Teori Lamark
Jean-Baptiste Pierre Antoine de Monet, Chevalier de Lamarck lahir
di Bazentin, Picardie, 1
di Paris, 18
Desember 1829 pada umur 85 tahun adalah biologiwan Perancis yang dikenal karena
pendapatnya dalam teori tentang evolusi kehidupan. Lamark sendiri adalah seorang
ahli biologi khususnya dalam bidang zoologi yang hidup pada masa manusia mulai
menyadari bahwa tidak ada makhluk hidup yang identik atau tidak ada makhluk hidup
yang sama satu dengan yang lainnya (Lestari,....). Lamark sendiri merupakan orang
pertama yang menyatakan bahwa kehidupan itu berkembang dari tumbuhan menuju
binatang lalu menuju manusia. Meskipun pada saat itu pandangannya belum
mendapat perhatian (Dahler, 1976).
variasi genetik ini menimbukan ciri ciri baru yang bisa diwariskan pada generasi
berikutnya (inhereted charecterics) (lestari, ....).
gen, dan kemudian diwariskan kepada keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi
dapat berlangsung berulang kali, sehingga perbedaan (penyimpangan) sifat (yang
dibawa oleh gen hasil mutasi) semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang
makin beragam hingga kini. De Vries melengkapi gagasannya dengan hasil
pengamatan terhadap tumbuhan Oenothera lamarckiana, yang ternyata dari hasil
perkawinannya menghasilkan keturunan yang mengalami mutasi dan menghasilkan
spesies baru. Pada beberapa spesies baru yang ditemukan ternyata dijumpai adanya
susunan gen gen resesif yang homozigot (lestari,....).
Peneliti selanjutnya adalah Bateson yang menyatakan bahwa kesesuaian antara
warna tubuh makhluk hidup dengan lingkungannya, atau disebut mimikri, merupakan
adaptasi dalam bentuk warna penyamaran, sehingga tidak tampak mencolok. Contoh
yang diambil olehnya adalah warna sayap berbagai kupu-kupu. Penyamaran warna ini
sebagai perlindungan makhluk, baik terhadap hewan lain sebagai pemangsa (predator)
alaminya maupun bagi predator ketika mencari korban (prey). Oleh karenanya
terdapat adaptasi dalam bentuk penyamaran menggunakan mimikri.
Weismann seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun
1834-1912, menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap
faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh
dari lingkungannya tetapi perubahan yang diatur oleh faktor genetik atau gen. Dalam
percobaannya Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi anaknya
tetap saja berekor.
Pada masa genetika ini terdapat banyak perdebatan mengenai mekanisme
evolusi. Pada saat Darwin mencetuskan teori evolusinya, ia tidak dapat menjelaskan
sumber variasi mana yang diwariskan dan yang diseleksi oleh seleksi alam. Seperti
halnya Lamarck, ia beranggapan bahwa orangtua (parental) mewariskan adaptasi yang
diperolehnya selama hidupnya. Akan tetapi teori dari Lamark disanggah oleh August
Weismann yang mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak diwariskan. Selain itu,
Darwin tidak dapat menjelaskan bagaimana sifat-sifat diwariskan dari satu generasi ke
generasi yang lain.
Kelemahan teori Darwin adalah mengenai proses dan mekanisme seleksi
alam, dimana Darwin masih belum dapat menjelaskan dari segi genetiknya.
Selanjutnya Pada tahun 1865, Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat
dapat diprediksi. .Mendel mengemukakan hasil penelitian pada persilanagan tanaman
ercis. Penelitian mendel tersebut merupakan dasar teori pewarisan sifat yang
mendukung konsep evolusi. Ketika karya Mendel ditemukan kembali pada tahun
1900-an, ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi oleh genetikawan dan
biometrikawan meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin (Henulihi,
2008) .
Ahli-ahli lain yang terlibat dalam pengembangan teori evolusi pasca Darwin
atau evolusi genetika ini adalah Morgan, seorang pemenang hadiah nobel ini
melakukan pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila
melanogaster) menujukan adanya mutasi pada Drosophila (Sturtevan,1959). Sel
mutan tersebut memiliki sifat yang tidak sama dengan induk. Dari hasil penelitian
Morgan ini dapat diterima bahwa mutasi yang berpengaruh terhadap kejadian evolusi
adalah mutasi gen dan mutasi mutasi kromosom. Selain itu mutasi tersebut adalah
mutasi yang menguntungkan, yang mengakibatkan keturunan memiliki ciri ciri yang
lebih baik sehingga dapat bertahan dari seleksi alam. Jadi nantinya makhluk hidup
yang mengalami mutasi menguntungkan ini jumlahnya sedikit nantinya akan berlipat
ganda jumlahnya pada beberapa generasi setelahnya (Lestari,...).
C. Teori Neodarwinisme
Neodarwinisme adalah Pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi alam
bukanlah sebab utama evolusi organik. Seleksi alam hanya berperan sebagai faktor
yang menentukan arah perubahan dan bukan merupakan faktor penuntun. Hasil
pengembangan dan penyempurnaan teori seleksi alam Neodarwinisme ini
mengerucut pada penemuan bahwa ilmu genetika sangat perlu dalam menerangkan
proses evolusi (Lestari,....).
Awal mulanya Sekelompok ilmuwan, yang bertekad untuk menggabungkan
Darwinisme dengan ilmu genetika, dalam satu atau cara lain, datang bersama-sama
pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Geological Society of America pada tahun
1941. Setelah diskusi panjang, mereka setuju pada cara-cara untuk membuat
interpretasi baru dari Darwinisme menghasilkan revisi dari teori evolusi. Para
ilmuwan yang berpartisipasi dalam membangun teori baru termasuk ahli genetika G.
Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi Ernst Mayr yang dan
Julian Huxley, ahli paleontologi George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan
ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall Wright (Spetner,1996).
Pertemuan tersebut menghasilkan bahwa memang benar bahwa mutasi
mengubah data genetik dari organisme hidup, namun perubahan ini selalu terjadi
sehingga merugikan makhluk hidup yang bersangkutan. Semua mutasi diamati
berakhir dengan penyakit dan kadang-kadang menyebabkan organisme letal. Oleh
karena itu, dalam upaya untuk menemukan contoh "mutasi yang bermanfaat" yang
frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat
bersifat menguntungkan dan merugikan.
Menurut Kusuma (2010) secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam
(Neo Darwinian) terjadi karena adanya:
a.
Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b.
Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c.
Produksi
varian
baru
melalui
pada
materi
genetik
yang
d.
diturunkan(DNA/RNA).
Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi
e.
seleksi alam tidak akan berpengaruh terhadap populasi pada berbagai generasi
keturunan; populasi tidak akan berubah karena peristiwa seleksi alam. Beberapa ahli
genetika berpendapat bahwa justru peristiwa mutasi dapat digunakan untuk
menjelaskan peristiwa evolusi. Jadi, apabila setiap individu dari berbagai kesempatan
melakukan perkawinan yang sama, yang berlangsung secara acak serta setiap genotip
mempunyai viabilitas yang sama, perbandingan antara genotip yang satu dengan yang
lainnya dari generasi ke generasi tetap sama. Jadi peristiwa seleksi alam bukan
merupakan penyebab evolusi, namun hanya faktor yang mengukuhkan varian varian
yang sesuai dan bukan merupakan faktor yang menjadi timbulnya varian varian baru
(Lestari,...).
Lamark
Gagasan
disuse
use
Darwin
Weisman
and Evolusi terjadi melalui Perubahan
(digunakan seleksi
alam
sel
dengan karena
tubuh
pengaruh
atau
dari
lingkungan lingkungan
dapat
diwariskan diwariskan
kepada keturunannya
yang keturunannya
Dan
Evolusi
pendapat
adaptasi lingkungan
Pro kontra
adaptasi lingkungan
Gagasan di patahkan
Tidak
Contoh
Awalnya
dari
faktor-faktor genetika
adaptasi Evolusi bukan karena
perbedaan
oleh Weisman
akibat Evolusi
kepada
Netral
menentang
menjelaskan
genetika
dan
seleksi
jerapah
leher
alam
jerapah Ada dua jerapah berleher Gen
berleher
kemudian
menjadi
pendek panjang
dan
berleher panjang
jerapah
leher
tidak
dapat
beradaptasi
Menyangga
Lamarck
dikawinkan
sesamanya sampai 21
kali tetap anakan tikus
mempunyai ekor