Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATEMATIKA SEKOLAH I

Bilangan Berpangkat beserta Pembelajarannya

Oleh:
Kelompok 3
1. Alghina Auladina
2. Erwanda Mahalistia
3. Venny Lutfita Sari

(13030174004)
(13030174016)
(13030174033)

2013 A

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika, baik siswa maupun
guru masing-masing memiliki kesulitan dalam pembelajarannya. Bila itu siswa maka ada
beberapa materi yang memang sulit untuk mereka pahami baik karena materinya yang sulit
atau cara guru dalam menyampaikan materi yang kurang komunikatif. Bila itu guru maka
ada juga materi yang dirasa sulit untuk diajarkan kepada siswa karena materi yang sudah
mulai abstrak, atau media pembelajaran yang kurang mendukung. Berdasarkan hasil survei
yang telah kami lakukan kepada siswa SMP, ternyata beberapa dari mereka masih kurang
memahami materi bilangan berpangkat. Kebanyakan dari mereka yang kurang memahami
materi tersebut dikarenakan konsep bilangan berpangkat yang diajarkan oleh gurunya masih
belum benar-benar mereka pahami. Terkadang guru juga menjelaskannya terlalu cepat atau
siswa sendiri tidak memperhatikan dengan baik saat dijelaskan. Dan juga karena cara berpikir
mereka yang masih konkrit sehingga setidaknya ada contoh penerapan dalam kehidupan
sehari-hari agar mereka dapat lebih memahaminya. Sedangkan, tidak semua konsep
matematika bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah. Karena alasan
itulah, kami berusaha mencari solusi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru agar siswa
bisa memahami materi bilangan berpangkat.

BAB II
PEMBAHASAN

1.

an am=an+m

2.

am :a n=

3.

( a m ) =a m n=an m

4.

am + an=am ( 1+ anm )

mn
am
=a
an

A.

Pangkat Positif

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kamu harus mengalikan bilangan-bilangan


berikut ini:
33
555
(2) (2) (2) (2)
(1,5) (1,5) (1,5) (1,5) (1,5)
Perkalian berulang tersebut akan lebih sederhana jika ditulis dalam bentuk bilangan
berpangkat, seperti berikut:

33
555

Penulisan dalam
Cara Membaca
Perpangkatan
32
Tiga pangkat dua
3
5
Lima pangkat tiga

(2) (2) (2) (2)

(-2)4

Perkalian

(1,5) (1,5) (1,5) (1,5) (1,5)5


(1,5)

Negatif dua pangkat empat


Satu koma lima pangkat lima

Penulisan perkalian berulang dalam bentuk bilangan berpangkat tersebut memperjelas


definisi berikut.

Definisi 1
ka a bilangan rasional dan n bilangan bulat positif maka perkalian berulang n faktor dari a ialah

n faktor

Bentuk pangkat ini menjelaskan pada kita bahwa

an

disebut bilangan berpangkat

dengan a sebagai bilangan pokok dan n sebagai pangkat (eksponen).


Sifat-sifat pangkat positif:

an am=an+m

Sifat 1
Jika a bilangan rasional dan m,n adalah bilangan bulat positif maka
am an=am+ n

2
3
Contoh: 3 3 =( 3 3 3 ) ( 3 3 )

3 3 3 3 3
35
32+3

a :a =

mn
am
=a
,m>n
an

Sifat 2
Jika a bilangan rasional, a 0, dan m,n adalah bilangan bulat positif maka
m

a :a =

Contoh :

mn
am
=a
,m>n
n
a

25 :23 =

2 2 2 2 2
2 2 2
2 2
22
253
4

( a m ) =a m n=an m
Sifat 3
Jika a bilangan rasional dan m,n adalah bilangan bulat positif maka
n

( a m ) =a m n=an m

2
2
Contoh : ( 3 ) = (3 3 )

( 3 3 ) x ( 3 3 )
3 3 3 3

34
32 x 2
81

am + an=am ( 1+ anm )

Sifat 4
Jika a bilangan rasional dan m,n adalah bilangan bulat positif dengan
m n maka
am + an=am ( 1+ anm )
Contoh:

52 +54 =52 ( 1+5 2 )


52 ( 1+25 )
( 5 5 ) ( 26 )
( 25 ) ( 26 )
650

Pembuktian:
am + an=am ( 1+ anm )
am + an=am .

a
a
+a n . m
m
a
a

a .1+

an am
am
an
am

( )

am 1+

am ( 1+a nm )

am an =an ( a mn1 ) atau an am =an ( 1amn )


Sifat 5
Jika a bilangan rasional dan m,n adalah bilangan bulat positif dengan
m n maka
n
5
2
( a) mn1 )
a3m=3
a3 (n3=a
3
3
1
Contoh:

33 ( 91 )
( 3 3 3 ) ( 8 )
216

Pembuktian:

am an =an ( a mn1 )
m

a a =a .

an n a n
a . n
n
a
a

a a
n a n .1
a
an

a
1
n
a

an ( a mn1 )

an am =an ( 1amn )

n
m
n
mn
atau a a =a ( 1a )

a a =a .

an m an
a . n
an
a

an .1

am a n
an

am
a 1 n
a
n

am ( 1amn )

a n an
= n
b
b

()

Sifat 6
Jika a,b bilangan rasional, b 0 dan n adalah bilangan bulat positif maka
a n an
= n
b
b

()

3 2 32 9
= 2=
7
7 49

()

Contoh:

( a b )n=a n bn
Sifat 7
Jikan n bilangan bulat positif dan a,b adalah bilangan rasional maka

( a b )n=a n bn

Contoh:

( (3 ) 2 )4 =(3 )4 24

( (3 ) (3 ) (3 ) (3 ) ) ( 2 2 2 2 )
( 81 ) ( 16 )
1296

B. Pangkat Negatif

Berdasarkan sifat yang telah dipelajari bahwa untuk a adalah bilangan rasional, a 0,
mn
am
m
n
a
:a
=
=a
dan m, n adalah bilangan bulat positif dengan m > n, berlaku
. Sifat
an
tersebut dapat dikembangkan untuk m < n. Contoh:
3

a
=a35=a2 (1)
5
a
Dengan menuliskan ke dalam bentuk faktor-faktornya, pembagian tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut:
a3
a a a
=
5
a a a a a a

a a a
1

a a a a a

1
a a

1
(2)
a2

Berdasarkan (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa

a2=

1
a2 .

Uraian tersebut memenuhi definisi bilangan rasional berpangkat bilangan bulat negatif
seperti definisi berikut.
Definisi 2
Jika a bilangan rasional, a 0, dan n adalah bilangan bulat positif maka
1
n
a = 2
a

Contoh: Ubahlah ke dalam bentuk pangkat positif dan tentukan nilainya!


1
1
1
24 = 4 =
=
1.
2 2 2 2 2 16

2.

3 2 3 1
1
1
=3 = 3 =
=
5
3
3

3
27
3
3

C. Pangkat Nol
Perhatikan pola bentuk pangkat berikut:
23=8
22=4
21=2
0
Berapakah 2 ?

Pada ruas kiri dari atas ke bawah, pangkatnya berkurang satu. Pada ruas kanan dari atas ke
bawah selalu dibagi 2. Hal yang sama untuk pola bilangan berikut
1
3
2 =
8
22=

1
4

21=

1
2

0
Berapakah 2 ?

Pada ruas kiri dari atas ke bawah, pangkatnya bertambah satu dan ruas kanan dari atas ke
bawah selalu dikali 2. Dengan demikian 20= 1.
Dengan menggunakan sifat

a
a :a = n =a
a
m

mn

dengan a bilangan rasional, m dan n

adalah bilangan bulat, m 0, n 0, serta m n. Sekarang, amati sifat tersebut untuk m = n.


Contoh:
a5 55 0
=a =a (1)
a5
Dengan menuliskan ke dalam bentuk faktor-faktornya, pembagian tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut:
a5 a a a a a
=
=1(2)
a5 a a a a a
0

Berdasarkan (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa a =1 .

Uraian tersebut memenuhi definisi bilangan berpangkat nol seperti definisi berikut.
Definisi 3
a0 =1 , dengan a bilangan rasional dan a 0

D. Pangkat Pecahan
n

9 =3 . Ini berarti 9 dipangkatkan n sama dengan 3.

