selain menyingkirkan sebagian besar eritrosit tua dari sirkulasi, limpa memliki
kemampuan terbatas untuk menyimpan eritrosit sehat di interior pulpanya, yang berfungsi
sebagai reservoar untuk trombosit dan mengandung banyak limfosit, salah satu jenis sel darah
putih.
Gambar
Langkah - langkah utama dalam produksi eritrosit (eritropoiesis). Eritrosit berasal dari sel punca
pluripoten di dalam sum - sum tulang merah yang menghasilkan seluruh jenis sel darah. Sel
punca mieloid adalah sel punca yang terdeferensiasi sebagian menghasilkan eritrosit dan
beberapa jenis sel darah lain. Eritroblas berinti akan menjadi eritrosit matur. Sel ini mengeluarkan
nukleus dan organelnya, menciptakan ruang yang lebih banyak untuk hemoglobin. Retikulosit
merupakan sel darah merah imatur yang mengandung sisa organel (terutama ribosom). Eritrosit
matur
dilepaskan
ke
kapiler
yang
banyak
terdapat
dalam
sum
sum
tulang.
Eritropoiesis
Karena eritrosit tidak dapat membelah diri untuk mengganti sendiri jumlahnya, sel tua yang
pecah harus diganti oleh sel baru yang diproduksi di pabrik eritrosit atau sumsum tulang yaitu
jaringan lunak yang sangat selular yang mengisi rongga internal tulang. Sumsum tulang dalam
keadaan
normal
menghasilkan
dinamakan eritropoiesis,
dengan
sel
darah
kecepatan
merah
menyamai
baru,
suatu
kecepatan
proses
kerusakan
yang
sel
tua.
Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula - mula dibentuk oleh yolksac dan kemudian
oleh hati dan limpa, hingga sumsum tulang terbentuk dan mengambil alih prodruksi eritrosit
secara ekslusif. Pada anak, sebagian besar tulang berisi sumsum tulang merah yang mampu
memproduksi sel darah. Namun, seiring pertambahan usia, sumsum tulang kuning yang tidak
mampu melakukan eritropoiesis secara perlahan menggantikan sumsum tulang merah, yang
tersisa hanya di beberapa tempat, seperti sternum (tulang dada), iga, perlvis, dan ujung - ujung
atas tulang panjang. Lokasi ini adalah tempat dilakukannya pemeriksaan aspirasi sumsum tulang
atau
untuk
transplantasi
sumsum
tulang.
Sumsum merah tidak hanya memproduksi SDM tetapi juga merupakan sumber leukosit dan
trombosit. Di sumsum merah terdapat sel punca pluripoten tak-berdiferensiasi, sumber semua
sel darah, yang secara terus menerus membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan
semua jenis sel darah. Berbagai jenis sel darah imatur ini, bersama dengan sel punca, becambur
baur di sumsum merah pada berbagai stadium perkembangan.Setelah matang, sel darah
dilepaskan menuju kapiler yang banyak menembus sumsum tulang merah. Kapiler sumsum
tulang adalah tipe diskontinu yang jarang yang memiliki celah besar di antara sel - sel endotel.
Dijumpai sel darah merah matur,dapat menembus melewati pori yang besar ini menuju ke darah,
tetapi setelah bersirkulasi, sel ini tidak dapat keluar dari darah melalui pori - pori yang lebih
sempit
pada
Eritropoiesis
kapiler
dikontrol
oleh
biasa.
ertropoietin
dari
ginjal
Karena transport O2 dalam darah adalah fungsi utama eritrosit, secara logis, Sobat mungkin
mengira
bahwa
rangsangan
utama
peningkatan
produksi
eritrosit
adalah
berkurannya
penyaluran O2 ke jaringan. Sobat mungkin benar tetapi kadar O2 rendah tidak merangsang
eritropoiesis dengan bekerja langsung pada sumsum merah. Penurunan penyaluran O2 ke ginjal
(EPO) merangsang ginjal mengeluarkan hormonertropoietin ke dalam darah dan hormon ini
pada
gilirannya
merangsang
etropoiesis
di
sumsum
merah.
Eritripoietin bekerja pada devirat sel punca tak berdiferensiasi yang sudah ditakdirkan untuk
menjadi SDM, merangsang proliferasi dan pematangan sel - sel ini menjadi eritrosit matur.
Peningkatan aktivitas eritropoietik ini meningkatkan jumlah SDM dalam darah sehingga kapasitas
darah mengangkut O2 meningkat dan penyaluran O2 ke jaringan kembali normal. Jika penyaluran
O2 ke ginjal telah normal, sekresi etropoietin dihentika hingga dibutuhkan kembali. Dengan cara
ini, produksi eritrosit dalam keadaan normal diselaraskan dengan kerusakan atau kehilangan sel sel ini sehingga kemampuan darah mengangkut O2 relatif konstan. Pada keadaan penurunan
SDM yang berat, seperti pada perdarahan atau perusakan abnormal eritrosit muda dalam darah,
laju eritropoiesis dapat meningkat menjadi lebih dari enam kali laju normal.
Ginjal
gambar
mendeteksi
penurunan
kapasitas
:
darah
yang
mengangkut
O2.
2. Jika O2 yang disalurkan ke ginjal berkurang, ginjal menyekresikan eritropoietin ke dalam darah.
3.
Eritropoietin
merangsang
eritropoiesis
oleh
sumsum
tulang
merah.
4. Tambahan eritrosit pada sirkulasi darah meningkatkan kemampuan darah mengangkut O2.
5. Peningkatan kemampuan darah mengangkut O2, menghilangkan rangsangan awal yang
memicu
sekresi
ertropoietin.