Karena gerakan dan deformasi elemen berkaitan erat dengan kecepatan dan variasi
kecepatan diseluruh medan aliran, secara singkat dapat ditinjau kembali cara
kecepatan dan percepatan dapat digambarkan.
6.1.1 Tinjauan kembali medan kecepatan dan percepatan
Seperti dibahas secara terpencil dalam Subbab 4.1. medan kecepatan dapat
digambarkan dengan menentukan kecepatan V di seluruh titik, dan pada seluruh saat,
dalam medan aliran yang ditinjau. Jadi, dalam sebuah koordinat siku-siku, notasi
V(x,y,z,t) memiliki arti bahwa kecepatan dari sebuah partikel fluida tergantung pada
dimana letaknya di dalam medan aliran (sebagaimana yang ditunjukkan oleh
koordinat-koordinat x,y,z) dan kapan partikel tersebut menempati titik itu
(sebagaimana yang ditentukan oleh waktu t). seperti yang telah ditunjukkan pada
Subbab 4.1.1. metode menggambarkan gerakan fluida seperti ini disebut metode
Eulerian.
Juga memudahkan untuk menyatakan kecepatan dalam tiga komponen yang saling
tegak lurus sehingga:
^ ^j+ w k^
V =u i+v
(6.1)
umum akan merupakan sebuah fungsi dari x,y,z dan t. salah satu dari tujuan analisis
deferensial adalah menentukan bagaimana komponen-komponen kecepatan secara
spesifik tergantung pada x,y,z dan t untuk suatu masalah tertentu.
Dengan penggambaran medan kecepatan ini, telah ditunjukkan didalam subbab 4.2.1
bahwa percepatan sebuah partikel fluida dapat dinyatakan sebagai:
a=
V
V
V
V
+u
+v
+w
t
x
y
z
(6.2)
u
u
u
u
+u
+v
+w
t
x
y
z
(6.3a)
a y=
v
v
v
v
+u
+v
+w
(6.3 b)
t
x
y
z
a z=
v
v
v
v
+u
+v
+w
(6.3 c)
t
x
y
z
DV
( 6.4)
Dt
Dimana operator
D() () ( ) ()
()
=
+u
+v
+w
(6.5)
Dt
t
x
y
z
Disebut sebagai turunan material, atau turunan substansial. Dalam notasi vector
D() ()
=
+ ( V . )( )(6.6)
Dt
t
Dimana operator gradient, ( ) adalah
()=
() ^ ( ) ^ () ^
i+
j+
k (6.7)
t
x
y
Yang telah diperkenalkan di Bab. 2. Seperti yang akan dilihat dalam subbab berikut
ini, gerakan dan deformasi dari sebuah elemen fluida tergantung pada medan
kecepatan. Hubungan antara gerakan dan gaya yang menyebabkan gerakan
tergantung pada medan percepatan.
u
x , pada sebuah kubus dengan sisi-sisinya
dari O dan B
( ux ) x .
u+
perbedaan
( ux ) x
di mana garis
OA
meregang
adalah
( ux x) ( y z ) (t )
u
x
adalah
1 d ( )
=lim
dt
t 0
[ ]
(
u
)t
x
u
= ( 6.8)
t
x
/ y dan
w / z
menggunakan analisis yang serupa, didapatkan untuk kasus yang umum bahwa
1 d ( ) u v w
= +
+
= .V (6.9)
dt
x y z
Persamaan ini menunjukkan perubahan volume persatuan volume yang disebut
sebagai laju dilatasi volumetric. Jadi, volume fluida dapat berubah ketika elemennya
bergerak dari suatu tempat lainnya di dalam medan aliran.
u/ x , v / y , dan w/ z
hanya akan
menyebabkan deformasi linear dari elemen tersebut dengan pengertian bahwa bentuk
elemen tidak berubah. Turunan silang seperti
u/ y dan
v / x akan
menyebabkan elemen tersebut berotasi dan secara umum akan mengalami deformasi
angular, yang akan mengubah bentuk elemen.
6.1.3 gerakan dan deformasi angular
Dengan penyerderhanaan, akan ditinjau gerakan di bidang x,y,z karena hasil-hasilnya
dapat diperluas untuk kasus yang lebih umum. Variasi kecepatan yang menyebabkan
rotasi dan deformasi angular pada gambar 6.4a. dalam selang waktu yang singkat
t
dan
menjadi
posisi baru OA dan OB , seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.4b. kecepatan
angular garis OA,
OA = lim
t 0
OA
adalah
Sehingga
( v / x) x t v
= (6.10)
x
x
x
t
v
=
x
OA = lim
t 0
u/ x
adalah positif,
OA
perputaran jarum jam. Demikian pula halnya, kecepatan angular garis OB adalah
OA = lim
t 0
Dan
tan =
( u/ y )y t u
=
t (6.11)
y
y
Sehingga
u
y
t
u
=
y
OA = lim
t 0
u/ y
0 B
jam rotasi, . dari elemen terhadap sumbu z didefenisikan sebagai kecepatan amp
ular rata-rata
0 A dan 0 B
Jadi, jika rotasi yang berlawanan arah dengan perputaran jarum jam dianggap positif,
maka
z=
1 v u
(6.12)
2 x y
Rotasi dari elemen fluida terhadap dua koordinat lainnya dapat diperoleh dengan cara
yang sama, dengan hasil bahwa untuk rotasi terhadap sumbu x adalah
x=
1 w v
(6.13)
2 y z
y=
1 u w
(6.14)
2 z x
Ketiga komponen
, dalam bentuk
x , y ,dan z
^
^
^
= x i+
y j+ z k (6.15)
artinya,
=2 = V
1
2
Dari persamaan 6.12 bahwa elemen fluida akan berotasi terhadap sumbu-z sebagai
kotak
yang
tak
terdeformasi
(maksudnya,
OA =0 B
hanya
apabila
Dengan menggunakan sebuah elemen kubus kecil dan diam yang ditunjukkan pada
gambar 6.5a sebagai volume atur yang kita tinjau. Pada pusat dari elemen tersebut,
dan kecepatannya mempunyai komponen
u , v , dan w
. karena elemen tersebut kecil, integral volume pada persamaan 6.5a Dapat
dinyatakan sebagai
dV
x y z (6.20)
t cv
t
Laju aliran massa melalui permukaan elemen dapat diperoleh dengan meninjau aliran
pada setiap arah koordinat secara terpisah. Dalam gambar 6.5b digambarkan aliran
u
menyatakan komponen
dari laju
aliran massa persatuan luas pada pusat elemen, maka pada permukaan kanan
ul x+(x/ 2)= u+
( u) x
(6.21)
x 2
( u) x
(6.22)
x 2
Digunakan ekspansi deret Taylor dan mengabaikan suku-suku orde yang lebih tinggi
seperti
(x)2 ,(x)3 ,
y z ,
Seperti pada gambar 6.5b. apabila kedua persamaan ini gabung, maka laju netto
massa yang mengalir dari elemen melalui kedua permukaan dapat dinyatakan sebagai
Laju netto massa
u+
aliran keluar adaarah x
( u) x
y z
x 2
( u ) x
( u )
y z=
x y z(6.23)
x 2
x
Untuk penyederhanaannya, hanya aliran dalam arah x yang ditinjau pada gambar
6.5b, tetapi secara umum, terdapat juga aliran dalam arah y dan z. analisis yang
serupa dengan yang dilakukan untuk aliran dalam arah x menunjukkan bahwa
laju netto massa
( v )
x y z(6.24)
y
( w )
x y z (6.25)
z
Dan
laju netto massa
aliran keluar p adaarah z
Jadi
alirankeluar
( u ) ( v ) ( w )
+
+
x y z( 6.26)
x
y
z
Dari persamaan 6.19, 6.20 dan 6.26, maka persamaan diferensial untuk kekekalan
massa adalah
( u ) ( v ) ( w )
+
+
+
=0(6.27)
t
x
y
z
Persamaan ini biasa juga disebut sebagai persamaan kontinuitas. Persamaan
kontuinitas adalah salah satu persamaan dasar mekanika fluida dan sebagaimana yang
dinyatakan dalam persamaan 6.27, berlaku untuk aliran yang tunak maupun taktunak,
dan fluida mampu-mampat ataupun tak mampu-mampat. Dalam notasi vector,
persamaan 6.27 dapat ditulis sebagai
+ . V =0(6.28)
t
Untuk aliran tunak dari fluida mampu-mampat
. V =0
Atau
( u ) ( v ) ( w )
+
+
=0 (6.29)
x
y
z
aliran tunak, namun bias merupakan fungsi posisi. Untuk fluida tak mampu-mampat
kerapatan fluida,.., konstan di seluruh medan aliran sehingga persamaan6.28 menjadi
. V =0(6.30)
Atau
u v w
+
+
=0(6.31)
x y z
Persamaan 6.31 berlaku untuk aliran tunak dan taktunak dari fluida tak mampumampat. Persamaan 6.31 sama seperti persamaan yang diperoleh dengan menetapkan
laju dilatasi volumetrik (persamaan 6.9) sama dengan nol.
6.2.2 koordinat polar siinder
Seperti ditunjukan pada gambar 6.6, dengan koordinat silinder, tempat kedudukan
sebuah titik ditunjukkan oleh koordinat-koordinat
jarak radial dari sumbu z,
r ,
dengan sumbu-x (dengan arah yang berlawanan perputaran jarum jam dianggap
positif), dan z adalah koordinat sepanjang sumbu-z. komponen-komponen kecepatan,
seperti pada gambar 6.6 adalah kecepatan radial, v, kecepatan tangensial,
dan
kecepatan aksial, v. jadi, kecepatan pada sebuah titik sembarang P dapat dinyatakan
sebagai
V =v r e^ r +v e^ + v z e^ z (6.32)
Dimana
e^ r
e^ dan e^ z
(6.33)
Persamaan ini dapat diturunkan dengan mengikuti prosedur yang sama dengan yang
digunakan pada subbab sebelumnya. Untuk aliran tunak, mampu-mampat
I (r v r) I ( v ) ( v z )
+
+
=0(6.34)
r r
r
z
Untuk fluida tak mampu-mampat (baik aliran tunak maupun taktunak)
I (r v r ) I v v z
+
+
=0 (6.35)
r r
r z
u v
+ =0(6.36)
x y
v= (6.37)
y
x
( ) ( )
d=
dx+ dy =v dx+u dy
x
y
konstan didapatkan
= 0 sehingga
v dx+u dy=0
Dan karena itu selama sebuah garis
konstan
dy v
=
dx u
Yang merupakan persamaan yang mendefenisikan sebuah garis-arus. Perubahan harga
Berkaitan dengan laju volume aliran. Dari kekekalan massa, diketahui bahwa
aliran masuk, dq, yang melintasi permukaan sembarang AC pada gambar 6.8a harus
sama dengan jalur aliran keluar netto melalui permukaan AB dan BC. Jadi,
dq=u dyv dx
dy+ dx (6.38)
x
y
sehingga
Dan
pada gambar
q= d = 2 1 (6.40)
1
1,
2,
vr
dan
vr =
v = (6.42)
I
r
DP
(6.43)
Dt
Dimana F adalah gaya resultan yang bekerja pada massa fluida, P adalah momentum
linear yang didefensikan sebagai
P= V dm
sys
Dan operator D ( )/Dt adalah turunan material (lihat subbab 4.2.1). pada bab terakhir
ditunjukkan bagaiman persamaan 6.43 dalam bentuk
(6.44)
Dapat diterapkan dalam sebuah volume atur yang terhingga untuk menyelesaikan
masalah-masalah aliran. Untuk memperoleh bentuk diferensial dari persamaan
momentum linear, dapat diterapkan persamaan 6.43 terhadap system diferensial, yang
mungkin
D(V m)
Dt
(6.45)
m ,Hal ini
merupakan hasil yang sama yang akan diperoleh dengan menerapkan persamaan 6.44
pada sebuah volume atur yang sangat kecil.
6.3.1 deskripsi gaya-gaya yang bekerja pada elemen diferensial
Secara umum ada dua jenis gaya perlu untuk dipertimbangkan, yaitu gaya-gaya
permukaan yang bekerja pada permukaan elemen diferensial dan gaya-gaya badan
yang terdistribusidi seluruh elemen. Untuk tujuan, satu-satunya gaya badan,
Fb
yang menjadi perhatian adalah berat dari elemen yang dapat dinyatakan sebagai
F b=m g
(6.46)
(6.47a)
F by =m g y
(6.47b)
F bz =m g z
(6.47c)
gx , g y
Dimana
gz
dan
sebagai
permukaan. Gaya
F2
dimana
Fs
Fn
Fs
A , dan
sejajar dengan luas tersebut serta tegak lurus satu sama lainnya.
Tegangan normal,
n = lim
A 0
didefenisikan sebagai
Fn
A
F n , F 1
F1
dan
dan
F2
1= lim
A 0
F1
A
Dan
2= lim
A 0
F2
A
Dengan demikin intensitas dari gaya persatuan luas pada sebuah titik dapat disifatkan
oleh sebuah tegangan normal dan dua tegangn geser, jika orientasi dari sebuah bidang
ditentukan. Untuk keperluan analisis, biasanya akan memudahkan untuk mengambil
acuan bidang pada system koordinat.
Hal ini disebabkan karena setiap vector tegangan tertentu tergantung pada orientasi
bidang yang melalui titik tersebut. Namun, dapat ditunjukkan bahwa tegangantegangan normal dan geser yang bekerja pada sembarang bidang yang melalui sebuah
titik dapat dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan yang bekerja pada tiga bidang
orthogonal yang melalui titik tersebut.
Dapat dinyatakan gaya-gaya permukaan yang bekerja pada sebuah elemen kubus
kecil dari sebuah fluida dalam bentuk tegangan-tegangan yang bekerja pada
permukaan-permukaan elemen seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.11. secara
umum, diperkirakan bahwa tegangan-tegangan tersebut akan bervariasi dari titik ke
titik di dalam medan aliran. Jadi, dapat dinyatakan tegangan-tegangan pada berbagai
permukaan dalam bentuk tegangan yang bersesuaian pada pusat elemen pada gambar
6.11 dan gradiennya dalam arah koordinat. Demi mudahnya, hanya gaya-gaya pada
arah x saja yang ditunjukkan. Tegangan-tegangan harus dikalikan dengan luas
permukaan dimana gaya tersebut bekerja untuk mendapatkan gaya. Dengan
menjumlahkan seluruh gaya dalam arah x ini, kita akan mendapatkan
( x + y + z ) (6.48 a)
xx
F sx =
yx
zx
Sebagai gaya permukaan resultan dalam arah x. dengan cara serupa, gaya permukaan
resultan dalam arah y dan z dapat diperoleh dan dinyatakan sebagai
( x + y + z ) ( 6.48 b)
xy
F sx =
yy
zy
Dan
F sx =
xz yz zz
+
+
(6.48 c)
x y z x y z
Yang
bekerja
pada
massa
Fb
diferensial,
m artinya,
F = F s + F b
Dimanadana
m= x y , z ,
6.3. sehingga (dengan menggunakan persamaan 6.47 dan 6.48 untuk gaya-gaya pada
elemen tersebut)
gx +
xx yx zx
u
u
u
u
+
+
=
+u +v + w
( 6.50 a )
x
y
z
t
x
y
z
gy+
xy yy zy
+
+
= u +u u +v u + w u ( 6.50 a )
x
y
z
t
x
y
z
gz +
xz yz zz
u
u
u
u
+
+
=
+u + v + w
( 6.50 a )
x
y
z
t
x
y
z
saling meniadakan.
xx= yy= zz
P= xx= yy = zz
Tanda negative digunakan sehingga sebuah tegangan normal menekan (seperti apa
yang diperkirakan dalam sebuah fluida) akan memberikan nilai positif untuk p.
6.4.1 persamaan gerak euler
Untuk sebuah aliran inviscid yang seluruh tegangan gesernya adalah nol dan tegangan
normalnya diganti dengan p, persamaan umum mengenai gerak (persamaan 6.50)
berubah menjadi
g x
p
u
u
u
u
=
+u
+v
+w
(6.51 a)
x
t
x
y
z
g y
p
u u
u
u
=
+u +v
+w
(6.51 b)
y
t
x
y
z
g z
p
u
u
u
u
=
+u
+v
+w
(6.51 c )
z
t
x
y
z
Persamaan ini biasa disebut sebagai persamaan gerak Euler (Leohard Euler, 17071783), seorang ahli matematika Swiss terkenal yang mempelopori kajian mengenai
hubungan antara tekanan dan aliran. Dalam rotasi vector, persamaan Euler dapat
dinyatakan sebagai
g p =
( Vt +( V . ) V )(6.52)
g z p= (V . V )V ( V )
2
Dan persamaan ini dapat disusun kembali untuk menghasilkan
Gambar 6.12
p 1
+ ( V 2 ) + g z =V ( V )
2
Selanjutnya melakukan perkalian titik terhadap setiap suku dengan sebuah panjang
diferensial ds sepanjang sebuah garis-arus (gambar 6.12). jadi,
p
1
. ds+ ( V 2 ) . ds+ g z . ds=[ V ( V ) ] . ds (6.54)
2
Karena ds mempunyai arah sepanjang garis-arus tersebut, vector ds dan V sejajar.
Namun demikian, vector V ( V ) Tegak lurus terhadap V sehingga
[ V ( V ) ] . ds=0
Dengan
^ dy ^j+ dz k^
ds=dx i+
dapat
dituliskan
P1 V 1
P V
+
+ z1 = 2 + 2 + z 2 (6.58)
2g
2g
6.4.3 aliran tak berotasi
didefenisikan sebagai
V =0
1
( V )
2
dan
karena vortisitas
1
( V )=0 , maka
2
setiap komponen vector ini, seperti yang diberikan oleh persamaan 6. 12, 6.13 dan
6.14 harus sama dengan nol. Karena komponen-komponen ini meliputi berbagai
gradient kecepatan dalam medan aliran. Kondisi tak berotasi memaksakan suatu
hubungan yang spesifik diantara gradient-gradien kecepatan. Sebagai contoh, agar
rotasi terhadap sumbu-x menjadi nol, maka dari persamaan 6.12
z=
1 v u
=0
2 x y
u w
=
( 6.61)
z x
Suatu medan aliran yang umum tidak akan memenuhi ketiga persamaan ini. Namun,
sebuah aliran seragam seperti pada gambar 6.15 akan memenuhi persamaanpersamaan tersebut. Karena u = U (sebuah konstanta), v = 0 dan w = 0, maka
persamaan 6.59, 6.60, dan 6.61 terpenuhi seluruhnya. Oleh karena itu, sebuah medan
aliran yang seragam (yang didalamnya tidak terdapat gradient kecepatan) adalah satu
contoh yang tepat dari sebuah aliran tak berotasi.
Untuk sebuah fluida inviscid tidak terdapat tegangan geser gaya gaya yang bekerja
pada elemen fluida hanyalah beratnya dan gaya-gaya tekanan. Karena berat bekerja
melalui pusat gravitasi elemen, tidak satupun dari gaya-gaya ini yang menyebabkan
elemen berputar. Oleh karena itu, untuk sebuah fluida inviscid,
Jika beberapa bagian dari medan aliran tak-berotasi, maka elemen-elemen fluida yang
berasal dari daerah ini tidak akan mengalami suatu rotasi apapun selagi elemenelemen tersebut bergerak melalui medan aliran. Pada gambar 6.14a dimana elemenelemen fluida yang mengalir jauh dari benda memiliki gerak tak berotasi dan selagi
elemen-elemen tersebut mengalir disekitar benda tersebut gerakannya tetap tak
berotasi kecuali yang dekat sekali dengan batas padat. Di dekat batas padat,
kecepatan berubah sangant cepat dari nol pada perbatasan (kondisi tanpa slip) sampai
suatu nilai yang relative besar dalam jarak yang pendek dari perbatasan. Perubahan
yang sangat cepat dari kecepatan menyebabkan kenaikan besar pada gradient
kecepatan normal terhadap perbatasan dan menghasilkan tegangan geser yang cukup
berarti, meskipun viskositasnya kecil. Jika memiliki fluida yang benar-benar inviscid,
fluida tersebut hanya akan menggelincir melewati batas padat dan aliran tetap tak
berotasi dimana-mana. Tetapi hal ini tidak terjadi pada fluida nyata, jadi biasanya
akan mempunyai sebuah lapisan sangat tipis didekat setiap permukaan tetap dalam
arus yang bergerak dimana tegangan gesernya tidak dapat diabaikan. Lapisan ini
disebut lapisan batas. Diluar lapisan batas aliran tersebut dapat dianggap sebagai
aliran tak berotasi. Konsekuensi lain yang mungkin dari lapisan batas adalah bahwa
arus utamanya mungkin terpisah dari permukaan dan membentuk sebuah olakan
dibagian hilir dari benda. Olakan tersebut mencakup suatu daerah dengan fluida yang
bergerak acak dan lambat. Untuk menganalisis secara lengkap jenis masalah ini, perlu
mempertimbangkan aliran inviscid, tak berotasi diluar lapisan batas dan pada suatu
kondisi mempertemukan kedua daerah ini. Analisis ini akan ditinjau pada Bab 8.
6.4.4 persamaan Bernoulii untuk aliran tak berotasi
Di dalam mengembangkan persamaan Bernoulli pada subbab 6.4.2, persamaan 6.54
diintegralkan sepanjang sebuah garis-arus. Keterbatasan ini dikenakan sehingga ruas
kanan dari persamaan dapat ditetapkan sama dengan nol, artinya
[V x ( x V )] ds = 0
(Karen ads sejajar terhadap V). namun demikian untuk aliran berotasi,
x =0,
sehingga ruas kanan dari persamaan 6.54 adalah nol. Tak tergantung pada arah ds.
Sekarang kita dapat mengikuti prosedur yang sama dengan menggunakan untuk
2
memperoleh persamaan 6.55, dimana perubahan diferensial, dp, d ( v ), dan dz
dp
p
V2
2
+gz = konstan
(6.62)
Namun konstantanya sama diseluruh medan aliran. Jadi ntuk aliran tak mampumampat, tak berotasi, persamaan Bernoulli dapat di tuliskan sebagai
1
V 12
2g +
z1
p2
v2
2g
Aliran inviseid
Aliran tunak
Aliran tak manpu-mampan
Aliran tak berotasi
Mungkin cukup berguna bagi kita untuk meninjau ulang pengunaan dan kesalahan
penggunaan persamaan Bernoulli untuk aliran berotasi seperti yang diilustrasikan
pada contoh 3.19.
6.4.5 Potensial kecepatan
Untuk sebuah aliran tak-berotasi gradient-gradien kecepatan di hubungkan melalui
persamaan 6.59,6.60, dan 6.61, sehingga dalam hal ini. Komponen komponen
kecepatanya dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi skalar (x,y,z,t ) sebagai
U=
V=
W=
(6.64)
Dimana disebut sebagai potensial kecepatan, subtitusi langsung dari pernyataanpernyataan ini untuk komponen kecepatan dalam persamaan 6.59, 6.60, dan 6.61.
akan membuktikan bahwa sebuah medan kecepatan yang didefinisikan oleh
persamaan 6.64 adalah tak-rotasi. Dalam bentuk vector persamaan 6.64
sesungguhnya di tulis sebagai
V=
(6.65)
tak-berotasinya
medan aliran,
sementara fungsi arus adalah konsekuensi dari kekekalan massa. Namun demikian,
perluh dicatat bahwa potensial dapat didefinisikan pada aliran tiga dimensi yang
umumnya, sedangkan fungsi arus pada aliran-aliran dua- dimensi.
Untuk suatu fluida tak mampu-mampat kita ketahui dari persamaan arus bahwa
V =0
(6.66)
Dan oleh karena itu untuk aliran tak mampu- mampat dengan persamaaan
v2 = 0
Dimana
() =
(6.67)
() adalah operator laplacian. Dalam koordinat .
Persamaan diferensial ini terdapat banyak bidang tehnik dan fisika yang dinyatakan
sebagai persamaan laplace. jadi medan inviscip tak mampu-mampat dan tak berotasi
diatur oleh persamaan laplace. Jenis aliran ini biasanya disebut sebagai sebuah aliran
potensial.
Dalam beberapa persoalan akan sangat memudahkan jika digunakan kordinat
silinder,r,, dan z.dalam system kordinat ini system gradien adalah
()=
l
()
()
ep
e
r
+
r
z ez
r
sehingga
=
di mana
V=
l
er +
e
ez
r
r z
(6.68)
= (r, , z ), karena
vr er v e
v z ez
(6.69)
V =
l
= r
)
vz
(6.60)
Demikian juga, persamaan laplace dalam koordinat silinder adalah
2
l
l
r
+ 2
)+
rr ( r
r
2
2
z2
=0
71)
(6.