A. Pengertian
Sitogenetika berasal dari kata sitologi dan genetika
Sitologi adalah Ilmu yang mempelajari struktur, fungsi, perkembangan,
reproduksi dan sejarah hidup dari sel
Genetika adalah Ilmu yang mempelajari struktur materi genetik, replikasi dan
transmisi materi genetik, mutasi dan segregasi gen-gen dari tetua (parental)
kepada keturunannya
Sitogenetika adalah ilmu yang berkembang dari ilmu pengetahuan sitologi dan
genetika. Ilmu ini mempelajari perilaku kromosom-kromosom selama mitosis dan
meiosis, hubungan kromosom dengan transmisi dan rekombinasi dari gen-gen,
dan mempelajari penyebab serta akibat dari perubahan struktur dan jumlah
kromosom
B. Sitogenetika
Manusia terdiri dari 23 pasang kromosom pada setiap selnya. Kromosom terdiri
dari lengan pendek (p) dan lengan panjang (q) yang keduanya dihubungkan oleh
centromere.
Kromosom ini diberi nomor 1 s/d 22 dengan ukuran yang semakin kecil
sementara kromosom seks ditempatkan pada urutan setelah kromosom autosom.
Untaian kromosom digambarkan sebagai bentuk kerakteristik yang disebut
dengan karyotipe.
Karyotipe dapat dilihat dari sel darah putih dengan proses tertentu di laboratorium
Karyotipe yang normal ditulis dengan standar penamaan sebagai 46.XY (laki-laki)
dan 46.XX (wanita). Euploid yaitu bila terdapat kromosom haploid (23) atau
kelipatannya didalam germ cell. Kromosom diploid didapatkan pada individu
normal. Walaupun triploidi (3 n) dan tetraploidi (4 n) digolongkan ke dalam
haploid, tapi dapat menghasilkan abnormalitas fenotip yang biasanya
mengakibatkan abortus spontan dan jarang sekali bisa lahir hidup. Penggunaan
utama sitogenetik secara klinis adalah untuk mendiagnosa adanya aneuploidi
(kelainan jumlah kromosom yang bukan kelipatan jumlah haploid) dan
abnormalitas struktur, seperti deletion (hilangnya salah satu bagian kromosom)
translocation. dan inversion. Aneuploidi yang paling sering adalah trisomi dan
monosomi.
Kelainan kromosom harus lebih di waspadai pada keadaan tertentu seperti usia ibu
yang lebih tua. Pada keadaan ini sering ditemui Trisomi 21 (Down Syndrome),
Trisomi 18, Trisomi 13; dan juga Trisomi kromosom seks seperti Klinefelter
syndrome (47 XXY) dan 47 XXX). Kelainan pada kromosom autosom lebih
sering menimbulkan
kelinan fenotip yang berat dan
retardasi mental
dibandingkan dengan kelainan pada kromosom seks.
Sitogenetik sangat membantu dalam memahami kematian janin (reproductive fetal
losse). Lebih dari separuh abortus yang terjadi pada trimester pertama mengalami
kelainan kromosom dan walaupun resikonya berkurang dengan bertambahnya
usia kehamilan namun resiko terulang pada trimester berikutnya masih cukup
berarti. Resiko terulang pada kehamilan berikutnya juga lebih tinggi. Kelainan
yang sering adalah translocation yang terdiri dari 2 tipe yaitu Roberstonian dan
resiprocal. Translokasi bisa berimbang yang menunjukkan seperti fenotip normal
dan tidak ada atau hanya sedikit material kromosom yang hilang. Translokasi
tidak berimbang menimbulkan efek fenotip termasuk retardasi mental dan
beberapa kelainan somatic. Pada Roberstonian translokation terjadi kerusakan
lengan pendek dua kromosom acrocentric dan lengan panjang satu kromosom
bergabung dengan lengan panjang kromosom yang lain. Sedangkan resiprocal
translocation timbul bila dua kromosom rusak dan terjadi pertukaran material
kromosom.
Analisa sitogenetik harus diutamakan pada individu dengan beberapa kelainan
genetik dan retardasi mental. Dalam bidang Obstetri & Ginekologi di.antaranya
adalah hipogonadism. Bila didapatkan pubertas yang terlambat disertai peninggian
kadar gonadotropin harus diperiksa karyotipe untuk menyingkirkan adanya
kelainan kromosom. Wanita dengan amenore primer dan adanya peninggian
kadar gonadotropin bisa saja mempunyai koryotipe 46 XY . Demikian juga bila
didapatkan amenore primer atau sekunder disertai kelainan jantung dan ginjal
dengan koryotipe 45X. Kira-kira separuh dari wanita dengan amenore primer dan
hipergonadotropic hipogonadism mempunyai kelainan pada kromosom X.
Pemeriksaan sitogenetik juga harus dilakukan pada laki-laki dengan
hipergonadotropic hipogonadism. Kelainan. karyotipe mungkin saja ditemukan
pada kasus ini seperti Klinefelter syndrome (47 XXY).
Autosomal-dominan, Pada kelainan ini hanya dibutuhkan satu kopi gen mutan
untuk menghasilkan fenotip. Kadang-kadang didapatkan homozigot dan keadaan
ini meningkatkan derajat kesakitan pada individu yang dikenai seperti yang
terlihat pada pasien dengan familial type-2 hyperlipoteinemia, yang mengalami
mutasi pada reseptor LDL. Type heterozigot meningkatkan resiko penyakit
jantung pada usia pertengahan dan menderita lipoma, sedangkan type homozigot
menderita penyakit jantung yang lebih hebat pada usia yang lebih muda ; dan
biasanya merupakan penyakit jantung yang fatal di usia anak-anak. Karakteristik
yang penting dari penyakit autosomal-dominan adalah a). tranmisi vertikal ( dari
orang tua ke anak ), b). seks ratio, 50 : 50 , c). resiko rekuren untuk kehamilan
berikutnya 50%. Contoh penyakit autosomal - dominan antara lain :
neurofibromatosis, miotonic dystrophy, sebagian osteogenesis inperfecta, achodro
plasia, penyakit Hutington, dan sebagian familial cancer syndrome seperti
sindroma Li-Fraumeni, retino blastoma, Ca mamae & Ca ovarium . Mutasi
dominan biasanya menimbulkan penyakit bila protein encoded dari alele mutan
bergabung dengan produk protein encoded dari alele normal. Mekanisme seperti
ini disebut dengan dominant-negative effect.
X-linked resesif. Terjadi pada laki-laki dimana mutasi terjadi pada kromosom X.
Gambaran klinis adalah a). hampir semuanya terjadi pada laki-laki, b). didapatkan
dari carier wanita oleh separoh anak laki-lakinya, c). separoh anak wanita dari
carier adalah carier yang beresiko tinggi untuk menurunkan kepada separoh anak
laki-lakinya, d). tidak pernah diwariskan oleh laki-laki yang terkena penyakit ini
kepada anak laki-lakinya, e). penyakit diwariskan melalui carier wanita. Laki-laki
yang tekena disebut hemizigous karena mempunyai satu gen kromosom X mutan.
Wanita jarang sekali dikenai penyakit ini, dan bila ada, kromosom X abnormal
harus ada, misalnya wanita dengan karyotip 45 X atau yang mengalami
translokasi X -autosom. Pada kasus ini analisa kromosom perlu dilakukan pada
wanita dengan penyakit X-linked resesif, seperti pada Duchene muscular
distrophy, Kallman syndrome, hemophilia A dan B dan androgen insensitivity
syndrome.
X-linked dominant. Sangat jarang dan sukar dibedakan dengan penyakit turunan
lain kerena memiliki karakteristik autosomal-dominant dan X-linked resesive.
Sama seperti pada autosomal-dominant, gen mutan pada X-linked dominant
terdapat hanya pada satu kromosom dan laki-laki maupun wanita dapat dikenai.
Gambaran yang menonjol adalah : a). laki-laki yang terkena dengan pasangan
normal tak mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya, b). laki-laki
maupun wanita yang lahir dari carier wanita mendapat kemungkinan 50% dikenai
pada setiap kehamilan, c). laki-laki dan wanita dapat dikenai, tapi pada kasuskasus yang jarang wanita hampir dikenai 2 kali laki-laki. Penyakit X-linked
dominant misalnya vitamin D resistant (hypophos phatemic) rickets, the urea
cycle defect ornithine transcarbamilase (OTC) deficiency dan Rett syndrome.
Pada Rett syndrome terdapat retardasi mental pada wanita sedangkan pada lakilaki bersifat letal, sehingga seolah-olah hanya mempunyai anak wanita saja. Pada
fragille X syndrome terdapat retardasi mental dan macro-orchidism.
Germline mosaicism . yaitu terdapatnya alele mutan pada gamet tetapi tidak
terdapat pada sel-sel lain . Keadaan ini dapat menerangkan mengapa orang tua
dengan fenotip normal mempunyai anak dengan kelainan autosomal dominan
atau non carier melahirkan anak laki-laki dengan penyakit X-linked, misalnya
achondroplasia dan Duchene muscular distrophy. Pada somatic sel mosaicism
mutasi hanya terjadi pada beberapa sel saja pada satu organ misalnya ; pada
neoplasma jinak dan cancer .