Review - Masterplan - Persampahan Hal 20 PDF
Review - Masterplan - Persampahan Hal 20 PDF
1
1.1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu diperhatikan dari
I-1
LAPORAN PENDAHULUAN
I-2
LAPORAN PENDAHULUAN
1.2
1.2.1
Maksud
Maksud dari Review Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan Kabupaten
1.2.2
Tujuan
Tujuan dari Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
adalah:
1.
1.2.3
Sasaran
Sasaran dari dilaksanakan Review Penyusunan Master Plan Persampahan
1.3
RUANG LINGKUP
1.3.1
Propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, dengan luas wilayah 1.878,3 km2. Kabupaten
Balangan terletak di koordinat geografis 1145024 sampai 115 5024 Bujur Timur dan
20137 sampai dengan 23558 Lintang Selatan. Berdasarkan pembagian wilayahnya
Kabupaten Balangan terbagi atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Lampihong,
Kecamatan Batu Mandi, Kecamatan Awayan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan
I-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Paringin, Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Halong, dengan
batas batas wilayah administrasi, yaitu :
Sebelah Utara
Sebelah Barat
1.3.2
Balangan meliputi:
1. Identifikasi kondisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan, hal ini terkait
kondisi faktual yang sekarang berjalan dalam hal pengelolaan persampahan di
Kabupaten Balangan dari berbagai aspek, antara lain:
a. Aspek Regulasi;
b. Aspek Kelembagaan;
c. Aspek Pendanaan;
d. Aspek Partisipasi Masyarakat/Sosial Budaya;
e. Aspek Teknis dan Operasional.
2. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan di Kabupaten
Balangan. Pada lingkup ini diharapkan konsultan dapat mengiventarisasi sarana dan
prasarana eksisting yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(BLHK) Kabupaten Balangan, baik dari tahapan di pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah yang dimiliki BLHK
Kabupaten Balangan, swasta dan instansi lain.
3. Membuat dan memetakan pola penanganan eksisting berikut ketersediaan sarana
dan prasarana di wilayah Kabupaten Balangan dengan mengacu pada RTRW
Kabupaten Balangan;
4. Melakukan identifikasi dan analisa timbulan sesuai dengan daerah pelayanan
pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan serta menganalisa komposisi dan
karateristik sampah;
5. Menganalisa hasil kajian pada point 1 s/d 4 serta memanfaatkan data sekunder
terkait.
6. Menyusun Standar Pelayanan Minimal dan Pengumpulan Sampah.
I-4
LAPORAN PENDAHULUAN
dan
pengumpulan
sampah
termasuk
konsep
desain
dan
1.4
DASAR HUKUM
Landasan hukum yang dipergunakan pada Review Penyusunan Master Plan
I-5
LAPORAN PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Persampahan;
11.
12. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan No. 12 tahun 2012 tentang retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan; dan
13. SNI 19-2454-2002 Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
1.5
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Laporan Pendahuluan ini merupakan proses Review Penyusunan Master Plan
: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup lokasi,
lingkup materi dan landasan hukum pengerjaan Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Balangan dan sistematika pembahasan.
I-6
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB II
: TINJAUAN KEBIJAKAN
Pada bab ini berisikan mengenai kedudukan Kabupaten Balangan dalam RTRW
Provinsi Kalimantan Selatan dan tinjauan kebijakan terkait Master Plan
Persampahan Kabupaten Balangan.
BAB III
BAB IV
: METODOLOGI STUDI
Pada bab ini berisikan mengenai metodologi studi yang digunakan dalam
pengerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan,
metodologi tersebut berupa pendekatan studi yang meliputi: pendekatan
teknologi, pendekatan kelembagaan/institusional, pendekatan sosial-ekonomibudaya, kajian kebijakan, metode pelaksanaan yang meliputi: tahap persiapan,
survei dan pendataan, tahap analisa, dan tahap studi pengelolaan
persampahan, Metodologi Perencanaan.
BAB V
BAB VI
: JADWAL KEGIATAN
Bab ini berisikan mengenai jadwal kegiatan pelaksanaan penyusunan Master
Plan Persampahan Kabupaten Balangan yang meliputi jadwal kegiatan dan
waktu penyelesaian kegiatan, serta sistem pelaporan yang meliputi materi
pelaporan dan teknik penyajian laporan.
I-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Contents
1.1
1.2
1.2.1
Maksud ............................................................................................................... 3
1.2.2
Tujuan ................................................................................................................. 3
1.2.3
Sasaran ............................................................................................................... 3
1.3
1.3.1
1.3.2
1.4
1.5
I-8
LAPORAN PE NDAHULUAN
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1
2.1.1
Sesuai dengan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032, rencana
pengembangan pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Balangan meliputi:
1.
II - 1
LAPORAN PE NDAHULUAN
2.
b.
Pusat perdagangan dan jasa meliputi perbankan, pasar lokal dan pasar hewan
serta pelayanan kesehatan berupa Puskesmas, bidan;
c.
Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan SLTA dan
Kejuruan serta Pesantren);
II - 2
LAPORAN PE NDAHULUAN
d.
3.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
c.
II - 3
LAPORAN PE NDAHULUAN
3) Pusat
pengembangan
komoditas
hasil
pertanian,
hortikultura
danpeternakan.
4) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
5) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA
atau sederajat.
d.
e.
f.
II - 4
LAPORAN PE NDAHULUAN
g.
2.1.2
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
meliputi 77.840,77 ha atau sekitar 41,44% dari keseluruhan luas Kabupaten Balangan.
Rencana Kawasan Non Budidaya/Kawasan Lindung di Kabupaten Balangan dapat
dikelompokkan kedalam tiga kawasan, masing-masing kawasan mempunyai fungsi yang
berbeda, demikan juga dalam hal penanganannya. Berikut merupakan penjelasan tiap jenis
kawasan lindung di Kabupaten Balangan.
1.
b.
Rehabilitasi hutan lindung pada kawasan hutan lindung yang telah mengalami
kerusakan dan penggundulan hutan secara liar.
II - 5
LAPORAN PE NDAHULUAN
c.
Hutan lindung yang terlanjur berubah fungsi harus dievaluasi, apabila menurut
analisis mengenai fungsi lindung, maka perkembangannya harus dicegah dan
fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap.
d.
Perlu adanya rehabilitasi hutan atau reboisasi pada unit lahan pada hutan
lindung saat ini tidak berfungsi sebagai kawasan lindung.
e.
f.
Memonitor dan membina semua kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan secara
terpadu dan berkesinambungan.
2.
Kegiatan pada kawasan konservasi dan resapan air harus dapat mendukung
terjaganya siklus hidrologi, seperti pengembangan tanaman perkebunan yang
memiliki akar panjang (berfungsi menyimpan air).
b.
(sebagian
besar)
pada
kawasan
konservasi
tersebut
dengan
dengan cara:
a.
II - 6
LAPORAN PE NDAHULUAN
b.
c.
d.
e.
Rehabilitasi dan pengerukan lumpur sungai pada aliran sungai yang telah
mengalami pendangkalan.
f.
g.
Kawasan sekitar mata air beserta mata airnya yang bersifat publik dan
menguasai hajat hidup orang banyak, dipertegas batas-batasnya, segera
dikuasai pemerintah dan diperkuat statusnya.
i.
j.
Untuk melindungi dan menjaga kelestarian sumber air ini maka perlu diselidiki
catchment area yang diupayakan untuk dilestarikan pembanguan pada
umumnya.
3.
II - 7
LAPORAN PE NDAHULUAN
a.
Perkembangan
penduduk
perlu
diawasi
dan
dikendalikan
dan
atau
c.
d.
Pembuatan Check Dams penahan erosi di lereng gunung dan celah antar bukit
dan atau pembuatan DAM penahan dan kantong-kantong pasir yang mengatur
erosi di daerah pegunungan.
e.
f.
g.
B.
h.
i.
Konservasi tumbuhan pada daerah aliran sungai sebagai daerah peresapan air.
Kabupaten Balangan tingkat kemampuan lahannya sedang sampai tinggi sehingga sangat
mendukung untuk peningkatan atau pengembangan berbagai jenis kegiatan yang bersifat
budidaya. Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Balangan sebesar 109.989,23 ha atau
sebesar 58,56%, yang tersebar diseluruh daerah di Kabupaten Balangan. Berikut merupakan
penjelasan tiap jenis kawasan budidaya di Kabupaten Balangan.
1.
diperlukan
pengelolaan
hutan
produksi
yang
memperhatikan
II - 8
LAPORAN PE NDAHULUAN
b.
c.
d.
e.
Pemerintah memberikan instruksi/arahan yang mengikat pada program tebangtanam pada kawasan hutan produksi dalam rangka memberikan fungsi lindung
pada semua hutan produksi yang ada di wilayah Kabupaten Balangan.
2.
b.
II - 9
LAPORAN PE NDAHULUAN
c.
d.
e.
f.
3.
g.
h.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
II - 10
LAPORAN PE NDAHULUAN
4.
pembangunan
yang
dapat
menarik
aktivitas
kegiatan
pertanian
hal
tersebut
tersebut,
maka
pengelolaan
kawasan
b.
c.
d.
e.
Pengembangan
Menjaga
stabilitas
harga
pupuk,
obat-obatan,
dan
bibit
tanaman
tahunan/perkebunan.
5.
upaya-upaya
pengawasan
dan
pengendalian
pada
kawasan
II - 11
LAPORAN PE NDAHULUAN
a.
b.
c.
d.
6.
b.
c.
d.
e.
f.
7.
II - 12
LAPORAN PE NDAHULUAN
Pengembangan
kegiatan
permukiman
dengan
kepadatan
kegiatan
Pengembangan
kegiatan
permukiman
dengan
kepadatan
kegiatan
Pengembangan
kegiatan
permukiman
dengan
kepadatan
kegiatan
Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun)
di kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial
ekonomi dan atau perkotaan tinggi seperti Paringin, Halong dan Juai dengan
mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana permukiman
pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air bersih dan atau limbah,
jaringan telekomunikasi dan penerangan pada kawasan yang sesuai dengan
peruntukkan Kasiba dan Lisiba.
2.1.3
1.
Jaringan jalan arteri primer (A1) yang merupakan jalan Nasional, terdiri atas
ruas jalan:
1)
Desa HamparayaBatumandiMantimin
2)
MantiminParingin
3)
ParinginDahai
II - 13
LAPORAN PE NDAHULUAN
b.
Jaringan jalan kolektor primer (K1) yang merupakan jalan Provinsi, terdiri atas
ruas jalan:
1) Desa Teluk KaryaBampihong
2) LampihongMantimin
3) LampihongParingin
4) ParinginHalong
5) BatumandiLokbatuTariwin
c.
d.
e.
2.
II - 14
LAPORAN PE NDAHULUAN
Moda transportasi umum yang ada d I Kabupaten Balangan terdiri atas Bis Umum
(besar), Bis Umum (sedang), Bis Umum (kecil),
angkutan umum baik Bis Umum maupun MPU yang beroperasi hampir 24 jam.
3.
Terminal
Rencana terminal penumpang adalah:
a.
b.
c.
2.1.4
A.
Air Bersih
Sistem jaringan air bersih di wilayah Kabupaten Balangan terdiri dari saluran air
bersih Perusahaan Air Minum Balangan yang merupakan Saluran Air Bersih (SAB) Nasional
dan jaringan air bersih Nasional. Dalam arahan perencanaanya, akan dibentuk rencana
Instalasi Pengolahan Air (IPA) bersih, meliputi:
1.
berupa penyediaan sarana air bersih meliputi sumur bor, sumur gali, dam hidran umum di
seluruh kecamatan.
B.
Persampahan
Rencana jaringan sistem prasarana persampahan di Kabupaten Balangan antara
lain:
1.
II - 15
LAPORAN PE NDAHULUAN
2.
3.
C.
Sanitasi
Terdapat dua sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Balangan yaitu
pengolahan secara individu (on site system) dan secara kolektif atau komunal (off site
system). Pengolahan limbah secara off site system bisa disebut juga dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik.
2.2
KEBIJAKAN
PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
KABUPATEN
BALANGAN
Upaya melakukan pengelolaan persampahan sangat diperlukan adanya kebijakan
yang berupa produk peraturan-peraturan sistem pengelolaan sampah kota. Dasar hukum
perencanaan pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan yang sudah ada maupun
beberapa peraturan yang memayungi kegiatan pengelolaan sampah adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
03/PRT/M/2013
tentang
Kebersihan Lingkungan.
II - 16
LAPORAN PE NDAHULUAN
7.
pengembangan
sistem
pengelolaan
persampahan
yang
ramah
lingkungan.
2.
Bahwa permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih sangat diperlukan
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sehingga
masyarakat dapat menjadi lebih produktif.
3.
Bahwa dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman yang sehat yang
diinginkan, diperlukan rencana program dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu,
efesien dan efektif.
Dalam Peraturan Menteri yang dimaksud dengan Kebijakan dan Strategi Nasional
2.3
PERATURAN
PERUNDANGAN
TERKAIT
PENYUSUNAN
MASTERPLAN PERSAMPAHAN
2.3.1
berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah yang
dikelola berdasarkan Undang-undang ini terdiri atas:
1.
Sampah rumah tangga, berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.
2.
Sampah sejenis sampah rumah tangga, berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, atau fasilitas lainnya.
3.
II - 17
LAPORAN PE NDAHULUAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
b.
c.
b.
c.
e.
II - 18
LAPORAN PE NDAHULUAN
akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah. Kompensasi dapat berupa:
1.
relokasi;
2.
pemulihan lingkungan;
3.
4.
melakukan pengelolaan sampah. Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
Dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018, terdapat ketentuan larangan
setaip orang berupa:
1.
2.
Mengimpor sampah.
3.
4.
Mengelola
sampah
yang
menyebabkan
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan.
5.
Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan.
6.
7.
peralihan berupa:
1.
2.
II - 19
LAPORAN PE NDAHULUAN
dumping) di TPA telah dilarang dilakukan. Konsekuensinya adalah bahwa pada tahun 2013
TPA open dumping harus ditutup atau ditingkatkan menjadi controlled landfill maupun
sanitary landfill.
2.3.2
Kebijakan (1)
dan
menerapkan
system
insentif
dan
Kebijakan (2)
pemahaman
tentang
pengelolaan
pembinaan
masyarakat
khususnya
kaum
II - 20
LAPORAN PE NDAHULUAN
Kebijakan (3)
4.
Kebijakan (4)
pengelolaan
kolektif
atas
penyelenggaraan
Kebijakan (5)
II - 21
LAPORAN PE NDAHULUAN
2.3.3
dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD. Rencana
pengurangan dan penanganan sampah tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1. Target pengurangan sampah;
2. Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah
mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;
3. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;
4. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan
masyarakat; dan
5. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir
sampah.
Pada tahap pelaksanaan, pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan
dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau
pemanfaatan kembali sampah. Pengurangan sampah dilakukan melalui kegiatan:
1. Pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi
ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan
2. Fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna ulang
sampah.
Pemerintah daerah dalam menangani sampah dilakukan dengan cara:
a. Pemilahan, dilakukan melalui memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis
sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat
sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial, dan fasilitas lainnya.
b. Pengumpulan, dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah
tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah
sesuai dengan jenis sampah.
c. Pengangkutan, dilaksanakan dengan cara:
II - 22
LAPORAN PE NDAHULUAN
II - 23
LAPORAN PE NDAHULUAN
Pemerintah daerah juga dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan
sampah. Lingkup kemitraan dengan badan usaha ini meliputi:
1. Penarikan retribusi pelayanan persampahan;
2. Penyediaan/pembangunan TPS atau TPST, TPA, serta sarana dan prasarana
pendukungnya;
3. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
4. Pengelolaan TPA; dan/atau
5. Pengelolaan produk olahan lainnya.
Pemerintah daerah dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan.
Retribusi pelayanan persampahan tersebut digolongkan pada retribusi jasa umum.
Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahan meliputi:
1. Biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke TPS/TPST;
2. Biaya pengangkutan dari TPS/TPST ke TPA;
3. Biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah; dan
4. Biaya pengelolaan.
2.3.4
melalui bank sampah. kegiatan 3R melalui bank sampah sebagaimana dimaksud adalah
dilaksanakan terhadap sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga.
Mekanisme kerja bank sampah antara lain meliputi:
1. Pemilahan sampah;
2. Penyerahan sampah ke bank sampah;
3. Penimbangan sampah;
4. Pencatatan;
5. Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan;
6. Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana.
Mekanisme kerja bank sampah antara lain meliputi:
1. Penetapan jam kerja;
2. Penarikan buku tabungan;
3. Peminjaman uang;
II - 24
LAPORAN PE NDAHULUAN
4. Buku tabungan;
5. Jasa penjemputan sampah;
6. Jenis tabungan;
7. Jenis sampah;
8. Penetapan harga;
9. Kondisi sampah;
10.Berat minimum;
11. Wadah sampah;
12. Sistem bagi hasil;
13. Pemberian upah karyawan.
Kegiatan 3R melalui bank sampah dilaksanakan oleh:
1. Menteri dan menteri terkait lainnya, meliputi:
a. Pembinaan teknis;
b. Pembangunan bank sampah percontohan;
c. Pengintegrasian antara bank sampah dengan penerapan EPR;
d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bank sampah di daerah;
e. Pengembangan kerjasama internasional dalam pelaksanaan bank sampah.
2. Gubernur atau bupati/walikota, meliputi:
a. Memperbanyak bank sampah;
b. Pendampingan dan bantuan teknis;
c. Pelatihan;
d. Monitoring dan evaluasi bank sampah;
e. Membantu pemasaran hasil kegiatan 3R.
3. Masyarakat
a. Pemialahan sampah;
b. Pengumpulan sampah;
c. Penyerahan ke bank sampah;
d. Memperbanyak bank sampah.
Extended Producer Responsibility (EPR) yang dimaksud dalam pelaksanan 3R oleh
menteri dan menteri terkait lainnya diartikan sebagai strategi yang didisain dalam upaya
mengintegrasikan biaya-biaya lingkungan ke dalam seluruh proses produksi suatu
barang sampai produk itu tidak dapat dipakai lagi (post consumer) sehingga biaya-biaya
lingkungan menjadi bagian dari komponen harga pasar produk tersebut. Dengan strategi
II - 25
LAPORAN PE NDAHULUAN
EPR tersebut, para produsen harus bertanggungjawab terhadap seluruh life cycle
produk dan/atau kemasan dari produk yang mereka hasilkan. Ini artinya, perusahaan
yang menjual dan/atau mengimpor produk dan kemasan yang potensi menghasilkan
sampah wajib bertanggungjawab, baik secara finansial maupun fisik, terhadap produk
dan/atau kemasan yang masa pakainya telah usai.
Mekanisme EPR yang umum digunakan adalah melalui penarikan kembali
produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya (take-back systems). Melalui
skema ini, produsen (dalam hal ini termasuk di dalamnya pabrik, importer, distributor,
dan retailer) yang dikenai ketentuan EPR wajib menarik kembali produk dan/atau
kemasan yang sudah habis masa gunanya (post consumer) dari masyarakat. Sementara
itu, masyarakat wajib memilah, mengumpulkan, dan menyerahkan produk dan/atau
kemasan yang sudah habis masa gunanya ke tempat-tempat yang ditentukan
(collection point atau droping point).
Secara praktis, EPR bisa dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam aktivitas
Bank Sampah (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Integrasi Bank Sampah dengan Penerapan Extended Producer Responsibility
II - 26
LAPORAN PE NDAHULUAN
2.3.5
1.
Rencana induk;
umum
penyelenggaraan PSP untuk kota sedang dan kecil berupa perencanaan teknis dan
manajemen persampahan.
Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan ini dapat
berupa:
1.
2.
3.
memuat rencana:
a.
Daerah pelayanan;
b.
c.
d.
Tahapan pelaksanaan.
Kondisi kota;
b.
c.
II - 27
LAPORAN PE NDAHULUAN
d.
b.
c.
d.
b.
c.
b.
Kebutuhan lahan;
c.
d.
e.
f.
g.
b.
II - 28
LAPORAN PE NDAHULUAN
c.
d.
b.
c.
Manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (tangible) berupa manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung; dan
b.
b.
c.
d.
b.
Manfaat yang tidak dapat diukur dengan nilai uang antara lain:
a.
b.
c.
II - 29
LAPORAN PE NDAHULUAN
ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan
maupun biaya pengembalian modal.
Kelayakan keuangan diukur berdasarkan:
a.
b.
c.
Tingkat inflasi;
b.
c.
Biaya investasi;
d.
e.
f.
Biaya penyusutan;
g.
h.
Pendapatan retribusi.
b.
Kebijakan; dan
c.
II - 30
LAPORAN PE NDAHULUAN
2.3.6
b.
c.
sampah sejenis sampah rumah tangga yang terdiri dari pengurangan sampah dan
penanganan sampah. kegiatan pengurangan sampah meliputi:
1.
2.
3.
II - 31
LAPORAN PE NDAHULUAN
1.
Relokasi
2.
Pemulihan lingkungan
3.
4.
bermitra
dengan
badan
usaha
pengelolaan
II - 32
LAPORAN PE NDAHULUAN
Contents
2.1
II - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
GAMBARAN UMUM
3.1
3.1.1
geografis Kabupaten Balangan terletak pada koordinat 114 5024 sampai 115 5024 Bujur
Timur dan 2 0137 sampai dengan 2 3558 Lintang Selatan. Berdasarkan pembagian
wilayahnya, Kabupaten Balangan terbagi atas 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan
Lampihong, Kecamatan Batu Mandi, Kecamatan Awayan, Kecamatan Tebing Tinggi,
Kecamatan Paringin, Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Halong.
Berikut merupakan batas administrasi wilayah Kabupaten Balangan.
Sebelah Utara
Sebelah Barat
KECAMATAN
Lampihong
IBUKOTA
Simpang Tiga
LUAS WILAYAH
(KM2)
96,9
5,16
Batu Mandi
Batu Mandi
147,96
7,88
Awayan
Putat Basiun
142,57
7,59
Tebing Tinggi
Tebing Tinggi
257,25
13,70
Paringin
Paringin Kota
100,04
5,33
Paringin Selatan
Muara Pitap
86,80
4,62
Mungkur Uyam
386,80
20,59
Halong
659,84
35,13
Juai
Halong
III - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
3.1.2
Fisik Dasar
A. Kondisi iklim
Iklim yang berada di Kebupaten Balangan merupakan iklim hutan tropika humid
dengan curah hujan rata-rata 1.962 2.671,5 mm. Curah hujan terendah jatuh sekitar
bulan Juni, Juli, Agustus dan September, sedangkan curah hujan tertinggi jatuh sekitar
bulan Desember, Januari, Februari dan Maret. Terdapat tiga stasiun pengamatan hujan
di Kabupaten Balangan yang data curah dan hari hujannya diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Stasiun Pengamatan
JUMLAH CURAH
HUJAN
JUMLAH HARI
HUJAN
RATA-RATA CURAH
HUJAN/ HARI
Batu Mandi
1.962
94
20,9
Paringin
1.316,2
133
9,9
Juai
2.671,5
129
20,7
1.983,2
118,7
16,7
STASIUN PENGAMATAN
Rata-Rata
7-25
25-100
100-500
>500
Lampihong
1.512
8.136
48
Batu Mandi
2.018
7.462
5.262
54
Awayan*)
17.326
13.206
9.450
Tebing Tinggi
Paringin
7.384
11.300
Paringin Selatan**)
Juai
7.170
19.346
12.172
Halong
6.230
18.802
33.450
7.502
3.530
36.382
72.084
58.882
16.952
BALANGAN
III - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kemudian untuk kondisi kemiringan atau kelerengan lahan pada wilayah Kabupaten
Balangan terdiri dari 6 (enam) kelas, yaitu kurang dari 2%, 28%, 815%, 2540% serta
lebih besar dari 40%. Kemiringan lahan ini terkait dengan kepekaan tanah terhadap
erosi. Semakin tinggi/terjal lereng maka lahan semakin peka terhadap erosi. Berikut
diuraikan kondisi kemiringan lereng lahan pada wilayah Kabupaten Balangan secara
umum, yaitu:
1. Sekitar 68% wilayah Kabupaten Balangan, memiliki kemiringan lereng 0-2%. Kondisi
ini sangat cocok bagi pengembangan fungsi budidaya ataupun kegiatan perkotaan.
2. Sekitar 24% wilayah Kabupaten Balangan memiliki kemiringan lereng 2-15%. Pada
kelas kemiringan lereng ini, hingga kemiringan 15%, kegiatan budidaya terbangun
dapat dilaksanakan, namun harus menggunakan teknologi yang tepat sebagai
bentuk antisipasi agar tidak terjadi erosi tanah.
3. Sekitar 8% wilayah Kabupaten Balangan memiliki kemiringan lereng 15-40%. Kondisi
ini masih memungkinkan bagi pengembangan perkebunan atau kehutanan dengan
jenis tanaman berakar dalam.
4. Pada wilayah Kabupaten Balangan tidak ditemui adanya lahan dengan kemiringan
lereng > 40%.
Tabel 3.4 Kondisi Wilayah Kabupaten Balangan Menurut Kemiringan Lahan
KECAMATAN
0-2%
2-8%
8-15%
15-25%
Lampihong
9.696
Batu Mandi
14.561
120
115
7.122
5.325
3.625
3.675
12.654
3.380
1.200
1.450
Juai
33.256
4.240
740
450
Halong
54.405
86
130
Balangan
131.694
13.151
5.810
Awayan
25-40%
>40%
3.305
16.930
120
201
13.040
5.695
3.506
29.970
Tebing Tinggi*)
Paringin
Paringin Selatan*)
III - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Balangan adalah Sungai Pitap, Sungai Balangan, Sungai Mantuyan, Sungai
Tabuan, Sungai Galombang, Sungai Halong, Sungai Huren, Sungai Ninian, Sungai Jauk,
Sungai Batumandi, Sungai Lokbatu, dan Sungai Juai. Berdasarkan pola pengaliran
sungai utama dan anak sungai, maka daerah penelitan dibagi menjadi 4 pola pengaliran
sungai, yaitu pola pengaliran anastomatik, pola pengaliran dendritik, pola pengaliran
rektangular, dan pola pengaliran subdendritik. Penjelasan pada masing-masing pola
adalah sebagai berikut.
1. Pola Pengaliran Anastomatik
Pola pengaliran anastomatik adalah pola pengaliran modifikasi yang membentuk
meander yang terbentuk di dataran banjir, delta ataupun rawa. Pola pengaliran
ini menempati daerah Kabupaten Balangan dengan luas kira-kira 25% dari luas
Kabupaten Balangan. Pola pengaliran ini terdapat di bagian Barat - Selatan
Kabupaten Balangan. Pola pengaliran ini dibentuk oleh Sungai Pitap, Sungai
Muning, Sungai Lok batu, Sungai Juuh, Sungai Batumandi, Sungai Jauk, Sungai
Pelasan, serta Sungai Kambiyani dengan anak-anak sungainya.
2. Pola Pengaliran Dendritik
Pola pengaliran dendritik adalah pola pengaliran dasar yang bentuk umum
seperti daun, berkembang pada batuan dengan kekerasan relatif sama,
perlapisan batuan sedimen relatif datar serta tahan akan pelapukan, kemiringan
landai, kurang dipengaruhi struktur geologi. Pola pengaliran ini menempati
daerah Kabupaten Balangan sekitar 25% dari luas Kabupaten Balangan. Pola
pengaliran ini terdapat di bagian barat hingga bagian tengah daerah Kabupaten
Balangan. Pola pengaliran ini dibentuk oleh Sungai Balangan, Sungai Ninian I,
Sungai Ninian II, Sungai Juai, Sungai Jungkal, serta Sungai Jingah dengan anakanak sungainya.
3. Pola Pengaliran Rektangular
Pola pengaliran rektangular adalah pola pengaliran dasar dimana induk sungai
dengan anak sungai yang memperlihatkan arah lengkungan menganan,
pengontrol struktur atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki
perulangan perlapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang
tidak menerus. Pola pengaliran ini menempati daerah Kabupaten Balangan
sekitar 30% dari luas Kabupaten Balangan. Pola pengaliran ini terdapat di bagian
timur daerah Kabupaten Balangan. Pola pengaliran ini dibentuk oleh Sungai
III - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
Balangan, Sungai Halong, Sungai Huren, Sungai Mantuyan, serta Sungai Tabuan
dengan anak-anak sungainya.
4. Pola Pengaliran Subdendritik
Pola pengaliran subdendritik adalah pola pengaliran modifikasi yang berbentuk
mendaun yang umumnya terbentuk di daerah yang mempunyai kekerasan
batuan relatif sama. Dapat berkembang pada batuan beku, sedimen, maupun
metamorf. Pola pengaliran ini menempati daerah Kabupaten Balangan sekitar
20%. Pola pengaliran ini terdapat di bagian utara daerah Kabupaten Balangan.
Pola pengaliran ini dibentuk oleh Sungai Galombang, Sungai Lalapau, serta
Sungai Tutupan dengan anak-anak sungainya.
D. Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi geologi terdiri dari kumpulan batuan tersier dengan formasi Tanjung (Tet),
formasi Berai (Tomb), fromasi Warukin (Tmw), formasi Dahor (TQd) dan endapan
Alluvium Kuarter (Qa).
1. Jenis Batuan
Pada bagian utara formasi Tanjung (Tet) memiliki sebaran sekitar 5%, tersusun
atas perselingan antara batu pasir, batu lempung, batu lanau, batu gamping, dan
konglomerat aneka bahan. Sedangkan bagian timur sebaran formasi Berai
(Tomb) ada di sekitar Gunung Berai Kecamatan Awayan, tersusun oleh batu
gamping bersisipan napal dan batu lempung dengan ketebalan lapisan rata-rata
1-6 meter. Formasi Warukin (Tmw) merupakan tutupan dominan yang hampir
mencapai 70% tersebar di bagian utara dan timur Paringin, tersusun dengan
perselingan batu pasir kuarsa dan batu lempung bersisipan serpih dan batu bara
dengan ketebalan lapisan rata-rata 2 meter. Formasi Dahor tersebar sekitar 15% di
bagian tengah dan barat, tersusun oleh batu pasir kuarsa bersisipan lempung dan
limonit. Endapan Quarter (Qa) tersebar di daerah dataran bagian selatan.
2. Jenis Tanah
Jenis tanah didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning seluas 13.524 Ha
dengan sebaran hampir mencapai 72% dan sisanya 28% adalah litosol seluas 5.160
Ha. Data ini menunjukkan bahwa jenis tanah di wilayah Kota Paringin kurang
subur dan rentan erosi. Walaupun jenis tanah yang sesuai bagi peruntukan lahan
pertanian yakni alluvial tidak terdapat di wilayah ini, bukan berarti bahwa
kegiatan pertanian tidak dapat dilakukan. Pada kenyataannya perekonomian
III - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
3.1.3
sebesar 39.341 ha atau sekitar 20,27% dari total luas wilayah kabupaten. Kemudian untuk
guna lahan berupa perkebunan memiliki proporsi luas paling besar yakni mencapai 58.074
ha atau sekitar 29,92% dari total luas wilayah kabupaten. Jenis penggunaan lahan lainnya
yang juga memiliki proporsi luasan yang cukup besar adalah sawah tadah hujan yang
sebesar 30.011 ha atau sekitar 15,46% dari total luas wilayah kabupaten. Sementara itu, jenis
penggunaan lahan dengan proporsi yang cukup kecil adalah sawah irigasi sederhana,
kolam/empang serta rawa-rawa dengan luas masing-masing sebesar 260 ha (0,13% luas
wilayah kabupaten), 19 ha (0,01% luas wilayah kabupaten) dan 330 ha (0,17% luas wilayah
kabupaten). Berikut merupakan jenis penggunaan lahan beserta luasannya di wilayah
Kabupaten Balangan.
III - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 3.5 Luas Wilayah Kabupaten Balangan Berdasarkan Jenis Penggunaan Lahan
JENIS PENGGUNAAN LAHAN
LUAS (HA)
Lahan Sawah
38.742
1.799
Irigasi Sederhana
260
Irigasi Desa
1.505
Tadah Hujan
30.011
5.167
102.534
Tegal/Kebun
7.835
Ladang/Huma
8.581
Perkebunan
58.074
Hutan Rakyat
5.109
Kolam/Tebat/Empang
19
Padang Penggembalaan
1.527
8.666
12.723
52.823
6.638
Hutan Negara
39.341
330
6.514
Total
194.099
3.1.4
Kondisi Kependudukan
A. Jumlah Penduduk
Dalam penyusunan Review Penyusunan Masterplan
Pengelolaan Sampah
JUMLAH
PENDUDUK (JIWA)
KEPADATAN
PENDUDUK (JIWA/KM2)
RATA-RATA
PENDUDUK PER DESA
Lampihong
16.183
167
599
Batu Mandi
16.764
113
931
Awayan
12.459
87
542
Paringin
17.916
24
514
Paringin Selatan
12.149
179
1.120
Juai
16.298
140
759
III - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
KECAMATAN
JUMLAH
PENDUDUK (JIWA)
Halong
Tebing Tinggi
BALANGAN
KEPADATAN
PENDUDUK (JIWA/KM2)
RATA-RATA
PENDUDUK PER DESA
19.307
42
776
6.172
29
804
17.248
62
747
B. Tenaga Kerja
Lapangan usaha utama yang terdapat di wilayah Kabupaten Balangan meliputi
bidang pertanian, industri berat, pariwisata, dan jasa pertambangan. Jumlah tenaga
kerja tertinggi adalah tenaga kerja yang bergerak di bidang pertanian sebanyak 11.651
jiwa, sedangkan jumlah tenaga kerja terendah yaitu berada di bidang pertambangan
sebesar 637 jiwa.
Tabel 3.7 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama
JENIS KEGIATAN UTAMA
2010
2011
2012
Angkatan Kerja
77,55
77,55
83,82
- Bekerja
97,68
97,68
96,05
- penganggur
2,32
2,32
3,95
23,03
22,45
16,18
- Sekolah
27,97
5,76
1,52
- Mengurus ruta
52,29
75,34
70,63
- Lainnya
19,74
18,90
27,85
76,97
77,55
83,82
Tingkat Pengangguran
2,45
2,32
3,95
3.2
GAMBARAN
UMUM
SISTEM
PENGELOLAAN
SAMPAH
KABUPATEN BALANGAN
3.2.1
Aspek Teknis
Dalam pengelolaan sampah sangat berkaitan dengan aspek fisik. Adapun aspek fisik
2.
3.
4.
III - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
5.
Identifikasi kondisi TPS, sistem pengelolaan dan jenis kendaraan untuk mengangkut
sampah yang ada di Kabupaten Balangan.
Permukiman Penduduk
215,27
184,66
Pasar
31,06
30,64
Pusat Perdagangan
15,36
14,95
Perkantoran
5,79
5,79
Penyapuan Jalan
2,90
2,90
Fasilitas Umum
2,03
2,03
Industri
5,55
4,27
Saluran/ Drainase
7,48
6,21
TEMPAT PENIMBUNAN
Volume sampah selain dilihat dari jenis tempat penimbunan sampah juga dapat
dilihat berdasarkan jenis komponen sampah. Jenis komponen sampah antara lain
sampah basah/organik, kertas, plastik, kayu, logam, kaca/gelas, karet, kulit, kain, dan
lain-lain. Berikut merupakan data persebaran timbulan sampah di Kabupaten Balangan
berdasarkan jenis komponen sampah.
Tabel 3.9 Timbulan Sampah bersasarkan Jenis Komponen Sampah
NO
KOMPONEN SAMPAH
VOLUME (M3)
2011
2012
2013
a)
Sampah basah/organik
49,48
52,3
53,15
b)
Kertas
7,25
8,05
8,14
c)
Plastik
5,38
6,58
7,46
d)
Kayu
0,69
0,80
0,99
e)
Logam
1,38
1,61
1,98
f)
Kaca/gelas
1,16
1,32
1,52
g)
Karet/kulit
0,37
0,46
0,57
h)
Kain
1,05
1,17
1,29
i)
Lain-lain
0,79
0,88
0,99
III - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
NO
VOLUME (M3)
KOMPONEN SAMPAH
Jumlah
2011
2012
2013
67,56
73,16
76,09
KECAMATAN
Lampihong
Batu Mandi
40
Awayan
Tebing Tinggi
Paringin
155
Paringin Selatan
160
Juai
Halong
III - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
KECAMATAN
Lampihong
Batu Mandi
10
Awayan
Tebing Tinggi
Paringin
165
Paringin Selatan
185
Juai
Halong
III - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
KECAMATAN
BECAK SAMPAH
MOTOR SAMPAH
Lampihong
Batu Mandi
Awayan
Tebing Tinggi
Paringin
13
Paringin Selatan
12
Juai
Halong
III - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
kapasitas, dan jenis yang digunakan. Sebagian besar alat untuk pemindahan
menggunakan container atau transfer depo.
Proses pengangkutan sampah sangat dipengaruhi oleh pola jaringan jalan yang
dilalui dan jangkauan pelayanan alat pengankutan tersebut. Pola pengangkutan
sampah di Kabupaten Balangan dilakukan dengan dua cara yaitu sistem
pemindahan (transfer depo) dan pengangkutan dengan sistem pengosongan
container. Pemindahan dan Pengangkutan Sampah dari daerah Komersial dan
Fasilitas Umum adalah sebagai berikut.
a. Pemindahan
Pemindahan sampah pada daerah ini dilakukan oleh petugas kebersihan. Proses
pemindahan sampah ke TPA menggunakan TPS yang menjadi satu bagian
dengan transfer depo dan sarananya berupa container dengan kapasitas 6m3.
Sampah yang dihasilkan terdiri dari sampah organik dan non organik. Hanya pada
area pasar saja yang sampahnya hampir seluruhnya sampah organik.
b. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas dari Badan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan untuk dibawa ke TPA Lampihong. Dilakukan dengan cara diangkut
dengan menggunakan truk container yang apabila sudah penuh diangkut dan
ditempatkan kembali container yang masih kosong.
C. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
TPS (Tempat Pemrosesan Sementara) adalah tempat pembuangan sampah sebelum
dibuang pada TPA (Tempat Pemrosesan Akhir).
terdapat di Kabupaten Balangan yaitu TPS Permanen, TPS Kayu, dan TPS 3R. TPS
Permanen merupakan bentuk TPS yang tidak dapat dipindah karena terbuat dari batu
bata dan semen dan menempel di tanah. TPS ini biasanya terbagi lagi menjadi dua jenis
yaitu terbuka dan tertutup. TPS Kayu adalah TPS yang dapat dipindah-pindah dan
terbuat dari kayu seperti namanya. TPS ini biasanya berbentuk mirip seperti bak sampah
dan berada di tempat-tempat komersil atau fasum. Sedangkan untuk TPS 3R sendiri
merupakan TPS yang berfungsi untuk pengolahan sampah-sampah dengan metode 3R
sebelum akhirnya dibawa ke TPA.
III - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 14
Gambar 3.3 Peta Persebaran TPS di wilayah Kecamatan Paringin dan Paringin Selatan
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 15
LAPORAN PE NDAHULUAN
III - 16
KECAMATAN
TPS PERMANEN
TPS KAYU
TPS 3R
Lampihong
Batu Mandi
Awayan
Tebing Tinggi
Paringin
23
Paringin Selatan
Juai
Halong
di tempat-tempat
ALAMAT
Perkantoran
RT 07 Paringin
Timur, RT 03
Paringin Kota, RT
14 Batu Piring
BLHK
Sekolah
SMK PP N Paringin
JENIS PEMANFAATAN
SAMPAH
Kompos cair
VOLUME YANG
DIOLAH
(m3/Bulan)
0.5
3.5
4
PELAKSANA
Pokmas
(setiap 2
bulan)
Karyawan
BLHK
Guru dan
siswa
LAPORAN PE NDAHULUAN
KECAMATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Lampihong
Batu Mandi
Awayan
Tebing Tinggi
Paringin
Paringin Selatan
Juai
Halong
GEROBAK
SAMPAH
13
12
-
ARM
ROLL
1
1
-
PICK
UP
1
-
III - 17
LAPORAN PE NDAHULUAN
III - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 19
Gambar 3.7 Peta Persebaran TPA dan Jalur Pengangkutan Sampah di Kabupaten Balangan
LAPORAN PENDAHULUAN
Berikut merupakan sarana yang ada pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Kabupaten Balangan.
Tabel 3.16 Sarana Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kabupaten Balangan
JUMLAH
RITASI
Gerobak sampah
25
1,125
2 kali
Becak sampah
1,125
2 kali
Dump truck
2 kali
2 kali
Traler container
2 kali
Motor sampah
1,5
>2 kali
2,5
2 kali
3.2.2
Aspek Pembiayaan
Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Balangan dijelaskan tentang retribusi jasa umum dimana terdiri dari:
1. Retribusi pelayanan kesehatan pada puspkesmas.
2. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.
3. Retribusi penggantian biaya KTP dan Akte Catatan Sipil.
4. Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum.
5. Retribusi pelayanan pasar.
6. Retribusi pengujian kendaraan bermotor.
7. Retribusi pelayanan kesehatan pada RSU.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 12 tentang Retribusi
Pelayanan
Persampahan/Kebersihan,
retribusi
pelayanan
persampahan/kebersihan
termasuk golongan retrbusi jasa umum, dimana tingkat penggunaan jasa diukur
berdasarkan jenis pelayanan, fasilitas, dan volume sampah yang dibuang. Berikut
merupakan tarif retribusi yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Balangan.
Tabel 3.17 Tarif Retribusi Persampahan/Kebersihan Kabupaten Balangan
KLASIFIKASI
Rumah Hunian
1. Rumah dengan daya 100-900 VA
2. Rumah dengan daya 1300-2200 VA
3. Rumah dengan daya 2200 VA ke atas
Rumah + Toko (Ruko)
1. Satu lantai
TARIF
(RUPIAH)
SATUAN
1.000
2.000
3.000
Bulan
Bulan
Bulan
15.000
Bulan
III - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
KLASIFIKASI
2. Dua lantai
3. Tiga lantai
Asrama/Dormitori
1. Skala kecil
2. Sedang
3. Besar
Gudang
1. Skala kecil
2. Sedang
3. Besar
Tempat Usaha/kegiatan Berbentuk Profit
1. Toko pada pasar lantai I
2. Toko pada pasar lantai II
3. Toko pada pasar lantai III
4. Meja sayur/ikan/buah
5. Pedagang bertempat setiap hari/pujasera
6. Kios/los dalam pasar
7. Kios pinggir jalan
8. Kios gerobak
9. Emperan
10. Swalayan standar/mini market
11. Swalayan menengah
12. Swalayan besar
13. Variasei alat kendaraan bermotor
14. Bengkel kendaraan bermotor roda 2 skala kecil
15. Bengkel kendaraan bermotor roda 2 skala sedang
16. Bengkel resmi pabrikan kendaraan bermotor roda 2
17. Bengkel kendaraan bermotor roda 4 skala kecil
18. Bengkel kendaraan bermotor roda 4 skala sedang
19. Bengkel resmi pabrikan kendaraan bermotor roda 4
20. Warung kecil
21. Warung sedang
22. Rumah makan skala kecil
23. Rumah makan skala sedang
24. Rumah makan skala besar
25. Restoran standar
26. Restoran besar
27. Restoran bertaraf nasional
28. Catering resmi berbadan usaha
29. Tempat wisata/rekreaasi yang dikelola swasta
30. Tempat hiburan karaoke
31. Bioskop
32. Cinema mini studio
33. Pertunjukan/showbiz skala kecil
34. Pertunjukkan/ showbiz skala sedang
35. Pertunjukan/showbiz skala besar
36. Arena permaian anak anak
TARIF
(RUPIAH)
25.000
35.000
SATUAN
Bulan
Bulan
100.000
300.000
700.000
Bulan
Bulan
Bulan
100.000
200.000
300.000
Bulan
Bulan
Bulan
30.000
25.000
15.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
150.000
500.000
1.000.000
300.000
30.000
60.000
100.000
150.000
300.000
500.000
30.000
50.000
60.000
120.000
250.000
200.000
300.000
750.000
200.000
1.000.000
500.000
150.000
100.000
100.000
250.000
1.000.000
300.000
Bulan
Bulan
Bulan
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Bulan
III - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
KLASIFIKASI
37. Kolam pemancingan/wisata kuliner
38. Golf club
39. Gedung olahraga (Non Pemerintah)
40. Hotel bintang 1
41. Hotel bintang 2
42. Hotel bintang 3
43. Hotel melati 1
44. Hotel melati 2
45. Hotel melati 3
46. Cottage
47. Losmen/penginapan
48. Villa
49. Industri/pabrik skala kecil
50. Industri/pabrik skala menengah
51. Industri/pabrik skala besar
52. Pencucian motor roda 2
53. Pencucian motor roda 4
54. Pertukangan/Meubel
Tempat/sarana kesehatan non pemerintah
1. Apotek standar
2. Apotek besar
3. Rumah sakit kelas A
4. Rumah sakit kelas B
5. Rumah sakit kelas C
6. Balai pengobatan
7. Klinik bersalin kelas C
8. Klinik bersalin kelas B
9. Klinik bersalin kelas A
10. Laboratorium
11. Praktek dokter umum dan gigi
12. Praktek dokter spesialis
Perkantoran swasta
1. Skala kecil
2. Sedang
3. Besar
Pendidikan Swasta
1. Skala kecil
2. Sedang
3. Besar
Terminal
1. Angkutan umum dalam kota
2. Bus antar kota
Pelabuhan swasta
1. Skala kecil
2. Sedang
3. Besar
Insidentil
TARIF
(RUPIAH)
300.000
1.000.000
300.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
150.000
300.000
400.000
1.000.000
150.000
300.000
200.000
500.000
1.000.000
50.000
100.000
50.000
SATUAN
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
30.000
60.000
250.000
500.000
1.000.000
30.000
100.000
150.000
500.000
60.000
30.000
50.000
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
60.000
120.000
500.000
Bulan
Bulan
Bulan
10.000
20.000
100.000
Bulan
Bulan
Bulan
30.000
60.000
Bulan
Bulan
500.000
1.500.000
3.000.000
Bulan
Bulan
Bulan
III - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
KLASIFIKASI
1.
2.
3.
Domestik/khusus jasa
Sisa bangunan
Pembuangan sampah ke TPA dengan alat angkut sendiri
TARIF
(RUPIAH)
75.000
100.000
5.000
SATUAN
Kegiatan
Rit
3
M
Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kabupaten
Balangan terdapat rincian anggaran untuk pengelolaan sampah dan RTH di Kabupaten
Balangan seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.18 Anggaran Pengelolaan Sampah dan RTH
JUMLAH ANGGARAN
NO.
1.
2.
JUMLAH ANGGARAN
APBD total
Lembaga pengelola
lingkungan hidup.
APBD Pengelola Kebersihan
Dana CSR Pengelolaan
Sampah
APBD Pengelola RTH.
Dana CSR Pengelolaan RTH
Pendapatan asli daerah
(PAD)
3.
4.
5.
6.
7.
TAHUN 2012
TAHUN 2013
PROSENTASE
(TAHUN
TERAKHIR)
720.252.878.681,26
720.817.062.439,80
2.732.211.300
12.492.329.500
1,73 %
776.971.800
3.413.545.300
0,47 %
450.000.000
648.545.800
4.117.413.000
750.000.000
25.505.575.884,26
91.783.740.362,80
0,57 %
3.2.3
FUNGSI
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala
kab/kota
Menyusun rencana program persampahan
domestik dalam rangka pencapaian target
Menyusun
rencana
angggaran
program
persampahan
domestik
dalam
rangka
pencapaian target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah di
sumber sampah
BLHK
BLHK
BLHK
BLHK
III - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
FUNGSI
Membangun
sarana
pengumpulan
(pengumpulan dari sumber sampah ke TPS )
Menyediakan sarana Tempat Penampungan
Sementara (TPS)
Membangun sarana pengangkutan sampah dari
TPS ke Tempat Pembaungan Akhir (TPA)
Membangun sarana TPA
Menyediakan sarana komposting
PENGELOLAAN
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS
Mengelola sampah di TPS
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA
Melakukan pemilahan sampah*
Melakukan penarikan retribusi sampah
Memberikan izin usaha pengelolaan sampah
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah
(jam pengangkutan, personil, peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan
dalam hal pengelolaan sampah
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran
pengelolaan sampah
Monitoring Dan Evaluasi
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan sampah skala
kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
persampahan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan persampahan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas
layanan persampahan
BLHK
BLHK
BLHK
III - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
dan
mengawasi
terselenggaranya
pembangunan,
rehabilitasi
perencanaan,
sarana
dan
kegiatan
prasarana
pengumpulan
dan
operasional,
kebersihan
pengolahan
pemeliharaan
lingkungan
serta
kota,
dan
dan
operasionalisasi
III - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
penyimpanan,
pemeliharaan/perawatan
operasional
persampahan;
8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan proses sampah di tempat
pembuangan akhir (TPA);
9) Membagi tugas dan kegiatan kepada bawahan sesuai dengan bidang
tugasnya;
10) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku;
11) Memeriksa, mengontrol dan menilai hasil kerja bawahan agar sesuai dengan
rencana;
12) Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil kerja yang dicapai
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai bahan peningkatan karier;
13) Menyiapkan bahan dan mengolah laporan dalam berbagai bentuk sesuai
sumber data dan laporan bawahan kepada atasan sebagai bahan masukan
serta memelihara arsip;
14) Memberikan saran, pertimbangan dan telaahan serta melaporkan hasil
pelaksanaan tugas sebagai bahan evaluasi dan informasi untuk kebijakan M
tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugas.
III - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
15) Sub Bidang Kebersihan Pasar dan Drainase mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pembinaan dan perumusan kebijakan teknis penataan, perawatan
dan pemeliharaan kebersihan pasar dan drainase lingkungan. Uraian tugas
nya meliputi:
16) Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja sebagai pedoman
pelaksanaan tugas;
17) Menyusun langkah kegiatan sub bidang berdasarkan rencana kerja tahunan
sebagai pedoman;
18) Menghimpun, mengolah dan menganalisa data penataan, perawatan dan
pemeliharaan kebersihan pasar dan drainase lingkungan;
19) Membina operasional dan mengatur pelaksanaan kegiatan dan perumusan
kebijakan teknis penataan, perawatan dan kebersihan pasar dan drainase
lingkungan;
20) Menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis dan pembinaan penataan,
perawatan dan kebersihan pasar dan drainase lingkungan;
21) Melaksanakan peningkatan fungsi jaringan drainase lingkungan;
22) Melaksankan
III - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
jawab
kepada
Kepala
Badan
dan
secara
operasional
dikoordinasikan oleh Camat. UPT terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha dan
kelompok jabatan fungsional yang dapat ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
III - 28
LAPORAN AKHIR
III - 29L A P O R A N
PENDAHULUAN
III - 29
Gambar 3.8 Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Daerah Kabupaten Balangan
LAPORAN PENDAHULUAN
2.
3.
2.
Mengelola dan menangani masalah sampah, baik sampah rumah tangga, sampah
jalanan maupun sampah pasar dalam rangka mencipatakan dan memelihara
kebersihan, keindahan dan kenyamanan kota.
3.
Menangani pembuangan sampah, baik dri TPS ke TPA maupun proses pemusnahan
akhir di TPA.
Dalam pengaturan pelaksanaan penanganan sampah, terdapat beberapa aturan
hukum yang bertujuan untuk mempertegas teknis dan aturan pelaksanaan dalam
pengelolaan sampah. Berikut merupakan beberapa peraturan yang memayungi kegiatan
pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan.
1.
Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2005 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Balangan.
2.
Keputusan Kepala Kantor Kebersihan dan Tata Kota Kabupaten Balangan Nomor:
650/023/KABERTAKO-BLG/2007 tentang Penetapan honorarium (upah tenaga kerja
lepas harian) Petugas Kebersihan Kabupaten Balangan.
3.
III - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
4.
3.2.4
tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah. masyarakat di
Kabupaten Balangan masih membuang sampah secara sembarangan, tidak melakukan
pemilahan sampah, dan lebih memilih untuk membakar sampah. Dalam hal ini masyarakat
tidak dapat disalahkan sepenuhnya, kebiasaan buruk seperti itu juga terjadi karena masih
kurangnya pelayanan, dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Pengolahan sampah berupa komposting dan pemilahan sampah pun masih terpusat di
beberapa tempat pusat kegiatan atau aktivitas, seperti di sekolah, perkantoran dan juga
beberapa kelompok masyarakat di daerah perumahan, tidak menyeluruh ke tiap kecamatan
di Kabupaten Balangan.
Bank Sampah merupakan sebuah lembaga berbentuk koperasi yang didirikan untuk
membina, melatih, mendampingi sekaligus membeli dan memasarkan hasil dari kegiatan
pengelolaan sampah demi mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Di Kabupaten
Balangan sendiri sudah ada 4 Bank Sampah yang telah berdiri yaitu di Kantor Badan
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Daerah Kabupaten Balangan, SMK PP N Paringin,
SMPN 1 Paringin, dan SMPN 4 Paringin. Meskipun begitu partisipasi masyarakat untuk
mengikuti bank sampah ini masih kurang, terbukti keberadaan bank sampah yang telah
berdiri hanya ada di sekolah-sekolah, juga di kantor dinas BLHK. Masih belum ada program
bank sampah terpusat yang dalam melayani tiap kecamatan di seluruh Kabupaten
Balangan.
III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
Contents
3.1
3.2
III - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
4 METODOLOGI
4.1
PENDEKATAN STUDI
Pendekatan studi yang dipilih dalam pelaksanaan Review Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Balangan merupakan pendekatan teknologi, pendekatan sosialekonomi-budaya, serta pendekatan institusional. Pendekatan-pendekatan tersebut cukup
penting
diperlukan
dalam
meningkatkan
aspek
teknis
operasional
pengelolaan
4.1.1
Pendekatan Teknologi
Prinsip dalam pendekatan teknologi adalah pemusatan perhatian pada alternatif-
alternatif cara-cara teknologi yang tepat dan dapat digunakan secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam menangani persampahan dari sumber sampah sampai pemrosesan
akhir sampah (TPA). Pendekatan teknis dan operasional digunakan terkait dengan efisensi
yang
hendak
dicapai,
teknologi
yang
dapat
diterapkan,
dan
kemungkinan
IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
dan
kapasitas
penampungan.
b. Pengangkutan sampah, meliputi: jumlah, kondisi, jenis dan kapasitas kendaraan
pengangkut, zona pelayanan, jarak ke TPA, serta ritasi.
5. Pengelolaan dan daur ulang sampah
Tinjauan terhadap teknik, peralatan, fasilitas, hasil daur ulang/konversi produk,
reduksi volume yang dicapai pada masing-masing sistem pengolahan, yang
memunculkan potensi ekonomi dari proses pengolahan dan daur ulang sampah.
6. Pemrosesan sampah akhir
Sistem pemrosesan akhir yang dilaksanakan seharusnya merupakan sistem
pembuangan sampah yang tidak bisa diolah, didaur ulang atau merupakan sisa dari
pengolahan yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Hal tersebut dikarenakan adanya
peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Adanya penerapan sistem tersebut
diharapakan kondisi TPA yang saat ini dioperasikan dapat ditingkatkan umur
pakainya dan tidak menutup kemungkingan adanya peran masyarakat atau swasta
dalam pengelolaan TPA khususnya pengolahan sampah di TPA.
4.1.2
Pendekatan Kelembagaan/Institusional
Pendekatan kelembagaan/institusional dilakukan melalui mekanisme kerjasama
antar kelembagaan, baik kelembagaan pemerintah ataupun swasta yang akan ditempuh
dalam upaya penanganan sampah. Kegunaan pendekatan kelembagaan/institusional terkait
dengan pengelola yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pengelolaan sampah pada
sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang direncanakan untuk disediakan pada
wilayah Kabupaten Balangan.
4.1.3
Pendekatan Sosial-Ekonomi-Budaya
Dalam pendekatan sosial-ekonomi-budaya ini, peran serta masyarakat merupakan
faktor penting dalam aspek pembangunan berkelanjutan. Peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sampah ini sangat penting selain karena sebagian besar volume sampah yang
dihasailkan adalah sampah rumah tangga, sehingga keberhasilan dari pengelolaan sampah
tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya, efektivitas
dalam aspek peran serta masyarakat dan swasta tersebut sangat erat dipengaruhi oleh
IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
aspek pengaturan manajemen serta organisasi kelembagaan yang mengaturnya, dan tidak
terlepas dari tanggung jawab dan kewenangannya.
4.1.4
Kajian Kebijakan
Dalam Review Penyusunan Masterplan Persampahan di Kabupaten Balangan,
IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
4.2
METODOLOGI PELAKSANAAN
Pelaksanaan Review Penyusunan Masterplan Persampahan di Kabupaten Balangan
IV - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
4.2.1
Tahap Persiapan
Dalam tahapan persiapan dilakukan penyusunan metode pelaksanaan pekerjaan,
rencana kerja, persiapan teknis dan administrasi, serta penyiapan materi studi pengelolaan
persampahan yang telah ada serta literatur penunjang. Rencana kerja disusun berdasarkan
target pencapaian hasil tiap tahap kegiatan. Persiapan administrasi berupa surat ijin survei
dan penyiapan tabulasi data yang dibutuhkan serta daftar pertanyaan kepada instansi
terkait, masyarakat dan pihak lainnya.
4.2.2
lapangan dan instansi terkait. Dilakukan pengambilan data eksisting maupun rencanarencana yang terkait dengan manajemen pengelolaan sampah, yang dilakukan pada
masing-masing kecamatan secara rinci untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan akurat
terkait pengelolaan sampah beserta masalah-masalah pengelolaan persampahan yang
dihadapi. Berikut merupakan beberapa data yang digunakan sebagai acuan penyusunan
Masterplan Persampahan Kabupaten Balangan.
1.
IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
1.
Aspek Teknis
Data dan informasi yang dibutuhkan:
b. Data atau informasi sumber dan timbulan berupa komposisi sampah, besar
timbulan sampah dan persen pelayanan eksisting dan/atau peta pelayanan
persampahan.
(Tempat
Pengumpulan
Sementara
Sampah)
eksisting
dan
peta
persebarannya.
h. Data dan informasi permasalahan dan kendala eksisting yang diperoleh dari
kegiatan survey.
Metode analisa terkait aspek teknis ini meliputi:
a. Proyeksi timbulan sampah.
b. Analisa kecukupan sarana dan prasarana pengelolaan sampah eksisting
didasarkan pada standar pelayanan minimal dan hasil proyeksi.
c. Analisa keefektifan ritasi pengumpulan dan pengangkutan sampah.
d. Analisa khusus terkait penyediaan sarana dan prasarana TPA berdasar SNI.
e. Analisis kondisi dan permasalahan eksisting.
2. Aspek Hukum dan Kelembagaan
Data dan informasi yang dibutuhkan:
a. Perda (Peraturan Daerah) yang terkait dengan upaya penanganan dan
pengelolaan sampah yang ada di Kabupaten Balangan.
IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
4.2.3
Tahap Analisa
Dalam tahapan analisa ini dilakuakan analisa hasil pendataan dan identifikasi
berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Identifikasi dilakukan terhadap
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan penanganan permasalahan eksisting atau
yang ada di masa kini dan antisipasi permasalahan dimasa depan.
Identifikasi dan analisa dilakukan pada setiap tahap kegiatan dengan penjelasan
terhadap faktor-faktor penyebab permasalahan maupun kendala-kendala yang ada pada
pelaksanaan program atau rencana-rencana yang sedang atau akan dilaksanakan. kemudian
dianalisa berbagai faktor penyebab permasalahan dan kemungkinan penanganannya
dengan menggunakan pendekatan teknis dan operasional, aspek kelembagaan,
pembiayaan, pengaturan dan peran serta masyarakat.
Berikut merupakan rincian beberapa hal yang diperlukan analisa dalam
pelaksanaannya.
1.
IV - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Subsistem Operasional
Terdiri dari tingkat pelayanan, daerah pelayanan, sub-subsistem pewadahan dan
pengumpulan, sub-subsistem pemindahan, sub-subsistem pengangkutan,
sub-subsistem pemrosesan akhir.
c. Subsistem Pembiayaan dan Retribusi
Terdiri dari sumber pendanaan, struktur pembiayaan, meliputi dana operasional
dan pemeliharaan, dana investasi/pembangunan, kemampuan masyarakat dan
Pemda dalam membiayai sistem, serta pola/prosedur penarikan retribusi.
d. Subsistem Pengaturan
Meliputi analisa terhadap peraturan daerah, usia dan kelengkapan dan
kemampuan dalam pelaksanaan perda, Perda pembentukan organisasi, Perda
ketertiban umum di bidang kebersihan lingkungan, Perda pembentukan
struktur tarif retribusi.
e. Komponen Peran Serta Masyarakat
Meliputi analisa bentuk partisipasi masyarakat, materi dan metode pembinaan
masyarakat
di
bidang
kebersihan/
penyuluhan,
Pelaksanaan
program
IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
13. Mengkaji aspek peran serta masyarakat dan sosial budaya sesuai yang
diamanatkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
dan kemungkinan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah.
14. Membuat skala prioritas program pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan
dan menyusun strategi dan program pengelolaan persampahan dengan pola
investasi dan lainnya.
15. Menyusun materi masterplan persampahan dengan memperhatikan rencana
pengelolaan persampahan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kebijakan dan
strategi pembangunan di Kabupaten Balangan.
IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
Contents
4.1
IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
KEWAJIBAN KONSULTAN
Adapun kewajiban dari konsultan dalam Review Penyusunan Masterplan
5.2
Ketua Tim
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
V-1
LAPORAN PENDAHULUAN
5.3
Persampahan Kabupaten Balangan pada tahun 2014 ini dapat digambarkan sebagai berikut.
KETUA TIM
AHLI LINGKUNGAN
AHLI MANAJEMEN
AHLI
PERENCANAAN
WILAYAH & KOTA
AHLI EKONOMI
V-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Contents
5.1
5.2
5.3
V-3
LAPORAN PENDAHULUAN
JADWAL KEGIATAN
6.1
JADWAL KEGIATAN
6.1.1
Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegitan Review Penyusunan Master Plan Persampahan
2.
3.
4.
5.
6.
6.1.2
Balangan ditentukan selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Kerja (SPMK) sampai dengan diterimanya seluruh hasil jasa dengan baik dan lengkap oleh
pengguna jasa atau selama waktu yang diperlukan sesuai dengan berita cara rapat
penjelasan umum terhitung sejak penandatanganan kontrak. Berikut merupakan Jadwal
dan waktu Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan yang telah
sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
VI - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
VI - 2
Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan Review Penyusunan Masterplan Persampahan Kabupaten Balangan
JUNI (Minggu ke-)
KEGIATAN
PELAPORAN
Persiapan dan
Kegiatan Survei
Laporan
Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Rencana
6.2
SISTEM PELAPORAN
6.2.1
Materi Pelaporan
Materi pelaporan dalam Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten
Laporan Pendahuluan
Merupakan laporan awal yang berfungsi untuk mengetahui latar belakang, maksud,
tujuan dan sasaran dan ruang lingkup pekerjaan, metodologi, keterlibatan tenaga
ahli dan jadwal kegiatan.
2.
Laporan Antara
Merupakan laporan hasil kegiatan analisis mengenai analisis pengelolaan sampah.
Laporan antara memuat data-data instansional maupun hasil kegiatan survei
lapangan beserta analisis.
3.
Laporan Akhir
Merupakan laporan seluruh hasil kegiatan analisis pengelolaan persampahan di
Kabupaten Balangan.
6.2.2
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan ini merupakan tahapan yang penting untuk mengawali
proses penyusunan pekerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan. Pada
laporan ini dirumuskan tentang pemahaman KAK, penyusunan metodologi
kegiatan,
rencana pelaksanaan
kegiatan,
jadwal
diskusi,
serta
kegiatan
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Antara
Laporan antara berisi tentang gambaran umum wilayah studi, pendekatan dan
strategi, penentuan wilayah dan model pengolahan persampahan, dibuat
sebanyak 5 (lima) eksemplar copy laporan antara dalam format A4.
3.
Laporan Akhir
Laporan
Akhir
berisi
tentang
Masterplan/Rencana
Induk
Pengolahan
Album Gambar
Album gambar berisi tentang peta dan gambar sebagai berikut.
a) Wilayah administrasi;
b) Sebaran sistem persampahan eksisting (perdesaan dan perkotaan);
c) Rencana pengelolaan persampahan.
Album gambar dibuat dalam format A3 sebanyak 5 (lima) eksemplar.
5.
VI - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
Contents
6.1
JADWAL KEGIATAN.......................................................................................................... 1
6.1.1 Pelaksanaan Kegiatan .............................................................................................. 1
6.1.2 Waktu Penyelesaian Kegiatan ................................................................................. 1
6.2
SISTEM PELAPORAN ........................................................................................................ 2
6.2.1 Materi Pelaporan ...................................................................................................... 2
6.2.2 Teknik Penyajian Laporan ........................................................................................ 2
Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan Review Penyusunan Masterplan Persampahan Kabupaten
Balangan ....................................................................................................................................... 2
VI - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas Rakhmat dan Hidayah-Nya, Laporan
Pendahuluan dari kegiatan penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
Tahun 2014 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Buku Laporan Pendahuluan merupakan produk tahap awal kegiatan yang menjadi
panduan atau pedoman pelaksanaan kegiatan, dimana dalam laporan ini berisi tentang
pendahuluan, tinjauan kebijakan, gambaran umum, metodologi pelaksanaan kegiatan,
mobilisasi tenaga kerja yang akan terlibat serta jadwal pelaksanaan kegiatan. Tiada gading
yang tak retak, kami telah berusaha menampung dan mengakomodasi seluruh masukan
serta kontribusi yang positif yang menunjang kesempuranaan dokumen Laporan
Pendahuluan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih untuk semua pihak yang turut membantu
dalam penyelesaian penyusunan laporan ini.
Balangan,
Juli 2014
Tim Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................
ii
Vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
I1
1.2
I3
I3
I3
I3
I3
I3
I4
1.4
I5
1.5
I6
1.3
II 1
II 1
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
2.3
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
03/PRT/M/2013
tentang
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
&
BAB IV METODOLOGI
4.1
4.2
METODOLOGI PELAKSANAAN................................................................................................. IV 4
4.2.1 Tahap Persiapan ............................................................................................................... IV 5
4.2.2 Tahap Survei dan Pendataan ........................................................................................... IV 5
4.2.3 Tahap Analisa ................................................................................................................... IV 8
4.2.4 Tahap Rencana Pengelolaan Persampahan ................................................................... IV 9
V1
5.2
V1
5.3
iv
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Peta Persebaran TPS di wilayah Kecamatan Paringin dan Paringin Selatan ......... III 14
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Peta Persebaran TPA dan Jalur Pengangkutan Sampah di Kabupaten Balangan . III 19
Gambar 3.8
Gambar 5.1
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Stasiun Pengamatan ...................................... III 2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Luas Wilayah Kabupaten Balangan Berdasarkan Jenis Penggunaan Lahan ............. III 7
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama ..................... III 8
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Jumlah Bak Sampah Daerah Komersial dan Fasilitas Umum ..................................... III 11
Tabel 3.12
Daftar Alat Pengumpul Sampah yang Beroperasi Tiap Kecamatan .......................... III 12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Tabel 3.16
Tabel 3.17
Tabel 3.18
Tabel 3.19
Tabel 6.1
vi