Kata leukemia berarti darah putih, karena banyaknya sel darah putih yang ditemukan
pada penderita sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel
yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu
fungsi normal dari sel lainnya. Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia merupakan keganasan
hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai
tingkatan sel induk hematopoetik.
Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita
penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena penyakit
tersebut,hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa.
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan
sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi menunjukkan
hasil bahwa insidensi leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Frekuensi
relatif leukemia di negara barat menurut Gunz adalah Leukemia akut (LMA dan LLA) 60%,
LLK 25%, LMK 15%, di Afrika, 10-20% penderita LMA memiliki kloroma di sekitar orbita
mata. Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur 20-40 tahun. Pada
orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK, di Indonesia , frekuensi LLK sangat
rendah. LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering di jumpai. Leukemia
merupakan 2,8% dari seluruh kasus kangker, belum ada angka pasti mengenai insiden
leukemia di indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit
abnormal dalam sumsum tulang dan darah.Sel-sel abnormal ini menyebabkan timbulnya
gejala karena kegagalan sumsum tulang (yaitu anemia, neutropenia, trombositopenia) dan
infiltrasi organ (misalnya hati,limpa, kelenjar getah bening, meningens, otak, kulit, atau
testis)(5).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplastik
dari sel-sel organ hemopoetik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem
cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukemia (1,2,3,4).
Leukemia atau kanker darah juga didefinisikan sekelompok penyakit neoplastik yang
beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum
tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum
dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi
hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Sel darah normal
Kebanyakan sel-sel darah berkembang di dalam sumsum tulang yang disebut stem sel.
Sumsum tulang adalah bagian jaringan lunak yang terletak di setiap pusat tulang. Stem sel
berkembang menjadi berbagai macam sel darah yang memiliki fungsi yang berbeda-beda:
Sel darah putih: membantu melawan infeksi.
Sel darah putih memiliki beberapa jenis yaitu
limfosit,monosit,basofil,neutrofil
batang,
Platelet:
membantu
pembekuan
darah
Sel darah putih, sel darah merah, dan platelet terbentu dari sel stem dimana mereka
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Saat sel-sel tersebut menua dan rusak, sel tersebut akan mati,
dan sel baru akan menggantikan tempat mereka.
Gambar di bawah menunjukkan bagaimana sel stem berkembang menjadi beberapa tipe
sel darah putih.
Pertama, sel stem akan berkembang menjadi sel stem myeloid atau sel stem limfosit:
Sel stem myeloid berkembang menjadi myeloid blast. Myeloid blast ini dapat
berkembang menjadi seld darah merah, platelet, atau menjadi beberapa jenis dari sel
darah putih.
Sel stem limfoid akan berkembang menjadi limfoid blast. Limfoid blast ini dapat
berkembang menjadi beberapa tipe sel darah putih seperti sel B atau sel T
Sel darah putih yang dihasilkan dari myeloid blast berbeda dari sel darah putih yang
dihasilkan limfoid blast ini.
Sel Leukemia
3
Pada orang dengan leukemia, sumsum tulang membuat sel darah putih yang
abnormal.Sel yang abnormal tersebut adalah sel leukemia.
Tidak seperti sel darah normal, sel leukemia tidak mati saat waktunya tiba. Mereka
malah memadati dan mendesak sel darah putih normal, sel darah merah, dan platelet. Hal ini
membuat sel darah normal kesulitan dalam menjalankan fungsi normal mereka.
II. Epidemiologi
Leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
terbanyak pada anak-anak dan dewasa, Leukemia Granulositik Kronik (LGK) pada semua
usia, lebih sering pada orang dewasa, Leukemia Granulositik Kronik pada semua usia
tersering usia 40-60 tahun, Leukemia Limfositik Kronik (LLK) terbanyak pada orang tua.
Leukemia Mieoloblastik Akut lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada
anak-anak (15%). Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang
sedikit lebih banyak dibandingkan wanita dengan perbandingan 2 : 1(5).
III. Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan leukemi tidak disebabkan
oleh penyebab tunggal, tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain(6) :
Terinfeksi virus.
Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia pada hewan. Pada
tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1( human Tcell lymphotropic virus type 1) yang
menyerupai virus penyebab AIDS dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang
penderita limfoma kulit dan sejak saat itu diisolasi dari sampel serum penderita leukemia
sel T.
Faktor Genetik.
Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan ,
namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi leukemia lebih tinggi dari
saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan insidensi yang meningkat sampai
20% pada kembar monozigot (identik).
Kelainan Herediter.
Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom Down, kelihatannya mempunyai
berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal ,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah
lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.(6)
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan
mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan
seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih
kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu
pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan
menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan
tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak.
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia jika
struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen individu
tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda
asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh,
terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga
antigen jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A
(Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum
genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak
dapat diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini
6
sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini
mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis
dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan
mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow
hipoaktivasi, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali,
katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolisme.
V. Klasifikasi
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :
1. Maturitas sel (5):
Leukemia Akut
Leukemia akut biasanya merupakan penyakit yang bersifat agresif, dengan
transformasi ganas yang menyebabkan terjadinya akumulasi progenitor sumsum
tulang dini, disebut sel blast. Gambaran klinis dominan
penyakit-penyakit ini
biasanya adalah kegagalan sumsum tulang yang disebabkan akumulasi sel blas
walaupun juga terjadi infiltrasi jaringan. Apabila tidak diobati, penyakit ini biasanya
cepat bersifat fatal, tetapi, secara paradoks, lebih mudah diobati dibandingkan
leukemia kronik.
Leukemia Kronik
Leukemia kronik dibedakan dari leukemia akut berdasarkan progresinya yang lebih
lambat. Sebaliknya, leukemia kronik lebih sulit diobati.
sel dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia :
1. LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (LMA)
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) atau dapat juga disebut leukemia granulositik akut
(LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid,
monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Dikarakteristikan
oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena insidensi
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.(1)
Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu terdapat peningkatan leukosit immature,
pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan ,
nyeri tulang, Infeksi,pembesaran kelenjer getah bening,limpa,hati dan kelenjer mediastinum.
Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi ,khususnya pada leukemia akut monoblastik
dan mielomonositik. (1,6)
Pada tahun 1976 tujuh ahli hematologi dari Amerika,Perancis,dan Ingris melakukan
kerjasama dan mereka mengusulkan klasifikasi baru untuk leukemia akut. Klasifikasi itu
kemudian diterima dan dikenal sebagai klasifikasi FAB ( French American British). FAB
membagi LMA menjadi 6 jenis (1):
Adanya kromosom Philadelphia pada sel sel darah. Ini adalah kromosom abnormal
Penurunan trombosit
9
Adanya anemia
10
kontrol otot, atau kejang. Leukemia juga dapat mempengaruhi bagian tubuh seperti saluran
cerna, ginjal, paru, jantung, atau testis.
Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun
demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut(6):
1. Anemia.
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah
dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas
cepat
sebagai
kompensasi
pemenuhan
kekurangan
oxygen
dalam
tubuh).
2. Perdarahan.
Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi
oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan salah satunya di jaringan
kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi.
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan
penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang dibentuk tidak normal
(abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan
terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya
demam,
keluar
cairan
putih
dari
hidung
(meler)
dan
batuk.
11
5. Nyeri Perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia
dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu
makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Limfe.
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar limfe, baik itu
yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar limfe bertugas menyaring darah, sel
leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea).
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila
terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
riwayat
penyakit yang lebih teliti dilakukan dan pasien dapat melaporkan riwayat leukemia atau
gejala dan faktor resiko yang ada.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan gumpalan, atau abnormalitas lain dan gejala
dari leukemia. Pada pemeriksaan fisik biasanya akan diperiksa ada tidaknya pembengkakan
pada kelenjar getah bening, limfe, dan hati.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah perifer pada leukemia dapat diketenukan:
Akut
Jumlah Leukosit
Rendah,normal,atau tinggi
Differential Leukosit
Jika tinggi, maka sel blas
12
akan
predominan,
Jika
Tinggi
Tes darah: laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia menyebabkan
jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan jumlah trombosit dan
hemoglobin dalam sel-sel darah merah menurun. Pemeriksaan laboratorium juga akan
meneliti darah untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati dan/atau
ginjal.
Biopsi: dokter akan mengambil sedikit jaringan sumsum tulang dari tulang pinggul atau
tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di bawah
mikroskop, untuk mencari sel-sel kanker. Cara ini disebut biopsi, yang merupakan cara
terbaik untuk mengetahui apakah ada sel-sel leukemia di dalam sumsum tulang.
Sitogenetik: laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah tepi,
sumsum tulang (bone marrow sample), atau kelenjar getah bening.
Lumbal puncture: dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis, dokter perlahanlahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di otak dan
sumsum tulang belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan
dengan anestesi lokal. Pasien harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar
13
tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau
tanda-tanda penyakit lainnya.
Sinar X pada dada: sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di dada.
minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk
menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi)
untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3
tahun. (4)
Sel-sel leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah
zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang
sangat serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan sumsum
tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik
kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal
sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya
diatasi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran. (4)
Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita
yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit
sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit
atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat
yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit sangat
menurun,
diberikan
transfusi
trombosit.
Infeksi
diatasi
dengan
antibiotik.
Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau
limpa. (3)
Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya
sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada
penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat
dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek
samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker
dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa
dan pentostatin. (3)
IX. Pengobatan
Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau
lebih.
Terapi Biologi
15
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik.
Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan
adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang
digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan
sel-sel leukemia.
Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar
akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat
menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang
diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)
Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi,
radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel
induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah
balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah
sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi
sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah
putih dalam jumlah yang memadai.
16
X. Prognosis
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia
: dubia ad malam
: dubia ad malam
Daftar Pustaka
1. Kurnianda J. Leukemia Mieloblastik Akut. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
2.Edisi 4.FKUI: Jakarta 2007.Hlm:706-09.
2. Fadjari H. Leukemia Granulositik Kronik. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
2.Edisi 4.FKUI: Jakarta 2007.Hlm:688-91.
3. Rotty LWA. Leukemia Limfositik Kronik. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
2.Edisi 4.FKUI: Jakarta 2007.Hlm:735-38.
4. Fianza PI. Leukemia Limfoblastik Akut. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
2.Edisi4.FKUI: Jakarta 2007.Hlm:728-34.
5. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Leukemia. Dalam Buku Hematologi.Edisi 4.Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta 2002. Hlm: 150-66.
6. Leukemia. Available at: www.emedicinehealth.com/leukemia/article_em.htm. Accessed on
December 13th,2011.
17