Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GANGGUAN MENTAL ORGANIK (DELIRIUM)


Modul Keterampilan Klinik Dasar II
Semester VI

Oleh :
Yolanda Priscilla Putri
FAA 112 015

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Palangka Raya
2016

Gangguan Mental Organik


Gangguan mental organik merupakan sebuah gangguan mental yang memiliki
dasar organik yang patologis yang juga bisa diidentifikasi seperti halnya penyakit
serebralvaskular, tumor otak, intoksikasi obat-obatan, dan lain-lain. Secara umum,
ganguan mental seperti ini bisa diklasifikasikan menjagi 3 kelompok berdasarkan
kepada gejala utamanya yang merupakan gangguan berbahasa, gangguan kognitif
seperti halnya penurunan daya ingat, dan juga gangguan perhatian. Ketiga
kelompok gangguan mental itu adalah delirium, dimensia, serta gangguan
amnestik. Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia.
Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan
gangguan yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan
gangguan yang disebut fungsional.
Didalam DSM IV diputuskan bahwa perbedaan lama antara gangguan
organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama.
Bagian yang disebut Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang
disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif
lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak
Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan
penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ
atau sistem tubuh.
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom
(gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental
Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas
2

Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak
dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak
Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya
penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah
kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada
Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.
Dalam sumber lain, gangguan mental organik meliputi juga gangguan
mental organik selektif yang mencakup gangguan kepribadian organik antara lain
seperti sindroma lobus frontalis, sindroma amnesia organik, sindrom waham
organik, halusinosis organik, sindroma afektif organik.

Etiologi Gangguan Mental Organik


Etiologi Primer berasal dari suatu penyakit di otak dan suatu cedera atau
rudapaksa otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder
berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh.
Istilah organik merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan
dengan gangguan/penyakit sistemik/otak yang secara bebas dapat didiagnosis.
Sedangkan istilah simtomatik untuk GMO yang pengaruhnya terhadap otak
merupakan akibat sekunder dari gangguan / penyakit ekstra serebral sitemik
seperti zat toksik berpengaruh pada otak bisa bersifat sesaat/jangka panjang.

A. Delirium
Delirium adalah kejadian akut atau subakut neuropsikiatri berupa penurunan
fungsi kognitif dengan gangguan irama sirkardian dan bersifat reversibel.
Penyakit ini disebabkan oleh disfungsi serebral dan bermanifestasi secara
klinis berupa kelainan neuropsikiatri. Definisi delirium menurut Diagnostic
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) adalah sindrom yang
memiliki banyak penyebab dan berhubungan dengan derajat kesadaran serta
gangguan kognitif. Tanda yang khas adalah penurunan kesadaran dan
gangguan kognitif. Adanya gangguan mood (suasana hati), persepsi dan

perilaku merupakan gejala dari defisit kejiwaan. Tremor, nistagmus,


inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala defisit neurologis.
Klasifikasi delirium berdasarkan DSM-IV-TR :
-

Delirium karena kondisi medis umum

Delirium karena intoksikasi zat

Delirium karena sindrom putus zat

Delirium karena etiologi yang multiple

Delirium yang tak terklasifikasikan

Terapi pada Penderita Delirium


Dalam mengobati delirium, tujuan utamanya adalah mengatasi penyebab
yang mendasari. Prinsip terapi pada pasien dengan delirium yaitu
mengobati gejala-gejala klinis yang timbul (medikasi) dan melakukan
intervensi personal danlingkungan terhadap pasien agar timbul fungsi kognitif
yang optimal. Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan
pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Beberapa obat yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Obat untuk psikosis : Haloperidol (haldol)
Haloperidol merupakan suatu antipsikosis golongan butirofenon yang
memiliki potensi tinggi dan menjadi salah satu antipsikosis efektif untuk
delirium. Bergantung pada usia, berat badan, dan kondisi fisik pasien, dosis
awal dapat berkisar dari 2 10 mg yang diberikan secara intramuskular,
diulang dalam satu jam bila pasien masih teragitasi. Dapat juga diberikan
melalui oral. Total dosis harian haloperidol yang efektif dapat berkisar dari
5-50 mg untuk sebagian besar pasien delirium.

