Anda di halaman 1dari 10

A.

Zaman Perunggu
Disebut dengan zaman perunggu krena pada zaman inidihasilkan peralatan kehidupan yang
dari perunggu, yaitu campuran antara timah dan tembaga.
1. Teknologi
Peralatan zaman perunggu dibuat dengan 2 (dua) macam teknik:
a. Teknik Bivalve (setangkap)
Teknik ini menggunakan dua cetakan yang dapat ditangkapkan. Cetakan ini diberi lubang
pada bagian atasnya. Cetakan ini dapat digunakan berkali-kali.
b. Teknik A Cire Perdue (cetakan lilin)
Teknik ini diawali dengan membentuk benda logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai
intinya. Cetakan ini hanya dapat digunakan sekali saja.

2. Hasil-hasil Kebudayaan
a. Kapak Corong atau Kapak Sepatu
Kapak corong banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Pulau Selayar dan didaerah Papua dekat Danau Sentani.
b. Nekara
Nekara banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Leti, Rote, Selayar dan
kepulauan Kei.
c. Bejana Perunggu
d. Arca-arca Perunggu
f. Benda-benda Perunggu
3. Manusia Pendukung
Pendukung utama kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia
Daratan. Mereka adalah penduduk Deutro Melayu dengan membawa kebudayaan Dongson
yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara.
4. Kehidupan Sosial Budaya

Pada masa ini penduduk Indonesia sudah hidup di desa-desa di daerah pegunungan, daratan
rendah dan tepi pantai. Mereka hidup dalam perkampungan-perkampungan yang makin
teratur dan terpimpin. Mata pencehariaan zaman ini adalah dari pertanian.
5. Pelayaran
Pengetahuan manusia pada zaman logam meningkat pesat. Ilmu tentang perbintangan dan
iklim telah dikuasai untuk mengatur kegiatan pertanian dan pelayaran. Aornel menyimpulkan
bahwa perahu bercadik adalah perahu khusus dari Indonesia. Perahu tersebut dari batang
pohon yang dalamnya dikeruk, sehingga berbentuk lesung.
Kepercayaan yang kemudian muncul, yaitu animisme, dinamisme, dan totemisme.

a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan yang meyakini bahwa benda (baik yang hidup maupun yang
mati) mempunyai roh atau jiwa. Mereka meyakini bahwa roh leluhur mereka tinggal di
tempat yang tinggi sehingga bangunan-bangunan pemujaan dari zaman Megalitikum
umumnya juga dibangun di tempat-tempat tinggi.

b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan yang meyakini bahwa benda-benda tertentu, termasuk benda
buatan manusia itu sendiri, mempunyai kekuatan gain yang dianggap bersifat suci.

c. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan yang menyatakan bahwa binatang-binatang tertentu juga
mempunyai roh sehingga layak untuk dihormati dan dipuja oleh sekelomppok manusia.

Kehidupan Sosial, Kebudayaan dan Teknoogi Masa


Prasejarah di Indonesia
Kehidupan Sosial, Kebudayaan dan Teknoogi Masa Prasejarah di Indonesia

1.

Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan

a)

Kehidupan Sosial

1. Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana
daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk
kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:

a.

Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.

b.
Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari
sumber air yang lebih baik.
c.
Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak
dan mudah diperoleh.
2. Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula
kelompok yang tinggal di daerah pantai
3. Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau
danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
4. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam
mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.
5. Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan
seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang
akan di makan.
6. Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan
hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang
buas.
7. Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan
yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b)

Kehidupan Budaya

1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama
kelamaan mereka membuat perahu.
2. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara
memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai
kulit-kulit kerang sebagai kalung.
4. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
5. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan
peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:

Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat
dari tulang, dll.
c) Teknologi
Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang
digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2.

Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak

a)

Kehidupan Sosial

1. Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam
dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka
akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti
sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai
menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
2. Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan
cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat
menguasai alam lingkungan.
3. Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia
untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang
dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
4. Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok
perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5. Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6. Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk
menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
7. Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para
anggotanya.
8. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu,
dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b)

Kehidupan Budaya

1. Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya


untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik

2. Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan
beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
3. Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum
seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
c) Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang
luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu
dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang
sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
3.

MASA PERTANIAN

Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat dan
berkembang menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
a)

Kehidupan Sosial

1. Bertani adalah mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan


peliharaan tertentu seperti membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai
hewan ternak;
2. Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melakukan secara bersamabersama/ secara gotong royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi
sebagai pacul;
3. Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/
rotan;
4. Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas;
5. Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bergotong-royong yang
disertai dengan upacara tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka
sudah mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung yang berfungsi
sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut digunakan untuk mendirikan rumah
dengan cara gotong-royong pula;
6. Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga;
7. Muncul struktur kepemimpinan di kampung;

8. Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi;


9. Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya
kerjasama dengan cara pembagian kerja;
10. Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara teratur yang
melibatkan orang lain.
b) Kehidupan Budaya dan Teknologi
1. Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup
sebagai petani;
2. Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai ilmu
perbintangan (ilmu falak);
3. Mereka telah menggunakan alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan
kapak lonjong, selain itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah serta bendabenda megalitik;
4. Alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran kapak batu
dengan ukuran kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat
upacara;
5. Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir,
dolmen, punden berundak, pandhusa, dll;
6. Alat-alat yang dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia,
yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya. Gerabah
sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang beraneka ragam. Seperti hiasan
dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
a)

Kehidupan Sosial

1. Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan


peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka
mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan;

4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil
untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam.
Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada
pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
6. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi
juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai
bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat
perundagian yang tinggi;
2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan
teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin
banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada
tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti
masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana
harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah
lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang
digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan
penempaan logam;
5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang
semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat
digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1. Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi
tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik
yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat
logam di daratan Cina;
2. Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain
itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;

3. Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat
peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4. Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai
berikut :
1.
Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala
bagiannya;
2.

Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;

3.
Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya
akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4.

Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;

5.
Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang
terbuat dari logam.
Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia
Berbicara perkara kehidupan manusia, khususnya dalam arena prasejarah, tentu tidak akan
terlepas dari perkara yang lain yaitu lingkungan alam dan budaya. Aspek lingkungan ini
merupakan salah satu unsur penting pembentuk suatu budaya masyarakat. Manusia masa
prasejarah masih sangat menggantungkan hidupnya pada alarn, oleh karena itu hubungan
yang begitu dekat antara manusia dengan lingkungan membawa konsekuensi bahwa manusia
hams senantiasa beradaptasi dengan lingkungan yang ditempati, salah satunya tercermin dari
hasil budaya. Untuk mendapatkan penjelasan tentang kehidupan manusia masa prasejarah
maka perlu mengintegrasikan antara tinggalan manusia, tinggalan budaya, dan lingkungan
alamnya. Dengan demikian studi tentang hubungan antara manusia, budaya, dan lingkungan
alam masa prasejarah merupakan topik yang tetap aktual menarik, dan perlu dikembangkan
dalam disiplin ilmu arkeologi. Nilai-nilai budaya masa prasejarah artinya, konsep-konsep
umum tentang masalah-masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan
masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu hingga kini masih
tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya masa prasejarah Indonesia
itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat
berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan musim untuk
keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat

Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya aturanaturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki
aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah dan
mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat
melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat mengatur
masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh
penduduk daerah itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang
keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan
suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah terletak di tengahtengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun)
dan di empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti keraton, tempat
pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang
yang dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita
dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dan setelah
mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi
pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat yang
disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan
tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire
Perdue adalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih dulu membentuk
tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak
logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang
terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang
sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang
dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.

Anda mungkin juga menyukai