Oleh :
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan modul ini
sesuai dengan rencana.
Modul ini dibuat sebagai bahan acuan dalam kegiatan workshop Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun
2013. Para praktisi pendidikan seperti guru dituntut untuk selalu berupaya
meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui berbagai kegiatan. Salah satu
kegiatan yang dapat mewujudkan hal tersebut secara sederhana dan lebih bersifat
mandiri bagi mereka adalah dengan melakukan PTK. Kegiatannya dapat
dilakukan secara bersamaan dengan teman sejawat ketika melakukan tugas
pengajaran.
Penyusunan modul ini lebih ditekankan pada pertimbangan kepraktisan agar
guru mudah memahaminya dan sekaligus mempraktekkannya. Namun tentu
dalam penyajiannya masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran dari
para guru diperlukan untuk memperbaiki isi modul ini di masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan harapan dan keyakinan penuh, semoga modul ini
memberikan manfaat pada kita semua, khususnya bagi peserta PLPG dalam upaya
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme kinerjanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENGANTAR:
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENJASORKES
MELALUI PENGUASAAN PTK
A. Pendahuluan1
Pengembangan mutu layanan profesi guru pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) dicapai melalui usaha secara terusmenerus. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara. Untuk mewujudkan
guru Penjasorkes yang bermutu di masa depan, maka proses seleksi calon
mahasiswa harus mengakomodasi berbagai kriteria khusus yang secara nyata
diperlukan untuk mewujudkan sosok-sosok guru penjasorkes yang bermutu.
Selanjutnya, proses pembekalan selama masa studi perlu diarahkan pada
upaya mengkondisikan situasi kuliah yang mengasah para mahasiswa untuk
berfikir kreatif dan mengembangkan daya inovatif yang tinggi. Kreativitas dan
inovasi ini merupakan ciri utama produktivitas mutu intelektual yang
dibutuhkan dalam pengembangan profesionalisme guru Penjasorkes di masa
depan.
Pada dimensi yang lain, guru-guru Penjasorkes yang ada (existing
teacher) juga harus selalu dipicu dan dipacu melakukan hal-hal kreatif dan
inovatif dalam mengemban tugas-tugas profesional kependidikan. Guru
Penjasorkes memiliki peran dan tugas penting bukan hanya sebagai pengajar
dan pendidik. Guru Penjasorkes masa depan (baca: era sertifikasi), haruslah
guru yang multikompeten, yakni kompeten sebagai Pendidik, Pengajar,
sekaligus Peneliti. Guru sudah tidak boleh sekadar menjalankan tugas dalam
format rutinitas, melainkan harus lebih kreatif dan inovatif dalam memajukan
proses pembelajaran.
Kata
kunci
kebutuhan
pengembangan
profesionalitas
guru
Penjasorkes masa depan adalah: kreatif dan inovatif. Melalui proses kreatif
Sari Makalah yang ditulis dan disajikan oleh penulis Modul ini pada Seminar Nasional Olahraga,
Surakarta 11 Juni 2011.
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta
yang terasah dan inovasi yang terfasilitasi, maka akan lahir berbagai produk
intelektual guru yang bermanfaat nyata bagi usaha pencapaian tujuan
pendidikan melalui pembelajaran Penjasorkes. Keterbatasan guru sebenarnya
bukan pada ketidaktahuan dan ketidakmampuannya, melainkan terletak pada
belum terbentuknya iklim ber-metakognisi pada guru Penjasorkes untuk
seluruh jenjang yang ada.
Iklim metakognisi adalah sebuah kebiasaan kolektif yang dilakukan
oleh sekelompok profesi untuk selalu mencatat dan menelaah berbagai
masalah dan tindakan ketika menjalankan tugas profesinya. Catatan dan telaah
yang demikian menjadi modal yang besar bagi guru Penjasorkes untuk
memulai merencanakan tindakan-tindakan cerdas yang kreatif dan inovatif.
Perlu sebuah skenario tersendiri agar setiap guru memulai untuk terbiasa
mencatat segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan dilakukan untuk
mengatasi berbagai masalah-masalah praktis dalam pembelajaran Penjasorkes.
Pertanyaannya adalah: Dengan cara apa skenario tersebut dapat dibentuk?.
