Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

DAMPAK FILM 5CM DALAM KELESTARIAN ALAM DI SEKITAR


KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU (TNBTS)

Disusun Oleh:
Alvian Sambora
201110040311261

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tahun 2014 ini dunia perfilman di Indonesia semakin baik dan mampu bersaing
dengan film film di luar negeri sana. Dengan semakin majunya pola pikir dan

kreatifitas anak anak bangsa dengan di dukung alat alat sinematografi yang semakin
canggih, anak anak bangsa mampu membuat film yang layak di tonton untuk semua
kalangan dan dengan di selipi pesan moral yang mampu merubah pola pikir anak anak
bangsa bisa sedikit lebih berubah ke arah yang lebih baik.
Di sini saya akan membahas tentang film 5CM yang di garap oleh Rizal
Mantovani dan diproduseri oleh Sunil Soraya. Diangkat dari novel best seller karya
Donny Dhirgantoro yang berjudul 5 CM, film layar lebar ini diberi judul yang sama. Di
bagian awal film ini diceritakan tentang sebuah persahabatan 5 anak yang sama sama
jenuh dengan kegiaan mereka masing masing, di antara mereka ada yang berfikir
pertemenan mereka selama ini bisa di bilang membosankan, dan akhirnya salah satu di
antara mereka mengusulkan untuk tidak bertemu atau berhubungan lewat sms, bbm,
media social, dll. Sebelum mereka berpisah salah satu dari mereka mengusulkan untuk
bertemu pada tanggal yang telah di tentukan dan memberitahukan apa saja yang akan di
bawa pada saat pertemuan mereka seperti pakaian,celana,jaket hangat dll, dengan
olahraga kecil setiap hari.
Film ini di perankan oleh Herjunot Ali, Raline Shah, Fedi Nuril, Pevita Pearce,
Igor Saykoji, dan Denny Sumargo, Dibagian tengah film, para tokoh dalam film ini
kemudian melakukan pendakian ke puncak tertinggi di Pulau Jawa, Semeru. lokasi
pembuatan film ini juga berada di kawasan elite buat para anak-anak peng - hoby
trekking di gunung, yaitu di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
di Jawa Timur.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat di rumuskan sebagai
berikut:
Dampak yang di timbulkan setelah tayangnya film 5cm?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tentunya dari rumusan masalah di atas tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
dampak positif dan negatif yang di timbulkan setelah film 5cm ini tayang di bioskop
bioskop.

D. MANFAAT PENELITIAN
- Di gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjaga kelestarian alam Indonesia
-

dari dampak film film lainnya yang mengeksplore keindahan alam Indonesia.
Dari hasil penelitian ini di harapakan bisa menjadi pedoman untuk untuk peneliti peneliti berikutnya agar bisa lebih di sempurnakan.

E. PERUMUSAN KERANKGA TOERITIKK


Media : Bioskop, Tv,
mulut ke mulut
Faktor faktor keinginan untuk menonton
film
- intensitas keingin tauan tentang gunung
mahameru
- intensitas keingin tauan tentang isi film
Keputusan untuk
menonton

Hasil penelitian

Kesimpulan

BAB ll KAJIAN TEORI

A. LANDASAN TEORI
McQuail (2000: 417-421) mememetakan perkembangan pengetahuan mengenai riset
media ke dalam empat tahap. Tahap pertama, all-power media. Pada fase pertama ini,
media diyakini mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam menentukan opini
dan keyakinan, mengubah kebiasaan hidup (habits of life) dan menentukan perilaku
sebagaimana ditentukan oleh pengontrol pesan atau media. Pandangan-pandangan ini
tidak didasarkan pada investigasi ilmiah, tetapi lebih didasarkan pada observasi tentang
popularitas media seperti koran, radio, dan film dalam mengintervensi banyak aspek
kehidupan manusia dalam hubungan-hubungan publik. Penggunaan media oleh para

propangandis dalam Perang Dunia I yang disponsori negara-negara diktator dan rezim
revolusioner yang di Rusia semakin menegaskan kuatnya pengaruh media pada saat itu.
Tahap kedua, pengujian teori media powerfull. Transisi ke arah penelitian empiris telah
mendorong munculnya tahap kedua yang mulai memikirkan tentang dampak media.
Penelitian semacam ini dimulai oleh riset literatur yang dilakukan atas Paine Fund
Studies di Amerika pada awal tahun 1930-an. Studi ini memfokuskan pada pengaruh film
terhadap anak-anak dan remaja. Studi-studi terpisah lainnya menyangkut dampak tipetipe pesan dan media yang berbeda, khususnya film atau program-program aktivitas
kampanye. Studi-studi pada era ini dikonsentrasikan pada kemungkinan penggunaan film
dan media yang lain untuk melakukan aktivitas komunikasi persuasif. Pada tahap ini,
penelitian-penelitian yang menggunakan metode eksperimental telah mulai dilakukan
seperti penelitian Hovland et.al (1950), Hughes (1950), Lazarsfeld et. al (1944), dan
Berelson et.al. (1954) (McQuail, 2000: 418). Penelitian-penelitian semacam ini terus
berlanjut ke dalam kemungkinan dampak buruk media terhadap anak-anak pada era tahun
1950-an. Kesimpulan yang dapat diambil dari perubahan-perubahan penelitian pada
tahapan ini adalah seiring perkembangan metode penelitian, fakta, dan teori menyarankan
adanya sejumlah variabel-variabel baru yang seharusnya dipikirkan atau diperhitungkan
dalam membahas dampak media. Para peneliti mulai membedakan kemungkinankemungkinan dampak yang berbeda menurut karakteristik sosial dan psikologis; mereka
mulai memperkenalkan sejumlah faktor yang berhubungan dengan dampak pengantara
seperti kontak personal dan lingkungan, dan tipe-tipe motif seseorang dalam mengakes
media. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa media massa tidak mempunyai dampak
sama sekali terhadap audience.
Tahap ketiga, penemuan kembali kekuatan dampak media. Pada tahap ini, kesimpulan
tahap sebelumnya yang mengatakan bahwa media tidak mempunyai dampak terhadap
audience atau mempunyai dampak minimal telah mendapatkan tantangan. Salah satu
faktor yang menjadi penyebab penolakan mengenai teori dampak minimal adalah
munculnya televisi pada era 1950-an dan 1960-an sebagai sebuah medium yang
mempunyai kekuatan atraktif dan dampak besar dalam kehidupan sosial. Penelitian awal
mulai menggunakan suatu model yang dipinjam dari displin ilmu psikologi yang

berusaha mencari hubungan antara tingkat pajanan media (media exposure) dengan
ukuran-ukuran perubahan atau variasinya dengan sikap, pendapat, informasi atau
perilaku, dan sejumlah variabel pengantara. Pada tahap ini, telah terjadi pergeseran
perhatian ke arah perubahan-perubahan jangka panjang dan kognisi dibandingkan dengan
sikap, dampak, dan ke arah fenomena kolektif seperti pendapat, struktur keyakinan,
ideologi, pola-pola budaya dan bentuk-bentuk institusional media (McQuail, 2000: 420).
Penelitian-penelitian berikutnya mulai menaruh perhatian pada bagaimana media
memproses dan menentukan isi pesan sebelum disampaikan ke audience.
Tahap keempat,

negotiated media influence. Pada akhir 1970-an, muncul suatu

pendekatan baru yang lebih dikenal dengan pendekatan konstruksi sosial. Pada dasarnya,
pendekatan ini melibatkan pandangan media yang mempunyai pengaruh signifikan
melalui konstruksi makna. Pendekatan konstruksi sosial menawarkan suatu pandangan
bahwa pengaruh media terhadap audiens melalui proses negosiasi ke dalam struktur
pemaknaan personal, yang seringkali ditentukan oleh identifikasi kolektif. Makna
dikonstruksi oleh penerima pesan itu sendiri. Proses mediasi ini melibatkan konteks
sosial penerima pesan.
Dampak media juga dapat dibedakan ke dalam tingkatan individu, kelompok atau
organisasi, institusi sosial, keseluruhan masyarakat, dan budaya (McQuail, 2000: 423).
Lebih lanjut, McQuail (2000: 424) membedakan jenis-jenis perubahan yang dipengaruhi
media adalah sebagai berikut: media menyebabkan perubahan yang disengaja, media
dapat menyebabkan perubahan yang tidak disengaja, media dapat menyebabkan
perubahan minor (bentuk atau intensitas), media dapat memfasilitasi perubahan (sengaja
ataupun tidak), memperkuat yang sudah ada (tanpa perubahan), dan mencegah
perubahan.
Dimensi lain diskusi mengenai dampak media adalah menyangkut dampak media dalam
jangka pendek (short-term effect) dan dampak jangka panjang (long-Term Effect).
Pandangan-pandangan mengenai dampak jangka pendek ini meliputi tipe-tipe sebagai
berikut: respons dan reaksi individu (individual response and reaction), media dan
kekerasan, model dampak perilaku (a model of behavioural effect), dampak reaksi
kolektif (collective reaction effects), kampanye, dan propaganda.

B. KERANGKA TEORI
Pengaruh media atau film di awali dari media Koran, tv, bioskop dan mulut ke mulut ,
Faktor faktor yang membuat keinginan audience untuk menonoton film antara lain,
intensitas keingin tauan untuk menonton film, intensitas keingin tauan tentang isi film,
dan keinginan untuk melihat film yang mempunyai synopsis yang menarik dan
memberikan pesan moral yang baik, kemudian keputusan audience untuk meniru apa
yang mereka lihat dengan suatu keinginan atau taraf hidup seseorang..
Di sini peneliti menggunakan toeri All - power media yang di buat oleh McQuail (2000:
417-421). Media diyakini mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam
menentukan opini dan keyakinan, mengubah kebiasaan hidup (habits of life) dan
menentukan perilaku sebagaimana ditentukan oleh pengontrol pesan atau media.
Pandangan-pandangan ini tidak didasarkan pada investigasi ilmiah, tetapi lebih
didasarkan pada observasi tentang popularitas media seperti koran, radio, dan film dalam
mengintervensi banyak aspek kehidupan manusia dalam hubungan-hubungan publik.
C. HIPOTESIS
Beberapa faktor yang membuat masyarakat mempunyai keinginan yang kuat

untuk meniru apa yang di liat dari film.


Faktor yang membuat kerusakan alam dari film yang mengangkat cerita tentang
gunung semeru.

Anda mungkin juga menyukai