Anda di halaman 1dari 17

Askep keluarga

BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1991 mantan Presiden Soeharto telah menyebutkan bahwa sasaran rencana
Pembangunan Jangka Panjang II adalah peningkatan kualiatas manusia dan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu dengan manusia berkualitas sehat, kuat dan cerdas kita dapat mempercepat,
memperluas, memperdalam pembangunan di segala bidang. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui kegiatan kesehatan ibu dan
anak, perbaikan gizi balita dan pembinaan balita agar setiap balita yang dilahirkan akan tumbuh
sehat dan berkembang menjadi manusia Indonesia yang tangguh dan berkualitas.
Agar dapat mempersiapkan manusia yang berkualitas tersebut, maka kita perlu memelihara gizi
anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan anak yang mendapat makanan yang bergizi akan
tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi.Selain
memperhatikan gizi bayi maka perlu memelihara gizi ibu terutama masa hamil dan menyusui.
Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik selain dapat tumbuh dan berkembang dengan baik juga
akan memberi air susu ibu (ASI) yang cukup untuk bayinya. ASI merupakan makanan bergizi yang
paling lengkap, aman, hygienis dan murah. ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan anak yang
bersifat menambah kepribadian anak dikemudian hari. Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi.
Dari berbagai study dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat kecenderungan
penurunan penggunaan ASI dan mempergunakan pemberian ASI dengan susu fomula di
masyarakat. Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan peningkatan
sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu buatan serta luasnya
distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya kesediaan menyusui maupun lamanya
menyusui baik dipedesaan dan diperkotaan. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui sendiri bayinya
pada mulanya terdapat pada kelompok ibu di kota-kota terutama pada keluarga berpenghasilan
cukup yang kemudian menjalar sampai ke desa-desa meskipun menyadari pentingnya pemberian
ASI tetapi budaya modern dan kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah mendesak para ibu
untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.
Meningkatnya lama pemberian ASI dan semakin meningkatnya pemberian susu botol menyebabkan
kerawanan gizi pada bayi dan balita.
Pada acara peringatan hari ibu ke-62 di Jakarta 22 Desember 1990 telah dicanangkan gerakan
nasional peningkatan penggunaan ASI oleh mantan Presiden Soeharto. Dianjurkan agar ibu-ibu
paling tidak agar menyusui bayinya selam 4-6 bulan dan juga bahkan agar kaum ibu
memeloporinya. Perlunya pemberian ASI pada anak sudah menjadi masalah nasional dan
intemasional mengingat eratnya hubungannya dengan gizi anak
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN IBU MENYUSUI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
1. ASI (Air Susu Ibu)
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling cocok di konsumsi oleh
bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air
susu ibu mengandung antibodi bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A
yang relative tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis dalam
darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh faksin virus

poliomyelitis hidup yang telah di encerkan. Pengaruh tersebut akan terlihat sangat menonjol pada
periode neonatus, tetapi nampaknya tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada imunisasi aktif,
yang akan dikerjakan jika bayi tersebut telah mencapai usia 2, 4 & 6 bulan. Telah pula dapat
diperlihatkan bahwa pertumbuhan virus-virus yang menyebabkan timbulnya parotitis epidemica,
influenza, vaksinia dan B encephalitis jepang dapat dihambat oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam ASI. Antibody yang di telan yang berasal dari kolostrum dan ASI dapat memberikan
kekebalan saluran penceran makanan lokal terhadap organisme yang memasuki tubuh melalui jalan
tersebut.
ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air dadih yang mengikat zat besi. Bahan ini
secara normal, sepertiga jenuh dengan zat besi serta mempunyai pengaruh yang menghambat atas
pertumbuhan E coli dalam usus. Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu sapi
kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang mendapatkan ASI terutama sakali adalah
kelompok laktobasilus berlawanan dengan kelompok koliform yang terdapat menonjol dalam tinja
bayi yang diberi makanan secara artificial. ASI mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan
memberikan kemudahan kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus pada
bayi yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-infeksi yang disebabkan
oleh beberapa jenis E coli.
Susu yang berasal dari seorang ibu yang mendapatkan susunan makanan yang secara kuantitatif
mencukupi serta berimbang secara semestinya dapat memasok bahan-bahan makanan yang
dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan kecuali mungkin vitamin D, setelah beberapa bulan dan
fluorida. Kendatipun penyediaan air minum umum mengandung cukup banyak flourida didalamnya,
namun sorang bayi yang mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali menerima flourida
yang berasal dari tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus mendapatkan pemasukan fluoride
selama bulan-bulan pertama kehidupannya.
Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuki kebutuhan bayi selama 6-9 bulan
pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap dengan baik
oleh bayi, oleh karena itu bayi yang mendapat ASI mungkin tidak memerlukan penambahan zat besi
selama tahun pertama kehidupannya. ASI mengandung cukup banyak persediaan vitamin C untuk
dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan catatan bahwa ibu yang bersangkutan juga
mendapatkan vitamin C dengan secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini mungkin setelah persalinan, begitu
pula dengan keadaan ibu maupun bayi yang bersangkutan memungkinkan nya untuk mendapatkan
ASI dalam jarak waktu beberapa jam setelah lahir. Frekuensi pemberian ASI masing-masing setiap
3 jam pada siang hari dan setiap 4 jam pada malam hari. Namun banyak bayi merasa lapar kembali
2 jam setelah diberikan ASI.
Faktor penting yang berpengaruh dalam pemberian ASI:
Keadaan jiwa yang bahagia dan santai
Kekhawatiran serta ketidak bahagiaan adalah cara yang paling berpengaruh dalam menurunnya atau
bahkan meniadakan sama sekali sekresi buah dada.
Keletihan
Menghindarkan keletihan juga sangat berpengaruh dalam pemberian ASI, oleh karena itu seorang
ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan latihan serta kegiatan fisik, sehingga dengan demikian
ia akan mendapatkan perasaan sehat dan kesejahteraan fisik.
Kebersihan
Minimal dalam satu hari buah dada harus dicuci dengan bersih. Kalau sabun yang digunakan
mengering pada puting susu dan daerah areola maka pemakaiannya harus dihentikan. Sama sekali
tidak diperkenakan menggunakan asam borat. Beberapa orang ibu akan merasa lebih nyaman, kalau
mereka dapat memakai bra yang benar-benar cocok siang dan malam. Batasan mangkok-mangkok
bra yang terbuat dari plastik hendaknya disingkirkan. Lapisan bra yang sifatnya menyerap (yang
dapat dibeli dipasaran) atau sapu tangan yang bersih dan dapat ditempatkan dalam bra untuk dapat
menyerap susu yang mesih terus keluar.

