PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk
yang sangat kompleks. Proses mempelajari manusia tidak cukup hanya ditinjau
dari segi keilmuan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa untuk
mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara
lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja,
fisika, dan lain-lain (Sutalaksana, 1979). Perubahan waktu, walaupun secara
perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia
yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan
peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk
menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari
batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia
telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang
dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alatalat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman
sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan
sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya
peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu
disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi
jika dapat diantisipasi pelbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan para
pekerja. Pelbagai resiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit
Akibat Kerja. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan
Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini
harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuanketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan.
Ergonomik yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti
penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi
sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman
merupaka hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menunutu
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja
termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan
meningkatkan K3 di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah
mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja,
serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sektor
kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini
kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada
pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat
perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas
pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.
Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomi dan penerapannya.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman
merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi
menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat
kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan
mingkatkan K3 di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin
risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Egronomi
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon
memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik
itu sendiri secara garis besar adalah Studi tentang manusia untuk menciptakan
system kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman (Arif, 2009).
Pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan
kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam
usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan
manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.
Konsep ergonomi serta keselamatan kesehatan kerja merupakan konsep
penting untuk diterapkan dalam suatu industri, khususnya dalam perancangan
stasiun kerjanya. Kecenderungan yang ada saat ini adalah, pada industri skala
kecil menengah. Konsep tersebut kurang begitu diperhatikan, sehingga dapat
menimbulkan resiko kerja baik dari segi bahaya kondisi lingkungan fisik, sikap
dan cara kerja (Laksmiwaty, 2009).
Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas kehidupan
yang lebih baik. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan tercipta lingkungan
kerja aman, sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien
serta adanya jaminan kualitas kerja (Tim Ergoinstitute, 2008).
Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam
fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana
dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia
hidup dan bekerja.
Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi
dengan bekerja di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik,
mengadakan ventilasi, menambah penerangan, mengadakan ruang makan,
mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan pertandingan olahraga, dan
lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang dan
produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan
begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.
2.1.1 Perkembangan Ergonomi
Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949
sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. K. F. H. Murrel (1949)
Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi
digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human
factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan
human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata
tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia.
Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya
dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia
sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu
ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti
batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai
dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk
memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih
tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara
kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun
yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara
terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan
ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk
mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun
1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika)
melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal
dengan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini
memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan
1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah suatu sistem pengaturan pekerjaan
atau bisa disebut juga sebagai pembagian kerja. Secara
umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja
fisik dan kerja mental.
a. Kerja fisik
Pengeluaran energi relatif lebih banyak, dibandingkan
kerja mental membutuhkan usaha dan energi yang cukup
besar dan kerja fisik dibedakan atau dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1). Kerja statis
Tidak menghasilkan gerak
Kontraksi otot bersifat isometris
Kelelahan lebih cepat terjadi
2). Kerja dinamis
Menghasilkan gerak
Kontraksi otot bersifat isotonos
Kontraksi otot bersifat ritmis
Kelelahan relatif lebih lama terjadi
b. Kerja mental
Pengeluaran energi relatif sedikit dan kerja pun
relatif lebih ringan dibandingkan dengan kerja fisik
Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen,
tekanan darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi
kimia dalam darah dan air seni, dst. Tujuannya adalah untuk
mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama bekerja.
Kriteria Fisiologis kerja
Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan seterusnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang
timbul selama berkerja.
Kriteria Hasil kerja
Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari
pekerja selama berkerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui
pengaruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang
diperoleh dari kerja.
Antropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah
antropometri berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan "
metri " yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk
wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan.
Jenis kelamin (sex),
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang
lebih besar kecuali dada dan pinggul.
Suku bangsa (etnik),
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan
memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
Sosio ekonomi,
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh
manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio
ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang
besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
Posisi tubuh (posture),
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap
Macam-macam antropometer
Alat ini dipakai untuk mengukur bagianbagian tubuh manusia.
Kursi antropometri
Dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia
dalam posisi duduk. Data yang diperoleh biasanya dipakai
untuk merancang kursi dan ketinggian meja kerja serta untuk
perancangan fasilitas kerja yang berhubungan dengan manusia
pemakainya. Orang yang akan diukur data antropometrinya
harus duduk di kursi ini.
Gambar 2.3 Kursi Antropometri
Cara Pengukuran
Secara umum deskripsi dari pengukuran data antropometrik
terdiri dari setidaknya tiga buah tipe terminology dasar yaitu :
1. Locator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari
tubuh yang menjadi dasar pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari
suatu dimensi tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh
subyek dalam pengukuran, seperti posisi duduk.
Berikut ini cara-cara pengukuran yang sering digunakan:
Gambar 2.4 Mengukur Lebar Telapak Tangan
Gambar 2.5 Penggunaan Antropometer Papan Kepala Bergeser
(Sliding Head Board)
Gambar 2.7 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk Merancang Produk
Posisi Kerja
Data ini berfungsi untuk merancang ruang mekanik dan
utilitas, ruang latihan fisik, ruang terapi fisik, dan area sejenis
lainnya.
sebuah kursi
adalah kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur
dari bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat
duduk). Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar,
bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk
tersebut akan menekan daerah tepat di belakang lutut,
memotong peredaran darah di bagian kaki, seperti pada
gambar berikut ini.
Sandaran Punggung
Fungsi utama dari sandaran punggung adalah untuk
mengadakan penopangan bagi daerah lumbar, atau bagian
kecil dari punggung, yaitu bagian bawah yang berbentuk
cekung dimulai dari bagian pinggang sampai pertengahan
punggung.
Konfigurasi dari sandaran punggung harus dapat
menyokong
sesuai profil dari tulang belakang, terutama pada daerah
lumbar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.19, namun
harus diperhatikan supaya tidak membuatnya terlalu pas
untuk menghindarkan pemakai mengubah-ubah posisinya.
Keseluruhan tinggi sandaran punggung dapat bervariasi
sesuai dengan jenis dan maksud pemakaian suatu kursi.
Sebuah kursi untuk sekertaris lebih cocok bila penopang
lumbarnya hanya pada suatu daerah kecil saja. Kursi santai
akan lebih cocok bila sandarannya mencapai bagian belakang
kepala ataupun tengkuk. Perlu diingat untuk menyediakan
ruang tambahan bagi penonjolan daerah pantat. Jarak bersih
ini dapat
berupa daerah terbuka berbentuk ceruk antara permukaan
tempat duduk dan penopang lumbar. Bantalan yang empuk
pada bagian ini akan mengakomodasi penonjolan bagian
pantat ini.
Sandaran Lengan
Sandaran lengan ini memiliki beberapa fungsi. Sandaran
ini menopang berat dari lengan dan membantu pemakai
ketika akan duduk atau bangkit dari tempat duduknya. Jika
suatu kursi digunakan untuk suatu kegiatan tertentu, misalnya
bagi seseorang yang bertugas dengan putaran-putaran tuts
yang sensitif atau panel kontrol, maka sandaran tangan
tersebut dapat berfungsi untuk menjaga agar lengan tetap
stabil sepanjang pelaksanaan pekerjaannya. Tinggi siku pada
Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan
operator.
Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan memiliki
pusat massa (centre of gravity ) yang letaknya jauh dari operator, hal tersebut juga
akan mempengaruhi pandangan operator.
Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat
beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban
dari ketinggian pada permukaan pinggang).
Beban puntir (twisting load) pada operator selama aktivitas angkat beban.
Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
Antropometri
dan
Aplikasinya
dalam
Perancangan
Fasilitas
Kerja
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan
komputer dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia
merasakan keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama
pada bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.
Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di
luar recommended weighting limit (RWL).
Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk
membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan oleh display terutama
pada saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan karena informasi tersebut
sulit dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang serupa sering juga dialami
oleh pilot, dimana harus menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang
tidak ergonomik:
Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang
Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap
kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan
Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen
dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal
kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan
human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi
adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah
kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah
diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman
bagi pekerja (Laksmiwaty, 2009).
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis dapat menarik
simpulan sebagai berikut.
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik
dari semua pihak.
Pelaksaan egronomi yang tidak tepat akan menimbulkan masalah dalam pekerjaan
Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi
kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja
disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi
datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi
diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta
meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human
errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya
mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugastugas yang manusiawi.
Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik
dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan
kerja yang dipakai.
DAFTAR PUSTAKA
Atin. 2015. Masalah ergonomi ditempat kerja. (Online). (http://atinkuliahku.blogspot.co.id/2012/05/makalah-masalah-ergonomi-di-tempat.html?
m=1, diakses tanggal 03 September 2015)
Dias.
2009.
Definisi
dan
ruang
lingkup
ergonomi.
(http://diasrw.blogspot.com/2009/01/difinisi-dan-ruang-lingkup.html,
tanggal 11 September 2015)
(Online).
diakses
%29%20%20makalah%20k3%20ergonomi%20dan%20faal%20kerja.htm,
diakses tanggal 03 September 2015)
Sumamur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji
Masagung,.
Sutalaksana.
2010.
Pengertian
ergonomi.
(http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-ergonomi.html,
tanggal 11 September 2015)
(Online).
diakses