Lokasi rawan banjir berikutnya berada di jembatan Kali Aesesa. Kali ini merupakan muara dari 99
anakan sungai dari Kabupaten Ngada dan Kabupetan Nagekeo. Karena merupakan muara, maka debit
air di lokasi ini menjadi sangat besar dan dapat meluap hingga menggenangi atas jembatan. Lokasi
luapan sungai di Kali Wajo di Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa. Sebelum menuju lokasi rawan bencana,
terlebih dahulu tim berkunjung ke kantor Desa Aeramo untuk mencari informasil terkait kebencanaan di
Desa Aeramo. Menurut informasi dari Kepala Desa Aeramo, desa tersebut memang kerap dilanda banjir.
Salah satu banjir besar terjadi pada Februari 2014 lalu. Banjir ini terjadi karena meluapnya Kali Wakasa
dan berdampak pada pemukiman di sepanjang jalan di samping sungai. Pihak desa telah berulang kali
mengajukan proposal normalisasi sungai tersebut dan setiap tahunnya telah disediakan dana namun
dana tersebut tidak mencukupi untuk proyek normalisasi sugai yang membutuhkan dana besar.
Umumnya banjir luapan sungai ini ketinggiannya mencapai lutut orang dewasa.
Terdapat beberapa titik rawan erosi sungai di Kabupaten Nagekeo,
salah satunya adalah lokasi jembatan perbatasan Ende-Nagekeo
yang merupakan lokasi rawan erosi, namun telah terdapat tanggul
untuk mengurangi dampak dari erosi sungai yang terus terjadi.
Lokasi erosi selanjutnya terdapat di DAS Natenaia Boaneo di Desa
Olaia. Erosi sungai ini menyebabkan jalan berongga yang
berpotensi runtuh kapan saja.
Terdapat lokasi rawan abrasi di Kabupaten Nagekeo, salah satunya yang berada di kawasan
produksi garam terbesar di Kecamatan Aesesa. Menurut informasi dari salah satu staff BPBD Kabupaten
Nagekeo yang turut menemani tim ke lokasi ini, sudah dilakukan relokasi permukiman di pesisir tersebut.
Hal ini juga terlihat dari hanya terdapat beberapa rumah di kawasan tersebut, sedangkan rumah-rumah
lainnya telah pindah ke lokasi yang lebih aman. Selain rawan terhadap abrasi, kawasan ini juga tergolong
rawan terhadap kekeringan. Kondisi air tanah yang payau menyebabkan sulitnya warga mendapatkan air
bersih. Pemenuhan kebutuhan air bersih sendiri dilakukan dengan pengedropan tanki air dari pusat,
disamping penampungan air hujan oleh masyarakat. Lokasi rawan abrasi lainnya berada di Desa
Maropokot, tepatnya di belakang pos babinsa Maropokot. Telah dibangun tanggul penahan abrasi pada
tahun 2014 lalu.
Terdapat lokasi rawan kebakaran ladang di Desa Nggolonio, Kecamatan Aesesa. Kebakaran
ladang kerap terjadi dikarenakan pola pikir masyarakat yang beranggapan bahwa tidak akan ada hewan
buruan apabila rumput dan semak sudah terlalu tinggi. Apabila semak tersebut dibakar, maka akan
muncul tunas-tunas baru yang nantinya akan mendatangkan hewan buruan. Ladang yang potensial
terbakar pada musim kemarau kurang lebih seluas 500 Ha. Tidak terdapat korban jiwa dalam kebakaran
ladang yang kerap terjadi dan tidak diperlukan usaha untuk pemadamannya karena api akan mati dengan
sendirinya. Disamping itu, sangat sulit memadamkan ladang dengan api yang terus merambat. Jenis
vegetasi yang tumbuh di sekitar lokasi adalah pohon bidara, kesambi, asam, dan semak belukar.