Penguasaan PTK akan semakin memperkuat semangat dan etos
kerja para guru Penjasorkes untuk me-recharge kompetensiya sepanjang
karier. Bahkan PTK itu merupakan terminal dan akumulasi dari berbagai
sendi kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru Penjasorkes untuk
bekerja dengan cara pengembangan solusi. Hal itulah yang mengilhami dan
mendasari penulis untuk mengangkat pembahasan skenario pengembangan
profesional Guru Penjasorkes melalui penguasaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Kajian memfokus pada makalah dengan judul: PENELITIAN
TINDAKAN
KELAS
(PTK):
Terminal
Akumulasi
dan
Integrasi
mengembangkan
kemampuan
profesional
akademik dalam
perencanaan,
mengembangkan
pelaksanaan,
melakukan
4. Mengembangkan Kebiasaan
Penjasorkes
menggunakan stetoskup atau peralatan medis yang lain walau belum menjadi
dokter; Taruna Akmil boleh memegang senapan sebelum menjadi tentara. Apa
yang dilakukan tersebut tentu saja dilakukan dalam sebuah koridor proses
pendidikan dan latihan yang dibimbing secara benar. Hal tersebut merupakan
antisipasi pembekalan kemampuan sebelum memasuki alam profesi yang
sebenarnya di kemudian hari.
Bagaimana mungkin kita akan memilki guru Penjasorkes yang
menguasai PTK dengan baik, bila selama berstatus calon tidak pernah
mendapatkan pengalaman edukatif yang cukup? Membekali kemampuan berPTK setara dengan membekali dasar-dasar kompetensi lain bagi para calon
guru. Dasar-dasar penguasaan PTK memang sudah seharusnya layak
diberikan kepada para mahasiswa calon guru Penjasorkes. Dengan demikian,
membekali calon guru Penjasorkes melalui pemberian tugas akhir yang
berupa PTK, itu tidak sekadar untuk mempersiapkan tenaga profesional
keolahragaan
yang
handal
di
kemudian
hari,
tetapi
juga
berarti
tentang : (1) batasan PTK dalam Penjasorkes; (2) karakteristik PTK dalam
Penjasorkes; serta (3) tujuan pelaksanaan PTK dalam Penjasorkes, termasuk
di dalamnya adalah tentang desain PTK dalam Penjasorkes.
a. Batasan PTK dalam Penjasorkes
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penjasorkes adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan guru/ calon
guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi di mana
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta
PTK merupakan
berdaur
tersebut
diilustrasikan
dalam
bentuk
proses
10
Reflection
Action/
Observation
Siklus 1
Revised Plan
Reflection
Action/
Observation
Siklus 2
Revised Plan
Reflection
Action/
Observation
Siklus 3
Revised Plan
sebagai
penelitian
profesional
hanya
dilakukan
oleh
11
12
Penjasorkes masa depan, yakni; guru yang selalu hadir sebagai penemu
solusi atas masalah, bukan guru yang hadir untuk menambah masalah bagi
para koleganya.
13
BAB 2
MENETAPKAN SISTEMATIKA PROPOSAL
PTK PENJASORKES
Seberapa layak kemampuan seorang guru pendidikan jasmani, pelatih
olahraga, termasuk juga mahasiswa calon guru atau calon pelatih dalam ber-PTK,
dapat dilihat dari bagaimana kemampuannnya dalam menyusun proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proposal itu dapat diibaratkan sebuah rencana
matang sebelum yang bersangkutan benar-benar akan melaksanakan PTK. Banyak
yang beranggapan bahwa 80 % pemahaman PTK dapat dicermati dari bagaimana
seseorang itu menyusun proposal PTK. Kita sudah memahami pandangan umum
seperti itu, bahwa perencanaan itu sesuatu yang sangat strategis dan vital sebelum
pelaksanaan. Ada ungkapan umum bahwa: failing to plan is planing to fail,
artinya bahwa kegagalan dalam menyusun sebuah rencana (proposal), berarti
merencanakan (memproposalkan) suatu kegagalan.