Penulisan Resep
dr. Yolanda Priscilla Putri
SIP. 1234567890
Praktek: Jl. Suka Senang no. 20, Palangka Raya
No. Telp. 0536
Palangka Raya, 22 Juli 2016

R/ Haloperidol tab 5 mg no. XLII

3 dd 1 tab

-------------------------------------------------------------------------------------

Pro : Tn. X
Usia : 32 tahun
Alamat : Jl. Berlian

2. Obat untuk insomnia : Benzodiazepine


Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepin yang
memiliki waktu paruh pendek. Pada pasien yang mengalami agitasi dan
tidak responsif terhadap monoterapi antipsikotik, dapat digunakan
diazepam 5 10 mg IV.

Penulisan Resep
dr. Yolanda Priscilla Putri
SIP. 1234567890
Praktek: Jl. Suka Senang no. 20, Palangka Raya
No. Telp. 0536
Palangka Raya, 22 Juli 2016

R/ Diazepam inj. amp. No. VI


Cum dysposible syringe cc 3 No. VI

i.m.m.

-------------------------------------------------------------------------------------

Pro : Tn. X
Usia : 32 tahun
Alamat : Jl. Berlian

3. Tiamin dan Asam Folat


Bahwa defisiensi vitamin B6 dan vitamin B12 dapat menyebabkan delirium
maka untuk mencegahnya diberikan preparat vitamin B per oral. Pasien
dengan gejala putus alkohol diberikan tiamin 100mg/hari dan asam folat 1
mg/hari.

Penulisan Resep
dr. Yolanda Priscilla Putri
SIP. 1234567890
Praktek: Jl. Suka Senang no. 20, Palangka Raya
No. Telp. 0536
Palangka Raya, 22 Juli 2016

R/ Thiamine Hcl tab 100 mg no. X

1 dd 1 tab

-------------------------------------------------------------------------------------

R/ folavit tab 1000 mcg no. X

1 dd 1 tab

Pro : Tn. X
Usia : 32 tahun
Alamat : Jl. Berlian

Intervensi personal yang dapat dilakukan antara lain


a. Kebutuhan Fisiologis
Prioritasnya adalah menjaga keselamatan hidup- Kebutuhan dasar dengan
mengutamakan nutrisi dan cairan. Jika pasien sangat gelisah perlu
pengikatan

untuk

menjaga

therapi,

tapi

sedapat

mungkin

harusdipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri.

Gangguan tidur
-

Kolaborasi pemberian obat tidur

Gosok punggung apabila pasien mengalami sulit tidur

Beri susu hangat

Berbicara lembut

Libatkan keluarga

Temani menjelang tidur

Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur

Hindari tidur diluar jam tidur

Mandi sore dengan air hanngat

Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopidsb.

Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam

Disorientasi
-

Ruangan yang terang

Buat jam, kalender dalam ruangan

Lakukan kunjungan sesering mungkin

Orientasikan pada situasi linkumngan

Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar

Orientasikan

pasien pada

barang

milik pribadinya

( kamar,

tempat tidur,lemari, photo keluarga, pakaian, sandal ,dll)


-

Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa

Ikutkan

dalam

terapi

aktifitas

kelompok

dengan

program

orientasi(orang, tempat, waktu).

b. Halusinasi
-

Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri- Ruangan :

Hindari dari benda-benda berbahaya

Barang-barang seminimal mungkin- Perawatan 1 1 dengan


pengawasan yang ketat- Orientasikan pada realita- Dukungan dan

peran serta keluarga- Maksimalkan rasa aman- Sikap yang tegas


dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)
c. Komunikasi
-

Pesan jelas

Sederhana

Singkat dan beri pilihan terbatas

d. Pendidikan kesehatan
-

Mulai

saat

pasien

bertanya

tentang

yang

terjadi

pada

keadaansebelumnya
-

Seharusnya perawat harus tahu sebelumnya tentang :

Masalah pasien

Stressor

Pengobatan

Rencana perawatan

Usaha pencegahan

Rencana perawatan dirumah

Penjelasan diulang beberapa kali

Beri petunjuk lisan dan tertulis

Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan


dirumahdengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

1. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr,


Rusdi Maslim.1993. hal 3
2. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997.
hal 502-540.
3. Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf oleh dr.
George Dewanto, SpS, dr. Wita J. Suwono, SpS, dr. Budi Riyanto, SpS,
dan dr. Yuda Turana, SpS. Books.google.com/books?isbn=9794489689
diunduh pada tanggal 30 September 2013 pada pukul 18.28 WIB.

10

Anda mungkin juga menyukai