Anda di halaman 1dari 34

BAB 6

ANALISIS DIFERENSIAL ALIRAN FLUIDA


6.1. KINEMATIKA ELEMEN FLUIDA
Sebuah elemen kecil berbentuk kubus yang semula berada dalam sebuah posisi
tertentu akan bergerak ke posisi lainnya selama satu interval waktu yang singkat t
seperti pada Gambar 6.1. karena variasi kecepatan yang secara umum rumit dalam
medan aliran, diperkirakan bahwa elemen ini tidak hanya bertranslasi dari suatu
posisi tetapi juga mengalami perubahan volume (deformasi linear), berotasi, dan
mengalami perubahan bentuk (deformasi angular). Meskipun gerakan dan deformasi
ini terjadi secara bersamaan, dapat ditinjau satu persatu secara terpisah seperti pada
gambar 6.1

Karena gerakan dan deformasi elemen berkaitan erat dengan kecepatan dan variasi
kecepatan diseluruh medan aliran, secara singkat dapat ditinjau kembali cara
kecepatan dan percepatan dapat digambarkan.
6.1.1 Tinjauan kembali medan kecepatan dan percepatan
Seperti dibahas secara terpencil dalam Subbab 4.1. medan kecepatan dapat
digambarkan dengan menentukan kecepatan V di seluruh titik, dan pada seluruh saat,

dalam medan aliran yang ditinjau. Jadi, dalam sebuah koordinat siku-siku, notasi
V(x,y,z,t) memiliki arti bahwa kecepatan dari sebuah partikel fluida tergantung pada
dimana letaknya di dalam medan aliran (sebagaimana yang ditunjukkan oleh
koordinat-koordinat x,y,z) dan kapan partikel tersebut menempati titik itu
(sebagaimana yang ditentukan oleh waktu t). seperti yang telah ditunjukkan pada
Subbab 4.1.1. metode menggambarkan gerakan fluida seperti ini disebut metode
Eulerian.
Juga memudahkan untuk menyatakan kecepatan dalam tiga komponen yang saling
tegak lurus sehingga:
^ ^j+ w k^
V =u i+v

(6.1)

Dimana u, v dan w adalah komponen-komponen kecepatan dalam arah x,y,z dan


^ ^j , k^
i,

adalah vektor satuan yang bersesuaian. Masing-masing komponen ini secara

umum akan merupakan sebuah fungsi dari x,y,z dan t. salah satu dari tujuan analisis
deferensial adalah menentukan bagaimana komponen-komponen kecepatan secara
spesifik tergantung pada x,y,z dan t untuk suatu masalah tertentu.
Dengan penggambaran medan kecepatan ini, telah ditunjukkan didalam subbab 4.2.1
bahwa percepatan sebuah partikel fluida dapat dinyatakan sebagai:
a=

V
V
V
V
+u
+v
+w
t
x
y
z

(6.2)

Dan dalam bentuk komponennya:


a x=

u
u
u
u
+u
+v
+w
t
x
y
z

(6.3a)

a y=

v
v
v
v
+u
+v
+w
(6.3 b)
t
x
y
z

a z=

v
v
v
v
+u
+v
+w
(6.3 c)
t
x
y
z

Percepatan juga dinyatakan dengan singkat sebagai


a=

DV
( 6.4)
Dt

Dimana operator
D() () ( ) ()
()
=
+u
+v
+w
(6.5)
Dt
t
x
y
z
Disebut sebagai turunan material, atau turunan substansial. Dalam notasi vector
D() ()
=
+ ( V . )( )(6.6)
Dt
t
Dimana operator gradient, ( ) adalah
()=

() ^ ( ) ^ () ^
i+
j+
k (6.7)
t
x
y

Yang telah diperkenalkan di Bab. 2. Seperti yang akan dilihat dalam subbab berikut
ini, gerakan dan deformasi dari sebuah elemen fluida tergantung pada medan
kecepatan. Hubungan antara gerakan dan gaya yang menyebabkan gerakan
tergantung pada medan percepatan.

6.1.2 gerakan dan deformasi linear


Jenis yang paling sederhana dari gerakan yang dialami oleh sebuah elemen fluida
adalah translasi, seperti pada gambar 6.2. dalam suatu interval waktu yang singkat
t , sebuah partikel yang terletak pada titik O akan pindah ketitik O. jika seluruh
titik di dalam elemen tersebut mempunyai kecepatan yang sama (yang hanya benar
jika gradient kecepatan tidak ada), maka elemen tersebut hanya akan bertranslasi dari
satu titik ke titik lainnya. Namun, akibat adanya gradient, secara umum elemen
tersebut akan berdeformasi dan berotasi selagi bergerak. Sebagai contoh, tinjaulah

efek dari sebuah gradient kecepatan

u
x , pada sebuah kubus dengan sisi-sisinya

x , y , dan z seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.3a,

gambar 6.2 translasi elemen fluida


jika komponen

dari O dan B

adalah u , maka pada titik di dekatnya, A

dan C komponen x dari kecepatan dapat dinyatakan sebagai

( ux ) x .