Langkah awal sebelum menyusun proposal adalah menetapkan terlebih
dahulu sistematika proposal yang akan digunakan. Sebagaimana penelitianpenelitian yang lain, penyusunan proposal itu harus mengikuti sistematika yang
berlaku. Dalam kaitannya dengan ini maka akan terdapat banyak sekali versi
sistematika proposal. Proposal PTK juga akan ditemukan banyak versi. Apapun
versi proposal yang akan digunakan maka ada sebuah keharusan yang harus
dimiliki oleh calon peneliti PTK, yaitu bahwa calon telah benar-benar
menemukenali permasalahan praktis dalam setting alami serta alternatif tindakan
yang direncanakan akan diimplementasikan. Dengan kata lain, telah tercipta ide
matang dari calon peneliti tentang masalah penelitian serta tindakannya.
Penyusunan proposal hanyalah merupakan penuangan ide tersebut
dalam sebuah format perencanaan yang sistematis. Semakin sistematis dan rinci,
maka proposal tersebut semakin banyak membantu peneliti dalam pelaksanaan
PTK. Sebaliknya, jika ide atau gagasan peneliti dituangkan dalam sebuah proposal
yang kurang sistematis dan kurang rinci, maka dalam pelaksanaannya akan
ditemukan berbagai kendala teknis. Oleh karena itu proposal itu harus berisi
komponen-komponen khusus dan penting yang secara teknis telah menampung
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta
14
15
BAB 3
ANATOMI DAN POLA JUDUL PTK
PENJASORKES
Untuk dapat merumuskan judul proposal yang bagus dan memenuhi standar
judul PTK, maka setiap calon peneliti PTK setidaknya harus memahami dua hal
yang meliputi: (1) anatomi judul PTK, dan (2) pola judul PTK.
A. Anatomi Judul PTK
Judul PTK yang bagus dan standar adalah judul yang memiliki
komponen-komponen masiv (kompak) dan eksplisit (gamblang). Kriteria
masiv dan eksplisit ini meliputi : (1) judul PTK ditulis secara singkat, spesifik
dan jelas; (2) judul PTK menggambarkan masalah yang akan diteliti (jelas
variabel y atau variabel terikatnya); dan (3) judul PTK menggambarkan
tindakan penelitian yang dipilih untuk memecahkan masalah (jelas variabel x
atau variabel bebasnya).
1. Judul PTK: Singkat, Specifik, dan Jelas
Persyaratan yang pertama, adalah bahwa judul harus singkat,
spesifik, dan jelas. Persyaratan singkat, specifik, dan jelas harus
dipahami sebagai satu kesatuan, karena judul yang singkat belum tentu
specifik dan jelas. Misalnya, hanya sekadar mengejar persyaratan judul
yang ringkas, peneliti PTK tidak boleh menulis judul: Bolavoli,
Atletik, Lari, atau Pembelajaran Penjas. Judul yang ringkas
tersebut ternyata malah tidak specifik dan tidak jelas. Merumuskan
judul yang ringkas, specifik, dan jelas kadang terasa sesuatu yang amat
relatif. Apalagi untuk mengejar ke-specifik-an judul, justru peneliti
kadang justru
16
Peneliti
memiliki
semacam
sense
tersendiri
dalam
17
telah
memberikan
efek
yang
sifatnya
menghambat,
18
Bentuk dan jenis aksi yang dipilih juga merupakan hasil kesepakatan
yang terbaik antara guru/ pelatih sebagai peneliti utama dengan
kolaboratornya.
Bentuk tindakan yang dipilih disamping memilki keterkaitan
yang
rasional
dengan
masalah
penelitiannya,
juga
harus
19
No
1
Pola
Contoh Judul
20
Alasan Tidak
Memenuhi Kriteria
Tidak menyertakan
komponen tindakan
(X), hanya masalahnya
saja yang tersurat.
Artinya dengan Aksi
(X) apa?
Tidak menyertakan
komponen tindakan
(X), hanya masalahnya
saja yang tersurat.
Artinya dengan Aksi
(X) apa?
Tidak menyertakan
komponen masalah
(Y), hanya Aksinya
(X) yang digambarkan.
Artinya Aksinya itu
untuk merubah
masalah apa?
Tidak menyertakan
komponen masalah
(Y), hanya Aksinya
(X) yang digambarkan.
Artinya Aksinya itu
untuk merubah
masalah apa?
21
Alasan Tidak
Memenuhi Kriteria
Mengarah pada
penelitian Eksperimen,
bukan PTK dalam
pendidikan Jasmani.
Mengarah pada
penelitian Eksperimen,
bukan PTK dalam
kepelatihan olahraga.
Mengarah pada
penelitian Ex Post
Facto, bukan PTK
dalam pendidikan
jasmani.
Mengarah pada
penelitian Ex Post
Facto, bukan PTK
dalam kepelatihan
olahraga.
Mengarah pada
penelitian Studi
Korelasional, bukan
PTK dalam pendidikan
jasmani.
Mengarah pada
penelitian Studi
Korelasional, bukan
PTK dalam kepelatihan
olahraga..
Mengarah pada
penelitian
Pengembangan, bukan
PTK dalam pendidikan
jasmani
Mengarah pada
penelitian
Pengembangan, bukan
PTK dalam kepelatihan
olahraga.
22
BAB 4
MENYUSUN LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN
MASALAH PTK PENJASORKES
A. Menyusun Latar Belakang Masalah
Latar belakang berisi tentang deskripsi naratif dan pemaparan
tentang adanya situasi problematis yang dirasakan guru waktu mengajar atau
pelatih waktu melatih. Situasi problematis tersebut harus benar-benar terjadi
secara nyata, bukan hanya sesuatu yang ada dalam pikiran dan asumsi guru
atau pelatih. Sudah barang tentu tidak semua masalah dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga itu layak diangkat menjadi
sebuah permasalahan untuk PTK. Guru/ pelatih harus dapat memilahkan
antara permasalahan yang harus dipecahkan solusinya dengan penelitian dan
permasalahan yang cara mengatasinya cukup dengan cara tertentu. Guru/
pelatih juga harus dapat memilahkan persoalan yang diteliti dengan PTK atau
dengan penelitian formal.
Substansi latar belakang masalah PTK terkait dengan beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Apa permasalahan yang diangkat?; (2)
bagaimankah sifat permasalahannya?; (3) adakah data pendukung yang perlu
dimunculkan untuk memperkuat terjadinya masalah?; (4) adakah penjelasan
tentang analisis untuk mencari akar permasalahannya?.
Terdapat
beberapa
pertimbangan
dalam
memilih
dan
diangkat dalam PTK haruis Jelas dan bukan hasil kajian teoretik. Artinya
bahwa permasalahan memang nyata terjadi di sekolah/ di tempat latihan;
(2) dapat terinspirasi dari hasil penelitian terdahulu atau dari penelitian
yang telah dilakukan orang lain (penelitian relevan), tetapi digali dari
23
bukan hanya
24
VII sangat rendah, terutama jika materi atau sub pokok bahasan atletik
nomor lari. Rendahnya minat siswa tersebut tentunya akan menimbulkan
masalah jangka panjang dalam pelaksanaan Penjas di sekolah terutama di
SMP................Oleh karena itu, perlu dilakukan semacam tindakan yang
dilaksanakan secara kolaboratif. Yakni tindakan untuk meningkatkan
minat siswa dalam proses pembelajaran atletik..........
Bandingkan dengan contoh penggalan latar belakang masalah
PTK yang disertai data pendukung berikut: ................Jumlah siswa
yang ijin tidak mengikuti pelajaran materi atletik nomor lari bertambah
selama 3 bulan terakhir. Catatan presensi menunjukkan bahwa pada
pertemuan 1 jumlah yang ijin 5 orang siswa, mulai pertemuan 2 sampai
berikutnya, jumlah yang ijin semakin menuju pada angka 20% dari jumlah
siswa di kelas. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki alasan yang
jelas, bahkan ada kesan mereka ijin dengan cara berpura-pura sakit atau
tidak enak badan...... Oleh karena itu, perlu dilakukan semacam tindakan
yang dilaksanakan secara kolaboratif. Yakni tindakan untuk meningkatkan
minat siswa dalam proses pembelajaran atletik..........
25
26
partisipasi siswa dalam mengikuti Pokok bahasan Atletik pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Selogiri Tahun Ajaran 2008/2009?
Contoh rumusan
masalah
27
BAB 5
CARA MERUMUSKAN TUJUAN DAN MANFAAT
28
29
BAB 6
KAJIAN PUSTAKA DALAM PROPOSAL PTK
PENJASORKES
Kendatipun PTK tidak untuk menguji teori, kajian pustaka di dalam
PTK juga merupakan keharusan karena memiliki tujuan untuk : (1) membantu
peneliti dalam memecahkan masalah penelitiannya, dan (2) memperoleh
gambaran tentang kedudukan penelitiannya terhadap penelitian-penelitian lain.
Hal tersebut tentu amat berbeda dengan kajian pustaka pada beberapa penelitian
formal. Kajian pustaka dalam penelitian formal mengarah dan mengerucut untuk
kepentingan uji hipotesis keterkaitan antar varibel.
Kajian pustaka dalam PTK memiliki berbagai fungsi penting, yaitu untuk
: (1) mengetahui kronologi masalah; (2) membantu pemilihan prosedur; (3)
memahami latar belakang teoretis masalah penelitian; (4) mengetahui manfaat
penelitian sebelumnya; (5) menghindari duplikasi, dan (5) memberikan
pembenaran pemilihan masalah penelitian.
Berbagai sumber kepustakaan dapat digunakan untuk menggali informasi
yang relevan dengan masalah PTK. Sumber kepustakaan dapat berupa buku,
literatur, terbitan berkala, jurnal ilmiah, artikel di harian atau majalah, bahkan
dapat diakses dari sumber-sumber internet. Apapun sumber kepustakaan yang
perlu diperhatikan adalah relevansinya dengan fokus masalah utama PTK. Dalam
kajian pustaka penelitian praktis, peneliti tidak dituntut mengejar keluasan dan
kedalaman informasi teoretisnya, tetapi lebih mengacu pada kebutuhan
mencukupi informasi yang relevan. Relevan dengan masalah PTK dan tindakan
atau aksi yang diterapkan.
Kajian teori PTK dalam pendidikan jasmani terutama akan membahas
tentang: teori-teori keperilakuan, belajar motorik, perkembangan motorik,
penilaian hasil belajar, media pembelajaran, psikologi dan sosiologi pembelajaran.
Sementara itu teori PTK dalam kepelatihan olahraga terutama membahas dan
mengkaji tentang : teori-teori keperilakuan, belajar motorik, perkembangan
motorik, evaluasi performa atlet, sarana dan prasarana latihan olahraga, psikologi
dan sosiologi olahraga, hukum-hukum latihan, dan sebagainya. Di dalam PTK,
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta
30
Informasi atas kajian teori yang relevan dideduksikan untuk mengarah pada
penyusunan hipotesis tindakan.
Yang perlu digarisbawahi dalam kajian pustaka adalah bahwa peneliti
harus mengupayakan kecukupan informasi yang aktual tentang : (1) penjelasan
relevan atas variabel masalah pokok yang di-PTK-kan, dan (2) penjelasan relevan
atas tindakan atau action PTK. Penjelasan atau kajian atas masalah pokok dan
tindakan tersebut akan dideduksikan dan diramu untuk menyusun kerangka
berfikir. Kerangka berfikir selanjutnya akan dijadikan dasar penyusunan hipotesis
tindakan.
Penjelasan relevan atas variabel masalah pokok dan tindakan dalam
pendidikan jasmani misalnya, pasti banyak terkait dengan persoalan praktis dalam
pembelajaran pendidikan jasmani. Sebagai contoh, jika permasalahan PTK
adalah:
dilakukan
adalah
mengupas
tentang
varibel
tindakannya,
yakni
31
32
BAB 7
METODE, JADWAL, DAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
DALAM PROPOSAL
A. Komponen Metode Penelitian dalam Proposal
Komponen metode penelitian di dalam proposal PTK merupakan
komponen yang sangat penting, karena berisi tentang skenario prosedural
pelaksanaan PTK. Oleh karena itu setidaknya dalam bagian ini, perlu
dituangkan secara jelas tapi padat tentang : (1) setting atau tempat dan waktu
penelitian; (2) subjek penelitian; (3) prosedur penelitian yang berisi rancangan
siklus; (4) teknik pengumpulan data; dan (5) analisis data. Rancangan siklus,
setidak-tidaknya telah direncanakan dalam 2 siklus, yang setiap siklusnya
berisi tentang: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
B.
Jadwal Penelitian
Kendatipun ada yang beranggapan tidak penting dalam proposal,
jadwal penelitian sebenarnya merupakan komponen yang memiliki arti
sendiri. Penyusunan jadwal walaupun bersifat tentatif, memiliki arti sebagai
pengarah dalam pemanfaatan waktu. Jadwal merupakan bukti keseriusan
peneliti dalam merencanakan penelitian. Jadwal juga dapat dijadikan indikator
kelayakan akan keberhasilan pelaksanaan penelitian yang direncanakan.
Banyak proposal bagus yang tidak dapat ditindaklanjuti sebagai penelitian
yang bagus, hanya karena penyusun proposal tidak tepat menyusun jadwal
sehingga bertumbukan dengan kegiatan-kegiatan penting yang lainnya.
Jadwal kegiatan agar dapat mudah dipahami maka sebaiknya
disusun adalam bentuk bar chart. Dengan penjadwalan bentuk bar chart,
maka segala bentuk kegiatan berikut alokasi waktu yang disediakan akan
mudah dipahami, baik oleh peneliti maupun bagi orang lain. Contoh bar chart
adalah sebagai berikut:
33
Sesi ke:
6
7
10
o Siklus I
Perencanaan, Pelaksanaan dan
Observasi, Refleksi
o Siklus II
Perencanaan, Pelaksanaan dan
Observasi, Refleksi
o Siklus III
Perencanaan, Pelaksanaan dan
Observasi, Refleksi
Catatan: Jadwal PTK sangat bersifat tentatif dan hanya bersifat alokasi yang
diprediksikan, karena ketercapaian indikator setiap siklus tidak dapat
dipastikan oleh variabel banyak sedikitnya sesi yang digunakan.
C.
34
BUKU
Doel Sumbang. (2010). Cara Menyanyi Tidak Sumbang. Jakarta :
Penerbit Perkusi Press.
Doel Gepuk. (2010). Cara Mudah Berlatih Beladiri Secara
Otodidak. Surakarta: Penerbit Manahan Press & co.
ARTIKEL JURNAL
Mbah Maridjan. (2010). RosaRosa, Jurnal Lelaki Pemberani,
Volume VII : Hal.158 300.
Mbah Warno. (2010). Memodifikasi Media Pembelajaran dalam
Pendidikan Jasmani di SD, Jurnal Ilmiah Pendidikan,
Volume XXI: Hal. 25 33.
MAJALAH
INTERNET
Waluyo Paijo, (2010). Kiat Menjadi Guru Pendidikan Jasmani
Sukses. Tersedia pada http://www.gurupenjas.com.
Diakses pada 20 Agustus 2010.
Bambang Paikem, (2010). Pengalaman Sukses Pelatih Atletik.
Tersedia pada http://www.kepelatihanatletik.com. Diakses
pada 14 Juli 2010.
35
D.
Lampiran-lampiran
Lampiran berisi tentang segala dokumen penting yang terkait
dengan kelengkapan proposal. Dokumen tersebut merupakan penguat
proposal yang penting untuk dilampirkan, karena kalau dimasukkan di batang
tubuh proposal akan terasa menganggu. Beberapa dokumen yang lazim
dilampirkan misalnya: Biodata atau Curriculum Vitae peneliti dan anggota
peneliti (meskipun ada jenis proposal tertentu yang biodata peneliti diletakkan
di batang tubuh proposal); persetujuan atau endorsement kolaborator; serta
dokumen lain yang dianggap oleh peneliti layak untuk dilampirkan karena
sebagai penguat atas proposal yang diajukan.
Jika peneliti akan mengembangkan sebuah format RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) maka RPP tersebut kalau disajikan dalam batang
tubuh akan sangat terasa mengganggu, sehingga RPP memang seharusnya
dimasukkan ke dalam lampiran. Hal tersebut juga berlaku untuk rancangan
Program Latihan jika PTK merupakan PTK untuk kepelatihan olahraga.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal . 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Penerbit
Yrama Widya
Iskandar, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung Ciputat: Gunung Persada
(GP) Press.
Joni, T Raka. 1998. Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahannya.
Jakarta: PCP PGSM Ditjen Dikti.
Karyadi, Benny, dkk. 2006. Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
dan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Ketenagaan Ditjen
Dikti Depdiknas.
Kasbolah, Kasihani, dan Sukaryana, I Wayan. 2001. Penelitian Tindakan Kelas
Untuk Guru. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Kemmis, S and Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Third
Edition. Victoria: Deakin University Press.
Kristiyanto, Agus. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan
Jasmani dan Kepelatihan Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Kristiyanto, Agus. dan Nuruddin PBS. 2011. Penelitian Pengajaran: Prinsip
Dasar Metodologi PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan
Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Kristiyanto, Agus. dan Sugito. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Panduan
bagi Mahasiswa dan Guru Penjasorkes. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Suroso, 2009. Penelitian Tindakan Kelas : Peningkatan Kemampuan Menulis
melalui Classroom Action Research. Yogyakarta: Penerbit Pararaton.
Susilo, 2009. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Sleman Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher.
37
Lampiran 1:
PRAKTiK
SKENARIO
PENELITIAN
PRAKTIK
PLPG
TINDAKAN
MATERI:
KELAS
(PTK)
PENJASORKES
Tujuan Praktek:
Peserta PLPG mampu menunjukkan kompetensi dalam PTK dengan cara
mengkomunikasikan proposal PTK yang telah disusun sebelumnya dalam sebuah
forum diskusi/presentasi yang difasilitasi Instruktur PLPG.
Indikator Penguasaan:
Peserta PLPG dianggap menguasai PTK, bila: (1) mampu menyusun proposal
PTK secara layak, meliputi aspek: substansi, relevansi, manfaat, dan sistematika;
(2) mampu mempresentasikan dan mengakomodasikan dengan baik masukan dari
teman se-rombel maupun masukan-masukan dari Instruktur; dan (3) berpartisipasi
aktif dan konstruktif dalam diskusi.
Skenario Praktek:
1. Peserta PLPG satu per satu mempresentasikan proposal PTK di dalam
Rombelnya masing-masing dan difasilitasi oleh Instruktur PLPG.
2. Urutan presentasi diatur dan ditentukan oleh Instruktur, namun disarankan
agar urutan bersifat acak atau tidak urut presensi. Hal ini dimaksudkan
agar semua peserta PLPG sejak awal hingga akhir berada dalam kesiapan
dan partisipasi yang lebih kondusif.
3. Waktu yang disediakan untuk setiap peserta bersifat relatif. Tapi pada
prinsipnya
setiap
peserta
harus
presentasi
dengan
durasi
yang
38
melalui
kesepakatan-kesepakatan
bersama,
terutama
39
Lampiran
2:
CONTOH
SLIDE
OPERASIONAL
PELAKSANAAN SIKLUS
Pointers 1 : Siklus PTK
Reflection
Action/
observation
Revised Plan
Reflection
Siklus 2
Action/
observation
Revised Plan
Reflection
Siklus 3
Action/
observation
Revised Plan
40
Banyak sedikitnya pertemuan dalam suatu siklus tergantung dari cepat lambatnya pencapaian indikator siklus yang bersangkutan.
kemampuan
kerjasama
siswa
dibentuk
melalui
41
Lengkap
SKENARIO
ACTION
(Peneliti
bersama
kolaborator), meliputi:
Action (Metode/Media/Asesmen)
Indikator KKM (misalnya: KKM 80 %)
Indikator per siklus, misalnya:
o Siklus 1 ------- misalnya indikator 60 %
o Siklus 2 ------- misalnya indikator 70 %
o Siklus 3 ------- misalnya indikator 80 %
42
Pelaksanaan
dan
observasi
Refleksi
(Temuan 1 a)
Perencanaan
Pelaksanaan
dan observasi
Refleksi
(Temuan 1 b)
Perencanaan
Pelaksanaan
dan
observasi
Refleksi
(Temuan 1 c
Akhir
Siklus 1)
(62 %)
Indikator telah
Tercapai
(48 %)
Indikator
belum tercapai
(55%)
Indikator
belum tercapai
SILAHKAN
MASUK KE
SIKLUS KE-2
43
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
dan
observasi
Pelaksanaan
dan observasi
Pelaksanaan
dan
observasi
Refleksi
(Temuan 2 a)
Refleksi
(Temuan 2 b)
Refleksi
(Temuan 2 c
Akhir
Siklus 1)
(73 %)
Indikator telah
Tercapai
(65 %)
Indikator
belum tercapai
(68%)
Indikator
belum tercapai
SILAHKAN
MASUK KE
SIKLUS KE-3
44
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
dan
observasi
Pelaksanaan
dan observasi
Pelaksanaan
dan
observasi
Refleksi
(Temuan 3 a)
Refleksi
(Temuan 3 b)
Refleksi
(Temuan 3 c
Akhir
Siklus 3)
(82 %)
Indikator telah
Tercapai
(76 %)
Indikator
belum tercapai
(78%)
Indikator
belum tercapai
STOP
45