Anda di halaman 1dari 2

Ciri/karakteristik paragraf narasi sebagai berikut.

Narasi berisi kisah atau cerita tentang peristiwa atau kejadian


Narasi memiliki unsur tokoh, peristiwa, dan waktu.
Narasi dapat bersifat fiksi maupun nonfiksi
Narasi bertujuan menciptakan kesan atau pengalaman kepada pembaca.
Berikut ini contoh paragraf narasi ekspositoris dan narasi sugestif yang
dikembangkan dari topik yang sama.
Narasi ekspositoris
Saat ini Ali sedang menghadapi ulangan matematika. Ia merasa sangat
kesulitan. Dalam hati ia menyesal, karena semalam tidak belajar. Tak satu
pun soal dapat terjawab. Ia lalu berpikir untuk bertanya pada teman yang
duduk di sampingnya. Namun, ia ragu. Ia takut kalau perbuatannya diketahui
oleh pengawas.
Narasi sugestif
Saat ini Ali sedang duduk menatap soal matematika yang ada di depannya.
Ia terpaku karena tak bisa mengerjakan soal-soal itu. Dalam hati ia
menyesal, karena semalam ia menghabiskan waktu dengan bermain game.
Tak satu pun soal yang dapat terpecahkan, meskipun seluruh kekuatan
otaknya sudah dikerahkan. Terlintas dalam pikirannya untuk bertanya pada
teman yang duduk di sampingnya. Namun, ketakutan merayapi
perasaannya, mengingat mata pengawas selalu berkeliaran di seluruh
penjuru ruang kelas.
Dua contoh narasi di atas menceritakan sebuah peristiwa yang sama, yaitu
ketika Ali menghadapi ulangan matematika. Namun, keduanya
dikembangkan dengan cara yang berbeda. Dapatkah Anda merasakan
perbedaan itu? Apa yang menyebabkan keduanya menjadi berbeda?
Ada beberapa cara mengembangkan paragraf narasi:
1. Pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa
Pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa menggambarkan suatu
peristiwa menurut rangkaian kejadian dan urutan peristiwanya.
Menggambarkan sejelas-jelasnya suatu peristiwa menurut urutan peristiwa.
Hal ini dapat dikembangkan dengan dua cara/pola:
Pola urutan kejadian/peristiwa.
Pola waktu terjadinya peristiwa
Contoh pola urutan kejadian/peristiwa:
Setiap pagi kegiatanku itu-itu saja. Pagi-pagi sekali aku harus bangun tidur.
Tak lama kemudian aku mandi agar tubuhku segar. Salat subuh kulakukan
setelah aku berpakaian rapi. Walaupun harus buru-buru, aku selalu
menyempatkan makan pagi. Biasanya, aku berangkat kerja lima belas menit
sebelum jam kerja dimulai. Setiap hari kegiatanku hanya berada di antara
rumah dan kantor.
Contoh pola waktu terjadinya peristiwa:
Agenda kerjaku hari ini begitu padat. Pukul 07.00 aku harus sudah berada di
kantor. Bukan hanya itu. Bahkan, tepat pada saat itu aku harus sudah berada
di kelas untuk mengatur suasana kelas agar terkondisi belajar. Biasanya ini
butuh waktu lima belas menit. Pukul 07.15 PBM baru bisa dimulai dan
berlangsung selama sembilan puluh menit, lalu pindah ke kelas lainnya
dengan pola kurang lebih sama. Pukul 10.00 aku baru bisa menikmati
istirahat sampai lima belas menit ke depan. Pukul 10.15 aku kembali masuk
ke kelas yang berbeda. Selama sembilan puluh menit pula aku mengajar di
sana. Tepat pukul 11.45 aku baru bisa menikmati waktu istirahat selama 45
menit untuk salat dan makan. Namun, bukan berarti pekerjaanku sudah
selesai.
2. pola hubungan mula dan akhir

Pola hubungan mula dan akhir penekanannya pada penjelasan mulamulanya dan akhirnya.
Contoh:
Prosesnya cukup cepat. Mula-mula saya menyiapkan naskahnya. Naskah itu
lalu saya bawa ke bagian peneriamaan naskah. Kemudian, saya
mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir majalah.
Selanjutnya, naskah yang sudah diatur tata letaknya dibawa ke bagian
percetakan. Akhirnya, kita tinggal menunggu hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai