MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah SAS semester II
2015/2016
Oleh
M. Fadly Devranda
21115032
21115042
Daniswara Zuhdi
21115052
M. Dandy H.H.S.
21115062
Syafei Wiyono
23115002
Eriantika
21115041
Dini Septi W.
22115019
Tamara
23115009
Prakata
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Bintang
dan Nebula ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah SAS semester II
2015/2016.
Pada kesempatan yang baik ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Moedji Raharto dan Tri Siswandi M.Si, selaku dosen mata kuliah SAS
Institut Teknologi Sumatera
2. Sumber sumber yang telah memberikan informasi mengenai masalah dalam
judul makalah ini
3. Teman-teman kelas TPB-A yang telah memberikan dorongan dan semangat
selama penulisan makalah.
4. Semua anggota keluarga yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan makalah ini
Hambatan dalam penulisan makalah ini adalah waktu yang harus dibagi untuk
mengerjakan tugas dari mata kuliah lain, serta mengumpulkan materi dan bahan
untuk pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini
masih banyak kekurangan baik bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya, oleh
sebab itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Lampung Selatan, 8 April 2016
Penulis
Daftar Isi
Ringkasan
Daftar Isi
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
Daftar Pustaka
Ringkasan
Bintang adalah benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan
memancarkan cahaya sebagai sumber cahaya. Bintang terbentuk dari nebula,
melalui beberapa proses. Proses tersebut dapat dibedakan dengan massa dari
nebula. Jika nebula memiliki massa kecil maka akan terbentuk katai putih,
sedangkan jika nebula memiliki massa yang besar maka akan terbentuk blackhole
atau neutron star.
Nebula merupakan bintang terbentuk di awan yang besar dan padat dari awan
molekul raksasa-molekul hidrogen. Nebula memiliki beberapa teori diantaranya:
1. Teori Emanuel Swedenborg
2. Teori Immanuel Kant
3. Teori Laplace
Namun teori tersebut memiliki perbedaan antara lain, pada teori Immanuel
Kant menyatakan bahwa perputaran kabut lebih lambat dan berputar secara
sentripental (berputar kearah dalam) sedangkan teori Laplace menyatakan bahwa
perputaran kabut lebih cepat dan berputar secara sentrifugal ( berputar kearah
luar).
BAB
I
Pendahuluan
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini berkembang dengan
sangat pesat. Umat manusia dengan rasa ingin tahunya selalu berusaha
untuk menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang alam sekitar dan
sebagainya agar memperoleh jawaban yang memuaskan. Dulu, alam
semesta merupakan hal yang sulit untuk dipahami dan penuh dengan hal
yang misterius. Namun sekarang dengan perkembangan teknologi,
manusia kini mampu untuk memecahkan pertanyaan-petanyaan yang dulu
hanya dijawab seadanya. Alam semesta dan tata surya dulu merupakan hal
yang dapat dikatakan seperti dunia mimpi bagi manusia, kini dapat kita
pelajari dan kita ketahui dengan mudah. Gejala-gejala alam yang misterius
juga dapat kita ketahui. Seperti fenomena terbentuknya bintang dan
nebula. Bintang adalah benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran
besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber cahaya. Nebula
merupakan awan antara bintang yang terdiri daripada debu, gas, dan
plasma. Nebula merupakan tempat kelahiran bintang-bintang. Nebula
terbentuk ketika awan molekul yang sangat besar meletup dengan
disebabkan oleh daya gravitinya sendiri.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bintang dan nebula?
2. Bagaimana terbentuknya bintang dan nebula serta unsur-unsur yang
terdapat didalamnya?
3. Apakah terdapat penyimpangan dari teori yang sudah ada?
Tujuan
1. Mengetahui apakah yang dimaksud bintang dan nebula dan apasaja
unsur yang terdapat di bintang dan nebula.
2. Mengetahui asal muasal terbentuknya bintang dan nebula serta unsurunsur yang terdapat di dalamnya.
3. Menganalisis penyimpangan yang terdapat pada teori yang sudah ada.
BAB
II
Materi dan Metode
Bintang
Bintang adalah benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan
selama proses dentuman besar (big bang) yang diyakini menandai awal
terciptanya alam semesta.
Nebula
Teori Kabut atau disebut juga Teori Nebula. Teori Nebula pertama kali
dikemukakan
Swedenborg
berpendapat
oleh
Emanuel
(1688-1772)
bahwa
yang
Nebula
materi
bergabung
menjadi
gumpalan-gumpalan kecil yang lebih padat yang akhirnya runtuh dan membentuk
bintang. Pembentukan bintang adalah proses yang kompleks, yang selalu
menghasilkan gas cakram protoplanet di sekitar bintang muda. Kejadian ini dapat
melahirkan planet dalam keadaan tertentu, yang sampai sekarang belum diketahui
prosesnya dengan baik. Dengan demikian pembentukan sistem planet dianggap
sebagai hasil alami dari pembentukan bintang. Bintang yang menyerupai matahari
biasanya memakan waktu sekitar 100 juta tahun untuk terbentuk.
Cakram protoplanet merupakan piringan akresi yang melanjutkan untuk
memberi makan bintang pusat. Cakram ini awalnya sangat panas, yang kemudian
mendingin yang dikenal sebagai tahap bintang T Tauri, di sini dimungkinkan
terbentuknya butiran-butiran debu yang terbuat dari batu dan es. Butir-butiran ini
akhirnya mengental menjadi planetisimal berukuran kilometer. Jika cakram
berukuran cukup besar proses pertumbuhan bisa dimulai dengan sangat cepat,
dalam waktu 100.000 sampai 300.000 tahun dapat membentuk embrio
planet dengan ukuran sebesar jarak Bulan ke Mars. Di dekat bintang, embrio
planet melewati tahap penggabungan, menghasilkan beberapa planet kebumian.
Tahap terakhir memakan waktu sekitar 100 juta sampai satu miliar tahun.
Pembentukan planet raksasa merupakan proses yang lebih rumit. Proses ini
diduga terjadi di luar garis beku, di mana embrio planet umumnya terbuat dari
beragam es. Akibatnya mereka beberapa kali lebih besar dibandingkan yang
terbentuk di bagian dalam piringan protoplanet. Apa yang terjadi setelah
pembentukan embrio planet belum sepenuhnya diketahui. Namun, beberapa
embrio terus tumbuh dan akhirnya mencapai 5-10 kali massa Bumi. Akumulasi
gas oleh inti diawali dengan proses yang lambat, yang terus menerus selama
beberapa juta tahun, namun setelah membentuk protoplanet yang mencapai sekitar
30 kali massa Bumi akumulasi ini menjadi luar biasa cepat.
Planet
yang
menumpuk
sebagian besar massa mereka hanya selama 10.000 tahun. Akresi berhenti saat gas
habis. Planet yang baru terbentuk dapat berpindah menempuh jarak jauh selama
atau
setelah
proses
pembentukan
mereka. Raksasa
gas seperti Uranus dan Neptunus dianggap sebagai kegagalan inti, yang terlambat
terbentuk ketika cakram hampir hilang.
Disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775
mengemukakan bahwa pada mulanya terdapat massa kabut gas panas yang luas dan tipis.
Kabut gas tersebut berputar lambat secara sentripetal (berputar kearah dalam). Lamakelamaan massa jenis kabut gas tersebut menjadi semakin tinggi sehingga terbentuk inti
masaa di beberapa tempat. Inti massa yang di tengah memiliki suhu yang tinggi dan berpijar
membentuk matahari. Sedangkan inti massa di tepinya mengalami pendinginan dan
menjadi planet.
Teori serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara
independen pada tahun 1796. Teori ini, yang lebih dikenal dengan Teori Nebula
Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa
kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan
unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut
memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa
terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar
1.
Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu
pekat dan besar
2.
Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di
pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan
materi lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang
disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3.
Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara
teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari.
BAB
III
Analisis
Hasil analisis menyatakan bahwa teori tersebut berhasil menjelaskan
bahwa tata surya datar, orbit ellips planet mengelilingi matahari hampir datar.
Namun teori tersebut juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari
teori nebula ini adalah tidak bisa menjelaskan distribusi momentum sudut dalam
tata surya. Planet-planet yang massanya hanya kurang dari 1% dari keseluruhan
massa tata surya, tetapi memiliki momentum sudut 98% dari seluruh momentum
sudut tata surya.
Kelemahan ini diperbaiki dan dimodifikasi dalam tahun 1940-an oleh H.
Alfvent dan F. Hoyle dengan mengajukan bahwa medan magnetik dapat
mentransfer momentum sudut dari bagian pusat nebula ke bagian pinggiran
nebula tersebut melalui suatu proses yang dinamakan magnetic interlocking.
Dengan demikian rotasi bagian pusat yang cepat secara gradual ditransfer ke
material di bagian pinggiran sehingga makin lama rotasi bagian pusatnya ini
menjadi makin lambat. Bagian piringan yang tipis karena berotasi makin cepat
maka pecah menjadi gumpalan materi besar dan kecil yang akhirnya menjadi
berbagai komponen sistem planet: planet, asteroid, meteorit, dan yang lainnya.
Teori nebula disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clerk-Maxwell
yang memberikan kesimpulan bahwa, bila bahan pembentuk planet terdistribusi di
sekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang
disebabkan oleh perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya
pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan
terbentuknya cincin-cincin Laplace, yang hasilnya menunjukkan bahwa medan
magnet dan medan listrik matahari telah merusak proses pembekuan batu-batuan.
Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat
membeku membentuk planet F.R Moulton menyatakan bahwa teori pembentukan
kabut tidak bisa memenuhi syarat bahwa yang mempunyai momentum dengan
sudut besar harus planet bukanlah matahari. Teori kabut juga menyebutkan bahwa
matahari memiliki massa besar dan momentum sudut besar. Massa bahan dalam
gelang-gelang atau cakram tidak cukup untuk menjadi planet. Matahari yang
massanya paling besar mempunyai momentum sudut paling besar. Padahal
seharusnya momentum sudut paling besar dimiliki planet-planet. Menurut James
Clerk dan Sir James Jean, massa bahan yang berasal dari lepasan bagian tepi
cakram, tidak cukup menghasilkan tarikan gravitasi sehingga bahan tersebut
memadat menjadi planet-planet. - Model ini hanya memprediksikan sistem planar,
maka kemiringan sumbu putaran Tata Surya harus dapat dijelaskan. Kelebihan
dari teori ini merupakan teori monistik yang secara simultan berurusan dengan
pembagian massa dan momentum sudut. Kelebihan materi piringan yang tersisa
setelah pembentukan planet harus dibuang.
BAB
IV
Diskusi
Kelompok kami menyimpulkan bahwa dari tiga teori nebula:
4. Teori Emanuel Swedenborg
5. Teori Immanuel Kant
6. Teori Laplace
Memiliki banyak kesamaan yang menyatakan bahwa nebula terbentuk dari
kumpulan debu yang membentuk bola yang disebabkan oleh tekanan dan suhu .
Bola tersebut berputar sehingga membentuk sebuah inti yang dikelilingi oleh
cincin. Namun teori tersebut memiliki perbedaan antara lain, pada teori Immanuel
Kant menyatakan bahwa perputaran kabut lebih lambat dan berputar secara
sentripental (berputar kearah dalam) sedangkan teori Laplace menyatakan bahwa
perputaran kabut lebih cepat dan berputar secara sentrifugal ( berputar kearah
luar).
Bintang terbentuk dari nebula, melalui beberapa proses. Proses tersebut dapat
dibedakan dengan massa dari nebula. Jika nebula memiliki massa kecil maka akan
terbentuk katai putih, sedangkan jika nebula memiliki massa yang besar maka
akan terbentuk blackhole atau neutron star.
Daftar Pustaka
http://www.g-excess.com/pengertian-bintang-tata-surya.html
http://arulastro.blogspot.com/2012/07/teori-nebula-teori
kabut.html#ixzz45F1eVmwK