Oleh
SAHRI (NIM H1031131014)
FREDY PRANOTO (NIM H10311310..)
AUDITYA MEIDIANTO (NIM H1031131010)
TOTO HERMANTO (NIM H1031131013)
OMARTA (NIM H10311310..)
MUHAMMAD KAFILAH (NIM H10311310..)
DOMIRUDDIN (NIM H10311310..)
PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Berkat rahmat dan karunia-Nya pulalah makalah mata kuliah Pendidikan
Agama Islam berjudul Pemimpin Menurut Islam dan Pluralisme dapat diselesaikan dengan
baik dan lancar. Atas dukungan dan tugas yang telah diberikan oleh dosen dan teman-teman
maka kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan
teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan memerlukan kritik dan saran
dari pembaca dan teman-teman sehingga makalah ini menjadi lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seluruh manusia yang diciptakan Allah Swt, di muka bumi ini. Pemimpin
ada yang formal dan nonformal. Pemimpin formal adalah tugas suatu pekerjaan dan jabatan
berdasarkan Surat Keputusan (SK) sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan telah disahkan
oleh pemerintah. Sedangkan pemimpin nonformal adalah tugas yang tidak ada SK, dan tidak ada
aturan dalam undang-undang yang ada dalam pemerintahan, hanya aturan tidak tertulis di
masyarakat, namun mengikat dan dibutuhkan tanggung jawab yang tinggi karena akan dinilai oleh
masyarakakat umum.
Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan dan
tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebab itu, kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang
yang bukan pemimpin. Kepemimpinan juga dapat mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan
untuk membentuk perilaku sesuai dengan kehendak kita.
Ralph M. Stogdil seperti yang dikutip Anasom dalam Tim LPP-S da SDM (2010:70)
mengungkapkan bahwa dalam memberi arti kepemimpinan ini, yang dapat dilihat dan berbagai
sudut pandang.
1. Kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok
2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh
3. Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan
4. Kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh
5. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku
6. Kepemimpinan adalah suatu bentuk persuasi
7. Kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan /kekuasaan
8. Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan
9. Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi
10. Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dan strukt
Kesuksesan pemimpin dapat dilihat dari kesuksesannya dalam mempengaruhi dan membujuk
orang lain. Definisi ini dikategorikan tiga elemen (Edwin A. Locke, 1997:3-4)
1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept)
Kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang-orang lain, dalam hal ini para pengikut
atau bawahan. Jika tidak ada pengikut maka tidak ada pemimpin.
2. Kepemimpinan merupakan suatu proses
Agar bisa memimpin, pemimpin mesti melakukan sesuatu, tentu dengan berbagai daya dan
upaya. Seorang pemimpin harus inisiatif dan aktif melakukan berbagai tindakan dalam
mencapai tujuan organisasi dengan memberdayakan potensi-potensi yang dimiliki para
pengikutnya
3. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan
Pemimpin membujuk para pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas
yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi
imbalan dan hukuman (punishment and reward), restrukturisasi organisasi, dan
mengkomunikasikan sebuah visi.
B. Sifat Dan Karakteristik Kepemimpinan
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2003:115), sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin agar dapat mempertahankan kedudukannya cukup lama dan dapat menjalankan
fungsinya dengan efektif sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab yang seimbang
Stamina, yaitu kemampuan bertahan dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi
kesulitan. Dengan stamina ini, seorang pemimpin yang mendapat kedudukannya karena nasib
baik pun dapat mempertahankan kedudukannya itu.
2. Ada sesuatu yang diperjuangkan
Dalam suatu kepemimpinan, pasti ada suatu yang diperjuangkan karena fungsi dari
kepemimpinan itu merealisasikan apa yang diperjuangkan, termasuk perjuangan untuk
mendapatkan kekuasaan. Tidak peduli itu berupa mempertahankan ide-ide lama atau tradisi
terhadap ancaman pengaruh sesuatu yang baru, ataukah berupa memperjuangkan ide-ide baru
terhadap kebiasaan atau tradisi lama.
Pemimpin harus berkarakter dan berkepribadian yang kuat. Ia juga tidak berubah-ubah
pendirian dan kata-katanya dapat dipercaya. Ia mempunyai keyakinan akan kemampuan
dirinya sendiri.
8. Bersih
Pemimpin harus berpikiran bersih dan jujur. Ia tidak punya itikad lain selain
memperjuangkan kepentingan kelompoknya. Hal ini harus menjadi komitmen dari seorang
pemimpin, dan komitmen ini harus mampu menjadi landasan dalam beraktivitas untuk
memajukan organisasinya.
9. Simpati
Seorang pemimpin harus mampu menempatkan diri pada kedudukan pengikutpengikutnya dan memandang persoalan dar sudut pandang pengikutnya. Dengan demikian ia
dapat mengerti perasaan pengikutnya. Ia tampil sebagai sosok penuh simpati, disegani
sekaligus dicintai bawahannya.
Fandy Tjiptono dan Anatasia Diana (2001:153-154) menyampaikan secara umum seorang
pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
A. Tanggung Jawab Yang Seimbang
Keseimbangan yang dimaksud disini adalah antara tanggungjawab terhadap perkerjaan
yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang yang harus melaksanakan
perkerjaan tersebut. Ini harus dilakukan dengan seimbang. Jika tidak seimbang, maka
proses pendelegasian tanggungjawab tidak akan berjalan lancar.
B. Modal Peranan yang Positif
Peranan adalah tanggungjawab, perilaku, atau prestasi yang diharapkan seseorang yang
memiliki posisi khusus tertentu. Dalam hal sikap dan perilaku seorang pemimpin
menjadi tauladan bagi para pengikutnya. Segala tingkah laku pemimpin akan ditiru oleh
para pengikutnya. Oleh karena itu, sudah semestinya yang dilakukan oleh pemimpin
harus positif. Pemimpin harus menyerukan untuk bekerja secara tuntas akan ditiru oleh
para pengikutnya, jika pemimpin itu sendiri bekerja secara tuntas.
C. Memiliki Keterampilan Komunikasi yang Baik
Pembahasan tentang komunikasi dalam kepemimpinan ini secara lengkap dibahas pada
bab tersendiri. Akan tetapi dalam hal ini yang penting bagi seorang pemimpin adalah
kemampuan untuk mengkomunikasikan berbagai ide, pemikiran, instruksi, dan
langkah-langkah strategis kepada para pengikutnya.
5. Penuh antusias
6. Sederhana
7. Jujur
8. Adil
9. Penuh keyakinan
10. Memiliki keberanian
11. Percaya diri dan tidak sombong
12. Bersikap objektif
13. Kematangan intelektual quotient (IQ), emosional quotient (EQ), spiritual quotient (SQ).
a) Intelektual Quotient (IQ)
Potensi intelektual adalah kemampuan berpikir analisis dan empiris.
b) Emosional Quotient (EQ)
Potensi emosional adalah kemampuan merasakan suasana hati dan perasaan orang
lain serta lingkungan, untuk pengambilan keputusan serta pembangunan
mentalitas.
c) Spiritual Quotient (SQ)
Potensi spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna tertinggi kehidupan
(ultimate meaning).
C.
Akhlak Pemimpin
Dari Ibnu Umar r.a katanya : Aku hadir ketika bapaku (Umar Bin Khatab) kena musibah
ditikam orang. Para sahabat beliau yang hadir ketika itu memujinya.
Kata mereka : Semoga Allah membalasi anda dengan balasan yang baik
Jawab Umar : Aku penuh harap dan cemas.
Kata mereka : Tunjukkanlah pengganti anda (untuk menjadi khalifah)
Jawab Umar : Apakah aku harus memikul urusan pemerintahanku waktu hidup dan matiku ?. aku
ingin tugasku sudah selesai, tidak kurang dan tidak lebih. Jika aku menunjuk penggantiku,
memang orang yang lebih dariku, yakni Abu Bakar Shidiq, pernah menunjuk
penggantinya. Tetapi jika aku membiarkan kamu memilih siapa yang akan menjadi
khalifah maka orang yang paling baik darinya adalah Rasulullah SAW, pernah
membiarkan kamu memilih sendiri penggantinya.
Kata Abdullah, dengan ucapan itu tahulah aku bahwa beliau tidak akan menunjuk penggantinya
untuk menjadi khalifah (HR. Muslim, Hadist no.1790).
Umar tidak mau menunjuk penggantinya dengan alasan :
1. Umar ingin setelah wafat tidak terbebani dengan masalah dunia pemerintahan
2. Umar menyerahkan pemilihannya kepada umat sebagaimana Rasulullah SAW
memerintahkan hal itu Duduknya Abu Bakar Shidiq sebagai khalifah karena dipilih oleh
para sahabat orang yang dipilih adalah orang yang paling baik diantara umat, bukan orang
yang dekat dengan umar.
Dari Abdullah Bin Samurah r,a : Rasulullah SAW bersabda kepadaku : Hai Abdurahman!,
Janganlah engkau meminta-minta hendak menjadi pembesar Negara. Jika engkau menjadi
pembesar Negara karena permintaan, pertanggungjawabanmu akan besar sekali. Dan jika diangkat
tanpa permintaan engkau akan ditolong dalam tugasmu. (HR. Muslim)
Dari Abu Musa r.a. Katanya :Aku datang menemui Nabi SAW, bersama-sama dua orang
laki-laki anak pamanku. Yang seorang berkata Ya Rasulullah,angkatlah aku menjadi amir
(pembesar/pemimpin) disuatu daerah yang telah yang dikuasakan Allah kepada anda! Jawab
Rasullulah Demi Allah aku tidak akan mengangkat seseorang untuk memangku suatu jabatan.
Orang meminta-minta supaya diangkat, bahkan tidak pula orang yang berambisi untuk itu
(H.R.Muslim)
Dari Abu Zar Al-Ghifari Ra. Dia pernah bertanya pada Rasulullah SAW.Ya Rasulullah,
apakah engkau tidak hendak mengangkat ku (untuk memegang suatu jabatan)?.Lalu beliau
menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya berkata,Hai Abi Zar, engkau ini lemah,sedangkan
pekerjaan itu adalah amanah yang kelak pada hari kiamat akan di pertanggungjawabkan dengan
resiko penuh kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang-orang yang melaksanakan tugasnya
dengan baik (H.R.Muslim).
A.
Pengertian
Secara etimologi, Pluralisme adalah mengenal lebih dari satu. Sedangkan secara
terminologis, paham kemajemukan atau paham yang berorientasi kemajemukan yang memiliki
berbagai penerapan yang berbeda dalam berbagai filsafat agama, moral, hukum dan politik,
termasuk adat, kebiasaan, dimana batas kolektifnya adalah pengakuan atas kemajemukan didepan
ketunggalan.Seperti dalam filsafat, sebagian orang tidak mempercayai aspek kesatuan dalm
makhluk-makhluk Tuhan dan pandangan ini disebut dengan heterogenitas wujud dan maujud. Ada
juga yang mengatakan bahwa Pluralisme dipahami sebagai doktrin metafisik yang memandang
bahwa seluruh eksistensi secara umum bisa menunjukkan jalan keselamatan. Cara pandang yang
demikian ini merupakan cara pandang yang tidak bisa dihindari bagi seseorang yang dibatasi
sebuah tradisi agama tertentu.
Secara lebih luas, istilah pluralisme merupakan salah satu kata ringkas untuk menyebut suatu
tatanan dunia baru dimana perbedaan budaya, sistem sosial, sistem kepercayaan dan nilai-nilai
yang membangkitkan bergairahnya berbagai ungkapan manusia yang tidak kunjung habis
sekaligus mengilhami konflik yang berkepanjangan dan sulit didamaikan.Pluralisme tidak dapat
dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari
berbagai suku, entis, ras dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan
Pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar kebaikan negatif (negative good), hanya
ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme.
B.
Q. S. At-Tin(95) : 4-5
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
5. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Q. S. Al-Baqarah (2) : 213
213. Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus
para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
Kitab yang
benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang
nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada
jalan yang lurus.
Dalam memahami ayat diatas muncul 3 fakta khususnya tentang prluralisme agama :
1. Kesatuan uman manusia dibawah satu Tuhan.
2. Kekhususan agama-agama yang dibawa oleh para nabi.
3. Peran wahyu dalam mendamaikan perselisihan atau perdebatan diantara umat beragama.
C.
Hablumminannas
Hablumminannas yaitu hubungan antar manusia. Pada saat ini hablumminannas justru
yang mengusik umat. Terjadinya konflik antar umat islam dengan umat diluar islam, karena kurang
pahamnya terhadap konsep hablumminannas yang setengah-setengah.
Contoh konflik yang terjadi karena kurangnya pemahaman tentang konsep hablumminannas:
1. Dari segi akidah munculnya ajaran baru
2. Dari theologinya, tidak sedikit yang menyesatkan orang lain
3. Pemahaman tentang jihad
Al-Quran memandang konsep manusia sebagai bashar, seharusnya menyadarkan manusia bahwa
ada sisi kemanusiaan yang harus dupelihara oleh manusia itu sendiri.
Banyaknya orang yang mengaku adanya tuhan lain selain Allah, padahal apabila di pelajari
lebih jauh pemahan mereka tentang tuhan mereka itu sangat salah bahkan tuhan yang mereka
agungkun tidak merasa atau tidak menganngap diri mereka tuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemimpin adalah seluruh manusia yang diciptakan Allah Swt, di muka bumi ini. Pemimpin
ada yang formal dan nonformal. Pemimpin formal adalah tugas suatu pekerjaan dan jabatan
berdasarkan Surat Keputusan (SK) sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan telah disahkan
oleh pemerintah. Sedangkan pemimpin nonformal adalah tugas yang tidak ada SK, dan tidak ada
aturan dalam undang-undang yang ada dalam pemerintahan, hanya aturan tidak tertulis di
masyarakat, namun mengikat dan dibutuhkan tanggung jawab yang tinggi karena akan dinilai oleh
masyarakakat umum.
Pluralisme merupakan salah satu kata ringkas untuk menyebut suatu tatanan dunia baru
dimana perbedaan budaya, sistem sosial, sistem kepercayaan dan nilai-nilai yang membangkitkan
bergairahnya berbagai ungkapan manusia yang tidak kunjung habis sekaligus mengilhami konflik
yang berkepanjangan dan sulit didamaikan.
3.2 Saran
Memilih pemimpin seharusnya berhati-hati karena pemimpinlah yang akan merubah suatu
bangsa atau daerah yang dipimpinnya. Pemilihan pemimpin dan tanggung jawab dari pemimpin
di Indonesia seharusnya mengikuti cara islam.
Pluralisme sebaiknya dihilangkan dalam kehidupan bermasyarakat karena akan
mengakibatkan munculnya ajaran baru yang menyimpang dari ajaran islam.
DAFTAR PUSTAKA