(Asosiasi Pengamanan Jasa Angkut Uang Tunai), ASIM (Asosiasi Sekuriti Industri Migas),
Asphari (Asosiasi Sekuriti Perhotelan Dan Apartemen Indonesia), ASIS Internasional, LCKI
(Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia) dan ISGI (Ikatan Security Guard Indonesia), dimana
organisasi ini juga mendeklarasikan organisasi induk sekuriti industri Indonesia dengan nama
Komite Sekuriti Industri Indonesia (KSII).2
c. Perbedaan dan persamaan
Perbedaan dari sekuriti industri dan industri sekuriti jelas terletak pada makna kedua konsep
ini; sekuriti industri mengacu pada bagaimana cara, manajemen dan strategi pengamanan
pada sebuah industri, sedangkan industri sekuriti lebih kepada industri/perusahaan penyedia
jasa
kebutuhan
pengamanan,
dimana
kliennya
juga
dapat
berasal
dari
3 Pete Herzog. The Home Security Methodology 1.2. : Vacation Guide. 2008. Institute for Security
and Open Methodologies.
http://www.isecom.org/mirror/HomeSecurityMethodologyVacationGuide.1.2.pdf. Diakses pada 30
Maret 2016, pukul 20.15 WIB. Hlm. 7.
4 A. Josias Simon Runturambi dan Dadang Sudiadi. Manajemen Sekuriti : Karakteristik Lokasi dan
Disain. 2013. Jakarta: UI-Press. Hlm. 3.
dikaitkan dengan konsep manajemen industrial sekuriti, sekuriti menjadi bagian dan hasil
yang diwujudkan dari suatu proses manajemen pengamanan itu sendiri. Hal ini diakui oleh
Walsh, dimana ia menjelaskan bahwa perubahan mendasar dalam bidang sekuriti adalah
dengan menyadari bahwa perlindungan aset sebagai fungsi manajemen yang penting dan
tidak hanya sebagai benah-benah atau tanggung jawab administratif minor saja.5 Selain itu,
Borodzicz and Gibson6 juga memperkenalkan kerangka kerja yang menjelaskan tentang 4
(empat) kunci penggerak internal utama bagi sekuriti yaitu kriminologi, risiko, terorisme dan
manajemen, dimana mereka juga menekankan pada konsep manajemen dan bisnis sebagai
kunci dalam pemahaman upaya pengamanan sekaligus keberhasilan dalam pelaku sekuriti
profesional7. Melihat dari pemahaman tersebut, maka sekuriti dapat dikatakan menjadi
konsep dasar sekaligus fungsi dari manajemen pengamanan, khususnya manajemen industrial
sekuriti itu sendiri. Sedangkan crime prevention sebagai pencegahan kejahatan merupakan
upaya antisipasi, pengakuan dan penilaian akan risiko kejahatan dan inisiasi dari suatu
tindakan untuk mengurangi/memberantasnya, sesuai dengan kebutuhan dan praktik modern
dari program sekuriti.8 Pencegahan kejahatan menjadi salah satu kunci dari keberhasilan
program sekuriti organisasi manapun9, termasuk di dalamnya proses manajemen sekuriti.
Maka dari itu, pencegahan kejahatan juga menjadi acuan dasar manajemen industrial sekuriti.
Manajemen sekuriti dalam rangka melakukan pencegahan kejahatan ini juga memiliki
kebutuhan pengamanan, sebagai gambaran bahwa sistem sekuriti yang digunakan pun dapat
berbeda bergantung pada area yang akan diberlakukan. Hal ini telah dijelaskan oleh Davies 10
5 James Walsh. Asset Protection and Security Management Handbook. 2002. Los Angeles : POA
Publishing/ Hlm. 453.
6 E. P., Borodzicz & S. D. Gibson. Corporate Security Education: Towards Meeting the Challenge.
2006. Security Journal, 19(3), 180-195. Hlm. 180.
7 Martin Gill. The Handbook of Security : Second Edition. 2014. Hampshire : Palgrave Macmillan.
Hlm. 933.
8 Karim Vellani. Strategic Security Management: A Risk Assessment Guide for Decision
Makers. 2006. Oxford : Butterworth-Heinemann. Hlm. 160.
9 Thomas L. Norman. Risk Analysis and Security Countermeasure Selection. 2016. New York : CRC
Press. Hlm. 252.
10 Sandi J. Davies dan Christopher A. Hertig. Security Supervision and Management : The Theory
and Practice of Asset Protection. 3rd ed. 2008. Massachusetts : Butterworth-Heinemann. Hlm. 186.
dimana proses ini terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu a. Planning; b. Organizing; c. Staffing; d.
Directing; dan e. Controlling.
Karakteristik dan Aspek-aspek dari :
a. Sekuriti11 :
Sekuriti memiliki berbagai definisi yang berbeda. Secara umum pemahaman sekuriti dapat
dikelompokkan dalam 4 (empat) pengertian dasar yaitu mencakup rasa aman (secure),
selamat (safety), kepastian (surety), dan kedamaian (peace), baik dalam lingkup perorangan,
masyarakat, bahkan negara.12 Makna sekuriti pun dapat dipandang dari segi militer, politik,
ekonomi, sosial maupun lingkungan. Atau lebih luas lagi, dapat dikelompokkan menjadi
public security, private security, national security maupun private military security. Seperti
yang telah dijelaskan dalam pertanyaan sebelumnya, Herzog13 menjelaskan bahwa sekuriti
adalah ketika aset secara fisik terpisah atau terhindar dari ancaman. Selain itu, konsepsi
sekuriti secara garis besar dapat dikatakan mencakup proses, cara, perbuatan mengamankan,
perlindungan, penjagaan dan penyelamatan.14 Maka dari itu, sekuriti juga berkaitan dengan
proses manajemen, pencegahan kejahatan, pengendalian risiko serta kebutuhan keamanan (.
Planning; Organizing; Staffing; Directing; dan Controlling).
Sejarah sekuriti dimulai di Inggris dan Amerika sebagai 2 (dua) negara yang
mengawali pembentukan sistem keamanan dunia. Undang-undang Westminster tahun 1258
memutuskan reogranisasi institusi polisi nasional dan ketahanan nasional. Tanggung jawab
akan kontrol dan upaya pencegahan kejahatan lokal dipegang masing-masing oleh
masyarakat, dimana hal ini juga tak menjadi efektif karena hanya terfokus pada serangan saat
itu saja. Abad ke 16 kemiskinan dan kejahatan merajalela, namun tidak ada institusi penegak
hukum saat itu. Bentuk polisi atau keamanan yang bersifat swasta menjadi reaksi atas
permasalahan ini. Abad ke 18 menjadi abad dimana keamanan komunal menjadi hal yang
penting dalam masyarakat. Pajak untuk penjaga malam mulai diberlakukan, komite khusus
11 A. Josias Simon Runturambi dan Dadang Sudiadi. Op cit. Hlm. 22.
12 Ibid. Hlm. 1.
13 Pete Herzog. Op cit. Hlm. 7.
14 A. Josias Simon Runturambi dan Dadang Sudiadi. Op cit. Hlm. 3.
dibentuk oleh Inggris untuk mempelajari keamanan umum. Dengan perkembangan zaman
yang semakin memudahkan pelaku pencurian untuk melakukan aksinya, jumlah kriminal
mengalami peningkatan. Suasana pada era revolusi industri di Inggris kian parah, sehingga
hukuman yang dijatuhkan menjadi lebih berat. Namun aparat penegak hukum masih absen
dan kepemilikan senjata mulai bertambah. Perubahan keamanan signifikan terjadi ketika Sir
Robert Peel diangkat menjadi Sekretaris Negara Inggris tahun 1822. Ia melakukan reformasi
dan reorganisasi ulang satuan kepolisian metropolitan Inggris sekaligus menerapkan
desentralisasi kewenangan kepolisian sehingga tanggung jawab dipegang masing-masing
daerah kekuasaan. Hal ini membawa perubahan kepolisian Inggris yang lebih baik, namun
industri swasta masih terus ada hingga sekarang. Selaras dengan Inggris, Amerika juga mulai
menyadari kebutuhan akan keamanan komunal dan mulai menggencarkan usaha
pembentukan sistem keamanan. Namun banyak hal yang melatarbelakangi sehingga
kepolisian Amerika dianggap terlalu ikut campur dan akhirnya tidak dipercaya oleh
masyarakat dalam menjalankan tugasnya. Departemen Kepolisian NYC dan FBI muncul,
namun perusahaan sekuriti swasta juga mulai bermunculan dan lebih laris. Sejarah sistem dan
satuan perlindungan keamanan Inggris dan Amerika memang masih relatif baru dan agen
penegak hukum negara memiliki citra yang buruk ketimbang agen sekuriti swasta. Namun,
dengan kemajuan kualitas aparat penegak hukum negara yang lebih baik, kejahatan memang
masih terus ada dan tetap tinggi angkanya.
Seperti yang telah dijelaskan dalam sejarah sebelumnya, ketidakmampuan aparat penegak
hukum negara dalam melakukan upaya pengamanan maupun penegakan hukum secara
tunggal, mendorong kemunculan industri sekuriti swasta/privat yang semakin marak dewasa
ini.
keamanan (CCTV, sensor, alarm dan lainnya), maupun penyedia jasa konsultan dan detektif.
Kemunculan industri ini juga serta merta mengubah wajah sekuriti yang semula dianggap
sebagai satpam saja, menjadi sebuah profesi yang lebih prestise. Terdapat pula perbedaan
kemampuan dan pendidikan sekuriti sebagai profesi yang juga didorong dengan
perkembangan zaman yang semakin pesat, mulai dari latar belakang pendidikan, profesi,
pengalaman hingga pengetahuan umum yang dimiliki. Terdapat pula standar sekuriti yang
juga menjadi cerminan dari profesionalitas dari profesi sekuriti itu sendiri, mulai dari US
Homeland Security, American Petroleum Institute Standard Security, ISPS/Maritim Security
hingga ISO 27001. Dalam bidang teori, sekuriti lebih berhubungan dengan Crime Prevention
Through Environmental Design (CPTED), Defensible Space, maupun konsep-konsep seperti
Loss Prevention dan Modus Operandi. Tujuan dasar dari sekuriti pada dasarnya adalah proses
meminimalisasi risiko, dimana hal ini telah banyak dirumuskan dalam teori-teori di atas yang
sangat berorientasi dengan ruang sebagai bentuk pencegahan kejahatannya.
b. Crime Prevention :
Konsep pencegahan kejahatan telah lama menjadi objek utama dari kepolisian Inggris
pada tahun 182915, namun pada dasarnya makna dari pencegahan kejahatan tidak hanya
bermuara pada praktik dan sistem peradilan pidana saja. Tetapi juga pada kebijakan publik
dan sosial, juga bagi warga negara maupun perusahaan swasta. Definisi interpretasi dari
pencegahan kejahatan pun bervariasi; Van Dijk16 berpendapat bahwa pencegahan kejahatan
adalah seluruh kebijakan, ukuran dan teknik, di luar batas dari peradilan pidana, yang
bertujuan untuk mengurangi berbagai jenis kerugian yang disebabkan oleh tindakan-tindakan
yang didefinisikan sebagai tindakan kriminal oleh negara. Freeman mengatakan bahwa
konsep pencegahan kejahatan mirip dengan bentuk perlawanan terhadap dosa dan kekuatan
retoris dari pencegahan ini dirasakan oleh segala macam spektrum politik yang ada. 17
Freeman (1992) kemudian membagi kata pencegahan ke dalam 2 (dua) makna, prediksi dan
intervensi.18 Dimana untuk melakukan pencegahan kejahatan, seseorang harus dapat
memprediksi apa yang akan terjadi; dan kemudian melakukan intervensi pada waktu yang
telah diprediksi. Konsep pencegahan ini juga berakar dari gagasan bahwa kejahatan dan
viktimisasi terjadi karena adanya banyak faktor kausal di sekitar masyarakat 19, yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk kepada jenis kejahatan potensial yang dapat
mereka alami. Faktor kausal atau yang juga disebut sebagai faktor risiko ini bisa sangat
15 Daniel Gillings Crime prevention Theory, policy and politics. 2007. London : UCL Press. Hlm. 1.
16J.J.M.. P. Mayhew Van Dijk dan M. Killias. Experiences of Crime Across the World; Key Findings
of the 1989 International Crime Survey. Deventer. 1990. NETH: Kluwer Law and Taxation. Hlm.
205.
17 Richard B. Freeman. Crime and the employment of disadvantaged youth. In Urban labor markets
and job opportunity, ed. George Peterson and Wayne Vroman. 1992. Washington, D.C.: Urban
Institute. Hlm. 40.
18 Ibid. Hlm. 1.
19United Nations Office on Drugs and Crime. Handbook on the crime prevention guidelines :
Making them work. 2010. Vienna. Publishing and Library Section, United Nations Office. Hlm. 9-10.
beragam, mulai dari perubahan sosial ekonomi negara, hingga faktor yang mempengaruhi
individu dalam lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi kejahatan dan kekerasan ini juga
terdiri dari berbagai tingkat, mulai dari tingkat internasional, nasional, lokal hingga individu.
Pengetahuan atau yang sebelumnya disebut sebagai upaya prediksi akan faktor risiko yang
membelenggu populasi tertentu kemudian menjadi penting dan berguna dalam upaya
pencegahan kejahatan pada daerah-daerah tempat mereka tinggal.
Kemudian, terdapat
pengawasan. Terakhir, Rational Choice Theory oleh Clarke dan Cornish adalah teori yang
melihat bahwa pelaku mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan ia dapatkan sehingga
ia bertindak rasional (melakukan kejahatan berbasis ekonomi). Teori ini pada akhirnya akan
sangat berkaitan dengan pendekatan pencegahan kejahatan situasional.
Titik Temu dan Relevansi dengan Kriminologi :
Sekuriti dan pencegahan kejahatan memiliki hubungan keterkaitan, dimana pencegahan
kejahatan itu sendiri merupakan upaya yang menghasilkan keadaan yang stabil dan aman
(secure); dengan kata lain sekuriti itu sendiri. Kejahatan yang dimaksud pun menjadi definisi
dari ancaman (threat), kerugian maupun dampak risiko yang disebutkan dalam definisidefinisi sekuriti. Sekuriti dan pencegahan kejahatan juga seringkali dipandang memiliki
makna
yang
sama.21
Dalam
kaitannya
dengan
Kriminologi,
Environmental
itu dan khususnya sangat berkaitan dengan teori CPTED maupun Pencegahan
Kejahatan Situasional yang juga berkaitan dan dapat dikatakan sebagai teori yang
merumuskan apa yang disebut dengan sekuriti. 22 Hal ini dapat dilihat, bagaimana teknik
pencegahan kejahatan situasional sebagai cabang dari Environmental Criminology memiliki
banyak persamaan dengan teori dan praktik sekuriti23 :
Interseksi di antara ketiga elemen ini menciptakan upaya dan strategi pencegahan
kejahatan dan pengadaan sekuriti yang tentunya lebih komprehensif dan efektif.
24
Contohnya dalam bidang properti adalah menerapkan kunci ganda dan mesin
identifikasi sidik jari pada pabrik agar barang-barang produksi/barang berharga lainnya tidak
dapat dicuri.
b. Loss Prevention :
Pada dasarnya adalah konsepsi awal dari sekuriti dan memiliki definisi sebagai metodologi
yang sangat terorganisir dan tepat dalam menutup paparan pencurian dan kerugian lainnya
dan proses perencanaan untuk mencegah kerugian sebelum kejadian dibanding bereaksi
24 Thomas L. Norman. Op cit. Hlm. 92.
terhadap kerugian setelah kejadian.25 Perbedaan mendasar dengan konsep sekuriti adalah
makna yang lebih luas (sering disebut juga perlindungan asset) dan adanya pembahasan
keuntungan dan kerugian serta profit. Contoh dari loss prevention adalah dengan melakukan
mystery shopper (merekrut orang di luar perusahaan untuk melihat bagaimana pegawai
perusahaan melakukan pengamanan terhadap barang produksi perusahaan.)
c. Physical Security :
Bentuk pengamanan sebagai upaya pencegahan kejahatan dengan menggunakan alat serta
tindakan fisik terhadap ancaman, hambatan, dan lingkungan, baik yang ditimbulkan oleh
manusia, alam, binatang dan lainnya.26 Contohnya adalah dengan menyimpan uang atau aset
berharga lainnya di brankas yang sudah dimodifikasi dengan sandi kunci yang hanya
diketahui pihak internal perusahaan.
d. CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design) :
Bentuk upaya pencegahan kejahatan yang berbasis pada gagasan bahwa disain yang pantas
dan penggunaan lingkungan yang dibangun secara efektif dapat mengurangi kejahatan dan
fear of crime, serta mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat. 27 Dengan kata lain,
jika sebuah lingkungan ditata dengan baik, maka kemungkinan untuk menjadi target sasaran
kejahatan dapat dikurangi. Contoh aplikasi dari CPTED itu sendiri misalnya untuk daerah
perumahan, dengan meminimalkan jumlah pintu masuk dan keluar dalm sebuah kawasan/
blok; selain itu juga memaksimalkan akses pandangan dari setiap rumah terhadap ruang
publik di sekitarnya sehingga natural surveillance tercipta dan lain-lain.
e. Defensible Space :
25 S.D. Astor. Loss Prevention : Controls and Concepts. 1978. Amerika Serikat : Security World
Publishing Co. Inc. Hlm. 137.
26 Arthur Josias Simon Runturambi dan Dadang Sudiadi. Pengantar Manajemen Sekuriti. 2011.
Depok : Penerbit FISIP UI. Hlm. 16.
27 City of Virginia Beach. Crime Prevention Through Environmental Design : General Guidelines
For Designing Safer Communities. City of Virginia Beach Municipal Center Virginia Beach.
http://www.humanics-es.com/cpted.pdf. Diakses pada 30 Maret 2016, pukul 22.48 WIB. Hlm. 4.
Lebih berfokus pada tata letak dan ruang yang bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya
kejahatan, mengacu kepada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. 28 Ia
juga menjadi sebuah mekanisme penghalang yang nyata atau simbolis, dimana wilayah yang
ada dibatasi secara jelas, sehingga terjadi peningkatan kesempatan melakukan pemantauan
dan harus dilakukan bersama-sama untuk menciptakan suatu lingkungan yang berada di
bawah pengawasan para penghuninya.29 Sehingga dapat dikatakan bahwa defensible space ini
merupakan mekanisme pencegahan kejahatan yang dilakukan melalui kontrol sosial informal
Contohnya dengan memberikan portal atau gerbang pembatas jalan di komplek perumahan
yang diberlakukan jam batasnya bagi orang yang masuk, khususnya bagi tamu/orang selain
penghuni komplek.
f. Risk (Uncertainty) :
Kondisi-kondisi fluktuasi (tidak biasa) dan tak dapat diprediksi (tak terduga) terkait alam atau
kekuatan buatan manusia, terjadi tanpa suatu pola yang dapat diprediksi dan impersonal. 30
Contohnya adalah aksi pencemaran zat kimia barang produksi sebagai bentuk sabotase
bisnis dari perusahaan lawan.
g. Vulnerability :
Kelemahan atau kekurangan dalam program sekuriti yang dapat dieksploitasi oleh ancaman
untuk mendapatkan akses yang tidak diharapkan menuju aset yang diinginkan. 31 Contohnya
adalah ketika kamera pengawas dalam sebuah pertokoan rusak dan tidak segera diperbaiki
akan sangat rawan bagi keamanan pertokoan tersebut.
h. Threat :
28 Arthur Josias Simon Rnturambi dan Dadang Sudiadi. Op Cit. Hlm. 30.
29 National Crime Prevention Institute. Understanding Crime Prevention. 1986. Boston:
Butterworths. Hlm. 121.
30 Ibid. Hlm. 62.
31 Karim H. Vellani. Strategic Security Management: Risk Assessments in the Environment of Care.
2007. http://www.experts.com/content/articles/karim-vellani-3-strategic-security-management.pdf.
Diakses pada 31 Maret 2016, pukul 03.15 WIB.
Atau ancaman. Biasanya kebanyakan berasal dari luar dan dapat diklasifikasikan berasal dari
manusia (pengusaha/kontraktor sebagai orang luar/dalam dll) dan juga alam (kejadian
alam).32Contohnya adalah ancaman lawan perusahaan yang ingin menyabotase bisnis.
i. Access Control :
Pengaturan jalur keluar-masuk yang bertukuan untuk membatasi akses kepada aset yang
rentan hanya bagi mereka yang memiliki kewenangan maupun berkepentingan untuk
mengakses aset tersebut.33Contohnya dengan memberikan kartu identitas maupun sistem
identifikasi melalui sidik jari yang terbatas bagi pegawai maupun petinggi perusahaan saja
untuk dapat keluar masuk perusahaan.
pertengahan tahun 1950-an.45 Selain itu sebagai contoh, bentuk kerjasama juga sudah mulai
dibentuk oleh the International Association of Chiefs of Police (IACP), National Sheriffs
Association,dan ASIS International (formerly the American Society for Industrial Security),
didanai oleh U.S. Department of Justice, Office of Justice Programs Bureau of Justice
Assistance (BJA), untuk mengeluarkan program Operation Cooperation, sebuah langkah
nasional untuk meningkatkan upaya kolaborasi antara sektor sekuriti swasta dam agen aparat
penegak hukum negara. Operation Cooperation ini cukup berjalan dengan banyak kerjasama
yang mulai terjalin dari kedua belah pihak aparat pengeak hukum di negara-negara bagian
Amerika seperti dalam program menggalakkan industri opium dan marijuana di Meksiko.46
Peristiwa penyerangan WTC pada 11 September 2001 memang menandai pentingnya
koordinasi yang lebih efektif di antara sektor sekuriti swasta dan negara demi keamanan
nasional. Hal ini dibutuhkan karena industri sekuriti swasta mengontrol dan melindungi lebih
dari 85% infrastruktur krusial negara.47 Seringkali masih terdapat persaingan antara aparat
penegak hukum negara dengan pihak sekuriti swasta, khususnya terkait dengan masalah teror.
Aparat penegak hukum negara yang sebenarnya telah memperoleh informasi yang berkaitan
dengan teror maupun serangan potensial teroris; namun mereka masih enggan untuk berbagi
informasi kepada pihak sekuriti swasta. Sebaliknya, pihak sekuriti swasta pun juga takut
untuk berbagi informasi dengan aparat penegak hukum negara karena takut informasi yang
mereka dapatkan malah disebarluaskan oleh pihak negara. 48 Maka dari itu, diperlukan
perjanjian kerjasama antara sektor aparat keamanan negara dengan sektor sekuriti swasta
45 Connors, Cunningham, dan Ohlhausen dalam Kevin Strom, Marcus Berzofsky dkk. Op cit. Hlm.
5-2.
46 Baca https://news.google.com/newspapers?
nid=1310&dat=19700629&id=hKpVAAAAIBAJ&sjid=MEDAAAAIBAJ&pg=6974,6873849&hl=id. Diakses pada 31 Maret 2016, pukul 01.39 WIB.
47 U.S. Government Accountability Office. Critical Infrastructure Protection: Progress Coordinating
Government and Private Sector Efforts Varies by Sectors Characteristics. 2006.
http://www.gao.gov/new.items/d0739.pdf. Diakses pada 31 Maret 2016, pukul 01.03 WIB. Hlm. 29.
48 Andrew Morabito and Sheldon Greenberg. Engaging the private sector to promote homeland
security: Law enforcementprivate security partnerships (NCJ 210678). 2005. Washington, DC: U.S.
Department of Justice, Office of Justice Programs, Bureau of Justice Assistance.
https://www.ncjrs.gov/pdffiles1/bja/210678.pdf. Diakses pada 31 Maret 2016, pukul 01.13 WIB. Hlm.
4.
dalam rangka memenuhi kebutuhan keamanan negara dengan efektif. Hal ini dapat dilakukan
dengan masing-masing mulai membuka diri dengan kerjasama yang ada, berbagi informasi,
melakukan pelatihan bersama, memulai pembentukan legislasi, saling berkoordinasi dalam
bidang operasional dan melakukan penelitian maupun panduan keamanan yang jelas. Dengan
begitu, peran, ruang lingkup hingga sasaran yang dituju oleh kedua belah pihak aparat
keamanan dapat disatukan.
Daftar Pustaka
Astor, S.D. 1978. Loss Prevention : Controls and Concepts. Amerika Serikat : Security World
Publishing Co. Inc.
Baca
https://news.google.com/newspapers?
Borodzicz, E. P. & S. D. Gibson. 2006. Corporate Security Education: Towards Meeting the
Challenge. Security Journal, 19(3), 180-195.
City of Virginia Beach. Crime Prevention Through Environmental Design : General
Guidelines For Designing Safer Communities. City of Virginia Beach Municipal Center
Virginia Beach. http://www.humanics-es.com/cpted.pdf. Diakses pada 30 Maret 2016, pukul
22.48 WIB.
Connors, Edward, William Cunningham dkk. 1999. Operation Cooperation: Guidelines for
partnerships between law enforcement & private security organizations. Washington, DC:
U.S. Department of Justice, Office of Justice Programs, Bureau of Justice Assistance.
Davies, Sandi J. dan Christopher A. Hertig. 2008. Security Supervision and Management :
The Theory and Practice of Asset Protection. 3rd ed. Massachusetts : ButterworthHeinemann.
Freeman, Richard B. 1992. Crime and the employment of disadvantaged youth. In Urban
labor markets and job opportunity, ed. George Peterson and Wayne Vroman. Washington,
D.C.: Urban Institute.
Gill, Martin. 2014. The Handbook of Security : Second Edition. Hampshire : Palgrave
Macmillan.
Gillings, Daniel. 2007. Crime prevention Theory, policy and politics. London : UCL Press.
Handoyo, A. 2003. Dasar-Dasar Pengamanan dan Usaha Jasa Keamanan. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Herzog, Pete. 2008. The Home Security Methodology 1.2. : Vacation Guide. Institute for
Security
and
Open
Methodologies.
http://www.isecom.org/mirror/HomeSecurityMethodologyVacationGuide.1.2.pdf.
Diakses
Wakapolri
Akui
Industri
Keamanan
Butuh
43
Ribu
Satpam.
(R-869-DOJ).
Santa
Monica,
CA:
Rand.
Retrieved
from