u+

perbedaan

kecepatan ini menyebabkan suatu peregangan dari elemen volume sebesar

( ux ) x

selama selang waktu yang singkat

di mana garis

OA

meregang

menjadi OA dan BC menjadi BC (gambar 6.3b). akibatnya, perubahan dari volume


awal =x , y , z
perubahan dari =

adalah

( ux x) ( y z ) (t )

Dan laju dimana volume

berubah per satuan volume akibat gradient

u
x

adalah

1 d ( )
=lim
dt
t 0

[ ]
(

u
)t
x
u
= ( 6.8)
t
x

Jika gradient kecepatan

/ y dan

w / z

Juga ada, maka dengan

menggunakan analisis yang serupa, didapatkan untuk kasus yang umum bahwa
1 d ( ) u v w
= +
+
= .V (6.9)
dt
x y z
Persamaan ini menunjukkan perubahan volume persatuan volume yang disebut
sebagai laju dilatasi volumetric. Jadi, volume fluida dapat berubah ketika elemennya
bergerak dari suatu tempat lainnya di dalam medan aliran.

Namun, untuk sebuah fluida yang takmampu-mampat, laju dilatasi volumetriknya


nol, karena volume elementnya tidak dapat berubah tanpa adanya suatu perubahan
kerapatan (massa elemen harus kekal). Variasi dari kecepatan pada arah kecepatan,
seperti yang ditunjukkan oleh turunan

u/ x , v / y , dan w/ z

hanya akan

menyebabkan deformasi linear dari elemen tersebut dengan pengertian bahwa bentuk
elemen tidak berubah. Turunan silang seperti

u/ y dan

v / x akan

menyebabkan elemen tersebut berotasi dan secara umum akan mengalami deformasi
angular, yang akan mengubah bentuk elemen.
6.1.3 gerakan dan deformasi angular
Dengan penyerderhanaan, akan ditinjau gerakan di bidang x,y,z karena hasil-hasilnya
dapat diperluas untuk kasus yang lebih umum. Variasi kecepatan yang menyebabkan
rotasi dan deformasi angular pada gambar 6.4a. dalam selang waktu yang singkat
t

segmen garis OA dan OB akan berubah sejauh sudut

dan

menjadi

posisi baru OA dan OB , seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.4b. kecepatan
angular garis OA,
OA = lim

t 0

OA

adalah

Untuk sudut-sudut kecil


tan =

Sehingga

( v / x) x t v
= (6.10)
x
x

x
t
v
=
x

OA = lim
t 0

Perhatikan bahwa jika

u/ x

adalah positif,

OA

berlawanan dengan arah

perputaran jarum jam. Demikian pula halnya, kecepatan angular garis OB adalah
OA = lim
t 0

Dan
tan =

( u/ y )y t u
=
t (6.11)
y
y

Sehingga
u

y
t
u
=
y

OA = lim
t 0

Dalam hal ini jika

u/ y

adalah positif, maka

0 B

searah perputaran jarum

jam rotasi, . dari elemen terhadap sumbu z didefenisikan sebagai kecepatan amp

ular rata-rata

0 A dan 0 B

dari kedua garis OA dan OB yang saling tegak lurus.

Jadi, jika rotasi yang berlawanan arah dengan perputaran jarum jam dianggap positif,
maka
z=

1 v u

(6.12)
2 x y

Rotasi dari elemen fluida terhadap dua koordinat lainnya dapat diperoleh dengan cara
yang sama, dengan hasil bahwa untuk rotasi terhadap sumbu x adalah
x=

1 w v

(6.13)
2 y z

Dan untuk rotasi terhadap sumbu-y adalah

y=

1 u w

(6.14)
2 z x

Ketiga komponen
, dalam bentuk

x , y ,dan z

dapat digabungkan menjadi suatu vector rotasi

^
^
^
= x i+
y j+ z k (6.15)

Pemeriksaan terhadap hasil ini mununjukkan bahwa

sama dengan setengah

dari curl vector kecepatan. Artinya


1
1
= curl V = V
2
2
Karena menurut defenisi operator vector V
Vortisitas,

didefenisikan sebagai sebuah vector yang dua kalinya vector rotasi,

artinya,
=2 = V

Penggunaan vortisitas untuk menggambarkan karakteristik perputaran sebuah fluida

akan menghilangkan fator

1
2

yang berkaitan dengan vector rotasi.

Dari persamaan 6.12 bahwa elemen fluida akan berotasi terhadap sumbu-z sebagai
kotak

yang

tak

terdeformasi

(maksudnya,

OA =0 B

hanya

apabila

u/ y= v / x . Jika tidak demikian, maka rotasi akan berkaitan dengan suatu


deformasi angular.
Untuk memperoleh bentuk diferensial dari persamaan kontinuitas, persamaan 6.5
diterapkan pada sebuah volume atur yang sangat kecil.
6.2.1 bentuk diferensial persamaan kontinuitas

Dengan menggunakan sebuah elemen kubus kecil dan diam yang ditunjukkan pada
gambar 6.5a sebagai volume atur yang kita tinjau. Pada pusat dari elemen tersebut,
dan kecepatannya mempunyai komponen

kerapatan fluida adalah

u , v , dan w

. karena elemen tersebut kecil, integral volume pada persamaan 6.5a Dapat
dinyatakan sebagai

dV
x y z (6.20)

t cv
t
Laju aliran massa melalui permukaan elemen dapat diperoleh dengan meninjau aliran
pada setiap arah koordinat secara terpisah. Dalam gambar 6.5b digambarkan aliran
u

dalam arah x. jika ditetapkan bahwa

menyatakan komponen

dari laju

aliran massa persatuan luas pada pusat elemen, maka pada permukaan kanan
ul x+(x/ 2)= u+

( u) x
(6.21)
x 2

Dan pada permukaan kiri


ul x(x /2 )=u

( u) x
(6.22)
x 2

Digunakan ekspansi deret Taylor dan mengabaikan suku-suku orde yang lebih tinggi
seperti

(x)2 ,(x)3 ,

dan seterusnya. Apabila ruas kanan dari persamaan 6.21 dan

6.22 dikalikan dengan luas

y z ,

maka laju dari massa yang melintasi sisi kanan

dan kiri elemen tersebut dapat diperoleh

Seperti pada gambar 6.5b. apabila kedua persamaan ini gabung, maka laju netto
massa yang mengalir dari elemen melalui kedua permukaan dapat dinyatakan sebagai
Laju netto massa

u+
aliran keluar adaarah x

( u) x
y z
x 2

( u ) x
( u )
y z=
x y z(6.23)
x 2
x

Untuk penyederhanaannya, hanya aliran dalam arah x yang ditinjau pada gambar
6.5b, tetapi secara umum, terdapat juga aliran dalam arah y dan z. analisis yang
serupa dengan yang dilakukan untuk aliran dalam arah x menunjukkan bahwa
laju netto massa

( v )
x y z(6.24)
y

( w )
x y z (6.25)
z

aliran keluar padaarah y

Dan
laju netto massa
aliran keluar p adaarah z

Jadi

laju netto massa

alirankeluar

( u ) ( v ) ( w )
+
+
x y z( 6.26)
x
y
z

Dari persamaan 6.19, 6.20 dan 6.26, maka persamaan diferensial untuk kekekalan
massa adalah
( u ) ( v ) ( w )
+
+
+
=0(6.27)
t
x
y
z
Persamaan ini biasa juga disebut sebagai persamaan kontinuitas. Persamaan
kontuinitas adalah salah satu persamaan dasar mekanika fluida dan sebagaimana yang
dinyatakan dalam persamaan 6.27, berlaku untuk aliran yang tunak maupun taktunak,
dan fluida mampu-mampat ataupun tak mampu-mampat. Dalam notasi vector,
persamaan 6.27 dapat ditulis sebagai

+ . V =0(6.28)
t
Untuk aliran tunak dari fluida mampu-mampat
. V =0

Atau
( u ) ( v ) ( w )
+
+
=0 (6.29)
x
y
z

Hal ini disebabkan karena menurut defenisi

bukanlah fungsi dari waktu dalam

aliran tunak, namun bias merupakan fungsi posisi. Untuk fluida tak mampu-mampat
kerapatan fluida,.., konstan di seluruh medan aliran sehingga persamaan6.28 menjadi

. V =0(6.30)
Atau
u v w
+
+
=0(6.31)
x y z
Persamaan 6.31 berlaku untuk aliran tunak dan taktunak dari fluida tak mampumampat. Persamaan 6.31 sama seperti persamaan yang diperoleh dengan menetapkan
laju dilatasi volumetrik (persamaan 6.9) sama dengan nol.
6.2.2 koordinat polar siinder
Seperti ditunjukan pada gambar 6.6, dengan koordinat silinder, tempat kedudukan
sebuah titik ditunjukkan oleh koordinat-koordinat
jarak radial dari sumbu z,

r ,

dan z. koordinat r adalah

adalah sudut yang diukur dari sebuah garis sejajar

dengan sumbu-x (dengan arah yang berlawanan perputaran jarum jam dianggap
positif), dan z adalah koordinat sepanjang sumbu-z. komponen-komponen kecepatan,
seperti pada gambar 6.6 adalah kecepatan radial, v, kecepatan tangensial,

dan

kecepatan aksial, v. jadi, kecepatan pada sebuah titik sembarang P dapat dinyatakan
sebagai
V =v r e^ r +v e^ + v z e^ z (6.32)

Dimana

e^ r

e^ dan e^ z

masing-masing adalah vector-vektor satuan dalam arah r,

, dan z seperti pada gambar 6.6. penggunaan koordinat silinder khususnya

sangat memudahkan apabila batas dari system aliran adalah silinder.

Bentuk diferensial dari persamaan kontinuitas pada koordinat silinder adalah


I (r v r ) I ( v ) ( v z )
+
+
+
=0
t
rr
r
z

(6.33)

Persamaan ini dapat diturunkan dengan mengikuti prosedur yang sama dengan yang
digunakan pada subbab sebelumnya. Untuk aliran tunak, mampu-mampat

I (r v r) I ( v ) ( v z )
+
+
=0(6.34)
r r
r
z
Untuk fluida tak mampu-mampat (baik aliran tunak maupun taktunak)
I (r v r ) I v v z
+
+
=0 (6.35)
r r
r z

6.2.3 fungsi arus


Aliran tunak, tak mampu-mampat di bidang dua dimensi mewakili salah satu dari
jenis-jenis aliran paling sederhana yang sangat penting artinya secara praktis. Aliran
dua dimensi adalah bahwa hanya terdapat dua komponen kecepatan, seperti u dan v,
apabila aliran dianggap berada pada bidang x-y. untuk aliran ini, persamaan
kontinuitas persamaan 6.31 menjadi

u v
+ =0(6.36)
x y

Pada persamaan 6.36 menunjukkan bahwa jika didefenisikan sebuah fungsi

(x,y), yang disebut fungsi arus, yang menghubungkan kecepatan sebagai


u=

v= (6.37)
y
x

Maka persamaan kontinuitas akan sama terpenuhi. Dapat dibuktikan dengan


mrnsubstitusikan pernyataan untuk u dan v kedalam persamaan 6.36 sehingga
2
2

+
= =0
x y y x x y y x

( ) ( )

Dengan menggunakan fungsi arus berkaitan dengan kenyataan bahwa garis-garis


yang sepanjangny

adalah konstan merupakan garis-garis arus. Dari defenisi

garis-arus, kemiringan disetiap titik di sepanjang garis-arus tersebut diberikan oleh


dy v
=
dx u

Perubahan dari besarnya

sewaktu bergerak dari suatu titik (x,y) kesebuah titik

di dekatnya (x + dx + dy) diberikan oleh hubungan,

d=

dx+ dy =v dx+u dy
x
y

Sepanjang sebuah garis

konstan didapatkan

= 0 sehingga

v dx+u dy=0
Dan karena itu selama sebuah garis

konstan

dy v
=
dx u
Yang merupakan persamaan yang mendefenisikan sebuah garis-arus. Perubahan harga

Berkaitan dengan laju volume aliran. Dari kekekalan massa, diketahui bahwa

aliran masuk, dq, yang melintasi permukaan sembarang AC pada gambar 6.8a harus
sama dengan jalur aliran keluar netto melalui permukaan AB dan BC. Jadi,
dq=u dyv dx

Atau dalam bentuk garis-garis


dq=

dy+ dx (6.38)
x
y

Ruas kanan persamaan 6.38 sama dengan


dq=d (6.39)

sehingga

Jadi laju volume aliran q antara dua garis-garis seperti

Dan

pada gambar

6.8b dapat ditentukan dengan mengintegralkan. Persamaan 6.39 untuk menghasilkan


v2

q= d = 2 1 (6.40)
1

Jika garis-arus sebelah atas,


garis-arus sebelah bawah,

1,

2,

mempunyai harga yang lebih besar daripada

maka q adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa


1> 2

aliran berlangsung dari arah kiri kea rah kanan. Jika

aliran berlangsung dari

arah kanan kearah kiri.


Dalam koordinator silinder, persamaan kontinuitas (persamaan 6.35) untuk aliran tak
mampu-mampat, bidang dua dimensi berubah menjadi
I (r v r ) I v
+
=0( 6.41)
r r
r

Dan komponen-komponen kecepatan,


fungsi arus,

vr

(r, ) melalui persamaan

dan

dapat dihubungkan dengan

vr =

v = (6.42)
I
r

Substitusi dari persamaan-persamaan komponen kecepatan ini ke persamaan 6.41


menunjukkan bahwa persamaan kontinuitas terpenuhi. Konsep fugsi arus dapat
diperluas untuk aliran yang simetris terhadap sumbu, seperti aliran dalam pipa atau
aliran disekitar benda putar, dan aliran-aliran dua dimensi yang mampu-mampat.
Namun konsep ini tidak dapat dterapkan untukaliran-aliran umum tiga dimensi.
6.3 kekekalan momentum linear
Untuk mengembangkan persamaan-persamaan momentum linear dapat dimulai
dengan persamaan momentum linear
F=

DP
(6.43)
Dt

Dimana F adalah gaya resultan yang bekerja pada massa fluida, P adalah momentum
linear yang didefensikan sebagai

P= V dm
sys

Dan operator D ( )/Dt adalah turunan material (lihat subbab 4.2.1). pada bab terakhir
ditunjukkan bagaiman persamaan 6.43 dalam bentuk

F kandungan volume atur = V d V + VV . n dA


t cv
cs

(6.44)

Dapat diterapkan dalam sebuah volume atur yang terhingga untuk menyelesaikan
masalah-masalah aliran. Untuk memperoleh bentuk diferensial dari persamaan
momentum linear, dapat diterapkan persamaan 6.43 terhadap system diferensial, yang

terdiri dari sebuah massa


atur yang sangat kecil,

m , atau menerapkan persamaan 6.44 terhadap volume


yang semula membatasi massa m

mungkin

penerapan persamaan 6.43 pada massa deferensial m menghasilkan


F =

D(V m)
Dt

Tetapi DV/Dt adalah percepatan, a, dari elemen. Sehingga,


F =m a

Yang hanya merupakan penerapan hukum kedua newton pada massa

(6.45)
m ,Hal ini

merupakan hasil yang sama yang akan diperoleh dengan menerapkan persamaan 6.44
pada sebuah volume atur yang sangat kecil.
6.3.1 deskripsi gaya-gaya yang bekerja pada elemen diferensial
Secara umum ada dua jenis gaya perlu untuk dipertimbangkan, yaitu gaya-gaya
permukaan yang bekerja pada permukaan elemen diferensial dan gaya-gaya badan
yang terdistribusidi seluruh elemen. Untuk tujuan, satu-satunya gaya badan,

Fb

yang menjadi perhatian adalah berat dari elemen yang dapat dinyatakan sebagai
F b=m g

(6.46)

Dimana g adalah pernyataan vector dari percepatan gravitasi. Dalam bentuk


komponen
F bx =m g x

(6.47a)

F by =m g y

(6.47b)

F bz =m g z

(6.47c)

gx , g y

Dimana

gz

dan

adalah komponen-komponen dari vector percepatan

gravitasi masing-masing dalam arah x,y dan z.


Gaya-gaya permukaan bekerja pada elemen sebagai hasil interaksinya dengan
sekelilingnya. Pada sembarang tempat didalam massa fluida, gaya yng bekerja pada
luas daerah kecil,
Fs

sebagai

seperti pada gambar 6.9. secara umum

permukaan. Gaya
F2

dimana

A , yang terletak pada sembarang permukaan dapat dinyatakan

Fs

Fn

Fs

dapat diuraikan menjadi tiga komponen

normal terhadap luas daerah

A , dan

sejajar dengan luas tersebut serta tegak lurus satu sama lainnya.

Tegangan normal,
n = lim

A 0

akan miring terhadap

didefenisikan sebagai

Fn
A

Dan tegangan geser didefenisikan sebagai

F n , F 1

F1

dan

dan

F2

1= lim

A 0

F1
A

Dan
2= lim

A 0

F2
A

Kita akan digunakan

untuk tegangan normal dan

untuk tegangan geser.

Dengan demikin intensitas dari gaya persatuan luas pada sebuah titik dapat disifatkan
oleh sebuah tegangan normal dan dua tegangn geser, jika orientasi dari sebuah bidang
ditentukan. Untuk keperluan analisis, biasanya akan memudahkan untuk mengambil
acuan bidang pada system koordinat.

Untuk mengidentifikasi dengan mudah

komponen tegangan tertentu, digunakan notasi dengan subskrip ganda yang


menunjukkan arah dari tegangan. Jadi, tegangan-tegangan normal mempunyai
subskrip berulang, sementara subskrip untuk tegangan geser selalu berbeda.
Keadaan tegangan pada sebuah titik didalam sebuah bahan tidak terdefenisi secara
lengkap hanya oleh tiga komponen dari sebuah vector tegangan.

Hal ini disebabkan karena setiap vector tegangan tertentu tergantung pada orientasi
bidang yang melalui titik tersebut. Namun, dapat ditunjukkan bahwa tegangantegangan normal dan geser yang bekerja pada sembarang bidang yang melalui sebuah

titik dapat dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan yang bekerja pada tiga bidang
orthogonal yang melalui titik tersebut.
Dapat dinyatakan gaya-gaya permukaan yang bekerja pada sebuah elemen kubus
kecil dari sebuah fluida dalam bentuk tegangan-tegangan yang bekerja pada
permukaan-permukaan elemen seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.11. secara
umum, diperkirakan bahwa tegangan-tegangan tersebut akan bervariasi dari titik ke
titik di dalam medan aliran. Jadi, dapat dinyatakan tegangan-tegangan pada berbagai
permukaan dalam bentuk tegangan yang bersesuaian pada pusat elemen pada gambar
6.11 dan gradiennya dalam arah koordinat. Demi mudahnya, hanya gaya-gaya pada
arah x saja yang ditunjukkan. Tegangan-tegangan harus dikalikan dengan luas
permukaan dimana gaya tersebut bekerja untuk mendapatkan gaya. Dengan
menjumlahkan seluruh gaya dalam arah x ini, kita akan mendapatkan

( x + y + z ) (6.48 a)
xx

F sx =

yx

zx

Sebagai gaya permukaan resultan dalam arah x. dengan cara serupa, gaya permukaan
resultan dalam arah y dan z dapat diperoleh dan dinyatakan sebagai

( x + y + z ) ( 6.48 b)
xy

F sx =

yy

zy

Dan

F sx =

xz yz zz
+
+
(6.48 c)
x y z x y z

Gaya permukaan resultan sekarang dapat dinyatakan sebagai


^ F sy ^j+ F sz k^ (6.49)
F s=F sx i+

Dan gaya ini berkombinasi dengan gaya badan,


resultan

Yang

bekerja

pada

massa

Fb

dan menghasilkan gaya

diferensial,

m artinya,

F = F s + F b

6.3.2 persamaan-persamaan gerak


Persamaan-persamaan untuk gaya badan dan permukaan dapat digunakan bersamaan
dengan persamaan 6.45 untuk mengembangkan persamaan-persamaan gerak. Dalam
bentuk komponen, persamaan 6.45 dapat dituliskan
F s=m ax
F s=m a y
F s=m az

Dimanadana

m= x y , z ,

dan komponen percepatan dinerikan oleh persamaan

6.3. sehingga (dengan menggunakan persamaan 6.47 dan 6.48 untuk gaya-gaya pada
elemen tersebut)

gx +

xx yx zx
u
u
u
u
+
+
=
+u +v + w
( 6.50 a )
x
y
z
t
x
y
z

gy+

xy yy zy

+
+
= u +u u +v u + w u ( 6.50 a )
x
y
z
t
x
y
z

gz +

xz yz zz
u
u
u
u
+
+
=
+u + v + w
( 6.50 a )
x
y
z
t
x
y
z

Dimana volume elemen x , y , z

saling meniadakan.

Persamaan-persamaan 6.50 adalah persamaan diferensial umum dari gerakan untuk


sebuah fluida. Persamaan-persamaan tersebut dapat diterapkan untuk setiap kontinum
(zat padat atau cair) yang bergerak atau diam. Namun demikian, sebelum dapat
menggunakan persamaan tersebut untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tertentu,
beberapa informasi tambahan mengenai tegangan harus didapatkan.
6.4 aliran inviscid
Tegangan geser terbentuk pada fluida yang bergerak karena viskositas fluida. Fluidafluida yang biasa seperti udara dan air memiliki viskositas yang kecil dan karena itu
cukup dapat diasumsikan bahwa dalam kondisi tertentu dapat menghasilkan efek
viskositasnya (begitupun dengan tegangan gesernya). Medan aliran dimana tegangan
geser diasumsikan dapat diabaikan dapat diabaikan dikatakan sebagai inviscid,
nonviskos atau tanpa gesekan. Pada subbab 2.1 untuk fluida-fluida yang didalamnya
tidak terdapat tegangan geser, tegangan normal pada sebuah titik tidak tergantung
pada arahnya. Artinya

xx= yy= zz

. Dalam hal ini mendefenisiskan tekanan p

sebagai negative dari tegangan normal sehingga

P= xx= yy = zz
Tanda negative digunakan sehingga sebuah tegangan normal menekan (seperti apa
yang diperkirakan dalam sebuah fluida) akan memberikan nilai positif untuk p.
6.4.1 persamaan gerak euler
Untuk sebuah aliran inviscid yang seluruh tegangan gesernya adalah nol dan tegangan
normalnya diganti dengan p, persamaan umum mengenai gerak (persamaan 6.50)
berubah menjadi

g x

p
u
u
u
u
=
+u
+v
+w
(6.51 a)
x
t
x
y
z

g y

p
u u
u
u
=
+u +v
+w
(6.51 b)
y
t
x
y
z

g z

p
u
u
u
u
=
+u
+v
+w
(6.51 c )
z
t
x
y
z

Persamaan ini biasa disebut sebagai persamaan gerak Euler (Leohard Euler, 17071783), seorang ahli matematika Swiss terkenal yang mempelopori kajian mengenai
hubungan antara tekanan dan aliran. Dalam rotasi vector, persamaan Euler dapat
dinyatakan sebagai
g p =

( Vt +( V . ) V )(6.52)

Kesulitan utama muncul dari suku kecepatan nonlinear (seperti u u/ x , v u/ y


) yang terdapat dalam percepatan konvektif. Akibat suku-suku ini, persamaan Euler

menjadi persamaan diferensial parsial nonlinear dimana tidak memiliki sebuah


metode penyelesaian yang umum. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dapat
menggunakan persamaan-persamaan tersebut dan mendapatkan informasi yang
berguna mengenai medan-medan aliran inviscid.

6.4.2 persamaan Bernoulli


Persamaan Bernoulli diturunkan dengan penerapan secara langsung hokum kedua
Newton terhadap sebuah partikel fluidayang bergerak sepanjang sebuah garis-arus.
Akan dibatasi aliran tunak sehingga persamaan Eular dalam bentuk vector menjadi
g p = (V . ) V ( 6.53)
Akan diintegralkan persamaan diferensial ini sepanjang suatu garis-arus sembarang
dan memilih system koordnat dengan sumbu z vertical (dengan arah ke atas
positif) sehingga vector percepatan gravitasi dapat dinyatakan sebagai
g=g z
Dimana g adalah besar dari dari vector percepatan gravitasi. Demikian pula, akan
sangat memudahkan jika menggunakan identitas vector
1
( V . ) V = ( V . V )V ( V )
2
Persamaan 6.53 sekarang dapat dituliskan dalam bentuk

g z p= (V . V )V ( V )
2
Dan persamaan ini dapat disusun kembali untuk menghasilkan

Gambar 6.12

p 1
+ ( V 2 ) + g z =V ( V )
2

Selanjutnya melakukan perkalian titik terhadap setiap suku dengan sebuah panjang
diferensial ds sepanjang sebuah garis-arus (gambar 6.12). jadi,
p
1
. ds+ ( V 2 ) . ds+ g z . ds=[ V ( V ) ] . ds (6.54)

2
Karena ds mempunyai arah sepanjang garis-arus tersebut, vector ds dan V sejajar.
Namun demikian, vector V ( V ) Tegak lurus terhadap V sehingga

[ V ( V ) ] . ds=0
Dengan

^ dy ^j+ dz k^
ds=dx i+

dapat

dituliskan

p . ds=( p / x ) dx + ( p / y ) dy + ( p/ z ) dz=dp Jadi, persamaan 6.54 menjadi


dp 1
+ ( V 2 ) + g dz=0(6.55)
2

Dimana perubahan dalam p, V dan z adalah sepanjang garis-arus. Persamaan 6.55


sekarang dapat diintegralkan untuk memberikan
dp V 2
+ 2 + gz=konstan(6.56)
Yang mengidintivikasikan bahwa jumlah dari ketiga suku di ruas kiri persamaan
harus tetap konstan disepanjang garis arus yang diberikan. Persamaan 6.56 berlaku
untuk aliran inviscid yang mampu-mampat dan tak mampu-mampat, tetapi untuk
fluida tak mampu-mampat variasi

terhadap p harus ditentukan sebelum suku

pertama dalam persamaan 6.56 dapat dievaluasi.


Untuk fluida inviscid, tak mampu-mampat (fluida ideal) persamaan 6.56 dapat
dituliskan sebagai
p V2
+ +gz=kostan(6.57)
2
Dan persamaan ini adalah persamaan Bernouli yang digunakan secara luas dalam Bab
3. Umumnya lebih mudah untuk menuliskan persamaan 6.57 diantara dua titik (1)
dan (2)sepanjang suatu garis-arus dan menyatakan persamaan tersebut dalam bentuk
head dengan membagi setiap suku dengan g sehingga
2

P1 V 1
P V
+
+ z1 = 2 + 2 + z 2 (6.58)
2g
2g
6.4.3 aliran tak berotasi

Subbab 6.1.3 bahwa rotasi sebuah elemen fluida sama dengan


medan aliran tak-berotasi adalah medan aliran yang

didefenisikan sebagai

V =0

1
( V )
2

dan

karena vortisitas

V , maka dalam sebuah medan aliran yang tak-

berotasi, vortisitasnya nol. Konsep ketak-berotasikan mungkin terlihat sebagai suatu

kondisi yang agak aneh untuk sebuah medan aliran. Jika

1
( V )=0 , maka
2

setiap komponen vector ini, seperti yang diberikan oleh persamaan 6. 12, 6.13 dan
6.14 harus sama dengan nol. Karena komponen-komponen ini meliputi berbagai
gradient kecepatan dalam medan aliran. Kondisi tak berotasi memaksakan suatu
hubungan yang spesifik diantara gradient-gradien kecepatan. Sebagai contoh, agar
rotasi terhadap sumbu-x menjadi nol, maka dari persamaan 6.12
z=

1 v u

=0
2 x y

Dan oleh Karena itu


v u
=
(6.59)
x y
Demikian pula halnya dari persamaan 6.13 dan 6.14
w v
= (6.60)
y z
Dan

u w
=
( 6.61)
z x
Suatu medan aliran yang umum tidak akan memenuhi ketiga persamaan ini. Namun,
sebuah aliran seragam seperti pada gambar 6.15 akan memenuhi persamaanpersamaan tersebut. Karena u = U (sebuah konstanta), v = 0 dan w = 0, maka
persamaan 6.59, 6.60, dan 6.61 terpenuhi seluruhnya. Oleh karena itu, sebuah medan
aliran yang seragam (yang didalamnya tidak terdapat gradient kecepatan) adalah satu
contoh yang tepat dari sebuah aliran tak berotasi.
Untuk sebuah fluida inviscid tidak terdapat tegangan geser gaya gaya yang bekerja
pada elemen fluida hanyalah beratnya dan gaya-gaya tekanan. Karena berat bekerja
melalui pusat gravitasi elemen, tidak satupun dari gaya-gaya ini yang menyebabkan
elemen berputar. Oleh karena itu, untuk sebuah fluida inviscid,

Jika beberapa bagian dari medan aliran tak-berotasi, maka elemen-elemen fluida yang
berasal dari daerah ini tidak akan mengalami suatu rotasi apapun selagi elemenelemen tersebut bergerak melalui medan aliran. Pada gambar 6.14a dimana elemenelemen fluida yang mengalir jauh dari benda memiliki gerak tak berotasi dan selagi
elemen-elemen tersebut mengalir disekitar benda tersebut gerakannya tetap tak
berotasi kecuali yang dekat sekali dengan batas padat. Di dekat batas padat,

