Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERKEMBANGAN MAKANAN

Pada zaman paleolitik alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum
dihaluskan. Alat-alat pada zaman paleolitik di buat dari kayu,tulang,tanduk dan
batu. Caranya dengan cara di pukuli saja,bekas-bekas pukulan pada alat-alat itu di
sebut retource (Soekadijo, 1990:7). Alat-alat pada jaman paleolithik berbeda
dengan alat-alat pada jaman mesolithik dan jaman neolithik karena pada jaman
paleolithik alat-alatnya dibuat masih secara kasar, sedangkan pada jaman neolithik
alat-alatnya sudah mulai diasah. Manusia hidup dalam kelompok-kelompok dan
membekali diri menghadapi lingkungan sekelilingnya. Kelompok berburu tersusun
dari keluarga kecil yang laki-laki melakukan perburuan dan yang perempuan
mengumpulkan makanan yang tidak memerlukan pengeluaran tenaga yang terlalu
besar (soejono, 2010:135).

Semua bahan makanan yang diperolehnya dikonsumsi secara mentah hal ini karena
belum ditemukannya api. Namun setelah api ditemukan, pada awalnya manusia purba belum
menyadari bahwa api dapat digunakan untuk memasak bahan makanan. Pada waktu itu, api
hanya digunakan untuk menghangatkan badan dan mengusir binatang buas pada waktu malam
hari. Suatu ketika saat seorang manusia purba menghangatkan badan, tanpa disengaja
meletakkan segumpal daging di dekat api. Daging tersebut matang dan mengeluarkan aroma
yang sedap karena terbakar, setelah diciipinya manusia purba merasakan bahwa ternyata daging
yang telah dimasak menjadi lebih lezat dan lunak serta mudah dikunyah (setiawati, 1993:5).
Sejak kejadian itu, lahirlah kebiasaan memasak makanan meskipun dilakukan dengan cara yang
sederhana.
Secara bertahap, manusia semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan
tidak hanya sekedar memenuhi rasa lapar akan tetapi harus memenuhi syarat gizi dan kesehatan
yang dibutuhkan tubuh yang berguna untuk perkembangan dan pertumbuhan badan yang
optimal. Oleh karena itu, teknik dan keterampilan memasak terus berkembang yang saat ini telah
merupakan seni tersendiri. Alat-alat yang digunakan sudah bukan dari tanah liat atau batu,
melainkan telah banyak alat-alat modern seperti yang terbuat dari bahan stainless steel, barangbarang elektronik dan lain-lain.
Di samping itu,sejarah juga membuktikan bahwa pengolahan bahan makanan
berkembang dari masa ke masa dan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Berdasarkan sejarah Eropa, perkembangan pengolahan bahan makanan dari masa ke
masa dimulai sejak sebelum abad XII. Pada zaman itu bahan makanan hanya dimasak dengan
cara dibakar dan direbus sehingga menu makanan yang tersedia hanya berupa hidanganhidangan daging yang dibakar dan direbus, kemudian muncul bermacam-macam soup dan setup.
Perkembangan makanan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh negara eropa dan Belanda setelah
muncul adanya perhatian terhadap masakan-masakan asing di dapur Eropa dan Belanda yang
mempengaruhi jenis masakan di Indonesia saat ini (Setiawati, 1993:8).
Di Indonesia saat ini banyak muncuk masakan eropa yang digemari oleh masyarakat di
Indonesia contohnya macam-macam olahan steak yang diolah dengan cara digoreng,dibakar dan

dipanggang. Selain itu, makanan Eropa sedikit menggeser makanan tradisional Indonesia, namun
saat ini masakan tradisonal diolah lebih bervariasi agar tidak tergeser dengan makanan Eropa dan
makanan Cina karena makanan tradisional Indonesia merupakan makanan khas Indonesia yang
mencermikan bermacam-macam kebudayaan Indonesia. Setiap daerah di Indonesia mempunyai
makanan khas daerah yang menjadi ciri khas suatu daerah contohnya soto Lamongan menjadi
makanan khas dari daerah Lamongan.
PERKEMBANGAN MAKANAN DI INDONESIA

Perkembangan pengolahan bahan makanan dari masa ke masa dimulai sejak sebelum
abad XII berdasarkan sejarah Eropa. Pada zaman itu bahan makanan hanya dimasak dengan cara
dibakar dan direbus sehingga menu makanan yang tersedia hanya berupa hidangan-hidangan
daging yang dibakar dan direbus, kemudian muncul bermacam-macam soup dan setup. Pada
abad XIII yakni zamannya bangsa Eropa berusaha menjelajah wilayah timur, termasuk
diantarannya Marcapolo. Ketika singgah di daratan Cina yang pada masa itu telh terkenal tinggi
kebudayaannya, Marcopolo banyak mempelajari berbagai hal diantaranya adalah penggunaan
dan pembuatan mie. Hasil penemuan di daratan Cina tersebut, kemudian dikembangkan oleh
Marcapolo di negaranya sehingga dihasilkan bahan makanan yang dikenal dengan spaghetti,
vermicelli dan macaroni yang sampai sekarang dikenal sebagai makanan khas italia yang bisa
dimasak menjadi spaghetti bolognaise, macaroni schotel dan lain-lain ( Setiawati, 1993:6).
Sekitar abad XIV bangsa Romawi berhasil menguasai Eropa, kemenangan Romawi atas
Eropa kemudian dirayakan dengan pesta. Dalam suasana pesta orang Romawi tidak mau jika
hanya mengkonsumsi hidangan-hidangan yang sederhana, maka diciptakan berbagai saus untuk
berbagai hidangan. Sejak saat itu mulai dikenal penggunaan bermacam-macam saus untuk
berbagai makanan sampai saat ini contohnya saus bolognaise yang digunakan untuk spaghetti.
Pesta kemenangan juga melanda ke setiap negara di Eropa termasuk perancis. Perancis
kemudian mengembangkan seni memasak dengan sedemikian pesatnya sehingga dapat diterima
dan terkenal di seluruh dunia. Bahkan pada zaman Nepelon dan pada masa perancis dikuasai
oleh raja-raja Louis, pengaruh kebudayaannya sangat besar terhadap negara-negara Eropa
lainnya dan hingga saat ini French Couisine atau seni memasak dari dapur perancis mendapat
tempat terpenting di dalam dapur hotel dan restoran seluruh dunia.
Seni memasak mengalami kemajuan yang sangat pesat pada zaman raja Louis pada abad
XIV sehingga resep yang tadinya dibuat berdasarkan pengalaman mulai disusun secara metodis
dan menjadi suatu ilmu yang ditandai dengan munculnya bermacam-macam buku resep masakan
sampai saat ini masih terus berkembang ( Setiawati, 1993:8). Dalam abad XV di negara-negara
Eropa terjadi revolusi agama dan politik yang menyebabkan orang orang di negara Eropa
melarikan diri ke Amerika. Dalam imigrasi besar-besaran ini, orang Eropa tidak hanya membawa
keluarga dan harta bendanya saja akan tetapi membawa juga kebudayaan termasuk budaya
makanannya. Oleh karena itu, dasar dari menu orang-orang Amerika sebagian besar dipengaruhi
dan sama dengan menu Eropa pada umumnya meskipun disesuaikan dengan situasi
perkembangan yang pesat dinegara tersebut.

Pada permulaan abad XVI bangsa Portugis berhasil menguasai Indonesia untuk mencari
rempah-rempah, meskipun pada awalnya pencarian rempah-rempah dilakukan oleh bangsa
spanyol namun yang pertama kali memperkenalkan rempah-rempah Indonesia ke negara Eropa
adalah bangsa Portugis. Akibatnya mereka ternyata sangat mengagumi dan mendambahkan
rempah-rempah Indonesia sehingga mendorong bangsa lainnya seperti Belanda datang ke
Indonesia untuk mencari rempah-rempah bahkan sampai berhasil memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Indonesia.
Kaitannya antara masuknnya Belanda ke Indonesia dengan perkembangan makanan
yakni terjadi pada masa perang dunia I ketika hubungan orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia dengan Eropa terputus akibat perang yang berkesinambungan. Putusnya hubungan ini
berarti pengiriman bahan makanan dari Eropa tidak dimukinkan lagi. Hal ini memaksa orangorang Belanda yang ada di Indonesia harus menyesuaikan menu makanannya dengan menu
makanan Indonesia. Orang-orang Belanda mulai mencoba makanan Indonesia yang kemudian
berkembang menjadi menu yang disebut Rijsttafel.
Rijsttafel adalah suatu menu yang disertai bahan pokoknya nasi. Menu rijsttafel sangat
digemari dan merupakan makanan selingan yang istimewa dalam menu orang Belanda sampai
saat ini. Akibat lain yang ditimbulkan oleh perang yang bersinambungan yaitu mulai dikenalnya
margarin pada zaman Nepelon. Margarine digunakan sebagai pengganti mentega karena pada
waktu itu cadangan bahan makanan untuk pembuatan mentega telah habis (setiawati, 1993:8-9).
Perkembangan makanan mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama di negaranegara Eropa dan setelah perang dunia II baru mulai tampak adanya perhatian terhadap masakanmasakan asing di dalam dapur Eropa. Misalnya selain masakan-masakan Cina seperti bakmi,
cap chai, dan lumpia juga beberapa masakan Indonesia seperti nasi goreng, gado-gado, dan sate
mulai dikenal dan masuk dalam menu masakan Eropa terutama dalam menu Belanda. Adapun
menu Amerika yang tampak berpengaruh kuat terhadap menu Eropa adalah juice dan salad, juice
dan salad saat ini lebih banyak dikonsumsi sebagai upaya memperbaiki menu Eropa yang pada
umumnya terlalu berat karena masyarakat Eropa cenderung banyak memakan makanan yang
berbahan dasar daging (danylah, 2003:102).
Pada saat ini telah terjadi banyak perubahan dan perkembangan yang begitu pesat dalam
bidang makanan yang meliputi penyediaan bahan, teknik memasak, serta pengawetan makanan
sehingga dapat dikatakan telah terjadi revolusi makanan. Makanan banyak tersedia dan mudah
diperoleh mulai dari yang mentah, siap makan sampai pada yang siap dikonsumsi. Di Indonesia
perkembangan makanan terjadi disetiap daerah yang ada di Indonesia, banyak ragam makanan
daerah di Indonesia sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
Makanan tradisional Indonesia saat ini banyak dikembangkan mulai dari teknik
penyajian dibuat menarik untuk menarik konsumen, agar makanan tradisional Indonesia bisa
bersaing dengan makanan Eropa dan Cina yang banyak digemari oleh masyarakat diIndonesia
seperti steak, bakmi, cap chai dan sebagainnya. Makanan Indonesia saat ini banyak yang
disajikan dengan teknik fusion yaitu menyajikan makanan dengan menata makanan yang
menarik dan mengandung unsur seni agar makanan yang disajikan kepada konsumen lebih
menarik.

FOOD AND ARCHITECTURE RELATIONS (EXISTING SIMILARITIES)

Food when thought of first comes as a basic need for survival and sustainability. Similarly,
architecture leads to buildings required for shelter and hence sustainability. Of all the basic
requirements of a man food and shelter are paramount. For any food preparation the first thing
required is the assembling of ingredients and then the formulation according to a recipe. In
architecture, these ingredients are what are termed as requirements which are decided by the
clients and his budget and time affordability. After which the design is modulated on basis of
the building type.
What ingredient to use and when with what amount is fixed. Excess of one or delay in adding
the other mars the food texture, nutrients and mainly thetaste. In architectural construction and
design again one has to follow the proper execution techniques to get a better or good design.
The design principles are to be followed in Order.
Food varies according to region. The factor governing this is the availability of constituents
which in turn is governed byclimate. Different regions have their different cuisines which is
true for architectural buildings also. As in food different tastes can be enjoyed occasionally but
only the local staple diet is most relished constantly on daily basis. So in buildings one can
have different vernacular styles anywhere one plans but the comfort level that comes with the
regional architectural details cannot be achieved. As in food one has to alter and redefine the
ingredients to suit the palate of the people of the area to make it acceptable.
Architectural building details have to be modulated with judicious design inputs to make the
structure more sustainable. That's what a successful fusion is: Fusion food; fusion Design.
These fusions can be observed in our daily dealings. The most important and break through
fusions include the Mughal Style of Architecture and similarly the Mughlai Cuisine. The
Persian mix of elements and design techniques was added to the Hindu planning style similarly
Persian ingredients were amalgamated in the Hindu recipes or vice versa. Judicious fusions
have been accepted so very well in the society that now they are not considered the part of the
vernacular style but have been transformed into a new original style of living, be it language,
attire, food or architecture.
"Too many cooks spoil the porridge", this saying is true for any architectural building one has
to get a design as a single team changing the architects at various stages usually leads to a
clutter or too many design suggestions and influences leaves one confused and the ultimate
design : chaotic.
The ingredient, the sole ingredient that can mar any well cooked and well presented food; is the
salt (or the sugar as many sweet-toothed architects will rightly point out). For example in
southern Indian cooking one of the staple ingredients in food preparation is coconut: the reason
being it is readily available there. Its easy availability is due to the climate there which is hothumid and ample rainfall. As a result the roof style and the planning style have to be the
sloping kinds.

If we look at the Konkani belt of our country (some readers can easily relate to Goa) the staple
food is fish and other sea food reason being the close proximity to sea and if we look at the
architectural details one cannot provide metal fastenings, nuts and bolts as they easily corrode
due to salt in the atmosphere. One glance at the utensils and the building structures in the northeastern parts of our country makes us understand the connection: the material:bamboo is
common for both.
An architect is that essential ingredient in the recipe of architecture. If elements of design are
the masala (spices) then the architects input is the namak (salt). The food cooked by an
experienced person or an expert always appetizing and healthy. The building designed by an
architect is always better than say an engineer. It's the technique and experience that matters and
an architect knows how to treat the buildings well.
Every dish prepared requires tempering to enhance not only the taste but also the visual appeal.
In architecture the landscaping is that embellishment. Framing the building and enhancing the
visual details of a structure with trees, rocks, sculptures, shrubs, grasses, pools, ponds, gates,
furniture etc.
Serving the food in the right ambience also matters: what colors, kinds of lights and shades,
spoons and forks, seating patterns. The buildings designed according to site considerations are a
success: site shape, entrance to the premises, types of neighborhood, sciography and sun angles
to name a few.
For the food to be termed as the best a right cook with right place, right ingredients, right
helpers, right environment, right utensils, right ambience to be served and relished in the right
mood are required. For an architecture structure to be appreciated what we require is the right
design, right construction techniques, right materials, right execution, right management, right
finishing. And for all these things to be right to give us a rightly designed building one requires
only a Right Architect.

Anda mungkin juga menyukai