Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kegiatan pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan yang meliputi


penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca
tambang yang erat hubungannya dengan ilmu bahan galian industri.
Jenis bahan atau jenis produksi serta kualitas dari bahan galian industri
sangat beragam sehingga pelaku dari penambangan sangat bervariasi mulai dari
pengusaha besar hingga rakyat biasa. Perkembangan ini dilatarbelakangi dari
semakin pesatmya kebutuhan di sektor industri.
Tanah liat atau lempung merupakan salah satu komoditi yang tergabung
dalam bahan galian industri yang mempunyai arti penting dalam kehidupan
manusia dan termasuk mineral komoditi yang dapat juga mendatangkan
keuntungan, baik untuk para pengusaha maupun bagi negara sebagai suatu
sumber devisa.

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui kajian

mengenai ilmu bahan galian industry khususnya lempung.


1.2.2 Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

Mengetahui proses keterbentukan lempung.

Mengetahui kegunaan atau pemanfaatan dari lempung.

Mengetahui sebaran keterdapatan lempung di wilayah Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Lempung
Lempung

terdiri dari kumpulan mineral-mineral silikat hidrous yang

mengandung unsur-unsur alumina, besi, alkali, dan alkali tanah. Secara


megaskopis lempung menunjukkan kenampakan warna abu-abu kekuningan
sampai coklat dan memiliki ukuran butir yang sangat halus. Istilah tanah liat atau
sebagian orang yang menyebutnya pula dengan nama lempung mempunyai arti
dan pengertian yang sangat luas. Bagi orang awam nama lempung dipakai untuk
menerangkan jenis tanah yang mempunyai sifat plastis atau liat tanpa
membedakan jenisnya baik untuk perdagangan maupun geologi.
Dalam dunia perdagangan istilah ini sebenarnya untuk menyebutkan jenis
endapan mineral industri yang mempunyai partikel halus dengan diameter lebih
kecil dari 2 mikron (0,002 mm) yang mempunyai sifat plastis bila diberi air.
Lempung dikelompokkan menjadi beberapa jenis baik menurut jenis mineral
penyusunnya, menurut sifat dan penggunaannya maupun menurut penamaan
yang kadang-kadang diambil dari istilah geologi (mineralogi). Pengelompokan
yang ditentukan menurut ahli ekonomi ialah kelompok kaolin, bentonit, fullers
earth, lempung bola, lempung asam, lempung refraktori, lempung kembang,
lempung batu, dan lempung semen dengan sifat dan penggunaan yang berbeda
pula.
Dilain pihak, ahli tanah menggunakan istilah lempung untuk menyebutkan
suatu jenis yang terdiri dari mineral atau partikel yang berdiameter kurang dari 2
mikron tanpa menghiraukan komposisi mineral penyusunnya. Para ahli tanah
membagi tanah menjadi tiga kelompok yaitu pasir kasar (diameter partikel dari
0,2 - 2,0 mm), pasir halus (diameter partikel dari 0,02 - 0,2 mm), geluh (diameter
partikel dari 0,002 - 0,02 mm),lempung (diameter partikel dari 0,002 mm).
Menurut ahli geologi, istilah lempung dipakai untuk menyebutkan suatu
jenis batuan sedimen lepas yang mempunyai partikel berdiameter lebih kecil dari
0,004 mm (4 mikron), tanpa menghiraukan komposisi mineral penyusunnya.
Mereka membagi batuan sedimen menjadi beberapa kelompok menurut ukuran
partikelnya sebagai berikut : bolder (diameter partikel >25,6 cm), kobel (diameter

partikel 6,4 - 25,6 cm), pebel (diameter partikel 4 - 64 mm), granul (diameter
partikel 2 - 4 mm), pasir sangat kasar (diameter partikel 1 - 2 mm), pasir kasar
(diameter partikel 0,5 - 1 mm), pasir pertengahan (diameter partikel 0,25 - 9,5
mm), pasir halus (diameter partikel 0,125 - 0,250 mm), pasir sangat halus
(diameter partikel 0,0625 - 0,125 mm), geluh kasar (diameter partikel 0,031 0,0625 mm), geluh halus pertengahan (diameter partikel 0,0039 - 0,031 mm),
Lempung (diameter partikel <0,0039 mm). Di lapangan, untuk membedakan
antara lempung dengan geluh sangat sulit. Perbedaan ini hanya dapat dilakukan
di laboratorium setelah dilakukan analisis butir. Apabila seseorang menyebutkan
nama lempung, hal ini mengacu kepada sedimen lepas yang berbutir lebih dari 4
mikron (0,004 mm). Bila sedimen tersebut berbentuk padat, atau setengah padat
(mengalami kompaksi), maka lebih tepat disebut batu lempung, batu sabak, atau
serpih. Batu lempung adalah lempung padat yang tidak mempunyai perlapisan,
bila berlapis tipis melengkung (concoidal) disebut batu serpih.
Secara mineralogi lempung berarti endapan yang terutama terdiri dari
mineral lempung. Penamaan jenis lempung biasanya menurut nama mineral
penyesuaiannya yang dominan. Di samping itu ada ahli yang memasukkan
beberapa mineral yang sebenarnya bukan mineral lempung ke dalam kelompok
tertentu atau menamakannya sebagai kelompok tersendiri. Hal ini dilakukan
karena berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

Mineral tersebut merupakan mineral pembentuk atau endapan lempung.

Mineral tersebut selalu terdapat bersama-sama dengan mineral lempung

Mineral tersebut mempunyai sifat yang sama seperti mineral lempung, walaupun
komposisi kimianya berlainan.

Mineral tersebut mempunyai struktur kristal dalam satuan sel-selnya yang sama
dengan mineral lempung, meskipun sifat lainnya berbeda.
Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya
alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral.
Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral
tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4 yang
bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH).
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 mikron) dan
merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat

secara mikroskop elektron. Mineral yang membentuk lempung begitu halus


sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara
khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat
berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga
mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan.
Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung.

2.2

Genesa Lempung
Mineral lempung telah dipelajari dengan cukup mendalam karena

kepentingan ekonomisnya terutama dalam pembuatan keramik, pengecoran


logam, pemakaiannya di dalam lapangan minyak dan mekanika tanah. Indonesia
yang beriklim tropis mempunyai dua musim : musim hujan dan musim kemarau
yang sangat besar pengaruhnya dalam pebentukan lempung dari batuan segar.
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari
batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika
(muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung
dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak
alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia
(dekomposisi). Pelapukan batuan menghasilkan sejumlah besar mineral lempung
dengan sifat-daya gabung (affinity) yang sama terhadap air, tetapi dalam jumlah
sangat berbeda.
Di samping pelapukan mekanik dan kimia, lempung juga terbentuk pdari
proses ubahan batuan samping oleh larutan hidrotermal atau dikenal dengan
nama alterasi hidrotermal. Lempung yang termasuk ke dalam batuan rombakan
(sedimen) dapat berupa endapan residu ataupun endapan sedimen.
Endapan residu terjadi karena proses pelapukan mekanik dan kimia,
sedangkan endapan sedimen terjadi karena proses sedimentasi dan diagnesis.
Proses pelapukan mekanik terjadi bila dalam pebentukan mineral lempung dari
mineral asalnya tanpa disertai proses kimia, misalnya batugamping lempungan
yang banyak kehilangan unsur Ca dan Mg karena proses erosi terpilah, batuan
basa yang banyak membebaskan unsur Mg atau batuan asam yang banyak
melepaskan unsur K.
Pelapukan secara kimiawi dalam proses pembentukan tanah terjadi bila
disertai reaksi kimia dengan air hujan, air tanah, atau air panas yang berasal dari

dalam bumi (magma) sebagai mediator. Cairan tersebut karena pengaruh


lingkungan akan menjadi asam dan sangat reaktif, mengubah beberapa jenis
mineral tertentu menjadi mineral lempung. Lempung residu yang terbentuk
karena proses pelapukan oleh air hujan dan air tanah dapat dibedakan dari yang
disebabkan oleh air panas (hidrotermal).
Lempung jenis pertama mempunyai derajat pelapukan yang mengarah ke
bawah, makin ke bawah atau makin jauh dari permukaan makin banyak mineral
yang dijumpai. Sebaliknya lempung jenis kedua mempunyai derajat pelapukan
yang mengarah ke samping. Hal ini dapat dipahami karena air panas yang
berasal dari dalam bumi naik ke atas melalui celah-celah atau retakan-retakan
pada batuan asalnya dan mengubah mineral yang berada di sekitar tempat
tersebut. Jadi ciri endapan lempung hidrotermal ialah makin jauh dari daerah
retakan atau makin ke samping maka makin banyak mineral segar diketemukan.
Hal ini akan lebih mudah lagi dikenal jika di antara mineral asal tersebut terdapat
mineral jenis mika.
Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya
alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral.
Ketika sebagian besar lempung basah, mereka menjadi plastik yang berarti
mereka dapat dibentuk dan dibentuk menjadi bentuk. Ketika mereka dipecat
(terkena suhu yang sangat tinggi), air didorong keluar menjadi sekeras batu.
Akibatnya, hampir semua peradaban telah menggunakan beberapa bentuk dari
lempung untuk segala sesuatu dari batu bata dengan tembikar untuk tablet untuk
transaksi bisnis rekaman.
Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai
penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal.
Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk
seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga
mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan.
Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung. Misalnya, oksida besi
warna lempung merah. Kehadiran silika meningkatkan plastisitas lempung yakni,
membuatnya lebih mudah untuk cetakan dan bentuk ke bentuk.

2.3

Pemanfaatan Lempung
Lempung bola tidak biasa seperti varietas lempung lainnya. Sepertiga

dari lempung bola digunakan setiap tahun digunakan untuk membuat ubin lantai
dan dinding. Hal ini juga digunakan untuk membuat sanitary ware, keramik dan
penggunaan lainnya.
Bentonit terbentuk dari abu vulkanik perubahan. Bentonite digunakan
dalam kandang hewan peliharaan untuk menyerap cairan. Hal ini digunakan
sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya
seperti pelletizing bijih besi.
Lempung yang umum digunakan untuk membuat bahan bangunan
seperti batu bata, semen, dan agregat ringan.
Lempung api semua lempung (tidak termasuk lempung bentonit dan bola)
yang digunakan untuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas
ekstrim. Produk-produk ini disebut produk refraktori. Hampir semua (81%) dari
lempung api yang digunakan untuk membuat produk tahan api.
Fuller bumi terdiri dari mineral palygorskite (pada satu waktu mineral ini
disebut atapulgit). Bumi Fuller digunakan terutama sebagai bahan penyerap
(74%), tetapi juga untuk pestisida dan produk pestisida yang terkait (6%).
Kaolinit merupakan lempung kaolin terdiri dari mineral. Ini merupakan
unsur penting dalam produksi kertas berkualitas tinggi dan beberapa porselen
tahan api.
2.3.1 Pemanfaatan Tanah Lempung Lokal Sebagai Bahan Pewarna
(Glasur) Keramik
Salah satu dari usaha kecil keramik di daerah Sumatera Selatan terdapat
di Desa Sukajadi Kabupaten Banyuasin. Usaha ini membuat keramik gerabah,
peralatan, bahan baku, dan bahan penolong yang dipergunakan masih
sederhana. Kesulitan yang dialami oleh usaha ini adalah dalam mendapatkan
bahan pewarna, dari penelitian pendahuluan tanah lempung di daerah sekitar
usaha keramik tersebut selain digunakan sebagai bahan baku, ada yang dapat
dijadikan sebagai bahan pewarna. Penggunaan tanah lempung sebagai bahan
pewarna (glasur) keramik lebih mudah penerapannya dibandingkan dengan
menggunakan bahan kimia lainnya. Keuntungan lainnya adalah bahan yang
dibutuhkan tersedia di lokasi pengrajin dan dapat menghemat biaya operasional.
Warna coklat pada glasur diperoleh pada kadar besi 6.2 sampai 7.7 % pada

komposisi A (perbandingan lempung warna dengan lempung biasa 3 : 1) dan


komposisi B (perbandingan lempung warna dengan lempung biasa 3 : 2),
sedangkan warna coklat muda diperoleh pada kadar besi 3.2 sampai 4.6 % pada
komposisi C (perbandingan lempung warna dengan lempung biasa 3 : 3), dan
komposisi D (perbandingan lempung warna dengan lempung biasa 3 : 4).
2.3.2 Lempung Hitam Sebagai Alternatif Penghilang Rasa Pahit Pada Daun
Pepaya
Lempung adalah fraksi dari komponen tanah yang diameternya kurang
dari 0,002 mm. Tanah lempung adalah tanah yang mengandung lempung lebih
dari 40 %. Tanah ini berwarna hitam karena kandungan mangaan (Mn) yang
tinggi. Bila tanah lempung ini dilarutkan dalam air maka akan membentuk
kolloidal. Salah satu sifat yang penting bagi kolloidal adalah bahwa partikelpartikelnya bermuatan listrik. Fraksi lempung bermuatan listrik negatif. Listrik
negatif menarik muatan listrik positif. Peristiwa absorpsi ini yang menyebabkan
berkurangnya kandungan alkaloid carpaine pada daun papaya sehingga rasa
pahit pada daun papaya tadi berkurang bahkan hilang.
Dari data pengamatan menunjukkan bahwa, penggunaan tanah lempung
sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya lebih efektif jika
dibandingkan dengan penggunaan bleng dan garam, dalam waktu yang sama,
rasa pahit yang berkurang lebih banyak daripada penggunaan bleng dan garam,
namun keadaan daun pepaya setelah perebusan kurang baik (tulang daun
menjadi kuning dan agak lembek). Penggunaan bleng sebagai alternatif, dalam
waktu yang sama, hanya mengurangi sedikit rasa pahit saja, selain itu keadaan
daun setelah perebusan pun tidak lebih baik dari penggunaan tanah lempung
dan garam sebagai alternatif penghilang rasa pahit. Penggunaan garam sebagai
alternatif, dalam waktu yang sama, rasa pahit yang berkurang hanya sedikit,
namun keadaan daun setelah perebusan paling baik diantara penggunaan tanah
lempung dan bleng.

2.4

Sebaran Keterdapatan Lempung Di Wilayah Indonesia


Sebaran keterdapatan lempung sangat melimpah diseluruh dunia.

Produsen lempung dunia adalah Amerika Serikat, Meksiko, Brasil, Inggris,


Kanada, dan Negara - negara lain. Diantara Negara Negara tersebut Amerika
Serikat merupakan Negara pengekspor hampir setengah dari seluruh produksi

dunia. Sedangkan untuk penyebaran lokasi lempung di Indonesia meliputi


daerah yang sangat luas seperti yang sudah dikelompokan berdasarkan Provinsi
provinsi yang ada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
tabel berikut ini :
Tabel 1
Lokasi Penyebaran Lempung di Indonesia

Provinsi

Lokasi
Belinyu, Koba, Toboali, Jebus, Sungailiat, Muntok,
Kelapa, Merawang, Pangkalan Baru, Pangkal Balam,

Bangka Belitung

Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan,


Lepar Pongok, Taman Sari, Dendang, Gantung, Kelapa
Kampit, Manggar, Membalong, Tanjung Pandan
Bangun Jaya, Tali Kumain, Daludalu, Kepenuhan Hulu,

Riau

Rokan

Timur,

Tibawan,

Sukadamai,

Bantaian,

Tanjungpadang, Tanjungmedan, Desa Siarangarang


Wirabangun, Mekartitama, Sidang Gunung Tiga, Batu
Ampar, Panaragan Kampung, Buyut, Desa Sukamarga,
Way Maya, Dusun Sukajadi, Desa Lintik, Desa Lemong,
Lampung

Dusun Serarukuh, Desa Luas, Kp Tanjungbaru, Desa


Bahu/Baru, S. Giham, Dusun Dangduanan Bambu
Kuning, Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka; Desa

Sumut

Sumsel

Banyuwangi, Desa Panjirejo


Ilinaa, Lahewa, Hilibasi,

Teterosihiram,

Lelegohi,

Lelehua, Simalungun
Batuampar, Kijang ulu, Talang Pangeran, Teluk Gelam,
Bunut, Sepucuk, Gading Rejo, Sidomulyo, Muara
Burnai, Tugu Agung
Bakongan, Trumon, Desa Solok, Desa Sumber Mukti,

DI Aceh

Banten
Papua
Kalimantan Barat

Desa Mukti Jaya, Desa Singkohor, Desa Singgersing,


Desa Namabuaya, Desa Danau Bungara, Desa Amaiting
Jaya, Desa Lugu, Desa Dihit
Luhur Jaya, Cipay, Ciruas, Pabuaran
Desa Yeruboy, Desa Sosmay, Desa Saukobiye
Belimbing, Nanga Pinoh, Nanga Ella Hilir, Nanga Sayan,
Desa Jelimpo, Desa Tubang, Desa Tebedak, Desa
Ambarang, Desa Engkadu, Pedataran Desa Muara
Behe, Desa Sidas, Desa Anik, Desa Darit, Desa Keranji

Panjang, Desa Sungai Mawang, Desa Meliau Hilir, Desa


Subah, Batu Besi, Sei Jotang, Kedakas Binjai, Desa
Tanjung, Desa Tanap, Desa Mobuy, Tunggul Boyok,
Desa Sape, Desa Manawai, Desa Balaikarang Satu,
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Papua Barat

Maluku Utara

Desa Lubuk Sabuk


Seruyan, Kotawaringin Timur,
Jereweh, Taliwang
Desa Padiratana, Mbulur Pangadu
Sarmi, Foumes, Erewen
Kampung Jagiro, Kampung Wasiri, Kampung Kalikodok,
Kampung Banjar Ausoi
Falabisahaya, Modapuhi, Lala, Batu Buoy, Wailo Wabloi,
Sinavati, Waleman, Botit, Waeno Waelo, Wahanga, Lai
Uwin, Kilo Dua, Kotania Pantai, Taman Jaya, Alang

Maluku

Asaude, Kawa, Musihuwei, Sanahu


Ds. Yaputih, Tehoru
Lamaru, Bonde, Segeri, Baurung, Lembang, Taludu,

Sulawesi Barat

Seleto, Bambu, Salubatu, Taludu, Seleto, Bambu,


Salubatu
Karampuang,

Bonto

Sinala

Pasir

Putih,

Tanaeja,

Kampala, Biringere, Lamatti Riattang, Manciri, Lebbae,


Sulawesi Selatan

Salewangeng, Leppangeng, Sampulili, Langi Bulusirua,


Abumpungeng Rawamangun, Desa Terpedo Jaya,
Desa Pongkeru, Desa Puncak Indah, Desa Wonorejo,

Sumber : Dari Berbagai Sumber

BAB III
KESIMPULAN

Lempung merupakan bahan galian industri non logam yang artinya


merupakan bahan galian industry yang mengandung logam namun daripadanya
tidak dapat diolah untuk mendapatkan logamnya.
Lempung mempunya nilai ekonomis terutama dalam pembuatan keramik,
batu bata, pengecoran logam, pemakaiannya di dalam lapangan minyak dan
mekanika tanah dan lain lain.
Lempung

merupakan

bahan

galian

industry

yang

sebaran

keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia hal ini terbukti dengan hampir


meratanya keterdapatan lempung di setiap provinsi provinsi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai