Anda di halaman 1dari 20

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ABK

CHILD ABUSE

Nama

Wulandari

(4103.2102.121051)
Syifa Alwafa (4103.2102.12)
Widya Novelyanty (4103.2102.12)
Tresna Pundarika (4103.2102.12)
Kelas

: B.IV/1 (Karyawan)

PRODI

: FKIP/PLB

Dosen

: Dr. Hj. Sri Widati, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG - 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena atas Berkat dan karunia-NYA, saya dapat menyelesaikan
tugas makalah CHILD ABUSE
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
dan pertumbuhan ABK yang mencangkup aspek pengertian, klasifikasi,
etiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostic, penatalaksanaan Child
Abuse. Dengan memahami aspek tersebut, diharapkan bagi semua orang
yang membaca makalah ini, dapat memahami isi makalah.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan
bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran. Kami sadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon maaf
bila ada suatu informasi yang salah dan kurang lengkap.
Saya juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
mengenai makalah ini, sehingga saya dapat membuat mkalah yang lebih
baik lagi dikemudian hari.

Bandung, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian Child Abuse ...................................................................... 3
2.2Klasifikasi Child Abuse ....................................................................... 3
2.3Etiologi Child Abuse ........................................................................... 6
2.4Manifestasi klinis Child Abuse ............................................................ 7
2.5Evaluasi diagnostic Child Abuse ......................................................... 9
2.6Penatalaksanaan Child Abuse ............................................................11
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan ........................................................................................ 14
3.2Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-

mana. Hampir setiap hari di media masa mulai dari kekerasan ringan
hingga kekerasan yang merenggut nyawa anak tersebut. Fenomenafenomena kekerasan yang terjadi mengundang keprihatinan dari banyak
pihak terutama komnas anak yaitu KPAI. Kekerasan memiliki dampak
negative

secara

psikologis

terhadap

anak

yang

menjadi

korban

kekerasan dari orang terdekat seperti orang tua, keluarga, pengasuh,


tetangga, guru dan yang terdekat di lingkungan anak. Kekerasan pada
anak tentu memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak di
masa yang akan datang.
Sekjen KPAI, Erlinda mengatakan kasus kekerasan terhadap anak
dapat dikatakan sudah memasuki 'fase darurat' sebab sampai awal Mei
2014 saja sudah terjadi lebih dari 400 kasus. Kasus kekerasan anak ini,
tambahnya, membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah pusat
agar tidak semakin meningkat. "Ya kami berharap ada instruksi presiden
dan aparat penegak hukum agar benar-benar memperhatikan masalah
perlindungan anak. "Setelah kasus kekerasan seksual terhadap siswa TK
sekolah internasional di Jakarta, muncul kasus pedofil di Sukabumi
dengan jumlah korban 110 anak dan pelakunya satu orang. Tim KPAI
memulihkan psikologis para korban telah dilakukan bekerja sama dengan
pemerintah kota Sukabumi, dengan dibantu relawan karena jumlah
korban yang besar.
Bukankah fenomena tersebut sangat berdampak buruk secara
psikologis

terhadap

perkembangan

anak?

Kekerasan

pada

anak

merupakan masalah serius yang seharusnya mendapatkan perhatian


bagi masyarakat karena akan memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap lingkungan sekitar mereka. Dalam ilmu psikologis,
ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memberikan
penanganan terhadap korban yang pernah mengalami kekerasan. Salah
satu pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan hipnoterapi,
dimana posisi terapi sadarlah menggali segala informasi dalam alam

bawah sadar seorang individu agar mengetahui permasalahan yang


sedang dihadapi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Pengertian Child Abuse?
2. Klasifikasi Child Abuse?
3. Etiologi Child Abuse?
4. Manifestasi klinis Child Abuse?
5. Evaluasi diagnostic Child Abuse?
6. Penatalaksanaan Child Abuse?
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, evaluasi diagnostic, penatalaksanaan Child Abuse.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Child Abuse


Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan
sebagai segala perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh
orang tua, wali, atau orang lain yang seharusnya memelihara,

menjaga, dan merawat mereka.


Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua
atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi
terganggu

mental

maupun

fisik, perkembangan

emosional,

dan

perkembangan anak secara umum.


Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and
Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau
mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah
usia

18

tahun

bertanggung
2.2

yang

jawab

dilakukan
terhadap

oleh

orang

kesejahteraan

yang

seharusnya

anak,

sehingga

keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.


Klasifikasi
Physical abuse (Kekerasan fisik)
Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh
orang

dewasa.

Hal

ini

dapat

melibatkan

meninju,

memukul,

menendang, mendorong, menampar, membakar, membuat memar,


menarik telinga atau rambut, menusuk, membuat tersedak atau
menguncang seorang anak.
Guncangan terhadap seorang anak dapat menyebabkan sindrom
guncangan bayi yang dapat mengakibatkan tekanan intrakranial,
pembengkakan otak, cedera difusaksonal, dan kekurangan oksigen
yang mengarah ke pola seperti gagal tumbuh, muntah, lesu, kejang,
pembengkakan

atau

penegangan

ubun-ubun,

perubahan

pada

pernapasan, dan pupil melebar.


Transmisi racun pada anak melalui ibunya (seperti dengan sindrom
alkohol

janin)

juga

dapat

dianggap

penganiayaan

fisik

dalam

beberapa wilayah yurisdiksi. Sebagian besar negara dengan hukum


kekerasan terhadap anak mempertimbangkan penderitaan dari luka
fisik atau tindakan yang menempatkan anak dalam risiko yang jelas
dari cedera serius atau kematian tidak sah. Di luar ini, ada cukup

banyak variasi. Perbedaan antara disiplin anak dan tindak kekerasan


sering kurang didefinisikan. Budaya norma tentang apa yang
merupakan tindak kekerasan sangat bervariasi: kalangan profesional
serta masyarakat yang lebih luas tidak setuju pada apa yang disebut

merupakan perilaku kekerasan.


Psychological/emotional abuse (Psikologis / Kekerasan
emosional)
Kekerasan emosional didefinisikan sebagai produksi cacat psikologis
dan sosial dalam pertumbuhan seorang anak sebagai akibat dari
perilaku seperti berteriak keras, kasar dan sikap kasar, kurangnya
perhatian, kritik keras, dan fitnah dari kepribadian anak. Contoh lain
termasuk nama panggilan, ejekan, degradasi, kerusakan barangbarang pribadi, penyiksaan atau pembunuhan hewan peliharaan
kesayangan, kritik berlebihan, tuntutan yang tidak pantas atau
berlebihan,

pemutusan

komunikasi,

dan

pelabelan

rutin

atau

penghinaan.
Korban kekerasan emosional dapat bereaksi dengan menjauhkan diri
dari pelaku, internalisasi kata-kata kasar atau dengan menghina
kembali

pelaku

mengakibatkan
terganggu,

penghinaan.

gangguan

kecenderungan

kasih

Kekerasan
sayang

korban

emosional

yang

abnormal

menyalahkan

diri

dapat
atau
sendiri

(menyalahkan diri sendiri) untuk pelecehan tersebut, belajar untuk

tak berdaya, dan terlalu bersikap pasif.


Neglect (Penelantaran)
Penelantaran anak adalah di mana orang dewasa yang bertanggung
jawab gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai
keperluan, termasuk fisik (kegagalan untuk menyediakan makanan
yang cukup, pakaian, atau kebersihan), emosional (kegagalan untuk
memberikan pengasuhan atau kasih saying, keselamatan, dan
kesejahteraan

terancam

bahaya),

pendidikan

(kegagalan

untuk

mendaftarkan anak di sekolah), atau medis (kegagalan untuk


mengobati anak atau membawa anak ke dokter).
Penelantaran juga kurangnya perhatian dari

orang-orang

di

sekitarnya anak, dan tidak ada penyediaan kebutuhan yang relevan


dan memadai untuk kelangsungan hidup anak, yang akan menjadi
anak kurang perhatian, cinta, dan kasih sayang. Beberapa diamati
tanda-tanda pada anak terlantar meliputi: anak sering tidak masuk

sekolah,

mengemis

atau

mencuri

makanan

atau

uang,

tidak

menerima perawatan kesehatan dan kebersihan medis dan gigi,


secara konsisten kotor, atau tidak memiliki pakaian yang cukup untuk
cuaca (musim dingin).
Anak terlantar mungkin mengalami keterlambatan perkembangan
fisik dan psikososial, mungkin mengakibatkan psikopatologi dan
gangguan neuropsikologi fungsi termasuk fungsi eksekutif, perhatian,
kecepatan berpikir, bahasa, memori dan keterampilan sosial. Anakanak

terlantar

hiperaktif,

menunjukkan

memiliki

peningkatan

waktu

lebih

perilaku

sulit

agresif

membentuk

dan
dan

mempertahankan hubungan, seperti romantis atau persahabatan, di


kemudian hari karena kurangnya keterikatan mereka dalam tahap

awal mereka hidup.


Sexual Abuse (Kekerasan Seksual)
Kekerasan seksual anak (CSA) adalah bentuk kekerasan anak di mana
orang dewasa atau remaja yang lebih tua pelanggaran anak untuk
rangsangan seksual. Kekerasan seksual mengacu pada partisipasi
anak dalam tindakan seksual yang ditujukan terhadap kepuasan fisik
atau keuntungan dari orang yang melakukan tindakan tersebut.
Bentuk CSA termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk
melakukan

aktivitas

seksual

(terlepas

dari

hasilnya),

paparan

senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk


anak, aktual kontak seksual dengan seorang anak, kontak fisik
dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa kontak
fisik, atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak .
Jual jasa seksual anak-anak dapat dilihat dan diperlakukan sebagai
kekerasan anak dengan layanan yang ditawarkan kepada anak
daripada penahanan sederhana.
Pengaruh kekerasan seksual anak pada korban termasuk rasa
bersalah dan menyalahkan diri sendiri, kilas balik, mimpi buruk, susah
tidur,

takut

hal

yang

berhubungan

dengan

penyalahgunaan

(termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, dll), masalah harga


diri, disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, melukai diri, keinginan
bunuh diri, keluhan somatik, depresi, gangguan stres pasca-trauma,
kecemasan, penyakit mental lain (termasuk gangguan kepribadian),
dan

dan

gangguan

identitas

disosiatif,

kecenderungan

untuk

mengulangi tindakan kekerasan setelah dewasa, bulimia nervosa,


cedera fisik pada anak di antara masalah-masalah lainnya. Sekitar
15% sampai 25% wanita dan 5% sampai 15% pria yang mengalami
pelecehan seksual ketika mereka masih anak-anak. Kebanyakan
pelaku pelecehan seksual adalah orang yang kenal dengan korban
mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari anak, paling sering adalah
saudara, ayah, ibu, paman atau sepupu, sekitar 60% adalah kenalan
teman lain seperti keluarga, pengasuh anak, atau tetangga; orang
asing adalah yang melakukan pelanggar hanya sekitar 10% dari
kasus pelecehan seksual anak.
2.3
Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan.
Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak
a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah
kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh
yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak
mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang
mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental
sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan
sulit berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderung
dengan

mengalami banyak

anak

yang

kekerasan

memiliki

bila

temperamen

dibandingkan

keras.

Hal

ini

disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras


cenderung

akan

melawan bila

dibandingkan

dengan

anak

bertemperamen lemah
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang
tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak
berperilaku

dan

bertingkah

aneh

di

dalam

keluarga

dan

lingkungan sekitarnya
e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan
kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat
bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga

secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara


anak angkat dan orang tua
2. Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan
faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada
anak,

sebab

kedua

faktor

ini

berhubungan

kuat

dengan

kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh


orangtua

terutama

demi

mencukupi

kebutuhan

hidupnya

termasuk harus mengorbankan keluarga


b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor
ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada
anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar
dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab
anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya
kekurangan fisik, lemah mental, dsb
3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan
selalu mengecewakan orang lain
b. Waktu kecil mendapat perlakuan

salah,

orangtua

yang

mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan


hal yang sama terhadap orang lain atau anaknyasebagai bentuk
pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak
realistis

akan

membuatorangtua

mengalami

stress

berat

sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan


anak,

orangtua

pelampiasan

cenderung

kekesalannya

menjadikan
dengan

anak

melakukan

sebagai
tindakan

kekerasan
2.4

Manifestasi Klinis
Akibat pada fisik anak
a. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang,
perdarahan retina akibatdari adanya subdural hematom dan
adanya kerusakan organ dalam lainnya
7

b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut,


kerusakan saraf,gangguan pendengaran, kerusakan mata dan
cacat lainnya.
c. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan
salah, pada umumnyalebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak
sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
Kecerdasan

Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan


dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan
motorik.

Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung


pada kepala, jugakarena malnutrisi.

Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh


tidak

adanyastimulasi

yang

adekuat

atau

karena

gangguan emosi.
Emosi

Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep


diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat
agresif, perkembangan hubungan sosialdengan orang
lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.

Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi


agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang
yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi pergaulan.
Anak

suka

ngompol,

kesulitan belajar,

gagal

hiperaktif,
sekolah,

perilaku
sulit

aneh,
tidur,

tempretantrum, dsb.
Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek,
tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia,

tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang


mencoba bunuh diri.
Agresif
Anak mendapatkan perlakuan yang salah secara badani,
lebih agresif terhadap temansebayanya. Sering tindakan
agresif

tersebut

meniru

tindakan

orangtua

mereka

ataumengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya


sebagai hasil miskinnyakonsep harga diri
Hubungan social
Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan
teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka
mempunyai

sedikit

orangdewasa,

teman

misalnya

dan

dengan

suka

mengganggu

melempari

batu

atau

perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.


Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:

Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal,


sekret vagina, dan perdarahan anus.

Tanda

gangguan

emosi,

misalnya

konsentrasi

berkurang,

enuresis, enkopresis, anoreksia,atau perubahan tingkah laku.

Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai


dengan umurnya.Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan
memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.

2.5

Evaluasi Diagnostik

Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat


penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis
yang lengkap, dan laboratorium.
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala,
atau punggung

Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok,


pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar
berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran
listrik seperti oven atau setrika.
Trauma

kepala,

seperti

fraktur

tengkorak,

trauma

intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur tulang panjang


yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma
kepala dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan
fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi
yang

mengakibatkan

kegagalan

mengikuti

pola

pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya,


tetapi respons baik terhadap pemenuhan makanan dan
kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang
memadai pada anak penderita penyakit kronik karena
orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik.
Tidak mampuimunisasi dan perawatan kesehatan lainnya.
Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga mencakup
kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga
mengalami kerusakan gigi.
Penganiayaan seksual
Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau
sekret di vagina.
Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
Pubertas prematur pada wanita
Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual
dengan teman sebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak
sesuai dengan pengetahuan seksual dengan umur anak
sertatingkah laku yang menggairahkan.

10

Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri,


perasaan takut pada orang dewasa, mimpi buruk, gangguan
tidur, menarik diri, rendah diri, depresi, gangguan stres
post-traumatik, prostitusi, gangguan makan, dsb.
Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakuak skrining perdarahan. Pada
penganiayaan seksual,dilakukan pemeriksaan:
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam
setelah penganiayaan seksual.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
Analisa rambut pubis
Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada anak, yaitu untuk:
identifiaksi fokus dari jejas
Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya
dilakukan untuk menelititulang, sedangkan pada anak diatas 4-5
tahun

hanya

perlu

dilakukan

jika

ada

rasa

nyeritulang,

keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik.


Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya
penyaniayaan fisik.
CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut
dan kronik, hanya diindikasikan pada pengniayaan anak
atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang
berat.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi
yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan
sub arakhnoid.
Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi
visceral
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang
mengalami penganiayaan seksual

11

2.6

Penatalaksanaan

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada


anak adalah melalui:
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan

kesehatan

dapat

melakukan

berbagai

kegiatan

dan

program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.


Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera
Individu :

Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah,


dan masyarakat

Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik

Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko

Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi

Pelayanan referensi perawatan jiwa

Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku


kekerasan

Keluarga :

Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di


masyarakat

Memfasilitasi jalinan kasih social pada orangtua baru

Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak


lanjut (follow up)

Pelayanan social untuk keluarga

Komunitas :

Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga

Mengurangi media yang berisi kekerasan

Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti:


pelayanan krisis, tempat penampungan anak/keluarga/usia
lanjut/wanita yang dianiaya

Kontrol pemegang senjata api dan tajam

Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga


yang stress
Individu :

12

Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada


keluarga pada tiap pelayanan kesehatan

Rencana penyelamatan diri bagi korban secara education

Pengetahuan tentang hukum untuk meminta bantuan dan


perlindungan

Tempat perawatan atau Foster home untuk korban

Keluarga :

Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga

Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-helpgroup). Misalnya: kelompok pemerhati keluarga sejahtera

Rujuk

pada

lembaga/institusi

di

masyarakat

yang

memberikan pelayanan pada korban


Komunitas :

Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan


pada korban dengan standar prosedur dalam menolong
korban

Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi


respon, melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan
penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera

Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya


bayi dan anak

Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah


setempat

Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi

Kontrol pemegang senjata api dan tajam

Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan


kekerasan
Individu :

Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban

Konseling profesional pada individu

Keluarga :

Redukasi orangtua dalam pola asuh anak

Konseling profesional bagi keluarga

13

Self-help-group (kelompok peduli)

Komunitas :

Foster home, tempat perlindungan

Peran serta pemerintah

follow up pada kasus penganiayaan dan kekerasan

Kontrol pemegang senjata api dan tajam

2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan
yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus,

dan bagian lain

dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut


sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga agar tidak diganggu orang
lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.
Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak
terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi
tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3. Penegak hukum dan keamanan
Hendaknya UU no. 4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari
semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2
menyebutkan bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap
lingkungan

hidup

yang

dapat

membahayakan

atau

menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.


