- -
yang berarti
kekayaan yang dimilikinya selalu kurang dan tidak mau bersyukur kepada Allah
SWT.
Pada
hakikatnya
bersyukur
kepada
Allah
SWT
adalah
dengan
akhlak
buruk
terhadap
Allah,
karena
melanggar
ketentuan
larangan-Nya.
Dari definisi diatas bisa kita fahami, bahwa tamak adalah sikap rakus
terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang
halal dan haram. Sifat ini sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasud,
permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya, yang kemudian pada
penghujungnya
mengakibatkan
manusia
lupa
kepada
Allah
Tidak mengimani qadha dan qadar Allah atas nasib dirinya, sesuai
Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS, 57:20)
D. Manfaat dan Cara Menghindari Tamak ( Serakah )
Manfaat menghindari tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur,
ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan
dirinya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan
nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan dunia. Sebab itu,
orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan senantiasa mengejar kemewahan
hidup.
Sabda Rasulullah SAW: Hari kiamat telah hampir dan manusia masih lagi bertambah tamak
kepada dunia dan bertambah jauh daripada Allah. (Hadits Riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan
Hakim).
Agar hati kita selamat dari penyakit ini, hal yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan segala yang dicitacitakan.
2. Meyakinkan diri bahwa berapa pun hasil yang didapat adalah
pilihan Allah yang terbaik atas diri kita, dan tidak ada kebatilan atau
kekurangan sedikitpun, apalagi kerugian.
3. Tidak mempersoalkan segala sesuatu yang telah Allah pilihkan bagi
orang lain.
4.
Setelah
itu,
memagari
hati
dengan
tafwid,
menyerahkan