Susunan makanan atau diet


susunan makanan yang diberikan kepada ibu yang baru melahirkan hendaknya mengandung cukup
banyak kalori untuk dapat mengkompensasikan yang disekresikan di dalam air susu maupun yang
diperlukan untuk menghasilkan susu tersebut. Tidak ada sesuatu bahan makanan yang perlu
disingkirkan dari susunan makanan ibu, kecuali bahan makanan yang bersangkutan dengan jelas
menyebabkan timbulnya gangguan pada bayi. Kalau masih memungkinkan, maka seorang ibu yang
sedang menyusui, sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan, oleh karena banyak sediaan obat
yang mempunyai pengaruh buruk yang akan merugikan bayi.
Pengobatan yang menggunakan bahan-bahan seperti antitiroid, lithium, bahan-bahan anti kanker,
isoniazid dan fenidion merupakan kontraindikasi untuk diberikan kepada para ibu.
Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh karena :
a. Asi yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa benda penangkis (anti-body) yang dapat
mencegah infeksi pada bayi;
b. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis;
c. Lemak dan protein asi mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran pencernaan ; asi
merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak mungkin bayi akan menjadi gemuk
berlebihan dengan asi (obese);
d. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit;
e. Pemberian asi merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan ibu
dan bayi; dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulanbulan pertama kehidupan;
f. Asi merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan mana pun oleh karena
mengandung benda penangkis (kolostrum mengandungnya 15 kali lebih banyak daripada asi),
sucihama, segar, murah, tersedia setiap waktu, dengan susu yang sebaik-baiknya untuk diminum.
2. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu, dan
mempunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu
formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu
dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian
pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan.
Komposisi ASI:
ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat.
ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan
laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.
ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan
ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi
yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas:
a. Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara, kolostrum mengandung lebih
banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula lemak
lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar di dalam yang
disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah

mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuklear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama kurang lebih lima hari,
dengan perubahan menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan
immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan kepada neonatus melawan infeksi enteric.
Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin-immunoglobulin, terdapat didalam
kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit,
laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim.
Ciri-ciri kolostrum:
Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi
Mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, D, E, K), lemak,
dan rendah laktosa.
Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan diikuti ASI yang mulai
berwarna putih.
Terdapat beberapa pengertian yang salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor,
buruk sehingga tidak patut diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum sebagai pembuka jalan agar
bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung antibodi dan anti-infeksi serta
dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk sap menerima ASI. Memperhatikan
perkembangan pengeluaran ASI, tiada ASI yang tidak berguna. Alam telah mempersiapkan bayi
untuk tumbuh kembang hanya dengan ASI sampai umur empat bulan.
b. ASI transisi (antara)
ASI antara, mulai berwarna puting bening dengan susunan yang disesuaikan dengan kebutuhan
bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.
c. ASI sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat meneima susunan
ASI sempurna.
Produksi ASI selama 2 tahun
Umur Bayi Produksi ASI Sama dengan Susu bubuk
ml/hari kalori/hari Susu sapi Susu gula gram
0-6 bulan 850 600 1555,5 183 24.600
7-12 bulan 500 385 91,5 105 14.000
13-18 bulan 500 385 91,5 105 14.000
19-24 bulan 200 154 36,5 42 5.700
0-24 bulan 512,5 381 375 437 58.300
Catatan:
Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup dengan ASI saja.
Setelah berumur 4 bulan pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa bubur susu atau
nasi tim, buah dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu tahun sudah siap mendapatkan
makanan seperti orang dewasa.
850 ml/hari, selama 6 bulan 153.000 ml dengan jumlah kalori 108.000 kalori. Sedangkan susu sapi
diperlukn 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu bubuk sebanyak 24.600 gram.
Kenyataannya, pemberian ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu botol tidak dapat
dihindari, karea ibu-ibu bekerja di luar rumah sedangkan di tempat kerja tidak terdapat fasilitas
untuk memberikan ASI dan penampungan bayi.
Manajemen Laktasi pada ibu yang bekerja:
Beri pengertian ibu tentang pentingnya ASI
Jelaskan prosedur menyusui yangbenar.
Jelaskan berbagai faktor yang dapat menghambat keluarnya ASI
Libatkan suami atau keluarga lain yang terlihat lebih dominan dalam keluarga agar memahami dan

dapat membatu istri untuk mempertahankan ASI.


