Referat Omsk
Referat Omsk
PENATALAKSANAAN
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Kepaniteraan Klinik
Bidang Ilmu Penyakit THT
Di RSUD Kota Semarang
Oleh:
Vicky Octaviani (030.11.297)
Akhta Yudistira (030.11.014)
Nafis Syauqi (030.11.207)
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Vicky Octaviani
Akhta Yudistira
Nafis Syauqi
Fakultas
: Kedokteran Umum
Universitas
Tingkat
Bidang Pendidikan
Diajukan
: September 2015
Pembimbing
Mengetahui:
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi
menjadi otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Keduanya mempunyai
bentuk akut dan kronis.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga
tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga
terus menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa
nanah.1 Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe
benigna dan OMSK tipe maligna. Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan
penyakit infeksi kronik telinga tengah yang sering dijumpai di klinik THT.
Prevalensi OMSK meningkat dengan jelas pada negara Afrika, ASEAN dan
pasifik barat. Di Indonesia sendiri diperkirakan kurang lebih 6,6 juta penduduk
Indonesia menderita OMSK.2
OMSK merupakan kelanjutan dari OMA dengan perforasi membran timpani
yang menetap disertai sekret yang keluar baik aktif maupun tenang dan terjadi selama
lebih dari 2 bulan.
menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat,
virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene
buruk.3
Penyakit ini biasanya dimulai saat masa kanak-kanak.4,5 Infeksi sering terjadi
sampai usia 6 tahun, puncaknya sekitar usia 2 tahun. 6 OMSK merupakan penyebab
terbanyak untuk terjadinya gangguan pendengaran ringan sampai sedang pada anakanak dan orang muda di negara berkembang. OMSK menyebabkan tuli konduktif
derajat ringan sampai sedang pada lebih dari 50% kasus. OMSK pada anak-anak
cenderung menghambat perkembangan berbahasa dan kognitif anak. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan pendengaran
yang persisten dan signifikan yang disebabkan oleh otitis media (tidak hanya OMSK)
dalam 2 tahun pertama dengan disabilitas belajar dan performa sekolah yang buruk
pada anak.7,8
Penegakan diagnosis dan penatalaksaan yang tepat dan cepat perlu diterapkan
pada kasus OMSK untuk mencegah terjadinya disabilitas terutama pada anak-anak
yang dapat berdampak pada perkembangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam: 9,10,11,12
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus
akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam
hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri
dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan
sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler
yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklatcoklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap
debu dan mencegah infeksi.
Gambar 2.1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga
9,10,11
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar
: Membran timpani
Batas depan
: Tuba eustachius
Batas Bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
Gambar 2.3 : Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga
Dalam9,10,11,12
Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh
darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding
(septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian
luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang yang
mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian atas) dan skala
timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat ini
dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala
timpani berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis
membranasea kearah perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane
reissner. Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
Saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang berisi
endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis.disini, terdapat stria
vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.
promontorium.
Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga
berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang
berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot plate) dari
stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane
sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan
satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui
duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu lilpatan dari duramater, yang terletak
pada bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus.
Saluran ini buntu.
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel
penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli.
Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula utrikuli.
Kanalis semisirkularisanlis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus
satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran
yang
mengenai organ yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap
dari ampulla sehingga dapat menutup seluruh ampulla.
Fisiologi pendengaran 9,10,11,12,13
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap
lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak.
Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
yang berlangsung lebih dari 2 bulan, yang ditandai dengan adanya perforasi membran
timpani dan keluarnya sekret dari telinga yang terus-menerus atau hilang timbul.
Sekret dapat berbentuk encer atau kental, bening atau berupa nanah.14
ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba
patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK
yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia)
dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest
sebagai sekresi telinga kronis.14,15
Penyebab OMSK antara lain:14,15,16
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK:14,15
KLASIFIKASI14,15,16,17
Letak perforasi pada membran timpani penting untuk menentukan jenis OMSK.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di 3 daerah, antara lain:
Perforasi sentral
Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan seluruh tepi perforasi masih
terdapat membran timpani
Perforasi marginal
Sebagan tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus
timpanikum
Perforasi atik
Perforasi pada pars flaksida.
Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars
tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke
sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang
menetap.
1.2. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.14,19
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini proses penyakit biasanya dimulai dari daerah atik-antrum dan
menyebabkan erosi tulang sehingga bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan
kolesteatoma.
Kolesteatoma terbagi atas 2, yaitu:
1. Kolesteatoma kongenital
Kolesteatoma yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada
telinga dengan membran timpani yang utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi
kolesteatom biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau
cerebellopontin angle.
2. Kolesteatoma akuistal
Kolesteatom yang terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir membran peforasi membran timpani ke telinga tengah
(teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena
iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasi).
PATOGENESIS
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
(otitis media).
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan
udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang
relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi
saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga
lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Gambar 2.6 Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari
telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator
peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti
netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat
proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah
pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar
sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri
menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu
lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium
dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini
mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta
pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan
tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.
Gambar 2.7 Perjalanan Penyakit OMSK
PATOLOGI
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada
keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh
otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus
berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid
berkurang.
GEJALA KLINIS17,18
1. Telinga Berair (Otorrhea)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering
kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.15
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.19
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.14,15
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan
vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum.20
TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna:21
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Imaging
Foto polos mastoid untuk mengetahui adanya kolesteatoma.
Proyeksi Schuller
Proyeksi Stenver
Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada
OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari
1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru
yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa
dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak
dipateurisasi.
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,
stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas
aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin,
sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik
kecuali makrolid. Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim
dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan derajat keparahan penyakit.
Anamnesis yang penting untuk menegakan diagnosis, antara lain:22
Gejala yang dilaporkan pasien seperti otalgia, otore, nyeri pada telinga jika
ditekan, penurunan pendengaran pada telinga yang sakit dan keluhan lain yang
pada telinga.
Demam,
vertigo
intratemporal/intrakranial.
Riwayat OMSk persisten
kolesteatoma.
Riwayat otore disertai dengan demam, sakit tenggorokan, batuk dan keluhan
ISPA lainnya.
Riwayat mengorek telinga dengan kuat, telinga gatal dan berenang dimana
dan
nyeri
setelah
terapi
kemungkinan
komplikasi
kemungkinan
adekuat
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Imaging
Audiometri
Bakteriologi
KOMPLIKASI
Bila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala,
seperti otorea terus terjadi, dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan
berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan, maka harus diwaspadai
kemungkinan terjadinya komplikasi. Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar
pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, sehingga infeksi dapat menjalar ke
struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama adalah mukosa kavum timpani, yang
mampu melokalisasi infeksi. Sawar kedua adalah dinding tulang kavum timpani dan
sel mastoid. Dinding pertahanan ketiga adalah jaringan granulasi.
Pada stadium akut, yang dapat merupakan tanda bahaya antara lain; naiknya
suhu tubuh, nyeri kepala, atau adanya malaise, drowsiness, somnolen, atau gelisah.
Dapat juga timbulnya nyeri kepala di bagian parietal atau oksipital, dan adanya mual,
muntah proyektil, serita kenaikan suhu badan yang menetap selama terapi, merupakan
tanda komplikasi intrakranial. Pada OMSK, tanda penyebaran penyakit dapat terjadi
setelah sekret berhenti, karena menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.
Pencitraan yang lebih akurat adalah pemeriksaan CT Scan, dimana dapat
terlihat erosi tulang yang merupakan tanda nyata komplikasi dan memerlukan
tindakan operasi segera. CT Scan juga berguna untuk menentukan letak anatomi lesi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut
dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.14,15
manipulasi bedah membuat labirin terbuka dan pengelolaannya menjadi topik yang
sangat kontroversial.
Mastoiditis Coalescent
Mastoiditis adalah spektrum penyakit yang harus didefinisikan dengan tepat
untuk diterapi secara memadai. Mastoiditis, didefinisikan sebagai penebalan mukosa
atau efusi mastoid, adalah umum dalam suatu otitis akut atau kronis, dan dilihat
secara rutin pada CT scan. Mastoiditis secara klinis menyajikan postauricular eritema,
nyeri, dan edema, dengan daun telinga ke arah posterior dan inferior. Pemeriksaan
lebih lanjut diindikasikan untuk menentukan pengobatan yang paling tepat.
Facial Paralysis
Otogenic yang menyebabkan kelumpuhan saraf wajah termasuk OMA, OMK
tanpa cholesteatoma, dan cholesteatoma. Yang pertama biasanya terjadi dengan
saluran tuba pecah dalam segmen timpani, yang memungkinkan kontak langsung
mediator inflamasi dengan saraf wajah itu sendiri. OMK dengan atau tanpa
cholesteatoma dapat mengakibatkan kelumpuhan wajah melalui keterlibatan saraf
pecah, atau melalui erosi tulang. Kelumpuhan wajah sekunder untuk OMA sering
terjadi pada anak dengan paresis tidak lengkap yang datang tiba-tiba dan biasanya
singkat dengan pengobatan yang tepat. Di sisi lain, kelumpuhan sekunder pada OMK
atau cholesteatoma sering menyebabkan kelumpuhan wajah progresif lambat dan
memiliki prognosis yang lebih buruk. Diagnosis kelumpuhan wajah otogenic dibuat
atas dasar klinis. Paresis atau kelumpuhan wajah pada OMA, OMK, atau
cholesteatoma bukanlah diagnosis yang sulit untuk dibuat hanya dengan pemeriksaan
sendiri.
Komplikasi Intracranial
Meningitis
Meningitis adalah komplikasi intrakranial yang paling umum dari OMK, dan
OMA adalah penyebab sekunder yang paling umum dari meningitis. Meningitis dapat
muncul dari tiga rute otogenic yang berbeda: penyebaran hematogen dari meninges
dan ruang subarachnoid, menyebar dari telinga tengah atau mastoid melalui saluran
yang telah terjadi (fisura Hyrtl), atau melalui erosi tulang dan penyuluhan langsung.
Dari ketiga kemungkinan, meningitis otogenic paling umum adalah hasil dari
merupakan hasil dari OMK. Lobus temporal dan otak kecil yang paling sering terkena
dampaknya. Abses ini berkembang sebagai hasil dari perpanjangan hematogen
sekunder menjadi tromboflebitis di hampir semua kasus, tetapi erosi tegmen dengan
abses epidural dapat menyebabkan abses lobus temporal. Perkembangan klinis yang
terlihat pada pasien ini terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama digambarkan sebagai
tahap ensefalitis, dan termasuk gejala seperti flu yaitu gejala demam, kekakuan, mual,
perubahan status mental, sakit kepala, atau kejang. Tahap ini diikuti oleh laten, diam
atau di mana gejala akut mereda, namun kelelahan umum dan kelesuan bertahan.
Tahap ketiga dan terakhir menandai kembalinya gejala akut, termasuk sakit kepala
parah, muntah, demam, perubahan status mental, perubahan hemodinamik dan
peningkatan tekanan intrakranial. Tahap ketiga adalah disebabkan rongga abses yang
pecah atau meluas.
Trombosis Sinus Lateral
Kedekatan dari telinga tengah dan sel udara mastoid ke sinus vena dural
memudahkan mereka untuk menjadi trombosis dan tromboflebitis sekunder terhadap
infeksi dan peradangan di telinga tengah dan mastoid. Keterlibatan sinus sigmoid atau
lateral dapat hasil dari erosi tulang sekunder untuk OMK dan cholesteatoma, dengan
perpanjangan langsung dari proses menular ke ruang perisinus, atau dari penyebaran
ruang dari tromboflebitis vena mastoid. Setelah sinus telah terlibat, dan trombus
intramural berkembang, dapat menghasilkan sejumlah komplikasi yang serius.
Abses Epidural
untuk
keperluan
lain.
Otitic Hydrocephalus
Otitic hidrosefalus digambarkan sebagai tanda-tanda dan gejala menunjukkan
peningkatan tekanan intrakranial dengan LCS yang normal pada pungsi lumbal, yang
dapat hadir sebagai komplikasi dari OMA, OMK, atau operasi otologic. "Hidrosefalus
Otitic" sampai sekarang belum dipahami seluruhnya, begitu juga dari sisi patofisiologi
Ini adalah sebuah ironi karena kondisi ini dapat ditemukan tanpa otitis, dan pasien
tidak memiliki ventrikel yang melebar menunjukkan tanda hidrosefalus. Symonds,
yang menciptakan istilah otitic hidrosefalus, merasa bahwa kondisi ini dikembangkan
dari infeksi sinus (transversal) lateral, dengan perluasan thrombophlebitis ke
pertemuan sinus untuk melibatkan sinus sagital superior. Peradangan atau infeksi dari
sinus sagital superior mencegah penyerapan LCS melalui vili arachnoid, sehingga
tekanan intrakranial meningkat. Hal ini biasanya terjadi tromboflebitis menular
sebagai akibat dari infeksi otologic, tetapi beberapa kasus juga terdapat pada kasus
tanpa operasi otologic atau otitis. Selanjutnya, meskipun trombosis sinus lateral
biasanya ditemukan pada hidrosefalus otitic, kasus telah dilaporkan tanpa trombosis
sinus dural.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi
faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses
infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus
dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi
sebelum operasi.23
Prinsip
pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan
dapat dibagi atas:23
1. Konservatif
2. Operasi
OMSK BENIGNA TENANG
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.23
OMSK BENIGNA AKTIF
Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah:23
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
2. Pemberian antibiotika :
antibiotika/antimikroba topikal
antibiotika sistemiK
karena
meningkatnya
resistensi.
Polimiksin
efektif
melawan
Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan
organisme gram positif. Seperti aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin
sulfat aktif melawan basil gram negative. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang
efektif melawan kuman anaerob.23
Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes
mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit
bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative
kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob,
khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung
aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan
ototoksik.23
Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) adalah:24
Catatan:
Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya
untuk mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang
memiliki aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram
positifterutama Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini
dapat disebabkan adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi sistemik
diberikan pada pasien yang gagal dengan terapi topikal. Jika fokus infeksi di mastoid,
tentunya tidak dapat hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik sistemik
(seringkali IV) dapat membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya
pasien di rawat di RS untuk mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. Terapi
dilanjutkan hingga 3-4 minggu setelah otore hilang.
Pemberian antibiotika sistemik
Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan
kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus
DAFTAR PUSTAKA
20. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1997: 88-118
21. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73
22. WHO. Chronic Suppurative Otitis Media Burden Of Illness And Management
Options. World Health Organization: Geneva, 2004.a
23. Nursiah, Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap
beberapa Antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Medan; 2003.
24. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Cermin Dunia
Kedokteran 163/vol.35 no.4/ JuliAgustus 2008.