4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya
diikuti oleha artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya.
Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang
diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

14

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik,

seksual atau emosional atau penelantaran anak atau anak-anak. Di


Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
and

the

Department

for

Children

And

Families

(DCF)

(Pusat

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Departemen Anak


dan Keluarga (DCF)) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai
setiap tindakan atau serangkaian tindakan atau kelalaian oleh orang
tua atau pengasuh lainnya yang mengakibatkan kerugian, potensi
bahaya, atau ancaman membahayakan anak. Penyalahgunaan anak
dapat terjadi di rumah anak, atau dalam organisasi, sekolah atau
komunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori utama kekerasan
terhadap anak: pengabaian, kekerasan fisik, kekerasan psikologis
atau emosional, dan kekerasan seksual. Etiologi, fator penyebab
kekerasan pada anak baik kekerasan fisik atau psikhis yaitu: Stress
yang berasal dari anak, Stress keluarga, dan

Stress berasal dari

orangtua. Manifestasi klinis atau dampak dari kekerasan anak baik


fisik atupun pshikis yaitu: Akibat pada fisik anak, Akibat pada tumbuh
kembang

anak, Akibat

dari

penganiayaan

seksual.

Diagnostik

perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,


pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang
lengkap,

laboratorium

dan

radiologi.

Pencegahan

dan

penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah


melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegak hukum dan
keamanan dan Media massa.
3.2
Saran
Kekerasan memang tidak dapat ditolerir, apalagi terhadap
anak. Menyarankan agar orangtua bahkan semua orang 'bergerak'
bila mengetahui anak mengalami kekerasan. Tidak perlu ragu meski
pelaku kekerasan datang dari kerabat atau pasangan Anda sendiri.
Sebab bila ada seseorang yang mengetaui ada anak mendapat
kekerasan, namun tidak ada tindakan akan terancam tahanan 5
tahun penjara sesuai pasal 78 Tahun 2002. Berpikir untuk bertindak
15

menyudahi kekerasan ini merupakan langkah apik yang pertama.


Selanjutnya orangtua dapat melakukan :
Menegur pelaku tindak kekerasan. Bentuk teguran tidak harus
keras, point terpenting adalah pelaku menyadari bahwa perilakunya
itu menyimpang dan merugikan anak.
Berikan masukan bagaimana cara menangani anak untuk kasus
pengasuh atau seseorang yang melakukan kekerasan karena tidak
sabar menghadapi anak. Ingatkan bahwa anak-anak belum bisa
bersikap seperti orang dewasa.
Hentikan dengan paksa bila pelaku masih melakukan kekerasan.
Bila kekerasan dilakukan oleh pengasuh seperti pembantu atau
baby sitter, segeralah memutuskan kontrak kerja.
Laporkan pada pihak yang berwajib bila luka yang diakibatkan oleh
kekerasan masuk dalam kategori fatal, misalnya luka robek yang
parah, luka tusuk, atau pemerkosaan.
Memantau
tumbuh
kembang
anak
perkembangannya.
perkembangannya,

Jika

tidak

segeralah

datang

sesuai

sesuai
ke

ahli

dengan

usia

dengan

tahap

medis

tumbuh

kembang, misalnya psikolog.


Lakukan fisum untuk kasus kekerasan secara fisik. Sehingga saat
Anda ingin melaporkan pelaku pada pihak berwajib, Anda memiliki
bukti otentik.

16

DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/39800308/Child-Abuse-pada-anak
http://en.wikipedia.org/wiki/Child_abuse
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140506_kekerasan
_anak.shtml
http://www.ayahbunda.co.id/Berita.Ayahbunda/Seputar+AB/saran.pakar.soal.
kekerasan.pada.anak/002/001/41/all/0/1

Anda mungkin juga menyukai