Jangan memberi makanan tambahan apapun kepada bayi sebelum bayi berumur 6 bulan.
Susui sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali.
Biasakan pada malam hari untuk menyusui bayi. Porsi makan malam diperbesar.
Porsi makan malam diperbesar dan ibu tidak perlu takut untuk menjadi gemuk.
Tambahkan susu satu gelas untuk ibu sebelum ibu tidur.
Susui bayi pada pagi hari, dan keluarkan sampai payudara kosong setap kali habis menyusui. ASI
dapat disimpan di dalam kulkas atau termos yang diberi es. Susu ini dapat diberikan kepada bayi di
rumah ketika ibu ada di kantor.
Cara menghangatkan ASI yang disimpan dalam lemari es adalah dengan merendmnya dalam air
hangat (suhu <50C)
Bangkitkan kepercayaan ibu bahwa ia dapat memenuhi kebutuhan bayinya.
Bila ibu bekerja sampai sore maka di tempat kerja ibu harus secara rutin memeras susu dengan
tangan dan menyimpannya dalam botol susu.
Pada malam hari usahakan bayi dapat menyusu sedkitnya 3x
Menu ibu menyusui harus dipenuhi.
Hindari stres
Hindari penggunaan dot pada saat memberi ASI, gunakan sendok kecil.
Bila puting susu lecet, pemberian ASI jangan dihentikan, tetap disusui dan olesi luka dengan ASI
sebelum dan sesudah menyusui
Segera konsultasi ke bidan atau dokter bila ada keluhan selama menyusui.
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberikan makanan
buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita saluran pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang
diberi ASI menderita infeksi lebih sedikit karena :
ASI bersih dan bebas bakteria, sehingga tidak membuat bayi sakit.
ASI mengandung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri
infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi sampai bayi bisa membuat antibodinya sendiri.
ASI mengandung sel darah putih (leukosit) hidup yang membantu memerangi infeksi.
ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bacteria khusus, yaitu
laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi Laktobacillus bitidus mencegah bakteria
berbahaya lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah pertumbuhan beberapa
bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi
3. Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal yang sering terjadi. ASI juga akan
sedikit beragam sesuai dengan diet yang dijalankan oleh sang
ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang seorang ibu mendapatkan bahwa
makanan yang tidak biasa dimakannya akan mengganggu
bayinya, tapi banyak ibu dapat terus makan makanan yang biasa saat menyusui. Bahkan bumbu
yang keras, seperti cabai, tidak akan mempengaruhi ASI atau
mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
a. Susu awal
Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini kaya
akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b. Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih daripada
susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir kaya
akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 %

energi dalam ASI


4. Faktor-faktor yag mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu:
a. Umur
Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang umumnya dapat mengahasilkan
cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih dari 30 tahun, sebab usia ini merupakan
resiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia gizi sehingga berpengaruh pada produksiASI.
b. Pendidikan
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk mebuka jalan pikiran dalam
menerima ide-ide baru. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pemberian ASI terutama di
kota-kota besar. Biasanya ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan susu botol lebih dini
dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan lebih rendah. Di satu sisi, ibu dengan pendidikan
tinggi mengetahui bahwa tidak ada satupun susu formula yang dapat menandingi ASI, namun di sisi
lain ibu tersebut merasa tidak berguna bila tidak mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga hal
ini akan menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk menyusui bayinya.
c. Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya adalah karena
banyaknya ibu-ibu yang bekerja.
5. Kontra Indikasi Pemberian ASI
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI
tidak dibenarkan.
a. Faktor ibu
Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu
Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang telah diberikan,
sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya.
Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastase.
Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat
membahayakan bayi.
Ibu dengan infeksi virus.
Ibu dengan TBC atau lepra.
b. Faktor dari bayi
Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.
Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk
mendapatkan ASI
Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi
mengancam.
Bayi dengan cacat bawaan yang tidak munkin menelan (labiokisis, palatognatokisis,
labiognatopalatokisis).
Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI. Pada kasus tersebut
untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan dokter anak.
c. Keadaan patologi pada payudara
Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang dapat menimbulkan
infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara yang
memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang
memerlukan konsultasi adalah:
Infeksi payudara
Terdapat abses yang memerlukan insisi
Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
ASI yang bercampur dengan darah.

Memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas sudah wajarlah bila payudara yang sangat vital
dipelihara sebagaimana mestinya. Salah satu tugas utama wanita adalah memberikan ASI yan
merupakan tugas alami yang hakiki.
6. Penyuluhan pada ibu dan keluarga
a. Perawatan Mamae
Kedua mamae harus sudah dirawat selama kehamilan
1) Areola mamma dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar
tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah-pecah.
2) Sebelum menyusui mammae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
3) Setelah areola mammae dan puting dibersihkan, barulah bayi disusui
b. Masalah Yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
1) Puting Rata (Inverted or retracted nipples)
Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik putin sejak hamil (nipple
conditionin exercises). Harus terus menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Putting lecet (Sore or cracked nipples)
Dapat disebabkan oleh teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara.
Infeksi monila dapat mengakibatkan lecet.
Penatalaksanaan:
Teknik menyusui yang benar.
Puting harus kering
Pemberian lanolin dan vitamin E
Pengobatan terhadap monilia
Menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya hebat maka menyusui dapat ditunda 24-48
jam. ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
Pencegahan:
Jangan membersihkan puting dengan sabun dan zat pembersih lain, hanya dengan air
Teknik menyusui harus benar
Puting susu dan areola harus kering setelah menyusui
Jangan memakai lapisan plastik pada BH
Perawatan yang dilakukan untuk mengatasi puting susu yang terasa sakit, sebelum rasa sakit akibat
lecet dan pecah-pecah terjadi adalah:
Dianjurkan untuk membiarkan putting susu terkena udara
Pengolesan dengan lanolin murni
Dihindarkan dari pemakaian sabun, alcohol serta tingtura benzoin
Sering-sering mengganti lapisan pelindung yang dapat dibuang, yang membatasi mangkukmangkuk kutang yang dipakai ibu
3) Payudara bengkak (Breast engorgement)
Disebabkan karena pengeluaran ASI tidak lancer karena bayi tidak cukup dan sering menyusu atau
terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya gangguan let-down reflex.
Penatalaksanaan:
Menyusui lebih sering
Kompres hangat
ASI dikeluarkan dengan pompa, lakukan pemijatan tetapi akan menimbulkan rasa nyeri/ sakit
Pemberian analgetika
4) Saluran tersumbat (Obstructed duct/ Caked breast)
Terjadi statis pada saluran ASI (duktus laktiferus) secara local, sehingga timbul benjolan local.
Penatalaksanaan:
Terus menyusui, malahan sebaikbnya menyusui dengan payudara yang sakit dahulu
Lakukan pemijatan (masase) baian yang sakit

Kompres hangat.
Pencegahan:
Meyusui yang sering
Memakai BH yang memadai dan dapat menutupi/menyokong seluruh bagian payudara
Hindari tekanan local pada payudara
5) Infeksi payudara (Mastitis)
Suatu proses infeksi pada payudara yang dpaat menimbulkan reaksi sistemik ibu, misalkan demam.
Payudara tampak bengkak, kemerahan dan dirasakan nyeri. Biasanya terjadi beberapa minggu
setelah melahirkan.
Penatalaksanaan:
Jangan berhenti menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau dipompa, jangan melakukan
masase/ pijat
Istirahat
Kompres hangat/ dingin
Berikan antibiotika dan analgetika
Minum banyak
6) Abses payudara
Dapat terjadi sekunder pada mastitis atau obstructed breast atau luka pada payudara yang terinfeksi.
Penatalaksanaan:
Berhenti menyusui pada payudara yang ada absesnya, ASI harus terus dipompa.
Lakukan insisi abses
Berikan antibiotika dan analgetika
Istirahat
7) Reluctant nurser (Bayi yang tidak suka menyusu)
Suatu keadaan di mana bayi tidak suka/mau menyusu. Bayi yang enggan menyusu harus mendapat
perhatian khusus, karena kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang
membahayakan jiwa anak, misal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis,
hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk. Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :
a) Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas.
b) Bayi sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu mengisap.
c) Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan botol dot.
d) Bayi ditinggal lama karena ibu sakit/bekerja.
e) Bayi bingung puting
f) Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek.
g) Teknik menyusui yang salah.
h) ASI kurang lancar/yang terlalu deras memancar
i) Pemberian makanan yang terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI eksklusif sampai bayi umur 4
bulan.
j) Pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh. Akibatnya sebentar-sebentar bayi
akan berhenti menghisap.
Penatalaksanaan dengan jalan:
Menyusui yang sering, sehingga payudara tidak terlalu penuh yang menyebabkan pancaran ASI
keras.
Dapat pula payudara dipijat sebelum memulai menyusui agar pancaran keras yang terjadi pada
permulaan menyusui sudah berkurang dahulu sebelum bayi dibolehkan menghisap.
Dapat diusahakan untuk menyusui dengan berbaring terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara
k) Nipple confusion (bingung puting)
Pada bayi yang waktu menyusui diselang-seling dengan susu botol sering mengalami kebingungan,
karena anatomi puting susu dan dot sangat lain. Pada menyusui si bayi harus menghisap dengan
cukup kuat, pada dot susu akan mengalir dengan isapan yang ringan. Hal ini menyebabkan bayi

malas menyusu pada ibunya. Dapat pula terjadi pada puting susu yang kecil atau rata. Pada keadaan
ini bayi tidak berhasil menangkap puting untuk dihisap, seingga tidak suka menyusu.
Penatalaksanaan dengan jalan:
Menghindari pemakaian dot botol. Bila diperlukan pengganti ASI pakailah sendok atau pipet.
l) Pada bayi yang mengantuk kadang-kadang malas menyusu. Untuk mengatasi agar bayi jangan
mengantuk atau tertidur, buka selimut dan baju bayi supaya bayi terasa dingin dan terbangun. Bila
bayi mengantuk juga harus dibangunkan.
c. Keuntungan Pemberian ASI
Keuntungan pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1) Air susu ibu adalah bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir dengan cukup umur, selama
bulan-bulan pertama kehidupan mereka.
2) ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih cepat dan mudah
dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi
makanan buatan
3) Air Susu Ibu itu selalu segar dan bebas dari segala macam bacteria yang menularkan, sehingga
dengan demikian kemungkinan akan terjadinya gangguan saluran pencernaan makanan menjadi
lebih kecil
4) ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
5) ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak
menyusui bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu percaya bahwa ASI dalam payudara bisa
basi, padahal hal ini tidak akan terjadi.
6) Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan.
7) Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan
berikutnya.
8) Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu
terjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan mencintai satu sarna
lain. Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat
dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian
hari.
9) ASI murah, tidak perlu dibeli
10) Semua ASI khusus untuk bayi, sedangkan susu buatan lainnya dapat digunakan untuk keluarga
lain dan tamu.
11) ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan anak sampai
tahun kedua kehidupan.
12) Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat meningkatkan martabat
wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
13) ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi.
14) ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansi
spesifik untuk bayi.
15) ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin.
16) ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apapun, sedangkan susu botol hanya cukup 4
jam.
17) Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari beberapa penyakit
tertentu.
18) Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan:
Terjadi laktasi amenorea, dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.
Mempercepat terjadinya involusi uterus.
Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mamae.
Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik sehingga menumbuhkan
hubungan batin lebih sempurna.

19) Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pembeian ASI dengan jalan call feeding.
Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari
2) Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan
3) Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
4) Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif. Beberapa ibu merasa bahwa
dia tidak cukup ASI, padahal sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASInya. Mereka
khawatir akan gejala-gejala yang tidak ada hubungannya dengan ASI atau mereka tidak biasa
dengan variasi normal yang terdapat pada bayi yang minum. Apabila bayi tumbuh baik dan
kencingnya cukup, tidak perlu ibu khawatir kalau :
Bayi menyusui sering 8-12 kali perhari
Bayi tampak lapar. ASI dicerna lebih cepat daripada susu formula dan lebih sesuai untuk usus bayi
yang masih belum matur. Sehingga bayi yang minum ASI perlu menyusu lebih sering.
Kebiasaan menyusui bayi anda, kenaikan berat badannya dan pola tidurnya jangan dibandingkan
dengan bayi lain, karena tiap bayi adalah individu yang sunik dan terdapat variasi yang luas,
asalkan masih dalam batas-batas yang normal
Bayi tiba-tiba meningkat frekuensi dan lamanya menyusui. Bayi yang tidur saja pada mingguminggu pertama, sering secara tiba-tiba seolah-olah terbangun dari tidurnya dan menyusu lebih
Bering. Demikian pula pada bayi yang dalam masa pertumbuhan pada masa ini mereka menyusu
lebih sering dari biasa untuk mendapatkan lebih banyak ASI untuk memenuhi kebutuhannya
Bayi tiba-tiba menurun lamanya menyusu, kurang 5-10 menit tiap payudara. Mungkin karena dia
lebih berpengalaman menyusu, sehingga mendapat ASI yang diperlukan lebih cepat
Bayi tiba-tiba tidak mau menyusu. Kemungkinan karena hidung tersumbat karena pilek atau karena
tumbuh gigi.
Bayi tampak gelisah. Bisa karena lapar atau keadaan lingkungan yang tidak nyaman, misal bayi
kepanasan karena selimut tebal
Dari payudara ibu hanya sedikit/sama sekali tidak ada ASI yang menetes
kalau lama disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah ASI yang
diproduksi
Payudara ibu tiba-tiba tampak lembek. Hal ini mungkin karena anak menyusu lebih kuat dan lebih
sering sehingga payudara tidak penuh
Refleks let dowm terasa lebih kuat. Kadang- kadang beberapa ibu tidak merasa adanya refleks let
down, yaitu ASI yang keluar dengan deras pada
saat bayi menyusu
d. Teknik Menyusui
Teknik pemeberian ASI perlu diperhatikan secara seksama. Bayi harus dalam keadaan lapar pada
saat dia akan disusukan, pakaiannya harus kering, tidak terlalu dingin ataupun tidak terlalu panas
serta digendong secara nyaman dalam kedudukan setengah duduk.
1) Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan, seperti kapas, air hangat,
handuk kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk penopang bayi, selimut kecil, dan penopang kaki
ibu. Siapkan semua sesuai dengan kebutuhan.
2) Baringkan bayi di atas bantal denga baik sehingga posisi bayi saling berhadapan dengan ibu.
Perut bu berhadapan dan bersentuhan dengan perut bayi. Perhatikan kepala agar tidak terjadi
pemuntiran leher dan punggung bayi harus lurus (tidak membungkuk).
3) Mula-mula masase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting susu, tujuannya
untuk menjaga kelembapan puting. Kemudian oleskan puting susu ibu ke bibir bayi untuk
merangsang refleks hisap bayi (rooting refleks).
4) Topang payudara dengan tanga kiri atau tangan kanan dan empat jari menahan bagian bawah
areola mamae sampai bayi membuka mulutnya.
5) Setelah bayi siap menyusu masukan puting susu sampai daerah ereola mamae masuk ke mulut

bayi. Pastikan bayi menghisap dengan benar dan biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Jaga agar
posisi kepala tidak menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusu dengan
benar. Saat menghisap akan sering terlepas karena tidak ada tahanan pada kepala. Mulut bayi tidak
tertekan pada buah dada ibu.
6) Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat menghisap
denga benar. ASI keluar dengan lancar dan puting susu ibu tidak lecet. Bila posisi tidak benar dan
puting susu ibu lecet akan menjadi pintu masuk kuman yang membahayakan ibu dan bayi.
7) Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua payudara sehingga
mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada kedua payudara.
8) Bila menhadapi masalah, segera cari bantuan petugas yang memahami tata laksana ASI sehingga
segera mendapatkan pemecahannya, karena bila produksi ASI mengalami penekanan, produksinya
akan segera berhenti dan sulit untuk dirangsang kembali.
9) Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya puting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI dan
biarkan kering sendiri untuk menjags kelembapan.
10) Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan meletakkan bayi telungkup
kemudian punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan
dan tepuk punggung bayi.
Menyusui waktu malam
Beberapa ibu mencoba menidurkan bayi mereka sepanjang malam tanpa disusui. Sebenarnya, akan
lebih baik hila ibu menyusui bayinya pada waktu malam
hari selama diinginkan oleh bayi, karena :
Menyusui waktu malam membantu menjaga pasokan ASI karena bayi
mengisap lebih sering,
Menyusui waktu malam sangat bermanfaat bagi ibu pekerja, dan
Menyusui waktu malam sangat renting untuk menunda kehamilan
e. Lama menyusui
Petugas kesehatan dahulu sering menasihati ibu untuk menyusui dalam waktu sangat singkat,
misalnya 2-3 menit pada beberapa hari pertama. dan 5-10 menit hari-hari kemudian. Mereka
percaya bahwa bila isapan bayi yang terlalu lama bisa menyebabkan nyeri pada puting susu.
Sekarang telah diketahui bahwa lama menyusui tidak menjadi masalah mengisap dalam posisi
salahlah yang mennyebabkan nyeri pada puting susu. Oleh karena itu, harus diperhatikan agar :
Mulut bayi pas pada puting susu dan kemudian biarkan bayi mengisap semuanya.
Banyak bayi yang selesai menyusu dalam waktu 5-10 menit, tetapi sering ada yang lama, mungkin
sampai setengah jam. Ini tidak menjadi masalah. Penelitian mutakhir memperlihatkan bahwa bayi
yang menyusu dengan lambat mendapatkan ASI sama banyaknya dengan bayi yang menyusu
dengan cepat. Bila ibu yang bayinya menyusu dengan lambat berhenti menyusui sebelurn bayi
selesai, bayi mungkin tidak mendapat susu akhir yang kaya energi yang diperlukan untuk turnbuh
dengan baik.
f. Pemberian minum pada bayi (bila bayi dengan berat lahir rendah)
Pada umumnya bayi lahir rendah sudah harus diberi minum dalam waktu 2 jam sesudah lahir. Bila
mungkin berikanlah susu ibu yang dipompa (expressed breast milk) dan yang segar, oleh karena
ASI dari bank ASI mengandung nilai energi (energy value) yangrendah bila dibandingkan dengan
AS yang segar. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar lemak di dalam susu dari bank ASI.
Untuk bayi berat lahir rendah yang sehat volume susu yang diberikan adalah sebagai berikut:
Umur 1 hari : 60 ml/kg
Umur 2 hati : 90 ml/kg
Umur 3 hari : 120 ml/kg
Umur 4 hari : 150 ml/kg
Umur 10 hari : 180 ml/kg

Umur 14 hari : 200 ml/kg


Untuk beberapa bayi terutama bayi kecil untuk masa kehamilan mungkin lebih dari 200 ml/kg dan
mungkin mencapai 250 ml/kg/hari. Untuk bayi berat lahir rendah yang baru sembuh dari penyakit
berat:
Hari pertama : 20 ml/kg
Hari kedua : 40 ml/kg
Hari ketiga : 60 ml/kg
Hari keempat : 80 ml/kg
Hari kelima : 100 ml/kg
Hari keenam : 120 ml/kg
Hari ketujuh : 150 ml/kg
Pada bayi dengan berat di atas 1500 gram dapat dimulai dengan 3 ml/kg/setiap 2 jam dan setiap kali
bayi akan diberi minum, cairan lambung harus dikeluarkan. Pemberian minum berikutnya dapat
ditambah 1 ml-20 ml setiap kali minum. Berikutnya mungkin dapat diberi minum setiap 3 jam. Bila
cairan lambung yang dihisap lebih dari 2 ml, maka jumlah susu yang akan diberikan harus
dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan sebelumnya. Kegaalan pemberian pengganti ASI
dapat dilihat dari turunnya berat badan yang lebih dari 10% yang disebabkan oleh pencemaran
kuman patoe atau susunan nutrien yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.
g. Susu Buatan
Memberi makanan buatan (artificial feeding) dapat dilakukan apabila terdapat kontra indikasi untuk
menyusui, produksi ASI sangat kurang atau tidak ada, atau ibu tidak bersedia menyusui oleh karena
takut kehilangan daya tarik atau karena bekerja di luar rumah. Oleh karena minuman buatan ini
fungsinya sebagai pengganti susu ibu, maka seterusnya akan disebut pengganti ASI.
Pengganti ASI dapat dibagi dalam berbagai jenis:
1) Menurut rasa
Manis, misalnya susu sapi yang diencerkan sendiri, SGM, S 26, Almiron, Meiji manis, Morinaa
manis, Isomil, Enfamil, Vitalac dan lain-lain.
Asam, misalnya Camelpo 2, Eledon, Dumex, Cap Bendera asam. Pengganti ASI asam sesudah
diencerkan lebih tahan terhadap kontaminasi daripada yang manis.
2) Menurut pH cairan
Diasamkan (acidified, acidulated) dan tidak diasamkan (non-asidified, non-acidulated). Contoh dan
sifat serupa penganti ASI yang manis.
3) Menurut kadar nutrien
Rendah laktosa, misalnya Almiron, Isomil, Sobee.
Rendah lemak, misalnya Eledon.
Dengan lemak yang terdiri atas asam lemak dengan rantai c 8-10 (middle chain triglycerides atau
MC), misalnya Portagen, terutama untuk bayi dengan berat badan lahir rendah.
4) Menurut sumber protein
Dibuat dari kacang kedelai, misalnya Sobee Isomil. Umumnya bahan makanan ini tidak tidak
berasal dari susu dan digunakan untuk bayi yang alergi terhadap susu ibu atau susu sapi.
5) Menurut maksud penggunaan
Dimaksudkan untuk makanan bagi bayi dengan gangguan penyerapan atau kelainan metabolic
bawaan (inborn error of metabolism), misalnya Lofenalac untuk bayi dengan fenilketonuria,
Portagen untuk gangguan pencernaan lemak pada fibrosis sistika, Nutramigen, Sobee, Isomil untuk
bayi dengan galaktosemia, dan sebagainya.
6) Penggolongan berdasarkan komposisi nutrien
Adapted formula yang mempunyai komposisi nutrien yaitu (contohnya Vitalac, S 26, Nutrilon) dan
complete formula yaitu formula lain yang mengandung lengkap nutrien (contohnya SGM,
Lactogen, Enfamil, Morinaga).

h. Keburukan Pemberian Makanan Buatan


1) Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak
merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh
sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.
2) Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih
sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
3) Pemborosan
Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya.
Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan
rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi
susu botol sering kelaparan.
4) Kekurangan vitamin
Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.
5) Kekurangan zat besi
Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi makanan
buatan bisa terkena anemia karena kekurangan zat
besi.
6) Terlalu banyak garam
Susu sapi mengandung garam terlalu banyak yang kadang-kadang menyebabkan hipernatremia
(terlalu banyak garam dalam tubuh) dan kejang,
terutama bila anak terkena diare.
7) Terlalu banyak kalsium dan fosfat
Hal ini menyebabkan tetani yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-kejang).
8) Lemak yang tidak cocok
Susu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI,
untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu
sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam
linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan
otak. Susu skim kering tidak mengandung lemak,
sehingga tidak mengandung cukup banyak energi.
9) Protein yang tidak cocok
Susu sapi mengandung terlalu banyak protein kasein. Kasein ini mengandung campuran asam
amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi
yang belum sempuma. Petugas kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu untuk mengencerkan
susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi, susu yang diencerkan tidak
mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan
otak bayi.
10) Tidak bisa dicerna
Susu sapi lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Juga
karena kasein membentuk gumpalan susu tebal yang sulit dicerna. Karena susu sapi lambat dicema
maka lebih lama untuk mengisi
lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu
sapi bisa menderita sembelit, yaitlu tinja menjadi Iebih
tebal dan keras.
11) Alergi
Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak
masalah alergi, misalnya asma dan eksim.

7. Peran Perawat
Peranan petugas dalam pendidikan kesehatan pada keluarga khususnya ibu Pendidikan kesehatan
tidak hanya berupa bimbingan pribadi tetapi juga pendidikan umum bagi masyarakat. Petugas
kesehatan harus mencoba mendidik
masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus dilakukan oleh si ibu. Akan
tetapi petugas kesehatan harus mengetahui masyarakat yang bagaimana di tempat dia bekerja dan
harus diketahui pula apa yang telah dilakukan masyarakat untuk
kesehatan mereka sendiri termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi dalam
keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada
masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain:
a) Beritahukan kepada para ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI dan manajemen laktasi.
Pada klinik pelayanan pranatal, kepada para ibu hamil diberikan :
Informasi mengenai keuntungan menyusui dan manajemen laktasi
Bimbingan khusus kepada ibu hamil yang belum pernah menyusui dan ibu yang mempunyai
masalah laktasi.
Kalau memungkinkan penyuluhan diberikan dengan menggunakan alat "audiovisual", alat peraga,
poster, atau diberikan semacam "leaflet".
b) Bantulah para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama setelah melahirkan.
Kepada para ibu dalam setengah jam pertama setelah melahirkan diberi bantuan oleh petugas untuk:
Ibu dapat saling bersentuhan dengan bayinya/mengawali pemberian ASI.
Kepada ibu dengan bedah besar (kalau ibu dan anak dalam keadaan sehat), harus diberikan
kesempatan untuk saling bersentuhan/mengawali menyusui dalam setengah jam setelah ibu sadar
dan selanjutnya dilakukan rawat gabung.
c) Tunjukkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan
laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka. Petugas yang terkait dengan peningkatan
penggunaan ASI:
Memberikan bantuan kepada semua ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dalam waktu 6 jam
setelah melahirkan.
Diperlihatkan kepada semua ibu yang menyusui bagaimana cara meletakkan bayi dan melekatkan
mulut bayi dengan benar pada saat bayi sedang menyusu.
Kepada ibu-ibu yang menyusui diberi petunjuk bagaimana caranya mengeluarkan ASI secara
manual, apabila terpaksa ibu terpisah dari bayinya. Dengan demikian produksi ASI dapat tetap
dipertahankan dan ASI-nya dapat diberikan kepada bayinya.
Ibu-ibu yang belum pemah menyusui dan ibu-ibu dengan masalah laktasi, diberi bantuan khusus
dan nasihat mengenai di mana mereka dapat memperoleh bantuan kalau nanti masih ada masalah
setelah mereka pulang.
d) Jangan beri makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru lahir selain ASI,
kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
Tidak memberikan minuman lain selain ASI, kecuali atas indikasi yang jelas.
Misalnya: ibu dengan komplikasi persalinan yang berat sehingga tidak memungkinkan pada saat itu
untuk menyusui.
e) Setelah melahirkan, ibu dan bayi dirawat bersama dalam satu kamar selama 24jam sehari.
Pemisahan hanya dilakukan kalau ada indikasi medis yang jelas. Harus ada fasilitas rawat gabung di
rumah sakit /RSB/Puskesmas.
Untuk bayi yang lahir normal, bayi selalu bersama ibu.
Untuk ibu/bayi yang mengalami komplikasi, rawat gabung dilakukan setelah
kondisinya memungkinkan untuk rawat gabung
f) Anjurkan pemberian ASI tanpa dijadwal (on demand). Kepada ibu-ibu yang menyusui dianjurkan
memberikan ASI bila bayi maupun ibu menghendaki, tanpa dijadwal. Karena pemberian ASI yang
tanpa dijadwal, disertai dengan tidak ada pembatasan mengenai lama maupun frekuensi pemberian
ASI, akan melancarkan produksi ASI.

g) Jangan beri dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu. Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak memberikan susu dengan
menggunakan dot atau memberi kempeng (pacifier) kepada bayi yang baru belajar menyusu, karena
dapat mengakibatkan bayi bingung puting. Bila bayi dirawat terpisah, ASI diberikan dengan
sendok, pipet, atau sonde. Demikian
pula pemakaian susu formula atas indikasi medis, tidak diberikan dengan menggunakan botol dot.
h) Harus ditekankan pula kepada ibu-ibu agar sedapat mungkin memberikan ASI saja sampai anak
berumur 4 bulan, setelah itu baru diberikan makanan tambahan.
i) Menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu yakin bahwa menyusui
merupakan topik yang harus dimasukkan dalam penyuluhan di BKIA, diruang rawat jalan rumah
sakit, di puskesmas. Tidak perlu berbicara mengenai menyusui setiap minggu. Sebaiknya menyusui
merupakan salah satu topik dalam rencana pendidikan kesehatan. Petugas kesehatan harus mencoba
untuk berdiskusi dengan ibu bukan berceramah.
j) Beritahukan kepada ibu bahwa kolostrum penting untuk bayi. Adanya kebiasaan masyarakat
membuang kolostrum (susu pertama) karena
anggapan kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi padahal meningkatkan kesehatan.
Kolostrum merupakan yang paling tinggi gizi dan
zat kekebalannya.
8. Peran Suami dan Keluarga pada ibu menyusui
Menyusui akan mempengaruhi seluruh keluarga khususnya suami. Suami harus dilibatkan dalam
perpisahan, keberhasilan menyusui secara eksklusif karena sikap suami dalam memberikan
dorongan atau sokongan moril dan material sangat penting untuk menentukan kegagalan ataupun
keberhasilan seorang ibu khususnya yang bekerja di luar rumah dalam pemberian ASI eksklusif
pada bayinya. Disamping itu dukungan dari orang tua maupun anggota keluara terdekat lain juga
sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Menyusui secara penuh hanya berlangsung selama 4-6 bulan. Selama masa itu banyak hal yang
dapat dilakukan seorang ayah untuk menjalin hubungan dengan bayinya. Dia dapat melakukan
semua yang dilakukan seorang ibu kecuali menyusui, untuk mempererat hubungan dengan bayinya.
Lagipula suami perlu memberi dukungan dan semangat pada istrinya yang menyusui dan si bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa sikap positif suami terhadap kegiatan menyusui sangat penting
untuk menentukan apakah istri memilih akan menyusui si bayi, dan kemudian meneruskannya.s
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IBU MENYUSUI
A. PENGKAJIAN
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga dan ibu, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga dan ibu,
komposisi keluarga.
b. Tipe keluarga
c. Suku bangsa
d. Agama
e. Status sosial ekonomi keluarga
f. Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah

b. Karakteristik tetangga
c. Mobilitas eorafis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sumber pendukung keluarga
f. Sumber yang tidak mendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Kaji kultur/budaya keluarga
Kaji sikap suami saat istri/ibu menyusui
Pola laktasi
Kaji tentang perawatan ANC
Kaji nutrisi pada keluarga, terutama ibu
b. Fungsi Sosialisasi
Kaji skap keluarga terhadap ibu yang menyusui
Kaji sumber dukungan
Kaji sumber yang tidak mendukung
c. Fungsi Kognitif
Kaji pengetahuan ibu dan keluarga tentang ASI
Kaji sumber dukungan keluarga dengan kartu KMS
Tanyakan pada keluarga nutrisi apa saja yang telah diberikan pada anggota keluarga yang menyusui
d. Perawatan kesehatan
Mengenal masalah kesehatan (terutama ASI)
Mengambl keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat untuk ibu yang menyusui.
Merawat anggota keluarga yang sakit akibat terjadi masalah pada masa laktasi
Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
e. Fungsi reproduksi
f. Fungsi ekonomi
6. Stres dan koping keluarga
Stresor jangka pendek
Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor
Strategi koping yang digunakan
Strategi adaptasi disfungsional
7. Harapan keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan menyusui yang terhenti pada Ibu H keluarga Bapak K
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah ibu yang sedang bekerja.
2. Pola menyusui tidak efektif pada Ibu H keluarga Bapak K berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga dalam melakukan laktasi yang efektif dan benar.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi pada bayi Ibu H keluarga bapak K berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga tentang keuntungan/manfaat dari pemberian ASI.
4. Gangguan cemas pada ibu H keluarga bapak K berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
melakukan laktasi/pemberian ASI eksklusif pada bayi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemberian ASI oleh ibu melahirkan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya, psikologis,
fisik si ibu, kurangnya petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu
kaleng.
2. Terdapat kecenderungan menurunnya lamanya menyusui. Hal ini ada kaitan tingkat partisipasi
wanita dalam angkatan kerja maupun akibat gencarnya promosi dari periklanan susu buatan serta
luasnya distribusi susu buatan.
3. Masih kurang pengetahuan ibu terhadap manfaat-manfaat ASI pada anaknya dimana sering
dijumpai kebiasaan yang bertentangan dalam hal pemberian ASI
4. Kecenderungan menurunnya angka ibu menyusui terutama di kota-kota besar
diakibatkan oleh gencarnya promosi dan luasnya distribusi susu kaleng.
5. Peranan, sikap dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan berkaitan
dengan menyusui.
6. Pendidikan kesehatan pada keluarga (masyarakat) dapat dilakukan oleh petugas melalui beberapa
cara antara lain: kerjasama dengan dukun bersalin, bekerja melalui kelompok dalam masyarakat,
menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA, melalui penggunaan media dan melalui selebaran atau
poster.
B. Saran
1. Hendaknya praktek-praktek promosi pemberian ASI dikontrol seketat mungkin agar tidak
menyesatkan masyarakat.
2. Hendaknya petugas masyarakat mengurangi pemberian pemasaran susu botol kepada ibu bayi.
3. Jumlah tenaga kesehatan seharusnya ditambah agar pengetahuan masyarakat mengenai
pemberian ASI akan Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.
Purwabti, Hubertin Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC: Jakarta.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta.
Carpenito. 2001. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
www.yahoo.com. Siregar, Arifin. 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh Ibu
Melahirkan.
Diposkan oleh Maryadi hazil di 06:39

Anda mungkin juga menyukai