Misalkan, terdapat persamaan


9n =3

Selain itu,
atau

n=

juga dapat ditulis dalam bentuk

( 32 ) =3 32 n=3 1 . Artinya, 2n = 1

1
1
9n =3 sama artinya dengan 9 2 =3 .
.
Jadi,
jika
2
1

Pada bentuk

92

bilangan

1
2

adalah pangkat pecahan. Bilangan

92

dinamakan
1

bilangan berpangkat pecahan. Sebelumnya, telah diketahui bahwa 9=3 dan 9 2 =3 .


1

Jadi 9 2 = 9=3.
dengan a , p R dan n adalah bilangan bulat dengan n >

n
Secara umum jika a =p
1

0 maka a=p n .
Didefinisikan

a=n p

(dibaca a adalah akar pangkat n dari p). pada definisi

tersebut berlaku ketentuan berikut:


i.
p merupakan bilangan real positif dan nol, untuk n bilangan genap.
ii.
p merupakan semua bilangan real, untuk n bilangan ganjil.
k
Contoh: Jika 243 =3 maka
k

( 35 ) =3
35 k =3 1
Artinya, 5k = 1 atau

k=

1
1
5
5 . Jadi, 243 =3

atau

5 243=3 .

Dengan menggunakan pengembangan sifat

( a m ) =a m n=an m , maka dapat

ditentukan hubungan antara akar pangkat suatu bilangan dan bilangan berpangkat pecahan
sebagai berikut:
1 n
n

n
n

( p ) =( p )= p = p
1

Jadi,
1 n
n

( p ) =p
1

pn
p

1
n

adalah akar pangkat n dari p atau dituliskan

n p= p n

disebut bilangan berpangkat pecahan

Secara umum untuk bilangan berpangkat pecahan berlaku sifat berikut:


1
1
n
m

( p ) =p

a)

c)

1
m n

m
n

m
n

1
m
n

p =p

b)

1
mn

p =p

1
n

=( p ) = p m
1 m
n

=( p ) =( p )
n

Contoh:
1. Sederhanakan bentuk-bentuk akar berikut:
3

a.

3 8= 23=2 3 =21=2

b.

2 5 = 25=3 32=3 8 4= 23 22=2 3 4=2 3 4

2. Ubahlah bentuk akar berikut menjadi pangkat pecahan


2

a.

52=5 3

b.

81= 3 =3

4
5

3. Ubahlah pangkat pecahan berikut menjadi bentuk akar


3
4

a.

12 = 123

b.

2 2 = 23=2 8=2 2

BAB III
PENUTUP
Pemahaman siswa terhadap materi bilangan berpangkat yang cenderung masih kurang dapat
diatasi sesuai dengan faktor penyebabnya. Jika itu karena siswa yang kurang memahami konsep, guru
dapat menjelaskan setiap sub babnya dengan memberikan pembuktian (bila diperlukan) secara
induktif dengan melibatkan siswa dalam pembuktiannya. Sehingga selain menciptakan suasana kelas
yang aktif siswa juga bisa lebih memahami materi yang disampaikan karena terlibat aktif dalam
pembelajaran. Guru sebaiknya mulai mengurangi model pembelajaran teacher-centered (terpusat pada
guru) karena belajar dengan menggunakan semua panca indera lebih efektif daripada hanya
mendengar dan mencatat. Oleh karena itu, penting diterapkan model pembelajaran student-centered
(terpusat pada siswa). Guru juga harus peka terhadap suasana kelas, karena ketidakpahaman siswa
tidak semata-mata hanya karena guru yang kurang jelas dalam menjelaskan tapi juga bisa dikarenakan
siswa yang kurang memperhatikan saat dijelaskan. Siswa sendiri juga harus inisiatif belajar mandiri
dan banyak latihan soal sehingga tidak hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja. Jadi, kerjasama
yang baik antara guru dan siswa menjadi faktor penting dalam kesuksesan pembelajaran khususnya
untuk materi bilangan berpangkat.

Anda mungkin juga menyukai