kecepatan berubah sangant cepat dari nol pada perbatasan (kondisi tanpa slip) sampai
suatu nilai yang relative besar dalam jarak yang pendek dari perbatasan. Perubahan
yang sangat cepat dari kecepatan menyebabkan kenaikan besar pada gradient
kecepatan normal terhadap perbatasan dan menghasilkan tegangan geser yang cukup
berarti, meskipun viskositasnya kecil. Jika memiliki fluida yang benar-benar inviscid,
fluida tersebut hanya akan menggelincir melewati batas padat dan aliran tetap tak
berotasi dimana-mana. Tetapi hal ini tidak terjadi pada fluida nyata, jadi biasanya
akan mempunyai sebuah lapisan sangat tipis didekat setiap permukaan tetap dalam
arus yang bergerak dimana tegangan gesernya tidak dapat diabaikan. Lapisan ini
disebut lapisan batas. Diluar lapisan batas aliran tersebut dapat dianggap sebagai
aliran tak berotasi. Konsekuensi lain yang mungkin dari lapisan batas adalah bahwa
arus utamanya mungkin terpisah dari permukaan dan membentuk sebuah olakan
dibagian hilir dari benda. Olakan tersebut mencakup suatu daerah dengan fluida yang
bergerak acak dan lambat. Untuk menganalisis secara lengkap jenis masalah ini, perlu
mempertimbangkan aliran inviscid, tak berotasi diluar lapisan batas dan pada suatu
kondisi mempertemukan kedua daerah ini. Analisis ini akan ditinjau pada Bab 8.
6.4.4 persamaan Bernoulii untuk aliran tak berotasi
Di dalam mengembangkan persamaan Bernoulli pada subbab 6.4.2, persamaan 6.54
diintegralkan sepanjang sebuah garis-arus. Keterbatasan ini dikenakan sehingga ruas
kanan dari persamaan dapat ditetapkan sama dengan nol, artinya
[V x ( x V )] ds = 0
(Karen ads sejajar terhadap V). namun demikian untuk aliran berotasi,

x =0,

sehingga ruas kanan dari persamaan 6.54 adalah nol. Tak tergantung pada arah ds.
Sekarang kita dapat mengikuti prosedur yang sama dengan menggunakan untuk

2
memperoleh persamaan 6.55, dimana perubahan diferensial, dp, d ( v ), dan dz

dapat diambil kearah manapun , penginteralan persamaan6.55 kembali menghasilkan

dp
p

V2
2

+gz = konstan

(6.62)

Namun konstantanya sama diseluruh medan aliran. Jadi ntuk aliran tak mampumampat, tak berotasi, persamaan Bernoulli dapat di tuliskan sebagai
1

V 12
2g +

z1

p2

v2
2g

z 2 aliran. Bentuk persamaan 6.63 sma


Di antara dua titik manapun di dalam medan
8
seperti 6.58 tetapi tidak terbatas pada penerapan panjang sebuah garis arus, namn
demiikian, persamaan 6.63 terbatas pada:

Aliran inviseid
Aliran tunak
Aliran tak manpu-mampan
Aliran tak berotasi

Mungkin cukup berguna bagi kita untuk meninjau ulang pengunaan dan kesalahan
penggunaan persamaan Bernoulli untuk aliran berotasi seperti yang diilustrasikan
pada contoh 3.19.
6.4.5 Potensial kecepatan
Untuk sebuah aliran tak-berotasi gradient-gradien kecepatan di hubungkan melalui
persamaan 6.59,6.60, dan 6.61, sehingga dalam hal ini. Komponen komponen
kecepatanya dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi skalar (x,y,z,t ) sebagai

U=

V=

W=

(6.64)
Dimana disebut sebagai potensial kecepatan, subtitusi langsung dari pernyataanpernyataan ini untuk komponen kecepatan dalam persamaan 6.59, 6.60, dan 6.61.
akan membuktikan bahwa sebuah medan kecepatan yang didefinisikan oleh
persamaan 6.64 adalah tak-rotasi. Dalam bentuk vector persamaan 6.64
sesungguhnya di tulis sebagai
V=

(6.65)

Sehingga untuk sebuah aliran tak-berotasi, kecepatan dapat dinyatakan sebagai


gradient sebuah fungsi skalar .
Potensial kecepatan adalah konsekuensi dari

tak-berotasinya

medan aliran,

sementara fungsi arus adalah konsekuensi dari kekekalan massa. Namun demikian,
perluh dicatat bahwa potensial dapat didefinisikan pada aliran tiga dimensi yang
umumnya, sedangkan fungsi arus pada aliran-aliran dua- dimensi.
Untuk suatu fluida tak mampu-mampat kita ketahui dari persamaan arus bahwa
V =0

(6.66)

Dan oleh karena itu untuk aliran tak mampu- mampat dengan persamaaan
v2 = 0
Dimana

() =

(6.67)
() adalah operator laplacian. Dalam koordinat .

Persamaan diferensial ini terdapat banyak bidang tehnik dan fisika yang dinyatakan
sebagai persamaan laplace. jadi medan inviscip tak mampu-mampat dan tak berotasi
diatur oleh persamaan laplace. Jenis aliran ini biasanya disebut sebagai sebuah aliran
potensial.
Dalam beberapa persoalan akan sangat memudahkan jika digunakan kordinat
silinder,r,, dan z.dalam system kordinat ini system gradien adalah

()=

l
()
()
ep

e
r
+
r
z ez
r

sehingga
=

di mana
V=

l
er +
e
ez
r
r z

(6.68)

= (r, , z ), karena
vr er v e

v z ez

(6.69)

maka untuk aliran tak berotasi (dengan


vr

V =

l
= r

)
vz

(6.60)
Demikian juga, persamaan laplace dalam koordinat silinder adalah
2
l
l
r
+ 2
)+
rr ( r
r
2

2
z2

=0
71)

(6.

Anda mungkin juga menyukai