Anda di halaman 1dari 8

SYNCOPE

1.1 Pengertian syncope


Syncope merupakan suatu mekanisme tubuh dalam mengantisipasi perubahan suplai darah ke
otak dan biasanya terjadi secara mendadak dan sebentar atau kehilangan kesadaran dan kekuatan postural
tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke otak. Pingsan, "blacking out",
atau syncope juga bisa diartikan sebagai kehilangan kesadaran sementara yang diikuti oleh kembalinya
kesiagaan penuh.
Pingsan merupakan suatu bentuk usaha terakhir tubuh dalam mempertahankan kekurangan zat-zat
penting untuk di suplai ke otak seperti oksigen dan substansi-substansi lain (glukosa) dari kerusakan yang
bisa permanen.

1.2 Penyebab syncope


Faktor yang dapat memicu terjadinya syncope dibagi menjadi 2 yaitu: faktor psikogenik (rasa
takut, tegang, stres emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara tiba2 dan tidak terduga dan rasa ngeri
melihat darah atau peralatan kedokteran seperti jarum suntik) dan Faktor non psikogenik (posisi duduk
tegak, rasa lapar, kondisi fisik yang jelek, dan lingkungan yang panas, lembab dan padat).
Adapun penyebab syncope paling sering dibedakan menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu:
1)

Kardiak (Jantung) dan pembuluh darah

Sumbatan Jantung
Gangguan pada jantung bisa disebabkan adanya sumbatan (obstruksi) pada jantung sumbatan ini
bisa disebabkan gangguan katup jantung, adanya tumor dan pembesaran otot-otot jantung serta penyakitpenyakit jantung.

Listrik Jantung
Gangguan listrik jantung menyebabkan gangguan irama dan frekuensi denyutan jantung sehingga
volume darah yang dipompa ke tubuh dan yang sampai ke otak juga akan berkurang.
-

Vertebrobasilar system
Penyempitan pada pembuluh darah yang dikarenakan faktor umur, merokok, tekanan darah tinggi,

kolesterol tinggi, dan diabetes. Sistim vertebrobasilar ini berisiko untuk terjadi penyempitan, dan jika ada
gangguan sementara pada aliran darah ke otak tengah (midbrain) dan reticular activating system, pingsan
atau syncope mungkin terjadi.
2)
-

Persyarafan
Vasovagal syncope
Di dalam tubuh manusia terdapat system reflek pada saraf yang secara tidak sadar reflek saraf ini
bisa menyebabkan penurunan tekanan darah mendadak. Vasovagal syncope akibat dari tindakan saraf

vagus yang kemudian akan mengirim sinyal ke jantung kemudian memperlambat denyut jantung sehingga
seseorang pingsan. Vasovagal syncope ini biasanya dipicu oleh rasa takut, nyeri, cedera, kelelahan dan
berdiri terlalu lama. Situasi-situasi lain umumnya menyebabkan denyut jantung untuk sementara
melambat dan menyebabkan pingsan seperti mengejan, batuk, bersin (Ocupational syncope) yang dapat
menyebabkan vagal response.
-

Sinus Karotis
Sinus Karotis merupakan bagian dari pembuluh darah leher yang sangat sensitif terhadap perubahan
fisik dan regangan pembuluh darah pada daerah tersebut. Karena terlalu sensitif, maka hal ini akan
mengakibatkan pengiriman impuls pada saraf pusat sehingga menstimulasi system saraf yang membuat
kehilangan kesadaran.

3)

Pengaruh posisi tubuh

Ortostatik Hypotensi
Postural HypotensionPembuluh-pembuluh darah perlu untuk mempertahankan kekuatan mereka
sehingga tubuh dapat menahan efek-efek dari gravitas (gaya berat) dengan perubahan-perubahan dalam
posisi. Ketika posisi tubuh berubah dari berbaring ke berdiri, sistim syaraf autonomik meningkatkan
kekuatan pada dinding-dinding pembuluh darah, membuat mereka mengerut, dan pada saat yang sama
meningkatkan denyut jantung supaya darah dapat dipompa naik keatas ke otak yang menyebabkan
tekanan darah yang relatif rendah pada saat berdiri. Hal ini biasa terjadi pada lansia dan ibu hamil.
Biasanya, pingsan akan terjadi ketika seseorang berdiri dengan cepat dan tidak ada cukup waktu
untuk tubuh untuk mengkompensasi. Hal ini membuat jantung berdenyut lebih cepat, serta terjadi
vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah untuk mempertahankan tekanan darah tubuh dan aliran darah ke
otak.

4)
-

Kekurangan komponen-komponen tubuh


Hipoglikemi
Penurunan gula darah tiba-tiba menyebabkan penurunan glukosa yang tersedia untuk fungsi otak.
Hal ini dapat dilihat pada penderita diabetes yang cenderung overdosis insulin. Jika orang kehilangan
dosis, mungkin tergoda mengambil dosis insulin tambahan untuk menebus dosis yang terabaikan. Dalam
kasus tersebut, gula darah cenderung tiba-tiba jatuh, dan membuat orang menjadi shock insulin.

Ketidakseimbangan elektrolit
Hal ini dikarenakan perubahan konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga secara langsung
mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh.

Anemia
Anemia adalah suatu kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) lebih spesifiknya adalah
hemoglobin (Hb). Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah oksigen mencapai otak yang menyebabkan
pingsan, dikarenakan Hb tersebut adalah alat transportasi oksigen untuk sampai di sel dalam hal ini sel-sel
yang ada di otak.

5)
-

Penyebab lain
Kehamilan
Hal ini disebabkan oleh tekanan dari inferior vena cava (vena besar yang mengembalikan darah ke
jantung) oleh kandungan yang membesar dan oleh orthostatic hypotension.

Obat-obatan

Obat-obat lain mungkin juga penyebab yang berpotensi dari pingsan atau syncope termasuk yang untuk
tekanan darah tinggi yang dapat melebarkan pembuluh-pembuluh darah, antidepressants yang dapat
mempengaruhi aktivitas elektrik jantung, dan yang mempengaruhi keadaan mental seperti obat-obat
nyeri, alkohol, dan kokain.
1.3 Patofisiologi syncope
Hilangnya pada setiap jenis sinkop disebabkan oleh penurunan oksigenasi pada bagian-bagian
otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan aliran darah, penggunaan oksigen dan
serebral. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek otak. Iskemia yang lama
mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari
arteri serebralis mayor. Masalah pada jantung mungkin menyebabkan jantung untuk berdenyut terlalu
cepat atau terlalu perlahan.
Selain itu masalah pada klep jantung juga berpengaruh terhadap kekuatan aliran darah yang
dipompa menuju otak. Denyut jantung yang cepat atau tachycardia adalah irama abnormal yang
dihasilkan ruang jantung bagian atas atau bagian bawah dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung
berdenyut terlalu cepat, mungkin tidak ada cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan darah diantara
setiap denyut jantung, yang mengurangi jumlah darah yang dapat diantar jantung keseluruh tubuh.
Tachycardia bisa terjadi pada segala umur dan mungkin tidak berhubungan pada penyakit jantung
atherosclerotic. Dengan bradycardia, atau denyut jantung yang lamban, kemampuan jantung untuk
memompa darah mungkin dikompromikan. Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan
jantung terhalang, atau gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi, menyebabkan denyut
jantung untuk melambat.
Selain itu vasovagal syncope adalah penyebab yang paling umum dari pingsan. Pada situasi ini,
keseimbangan antara kimia-kimia adrenaline dan acetylcholine terganggu. Adrenaline menstimulasi
tubuh, termasuk membuat jantung berdenyut lebih cepat dan pembuluh-pembuluh darah menyempit.
Acetylcholine melakukan sebaliknya. Ketika syaraf vagus distimulasi, acetylcholine yang berlebihan
dilepas, denyut jantung melambat dan pembuluh-pembuluh darah melebar, membuat darah lebih sulit
untuk mengalahkan gaya berat (gravitasi) dan dipompa ke otak. Pengurangan sementara ini pada aliran
darah ke otak menyebabkan episode pingsan (syncope). Nyeri dapat menstimulasi syaraf vagus dan
adalah penyebab yang umum dari vasovagal syncope.
Pathway:

1.4 Manifestasi klinis syncope


Tanda gejala syncope bisa dilihat dalam 3 fase yaitu fase pre syncope, fase syncope dan fase post
syncope.
Fase pre syncope:
Pasien mungkin merasa mual, perasaan tidak nyaman, berkeringat dingin dan lemah. Mungkin
ada perasaan dizziness (kepeningan) atau vertigo (dengan kamar yang berputar), hyperpnea (kedalaman
nafas meningkat) penglihatan mungkin memudar atau kabur, dan mungkin ada pendengaran yang
meredam dan sensasi-sensasi kesemutan dalam tubuh. Fase pre-syncope atau hampir pingsan, gejalagejala yang sama akan terjadi, namun pada fase ini tekanan darah dan nadi turun dan pasien tidak
sungguh kehilangan kesadaran.
Fase syncope:
Fase syncope ditandai dengan hilangnya kesadaran pasien dengan gejala klinis berupa:
1)

pernapasan pendek, dangkal, dan tidak teratur

2)

bradikardi dan hipotensi berlanjut

3)

Nadi teraba lemah dan gerakan konvulsif pada otot lengan, tungkai dan wajah. Pada fase ini pasien
rentan mengalami obstruksi jalan napas karena terjadinya relaksasi otot akibat hilangnya kesadaran.

Fase post syncope:


Fase terakhir adalah fase post syncope yaitu periode pemulihan dimana pasien kembali pada
kesadarannya. Pada fase awal postsyncope pasien dapat mengalami disorientasi, mual, dan berkeringat.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan nadi mulai meningkat dan teraba lebih kuat dan tekanan darah mulai
naik.
Setelah episode pingsan, pasien harus kembali ke fungsi mental yang normal, meskipun mungkin
ada tanda-tanda dan gejala-gejala lain tergantung pada penyebab yang mendasari pingsan. Contohnya,
jika pasien ada ditengah-tengah serangan jantung, ia mungkin mengeluh nyeri dada atau tekanan dada.

1.5 Pemeriksaan diagnostik syncope


Selain pemeriksaan fisik, tanda vital dan anamnase, klien syncope juga memerlukan beberapa
pemeriksaan untuk menegakkan diagnose dan penyebab syncope diantaranya yaitu:
1)

EKG
Untuk mengetahui adanya gangguan listrik jantung dan sumbatan pada jantung

2)

Holter monitor
Untuk mengetahui perubahan dan fluktuasi kondisi jantung serta mengetahui irama dan denyut
jantung yang abnormal yang mungkin terungkap sebagai penyebab yang potensial dari pingsan atau
syncope.

3)

Tilt Table Test


Merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosa ortostatic hypotensi. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara menempatkan pasien diatas meja, kemudian meja dimiringkan secara bertahap dari posisi
horisontal hingga posisi vertikal. Selama pemeriksaan tekanan darah dan nadi terus dipantau sesuai
dengan posisi-posisi yang berbeda.

4)

Masase Carotis
Masase carotis dapat mendeteksi penyebab syncope, salah satu dugaannya yaitu aritmia (takikardi).
Masase carotis dapat dilakukan untuk menurunkan heart rate. Pemijatan dilakukan di salah satu arteri
carotis selama 10 menit dengan maksud untuk merangsang system parasympatis sehingga dapat
memperlambat denyut jantung.

5)

CT Scan
Untuk mengetahui adanya lesi dalam otak dan sebagai pencitraan otak

6)

Tes Laboratorium diantaranya: Complete Blood Count, tes elektrolit, glukosa darah, tes fungsi ginjal

1.6 Penatalaksaan dan pencegahan syncope


Penanganan syncope sebenarnya cukup sederhana yaitu memastikan sirkulasi udara di sekitarnya baik
selanjutnya menempatkan pasien pada posisi supine atau posisi shock ( shock position). Kedua posisi ini
bisa memperbaiki venous return ke jantung dan selanjutnya meningkat cerebral blood flow. Selain
intervensi tersebut pasien dapat diberikan oksigen murni 100% melalui face mask dengan kecepatan
aliran 6-8 liter per menit dan minuman manis. Bila intervensi dapat dilakukan segera maka biasanya
kesadaran pasien akan kembali dalam waktu relatif cepat. Pada pasien gangguan irama jantung bisa
diberikan obat-obatan arytmia seperti golongan beta blocker. Untuk gangguan listrik jantung dan
sumbatan bisa diberikan obat-obatan pacemaker (pacu jantung).Tatalaksana kegawatdaruratan medis
dilakukan yaitu penilaian tentang jalan napas (airway), pernapasan (breathing), sirkulasi( circulation),
kesadaran (disability). Pada pasien yang mengalami syncope, perlu dimonitor kesadarannya secara
berkala dengan melakukan komunikasi verbal dengan pasien. Apabila pasien dapat merespon baik secara
verbal maupun non verbal berarti aspek airway dan breathing baik. Aspek circulation dapat dinilai
dengan memonitor nadi arteri radialis dan pengukuran tekanan darah.
Adapun pencegahan yang bisa dilakukan pada pasien syncope bergantung pada penyebabnya,
mungkin ada kesempatan untuk mencegah serangan-serangan pingsan seperti:
1)

Pasien-pasien yang telah mempunyai episode vasovagal mungkin sadar atas tanda-tanda peringatan dan
mampu untuk duduk atau berbaring sebelum pingsan dan mencegah episode pingsan.

2)

Untuk pasien-pasien yang lebih tua dengan orthostatic hypotension, menunggu satu detik setelah
merubah posisi-posisi mungkin adalah segalanya yang diperlukan untuk mengizinkan refleks-refleks
tubuh untuk bereaksi.

3)

Pemasukan cairan yang memadai mungkin cukup untuk mencegah dehidrasi sebagai penyebab untuk
pingsan atau syncope.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
Riwayat penyakit sebelumnya
Pemeriksaan fisik
-

Aktivitas dan istirahat: kelemahan

Sirkulasi: Riwayat penyakit jantung, penyakit katup jantung, aritmia, gagal jantung dll

Eliminasi: Inkontinensia urin / alvi, Anuria

Nutrisi: Nausea, vomitus, disfagia

Sensori neural: Kesemutan/kebas, penglihatan berkurang, reaksi dan ukuran pupil

Nyeri / kenyamanan: Gelisah, pusing

Respirasi: Hyperpnea

Interaksi social: kelemahan dalam berkomunikasi

Diagnosa Keperawatan:

1.

Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan aliran darah ke otot jantung

2.

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena

3.

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran oksigen ke serebral

Intervensi Keperawatan:
1.

Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan aliran darah ke otot jantung
Tujuan : aliran darah jantung adekuat
Kriteria hasil : perabaan nadi kuat, tekanan darah normal
Intervensi:
1)

Periksa ABC dan jika diperlukan bebaskan jalan nafas dan pijat jantung

2)
Pantau frekuensi nadi, RR, TD secara teraturRasional: mengatasi kondisi gawat pasien lebih awal
dapat memperbaiki prognosis.
Rasional: Tanda vital sebagai acuan kondisi sirkulasi pasien.
3)

Periksa keadaan jantung klien dg pemeriksaan EKG


Rasional: Pemeriksaan EKG memberikan gambaran kondisi jantung dan membantu menentukan alternatif
pengobatan selanjutnya.

4)

Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.


Rasional: Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.

5)

Pantau intake dan output setiap 24 jam.


Rasional: Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan produksi cairan dan
natrium.

6)

Batasi aktifitas secara adekuat.


Rasional: Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
komsumsi O2 dan kerja berlebihan.

2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri-vena
Tujuan: pemenuhan oksigen dan darah pada jaringan terpenuhi.
Kriteria hasil: Tidak terdapat tanda sianosis dan hipoksia jaringan.
Intervensi:

1)

Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.
Rasional: Vasokonstriksi sistemik yang diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

2)

Dorong latihan kaki aktif/pasif.

Rasional: Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboplebitis.
3)

Pantau pernafasan
Rasional: Pompa jantung yang gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.

Tujuan:
3.

kebutuhan

darah,

oksigen

di

otak

terpenuhi,

perfusi

jaringan

efektif.

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran oksigen ke serebral.

Kriteria hasil: TTV stabil, pasien berkomunikasi dan berorientasi dengan baik.
Intervensi:
1)

Pantau tanda-tanda vital


Rasional: Tanda vital merupakan salah satu indikator keadaan umum dan sirkulasi pasien

2)

Posisikan pasien dg posisi syok kaki diangkat 45 derajat


Rasional: Membantu memperbaiki venous return ke jantung dan selanjutnya meningkat cerebral blood
flow.

3)

Pantau tingkat kesadaran


Rasional: Tingkat kesadaran seseorang juga dipengaruhi oleh perfusi oksigen ke otak

4)

Berikan terapi O2 yang adekuat


Rasional: mencegah hipoksia otak lebih berat

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 2000
Nisa. 2011. Dentiztaz.blogspot.com/syncope what we supposed to do?/diakses pada 25 Maret 2012 pukul 16.00
WIB.
Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000
Sadili, Ade. 2008. Saktyablog.blogspot.com/syncope/pingsan/blackout/html- diakses pada 25 Maret 2012
pukul 16.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai