Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, dilahirkan dengan
ciri khas dan watak berbeda-beda yang menjadikan seseorang itu unik,
mempunyai kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari
di lingkungan masyarakat, manusia saling berinteraksi dan menciptakan suatu
kebudayaan yang mempengaruhi

tingkah laku kebudayaan individu, setiap

generasi baru memberikan corak kepribadian baru dari generasi sebelumnya dan
bereaksi terhadap lingkungannnya, yang merupakan akibat dari perbedaan
kepribadian dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam usaha penyesuaian diri
terhadap kebutuhan manusia sedapat mungkin tidak menyimpang dari ketentuanketentuan yang berlaku dalam kelompoknya. Pengalaman tersebut sangat
mempengaruhi kepribadian tiap individu sehingga menandai terbentuknya suatu
individu. 1
Kepribadian adalah sesuatu yang unik dan menetap yang didapat dari
pengalaman diri yang bermanifestasi menjadi perilaku yang teramati, bersifat
konsisten dan sering disebut sebagai sifat, karakter, dan ciri pembawaan.
Kepribadian juga bersifat fleksibel dalam beradaptasi dengan lingkungannya,
dimana fleksibilitas tersebut biasanya hilang jika terjadi gangguan kepribadian.
Yang dimaksud dengan Gangguan Kepribadian adalah bentuk yang sangat rigid
dari suatu ciri kepribadian yang teramati dari perilakunya, yang tampak dari
sikapnya yang ekstrim dan berlangsung lama. Dikatakan terganggu jika
menyebabkan hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan yang menimbulkan
distress bagi individu, yang pada umumnya individu tersebut tidak menyadari
perilaku bermasalahnya.1 Gangguan kepribadian secara khas sudah dapat diamati
sejak masa remaja atau dewasa muda, dan kurang lebih 9%-13% seluruh orang
dewasa mengalami gangguan kepribadian. Mereka yang memiliki gangguan
kepribadian memiliki beberapa fitur yang berbeda termasuk gangguan psikologis
dalam diri, kemampuan untuk memiliki hubungan interpersonal yang sukses,
kesesuaian dari jangkauan emosi, cara memahami diri mereka sendiri, orang lain
dan dunia dan kesulitan memiliki konbtrol impuls yang tepat. Orang dengan
1

gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku maladaptifnya. Karena


mereka tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh
masyarakat sebagai gejala, mereka sering kali tidak termotivasi untuk melakukan
pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan. 2,3
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk dapat lebih mengetahui dan
memahami tentang ganguan kepribadian. Selain itu juga untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam kepaniteraan klinik Psikiatri Program Pendidikan Profesi
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran di Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Soekanto.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas dari ciri perilaku dan
emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari
dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan. Kepribadian
meliputi segala, corak perilaku manusia yang terhimpun dalam dirinya, dan yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap rangsang baik
yang datang dari lingkungannya (dunia luarnya) maupun yang berasal dari
2

dirinya sendiri (dunia dalamnya), sehingga corak perilakunya itu merupakan


suatu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu. Kepribadian berkembang
menuju ke kematangan badani, emosional, intelektual, sosial, kultural dan
spiritual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor badani (keturunan,
susunan saraf, hormonal, imunologis), emosional (mekanisme penyesuaian diri)
sosial (hubungan antar manusia, adat-istiadat, kultural) dan spiritual (kpercayaan)
serta intelektual (taraf intelegensi).10
2.2. Pembentuk Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian,
dapat dibedakan dalam dua golongan :
a.
Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannnya dengan fungsi dan
peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya sebagai laki-laki atau
perempuan seseorang mempunya hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari
peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih terikat
pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun
demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau
dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang strukur kebudayaan
dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
1. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena
medianya (orang tua, saudara, media massa, dll) tidaklah sama pula
2.
b.

pada setiap orang.


Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang

terjadi pada dirinya sendiri.


Pengalaman yang khusus, yaitu khusus yang dialami individu sendiri.
Pengalaman ini pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam
masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun khusus diatas memberi

pengaruh yang

berbeda-beda pada tiap individu

itupun merencanakan

pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia


membentuk dalam dirinya suatu struktur kepribadian yang tetap (permanen).
Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama
makin dewasa disebut proses pembentukan identitas diri. Proses pembentukan
identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkatan yang harus
3

dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untk menjadi identik (sama) dengan
orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, guru, dsb. Pada masa remaja tahap
identifikasi ini menyabakan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena
remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh
sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannnya, tokoh politik
favoritnya, dsb. Jika kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan
sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan
menderita gangguan-gangguanan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu
penting sakali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri idenitas dirinya
dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk
akhirnya menjadi dirinya sendiri.6
2.3. Definisi Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri
kepribadian yang menetap, kronis dapat terjadi pada hampir semua keadaan,
menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan maladaptif serta
menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi
pada akhir masa remaja atau pada masa awal dewasa. Hal ini disebabkan pada
usia ini masalah-masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan
kompleks.6
Gangguan kepribadian khas (F60 PPDGJ-III) adalah suatu gangguan berat
dalam konstitusi karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang,
biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian, dan hampir selalu
berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial.8
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat
kepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Akibatnya ia akan mengalami kerusakan berat dalam hubungan
sosialnya atau dalam bidang pekerjaannya atau dirinya terasa sangat menderita.
Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik.
Artinya

orang

dengan

gangguan

kepribadian

akan

berusaha

merubah

lingkungannya untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu, gejalagejalanya juga egosintonik, artinya orang dengan gangguan kepribadian dapat
menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang dengan gangguan
kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.6
4

2.4. Etiologi
a. Faktor Genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik
pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperament, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial,
kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama
dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
b. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin
mengalami kepribadian menghindar.
c. Faktor Biologis
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan
esterone.
Neurotransmitter. Aktivasi dopaminergik dan serotoninergik.
Peningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik tertentu
seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada
beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi,
impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektro
ensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan
gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisosial dan
ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
d. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual.
5

Selanjutnya Wielhelm Rich mengajukan istilah Character armor untuk


menggambarkan gaya defensif karakteristik yang digunakan seseorang
untuk melindungi dirinya sendiri dari impuls internal dan dari
kecemasan interpersonal dalam hubungan yang bermakna.
e. Interaksi antara faktor temperamen dengan faktor lingkungan
Berdasarkan hasil observasi jangka panjang sejak bayi, Stella
Chess dan Alexander Thomas mengemukakan teori Goodness of fit
yaitu beberapa jenis gangguan kepribadian adalah hasil interaksi dari
ketidakcocokan antara temperamen seorang anak dengan cara mendidik
anak.
f.

Faktor lingkungan dan budaya


Lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran dan
agresif sering menanamkan dasar-dasar paranoid dan antisosial.6

2.5. Kriteria Diagnostik


a. Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesadaran, pengendalian impuls,
cara memandang dan berpikir, serta gaya yang berhubungan dengan
orang lain.
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak
terbatas pada episode penyakit jiwa.
c. Pola perilaku abnormalnya pervasif (mendalam) dan jelas maladaptif
terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas.
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan
berlanjut sampai usia dewasa.
e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress)
cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut.
f.

Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna


dengan masalah-masalah dalm pekerjaan dan kinerja sosial.

Untuk mendiagnosis berbagai subtipe, bukti nyata dibutuhkan paling sedikit


tiga dari ciri perilaku diatas. 5
2.6. Gejala Umum Gangguan Kepribadian
6

Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan berbagai pengalaman


konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka.
Gejala secara umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap
kategori yang ada. Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan :
a.
Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari sosial
expectation. Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:
Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan
interpretasi terhadap dirinya, orang lain dan waktu.
Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil,

b.

intensitas dan cakupan).


Fungsi-fungsi interpersonal.
Kontrol terhadap impuls.
Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu

c.

dan berpengaruh pada situasi sosial.


Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan
distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-

d.

fungsi sosial penting lainnya.


Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat
muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada

e.

episode penyakit jiwa.


Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang
muncul yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.
Ganguan kepribadian khas adalah suatu gangguan dalam konstitusi

karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi


bebarapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan
kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada pada
individu yang berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia
dibawah 18 tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada
remaja awal, bila pun adanya gejala-gejala tertentu yang tampak, maka gejala
tersebut menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua gejala yang ada
dapat didiagnosa sebagai bentuk gangguan kepribadian.5
2.7. Faktor Resiko
Meskipun penyebab gangguan kepribadian umumnya tidak diketahui secara
jelas, faktor-faktor tertentu tanpaknya meningkatkan resiko berkembang atau
memicu terjadinya gangguan kepribadian, diantaranya :

a. Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental


b.
c.
d.
e.

lainnya.
Status sosial ekonomi rendah
Pelecehan verbal, fisik dan seksual selama masa kanak-kanak
Diabaikan selama masa kanak-kanak
Kehidupan keluarga yang tidak stabil dan kacau selama masa kanak-

f.

kanak.
Kehilangan orang tua karena proses kematian atau perceraian yang
traumatik selam masa kanak-kanak.3,5

2.8. Resiko Gangguan Kepribadian


Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian
dapat berdampak pada :
a. Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan
ketidak mampuan untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang
disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat.
b. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang
mengalami gangguan kepribadian ambang dan cluster.
c. Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
d. Depresi, kecemasan dan gangguan makan.
e. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan
kepribadian ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa
perhitungan seperti terlibat pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam
perjudian. Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami
pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik karena individu ini
hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung pada
orang tersebut).
f. Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan
kepribadian paranoid dan antisosial.
g. Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko
lebih besar melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri
bersangkutan dipenjara.
h. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari
bila tidak mendapatkan perawatan secara baik. 3
2.9. Klasifikasi dan Penjelasannya
Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV,
yaitu :

a. Kelompok A (odd/eccentric cluster)


Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan schizotypal.
Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku yang aneh dan
eksentrik.
b. Kelompok B (dramatic/erratic cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik dan
narsistik. Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku yang
dramatik atau berlebih-lebihan.
c. Kelompok C (anxious/fearful cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent dan obsessivecompulsive, individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku cemas
dan ketakutan.7
Pada pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke III (PPDGJ-III)
gangguan kepribadian khas dibagi menjadi :
F60 Gangguan kepribadian khas
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian disossional
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
.30 Tipe impulsif
.31 Tipe ambang
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT

a.

Gangguan Kepribadian Paranoid


Ganguan kepribadian paranoid ditandai dengan ketidakpercayaan
terhadap orang lain bahwa orang lain berniat buruk kepadanya, berniat
pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks. 9 Pasien
dengan gangguan kepribadian paranoid mempunyai kecurigaan terusmenerus dan berlebihan bahwa orang disekitarnya memilki motif jahat.
Mereka menolak bertangguang jawab atas perasaan mereka sendiri dan

melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka sering kali bersikap
bermusuhan, mudah tersinggung dan marah.5
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme
pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai
motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk
membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir
secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasisosial,
orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen,
tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan
berdasarkan teori kognitif- behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu
dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang
yang membahayakan dan yang tidak.3,5
Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak
memiliki kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka
miliki terhadap orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak
kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam
kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara
berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman untuk berada
bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan
lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja mereka
akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan dimanfaatkan oleh
orang lain.2
Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh
pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan
yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak
menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga dapat
menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.4
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, dan
gangguan ini tampaknya tidak memiliki pola familial. Gangguan ini
10

biasanya muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi
dari rasa tidak percaya dan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain
sehingga menghasilkan kesalah pahaman atas tindakan orang lain sebagai
sesuatu yang akan merugikan dirinya. Secara spesifik penyebab dari
munculnya gangguan ini masih belum diketahui, namun seringkali dalam
suatu kasus muncul pada individu yang memiliki anggota keluarga dengan
gangguan

skizofrenia,

dengan

kata

lain

faktor

genetik

masih

mempengaruhi.5
Pedoman diagnosis :
a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
b) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral
atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan.
c) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati masa kecil.
d) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi yang ada (actual situation).
e) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justication), tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya.
f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara belebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self
referential attitude).
g) Preekupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien
maupun dunia pada umumnya.
Untuk diagnosis diatas dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
Diagnosis banding:
1. Skizofrenia paranoid
Dapat dibedakan karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan
pada gangguan kepribadian paranoid.
11

2. Gangguan kepribadian ambang


Karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara berlebihan dan
rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien ambang.
Prognosis
Pada umumnya, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal bersama orang lain.
Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah sering ditemukan
Terapi
a. Psikoterapi. Psikoterapi merupakan perawatan yang paling menjanjikan
bagi para penderita gangguan kepribadian paranoid. Orang-orang yang
menderita penyakit ini memiliki masalah mendasar yang membutuhkan
terapi intensif. Hubungan yang baik antara terapis dengan klien kunci
kesembuhan klien. Walau masih sangat sulit untuk membangun suatu
hubungan yang baik dikarenakan suatu keragu-raguan yang timbul serta
kecurigaan dari diri klien terhadap terapis.5 Walau penderita gangguan
kepribadian paranoid biasanya memiliki inisiatif sendiri untuk
melakukan perawatan, namun sering kali juga mereka sendiri jugalah
yang menghentikan proses penyembuhan secara prematur ditengah
jalan. Demikian juga dengan pembangunan rasa saling percaya yang
dilakukan oleh sang terapis terhadap klien, dimana membutuhkan
perhatian yang lebih. Kemungkinan jangka panjang pada penderita
gangguan kepribadian paranoid bersifat kurang baik, kebanyakan yang
terjadi terhadap penderita dikemudian hari adalah menetapnya sifat yang
sudah ada sepanjang hidup mereka, namun dengan penanganan yang
efektif serta bersifat konsisten maka kesembuhan bagi penderita jelas
masih terbuka.6
b. Farmakoterapi. Berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Obat
yang digunakan diantaranya, obat antiansietas (diazepam), antipsikotik
(thiorizadine atau haloperidol).

12

b.

Gangguan Kepribadian Skizoid


Gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya
keinginan dan tidak menikmati hubungan sosial, mereka tidak memiliki
teman dekat. Orang dengan gangguan ini tampak tidak menarik karena tidak
memiliki kehangatan terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan
diri. Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan
aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Mereka mungkin menjalani
kehidupan mereka sendiri dan hubungan dengan orang lain sangat kecil.
Riwayat kehidupan orang tersebut mencerminkan minat sendirian dan
pada keberhasilan pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang sukar
ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka mungkin hanya
semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan
seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanamkan sejumlah besar
energi afektif dalam minat yang bukan manusia, seperti matematika dan
astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik pada binatang. Walaupun
terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada kemungkinan orang
tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu gagasan
yang asli dan kreatif.10
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid tidak ditentukan
secara jelas. Gangguan mungkin mengenai 7,5% populasi umum.
Rasio

jenis

kelamin

untuk

gangguan

ini

tidak

diketahui, walaupun beberapa penelitian melaporkan suatu


r a s i o p r i a t e r h a d a p wanita adalah 2 : 1. Orang dengan gangguan
cenderung
sedikit

mencari
kontak

pekerjaan
atau

sendirian

tanpa

kontak

yang

melibatkan

dengan

orang

l a i n . B a n y a k o rang menyukai kerja dimalam hari dibandingkan


kerja disiang hari, sehingga mereka tidak perlu berhadapan
dengan orang banyak. 1

13

Pedoman diagnostik :
a. Aktivitas yang memberikan kebahagiaan; biasanya hanya sedikit saja.
b. Emosi dingin, afek datar an tidak perduli (detachment).
c. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain.
d. Ketidakpedulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman.
e. Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain
(dengan memperhitungkan umurnya).
f.

Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri.

g. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan.


h. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk mempunyai hubungan
seperti itu.
i.

Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang belaku.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8


Diagnosis Banding
a. Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal,
pasien dengan gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara dan
mereka mungkin memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil, jika
terisolasi. Pasien skizofrenia juga berbeda karena menunjukkan
gangguan

pikiran

atau

pikiran

waham.

Walaupun

mereka

memiliki banyak sifat yang sama dengan pasien gangguan kepribadian


skizoid, pasien dengan gangguan paranaoid lebih menunjukkan
keterlibatan

sosial,

riwayat

perilaku

verbal

yang

agresif

dan

kecenderungan yang lebih besar untuk memproyeksikan perasaan


mereka kepada orang lain. Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien
gangguan kepribadian skizotipal dan pasien gangguan kepribadian
skizoid adalah bahwa pasien skizotipal menunjukan kemiripan yang
lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan
persepsi, pikiran, perilaku dan komunikasi.

14

b. Gangguan kepribadian menghindar. Penderita dengan gangguan ini


biasanya terisolasi tetapi memiliki keinginan kuat untuk berperan serta
dalam aktivitas, suatu karakteristik yang tidak ditemukan pada pasien
dengan gangguan kepribadian skizoid. 7
Prognosis
Berawal dari masa anak-anak. Gangguan ini berlangsung lama,
tetapi tidak seumur hidup. Proporsi untuk pasien ini untuk menjadi
skizofrenia tidak diketahui.7
Terapi
1. Psikoterapi. Te r a p i p a s i e n g a n g g u a n k e p r i b a d i a n s k i z o i d
a d a l a h m i r i p d e n g a n terapi pasien gangguan kepribadian
paranoid.

Tetapi,

kecendrungan

pasien

skizoid

ke

arah

introspeksi adalah konsisten dengan harapan ahli psikoterapi


dan pasien pasien skizoid mungkin menjadi pasien yang tekun,
jika

jauh.

Saat

kepercayaan berkembang,

pasien

skizoid

mungkin dengan keragu-raguan yang kuat, m e n g u n g k a p k a n


s u a t u f a n t a s i ya n g b e r l e b i h a n , t e m a n - t e m a n k h a y a l a n
d a n k e t a k u t a n ketergantungan yang tidak dapat ditanggung
walaupun bersama dengan ahli terapi. Dalam lingkungan terapi
kelompok, Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota
kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan.
Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi
pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial satu-satunya dalam
keberadaan mereka yang terisolasi.
2. Farmakoterapi.

Antipsikosis

mungkin

berguna

dalam

menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, wahm dan gejala


lainnya. 10

c.

Gangguan Kepribadian Dissosial (Antisosial)


15

Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial


atau kriminal. Gangguan ini lebih pada ketidakmampuan untuk mematuhi
norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan
dewasa pasien. Gangguan ini muncul sebelum usia 15 tahun yang ditandai
dengan perilaku nakal, lari dari rumah, sering berbohong, mencuri,
membakar, atau merusak dengan cara lain. Pola tindakan ini berlanjut
hingga dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki tanggung jawab,
bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah, impulsif, dan
gagal dalam merencanakan sesuatu. Pasien umunya tidak memiliki rasa
malu, miskin emosi baik emosi positif maupun negatif dan memanipulasi
orang lain untuk mencapai tujuannya. Kurang mengalami kecemasan
sehingga tidak belajar dari kesalahannya. Karena tidak memiliki emosi
positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab terhadap
orang lain.10 Menurut teori biologis, gangguan ini disebabkan beberapa
faktor, yaitu :
a. Kelebihan kromosom Y (laki-laki),menyebabkan pola XYY bukan
XY yang normal pada kromoson 23 tetapi teori ini tidak diterima.
b. Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-laki.
c. Adanya keabnormalan pada otak
d. Karena kurang belajar dan perhatian yang neuropsikologis,
e. Faktor keturunan.
Sedangkan menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan oleh :
a.

Kondisi keluarga yang disharmoni dan ketidak konsistenan dalam


pengasuhan anak.

b.

Orang tua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku


anak yang tidak benar.

c.

Orang tua yang tidak menunjukkan afeksi.

d.

Pendidikan yang didapat kurang memadai.

e.

Adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial


yang ayahnya antisosial.
Juga adanya penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa

banyak pasien dengan antisosial yang depresif dan cemas. Hanya saja belum
16

ditemukan apakah itu penyebab atau dampak dari gangguan kepribadian


antisosial.7
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada laki-laki
dan 1% pada perempuan. Paling sering ditemukan pada daerah perkotaan
yang miskin dan diantara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah
tersebut. Onset gangguan terjadi sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan
biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih
awal. Prevalensi dalam populasi penjara mungkin setinggi 75%.5
Pedoman diagnostik :
a. Bersikap tidak peduli dengan persaan orang lain.
b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli
terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.
c. Tidak mampu mempertahankan hubungan agar tetap berlansung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya.
d. Mudah menjadi frustasi dan bertindak agresif, termasuk tindak
kekerasan.
e. Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman,
terutama dari hukuman.
f.

Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan


rasionalisasi yang dapat diterima, untuk perilaku yang telah membawa
pasien dalam konflik sosial.8

Diagnosis Banding
Riwayat yang penuh dengan pelnaggaran hukum dan noram-norma
sosial belum cukup untuk membuat diagnosis gangguan kepribadian
disossional. Harus dicari ciri-ciri kepribadian lain seperti yang telah
dilukiskan diatas ini, karena ada juga penjahat yang profesional yang tidak
mempunyai gangguan kepribadian disossional. Perlu dibedakan dari
gangguan afektif episode manik, skizofrenia, gangguan mental organik yang

17

nonpsikotik, dan kegagalan penyesuaian sosial tanpa gangguan psikiatrik


yang nyata.10
Prognosis
Perjalanan penyakitnya tidak mengalami remisi dan jika gangguan
berkembang akan mengalami punyaknya pada masa akhir remaja dengan
prognosis yang

bervariasi. Laporan menyatakan bahwa gejala ini kan

menurun saat pasien menjadi semakin bertambah umur.10


Terapi
1. Psikoterapi. Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara temanteman sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa
menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong
diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna dibandingkan di penjara
dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus menemukan
suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak diri pasien. Dan
untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap ke intiman, ahli terapi harus
menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang
lain.
2. Farmakoterapi. Hanya digunakan untuk menghadapi masalah yang
dikhawatirkan timbul, seperti kecemasan, penyerangan, depresi. 6

d.

Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil


Individu dengan kepribadian ini memperhatikan sifat yang lain dari
perilakunya sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah agresivitas terhadap
stres yang kecil saja tanpa mempertimbangkan akibatnya. Segera
sesudahnya penyesalan akan kejadian itu tatapi hanya sebentar. Pada waktu
kejadian itu ia tidak dapat menguasai dirinya, sebab mungkin karena
ledakan afektif terjadi disorganisasi pada persepsi, penilaian, dan
18

pemikirannya. Emosinya sangat tidak stabil. Terdapat dua varian khas yang
berkaitan dengan impulsivitas dan kurangnya kontrol diri yaitu :
1. Tipe impulsive
Ciri khas yang dominan adalah ketidakstabilan emosional dan
kekurangan pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan
perilaku menganca lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap
kritik orang lain.
2. Tipe ambang
Ciri khas ketidakstabilan emosional yaitu gambaran diri pasien, tujuan
dan preferensi internalnya (termasuk seksual) sering kali tidak jelas atau
terganggu.

Biasanya

terdapat

perasaan

kosong

yang

kronis.

Kecenderungan terlibat dalam pergaulan yang erat dan tidak stabil dapat
menyebabkan krisis emosional yang berulang dan mungkin disertai
dengan

usaha

yang

berlebihan

untuk

menghindarkan

dirinya

ditinggalkan dan serangkaian ancaman bunuh diri atau tindakan


membahayakan diri (meskipun hal ini dapat terjadi tanpa pencetus yang
nyata).10
Epidemiologi
Diperkirakan ada pada kira-kira 1-2% populasi dan dua kali lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.7

Pedoman diagnostik
a. Terdapat kecendeungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bersamaan dengan ketidak
stabilan emosional.
b. Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.8

19

Menurut DSM-IV diagnosis gangguan kepribadian ambang dapat


dibuat pada masa dewasa awal jika pasien menunjukkan sekurangnya lima
dari kriteria berikut:
1. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau
khayalan. Catatan: tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri
pada criteria 5.
2. Pola hubungna inter personal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai
oleh perubahan antar ekstrem idealisasi dan devaluasi.
3. Gangguan identitas: citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil
secara jelas dan persisten.
4. Impulsivitas pada sekurang-kurangnya dua bidang yang potensial
membahayakan diri sendiri (misalnya seks bebas, penyalahgunaan zat).
Catatan tidak termasuk criteria 5.
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali atau
perilaku mutilasi diri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya,
disforia, iritabilitas, atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam
dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kekosongan yang kronis.
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam
mengendalikan kemarahan (misalnya, sering menunjukkan sikap marah
terus-menerus, perkelahian fisik berulang kali).
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress atau gejala
disosiatif yang parah.6

Diagnosis Banding
Pembedaan dari skizofrenia dilakukan berdasarkan tidak
adanya

episode

skizofrenia

psikotik,

klasik

gangguan

lainnya

ya n g

pikiran,

atau

berkepanjangan

tanda
ya n g

dimiliki pasien kepribadian ambang. 5

20

Prognosis
Gangguan ini cukup stabil dimana pasien mengalami sedikit
perubahan dengan berjalannya waktu. Berdasarkan penelitian perjalanan
penyakit ini tidak menunjukkan perkembnagan ke arah skizofenia, tetapi
pasien memiliki insiden tinggi untuk mengalami episodik gangguan depresi
berat. 5
Terapi
1. Psikoterapi. Terapi perilaku digunakan untuk mengendalikan ledakan
kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadap kritik dan
penolakan.
2. Farmakoterapi. Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan
kemarahan, permusuhan dan episode psikotik akut. Antidepresan
memperbaiki mood yang terdepresi. MAOI efektif dalam memodulasi
perilaku impulsive. Benzodiazepine (alprazolam) membantu kecemasan
dan depresi. Antikonvulsan (carbamazepine) dapat meningkatakn fungsi
global. 7

e.

Gangguan Kepribadian Histrionik


Gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh perilaku yang
bermacam-macam, dramatik, ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional,
seringkali terdapat ketidakmampuan untuk mempertahankan hubungan yang
mendalam dan berlangsung lama. Pasien dengan gangguan kepribadian
hitrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka
cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya
terdengar lebih penting dibandingkan kenyataannya. Perilaku menggoda
sering ditemukan baik pada pria maupun wanita. Pada kenyataannya, pasien
histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual, wanita mungkin
anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent. Mereka mungkin
mengeluarkan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka dan
untuk menunjukkan bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain.
21

Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada habisnya. Ditinjau dari teori
psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya parental
seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang
mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan
perilaku yang ditunjukkan dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu
adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan.7
Epidemiologi
Prevalensi gangguan sekitar 2-3% dan lebih sering didiagnosis pada
wanita daripada pria.7
Pedoman diagnostik
a. Ekspresi

emosi

yang

dibuat-buat

(self-dramatization)

seperti

bersandiwara (theatricality) yang dibesar-besarkan (exaggerated).


b. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan.
c. Afek datar dan labil.
d. Terus-menerus mencari kepuasaan (excitement), penghargaan dari orang
lain dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian.
e. Penampilan atau perilaku merangsang yang tidak memadai.
f.

Terlalu mementingkan daya tarik fisik.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8


Diagnosis Banding
Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan
kepribadian ambang adalah sukar. Pada gangguan kepribadian ambang,
usaha bunuh diri, difusi identitas dan episode psikotik akut adalah lebih
sering terjadi. Walaupun kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien yang
sama. Gangguan somatisasi sindroma Briquet dapat terjadi bersama-sama dengan
gangguankepribadian histrionik.7
Prognosis

22

Dengan bertambahnya usia, gejala histrionik dapat berkurang. Hal


ini dikarenakan mereka sudah tidak memiliki energi yang cukup seperti
waktu masih muda. Pasien merupakan pencari perhatian dan mungkin
mengalami masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat dan bertindak
kepada siapa saja.7
Terapi
1. Psikoterapi. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali
tidak menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya. Psikoterapi
berorientasi psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual.
2. Farmakoterapi.

Dapat

diberikan

jika

muncul

gangguan

seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan


somatik, obat antiansietas untuk kecernasan dan antipsikotik
untuk derealisasi dan ilusi.7

f.

Gangguan Kepribadian Anankastik


Gangguan kepribadian anakastik disebut juga gangguan kepribadian
Obsesif kompulsif. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif
terlalu berfokus pada ketertiban dan kesempurnaan (perfeksionis dan
infleksibilitas yang pervasif). Mereka harus melakukan segala sesuatu
dengan benar dan hal ini sering mengganggu produktivitas mereka. Mereka
cenderung terjebak dalam rincian dan kehilangan gambaran yang lebih
besar. Mereka menetapkan standar yang tinggi dan tidak masuk akal untuk
diri mereka sendiri dan orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap
orang lain. Mereka menghindari bekerja di tim, percaya orang lain terlalu
ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindar membuat keputusan
karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang bermurah hati menganai
waktu dan uang. Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan
emosi, kaku, terlalu fokus pada sesuatu yang detail dan pengabdian yang
berlebihan dalam bekerja. Pasien dengan ganguan kepribadian histrionik
menanggapi kritik secara buruk atau tampak acuh tak acuh terhadap kritik.
23

Persahabatan

mereka

sering

rapuh

karena

mereka

tidak

mampu

menunjukkan empati dan berpura-pura simpati hanya untuk mencapai


kepentingan mereka sendiri.7,10
Epidemiologi
Prevalensi belum diketahui, lebih sering ditemukan pada laki-laki
dan pada anak yang paling tua.7
Pedoman diagnostik :
a. Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan.
b. Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi atau
jadwal.
c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas.
d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati dan kecenderungan yang
tidak semestinya pada produktifitas sampai mengabaikan kepuasan dan
hubungan interpersonal.
e. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial.
f.

Kaku dan keras kepala.

g. Pemaksa yang tak beralasan agar orang lain mengikiti persis caranya
mengerjakan sesuatu, atau keenggangan yang ak beralasan untuk
mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu.
h.

Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau


yang tidak disukai.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8

Diagnosis Banding
Diagnosis banding ganguan kepribadian histrionik adalah gangguan
kepribadian ambang, dan antisosial.5
Prognosis
24

Perjalanan penyakit tidak dapat diramalkan dan bervariasi dimana


sering ditemukan gangguan depresif alam onset lambat.6
Terapi
1. Psikoterapi dapat dilakukan dengan terapi kelompok dan terapi perilaku.
2. Farmakoterapi yang dapat digunakan adalah clonazepam (benzodiazepin
antikonvulsan), clomipramine dan obat serotonergik seperti fluoxetine.7

g.

Gangguan Kepribadiann Cemas (Menghindar)


Orang dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan
kepekaan yang ekstrim terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri
dari kehidupan sosial. Sebenarnya mereka tidak asosial karena menunjukkan
keinginan yang kuat untuk berteman tetapi mereka malu, mereka
memerlukan jaminan yang kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim.
Orang dengan gangguan ini menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat
dan aman tetapi kerena perasaan ketakutan mereka akan penolakan mereka
mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali
komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan.
Saat berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian
dan tidak memiliki kepercayaandiri dan mungkin berbicara dalam cara yang
merendahkan diri sendiri. Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan
kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori
kognitif behavioral, pasien sangat sensitive terhadap penolakan karena adanya
pengalaman masa kanak-kanak,misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang
tua.6
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10% dan
tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan pola familial.7
Pedoman diagnostik :
25

a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive.


b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah daripada
orang lain.
c. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam
situasi sosial.
d. Keenganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan
disukai.
e. Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
f.

Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan


kontak interpersonal karena dikritik, tidak didukung atau ditolak.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8


Diagnosis Banding
Gangguan

kepribadian

menghindar

dan

gangguan

kepribadian dependen adalah serupa. Pasien gangguan kepribadian


dependen dianggap memiliki ketakutan yang lebih tinggi akan
penelantaran atau tidak dicintai dibandingkan pasien gangguan
kepribadian menghindar, tetapi gambaran klinisnya mungkin tidak
dapat dibedakan.6
Prognosis
Mereka dapat berfungsi dengan baik apabila mereka dalam
lingkungan yang terlindung. Penghindaran sering ditemukan dan dapat
berkembang menjadi fobia sosial selama perjalanan penyakitnya. 7

Terapi
1. Psikoterapi. Dapat dilakukan dengan cara memberikan dorongan kepada
pasien untuk dapat melihat ke dunia luar dan merasakan bahwa yang
mereka rasakan memiliki resiko tinggi terhadap penghinaan, penolakan
dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan
26

tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena
kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk. Terapi
kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka
terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih
ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien
untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk
meningkatkan harga diri mereka.
2. Farmakoterapi : Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta,
seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf
otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan
kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi
yang menakutkan.7

h.

Gangguan Kepribadian Dependen


Orang dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan
kebutuhan mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Mereka meminta
orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam
kehidupan mereka, tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin
mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian. Gangguan
kepribadian dependen ditandai oleh ketergantungan yang pervasif dan
perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini tidak mampu untuk mengambil
keputusan tanpa nasehat dan pertimbangan yang banyak dari orang lain.
Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan
perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian
dependen. Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya
regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi
atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan anaknya.7
Epidemiologi

27

Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan
lebih sering terjadi pada anak yang lebih kecil jika dibandingkan yang lebih
tua.5
Pedoman diagnostik
a. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian
besar keputusan penting bagi dirinya.
b. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain pada
siapa ia bergantung dan kerelaan yang tidak semestinya terhadap
keinginan mereka.
c. Keenganan untuk mengajukan tuntutan yang layak kepada orang pada
siapa ia bergantung.
d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus
sendiri.
e. Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya dan ditinggalkan agar mengurus diri sendiri.
f.

Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa


mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain.

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8


Diagnosis Banding
Ketergantungan adalah faktor yang menonjol pada pasien gangguan
kepribadian histrionik dan ambang, tetapi pasien gangguan kepribadian
dependen biasanya memiliki hubungan jangka panjang dengan orang pada
siapa mereka tergantung, bukannya pada sejumlah orang, dan mereka tidak
cenderung manipulatif. Perilaku ketergantungan dapat terjadi pada pasien
dengan agoraphobia, tetapi pasien dengan agorafobik cenderung memiliki
tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik.10
Prognosis

28

Terdapat kecendrungan untuk mengganggu fungsi pekerjaan, karena


pasien memiliki ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan tanpa
pengawasan dari dekat. Hubungan sosial adalah terbatas pada siapa orang
dapat tergantung dan banyak yang menderita penyiksaan mental atau fisik
karena mereka tidak dapat menegaskan dirinya sendiri. Mereka berada
dalam risiko mengalami gangguan depresif berat jika mereka mengalami
kehilangan orang pada siapa mereka tergantung. Tetapi, prognosis
dengan pengobatan adalah cukup baik.7
Terapi
1. Psikoterapi. Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil,
yaitu

dengan proses

kognitif-behavioral,

dengan

menciptakan

kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa


percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok
semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus.
2. Farmakoterapi. Digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti
kecemasan dan depresi, yang sering merupakan gambaran penyerta
gangguan kepribadian dependen. Pasien tersebut yang mengalami
serangan panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang
tingga mungkin tertolong oleh imipramine (Tofranil). Benzodiazepine
dan obat serotonergik juga telah berguna.7

i.

Gangguan Kepribadian Khas Lainnya


Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa
kepentingan dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap
dirinya sebagai orang yang khusus dan penting. Mereka menanggapi kritik secara
buruk dan mungkin menjadi marah sekali jika adaorang yang berani mengkritik
mereka, atau mereka mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap
kritik. Yang mencolok adalah perasaan akan kebesaran nama mereka.
Persahabatan mereka rapuh dan mereka dapat menyebabkan orang lain
29

marah karena mereka menolak mematuhi aturan perilaku konvensional.


Mereka tidak mampu menunjukkan empati, dan mereka berpura-pura
simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Pasien memiliki
harga

diri

yang

rapuh

dan

rentan

terhadap

depresi.

Kesulitan

interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stressstress yang sering dihasilkan oleh pasien dengan narsistik karena
perilakunya. Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan
histrionok dan narsistik merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari
sudut pandang psikoanalisis yang kognitif, kedua gangguan ini (gangguan
histrionik dan gangguan narsistik) adalah akibat dari ketidakmampuan
memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami
situasi dan problem dilakukan secara global.6
Epidemiologi
Menurut DSM IV perkiraan prevalensi gangguan kepribadian
narsistik terentang antara 2-16% dalam populasi klinis dan kurang dari 1% dalam
populasi umum.6
Pedoman diagnostik
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya, pencapaian dan
bakatyang dilebih-lebihkan, berharap terkenal sebagai superior tanpa
usaha yang sepadan).
2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan,
kecantikan atau cinta ideal yang tidak terbatas.
3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya
oleh, atau harus berhubungan dengan, orang lain (atau institusi) yang
khusus atau memiliki status tinggi.
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan.
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu, harapan yang tidak beralasan
akan perlakuan khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya.
6. Eksploitatif secara interpersonal, yaitu, mengambil keuntungan dari
orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri.
30

7. Tidak memiliki empati: tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan


dan kebutuhan orang lain.
8. Sering merasa iri dengan orang lain atau yakin bahwa orang lain iri
kepada dirinya.
9. Menunjukkan perilaku atau sikap yang congkak dan sombong.9
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian ambang, histrionik dan antisosial
sering ditemukan bersama-sama dengan gangguan kepribadian
narsistik, yang berarti bahwa diagnosis banding adalah sukar.
Pasien

dengan

gangguan

kepribadian

narsistik

memiliki

kecemasanyang lebih kecil daripada pasien dengan gangguan


kepribadian ambang dan kehidupan mereka cenderung kurang
kacau. Dan pasien gangguan kepribadian histrionik menunjukkan ciri-ciri
eksibisionisme dapmanipulativitas interpersonal yang mirip dengan pasien
gangguan kepribadian narsitik.7
Prognosis
Gangguan kepribadian narsistik adalah kronis dan sukar untuk
diobati. Pasien dengangangguan harus secara terus menerus berhadapan
dengan aliran narsisme mereka yangdiakibatkan oleh perilaku mereka
sendiri atau dari pengalaman hidup.7
Terapi
1. Psikoterapi : Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena
pasien harus meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan
kemajuan.
2. Farmakoterapi : Lithium telah digunakan pada pasien yang memiliki
pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Karena pasien
gangguan kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara buruk
dan rentan terhadap depresi, suatu anti depresan mungkin juga
digunakan.7
31

j.

Gangguan Kepribadian Yang Tidak Tergolongkan


Katagori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi
k e p r i b a d i a n ya n g t i d a k m e m e n u h i k r i t e r i a u n t u k g a n g g u a n
k e p r i b a d i a n s p e s i f i k . C o n t o h n y a a d a l a h a d a n y a c i r i - ciri
lebih

dari

memenuhi

satu

gangguan

kriteria

kepribadian

lengkap

untuk

spesitik

salah

satu

yang

tidak

gangguan

kepribadian (kepribadian campuran) tetapi bersama-sama


menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam satu atau l e b i h f u n g s i p e n t i n g ( m i s a l n ya ,
s o s i a l a t a u p e k e r j a a n ) . K a t e g o r i i n i j u g a d a p a t digunakan
jika klinis menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian
spesifik yang tidak dimasukkan kedalam klasifikasi ini adalah
sesuai. Contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan
gangguan kepribadian depresif. 6

Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif


Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh
obstruksionisme (senang menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap
keras kepala dan tidak efisien. Perilaku tersebut adalah manifestasi dari
agresi yang mendasari, yang diekspresikan secara pasif. Pasien gangguan
kepribadian pasif-agresif secara karakteristik adalah suka menunda-nunda,
tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, tidak bersedia
meminta maaf, dan cenderung untuk mencari kesalahan pada diri orang lain
walaupun pada orang tempat mereka bergantung, tetapi mereka menolak
untuk melepaskan mereka sendiri dari hubungan ketergantungan. Mereka
biasanya tidak memiliki ketegasan tentang kebutuhan dan harapan mereka.
Orang dengan gangguan ini tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri
dan biasanya pesimistik akan masa depan. Mereka memendam rasa amarah
dan permusuhan yang diekspresikan dengan cara tidak langsung tapi
menggunakan cara yang menyakitkan. Tidak sensitive terhadap kritik dan
32

selalu menganggap dirinya benar. Dari sudut kognitif-behavioral, pasifagresif berkembang dari kepercayaan bahwa ekspresi terbuka dan
kemarahan adalah berbahaya. Menuntut orang lain harus tahu apa yang
diinginkan, tanpa ia memintanya.5,6
Epidemiologi
Tidak ada data yang tersedia tentang epidemiologi gangguan,
termasuk rasio jenis kelamin, pola familial dan prevalensi.7
Gangguan klinis :
Karakteristik pasien gangguan kepribadian pasif agresif adalah:
1. Menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang
optimal,

meminta

maaf

untuk

keterlambatan

dan

mencari

kesalahan pada diri orang lain pada siapa mereka tergantung, mereka
menolak untuk melepaskan diri mereka sendiri dar iketergantungan.
2. Tidak memeiliki ketegasan dan tidak lansung tentang kebutuhan dan
harapan mereka.
3. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang
diharapakan oleh mereka dan mungkin menjadi cemas bila dipaksa
untuk melakukannya
4. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung,
tetapi prilaku mereka yang pasif dan merendahkan diri sering kali
dialami orang lain sebagaihukuman atau manipulasi.7
Kriteria Riset Ga n g g u a n K e p r i b a d i a n P a s i f - Ag r e s i f
a. Pola perpasif sikap negatifistik

dan resistensi pasif

t e r h a d a p t u n t u t a n a k a n k i n e r j a ya n g a d e k u a t , d i m u l a i
pada masa

dewasa

awal dan

tampak

dalam

berbagai

k o n t e k s , seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih)


berikut:
1. Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan
pekerjaan rutin.
33

2. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh


orang lain.
3. Cemberut dan argumentatif.
4. Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan.
5. Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka
yang tampaknya lebih beruntung.
6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus-menerus atas
ketidak beruntungan dirinya
7. Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa
b. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak
diterangkan lebih baik oleh gangguan distimik.7
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian pasif-agresif perlu dibedakan dari gangguan
kepribadian histrionik dan ambang. Tetapi pasien gangguan kepribadian
pasif-agresif

adalah

dramatik,

afektif

dan

agresif

secara

terbuka

dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian histrionik dan ambang.5


Prognosis
Dalam suatu penelitian follow up terhadap 100 orang pasien rawat
inap yang rata-rata berusia11 tahun, Ivor small menemukan bahwa
gangguan kepribadian pasif-agresif merupakan diagnosis utama pada 54
orang di antara mereka, 18 orang juga penyalah gunaan alkohol dan 30
orang secara klinis di cap sebagai terdepresi. 7

Terapi
1. Psikoterapi

pasien

gangguan

kepribadian

pasif-agresif

yang

mendapatkan psikoterapi suportif memiliki hasil yang baik. Tetapi


psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian pasif-agresif
memiliki banyak kekurangan, dalam memenuhi kebutuhan pasien
34

seringkali mendukung patologi mereka, seperti menolak permintaan


mereka. Klinisi harus mengobati kecendrungan bunuh diri terhadap tiap
ekspresi kemarahan yang tersembunyi dan bukan sebagai orang yang
akan mengobati kehilanganobyek pada gangguan depresif berat.
2. Farmakoterapi : antidepresan harus diresepkan hanya
jika ada indikasi klinis depresi dan kemungkinan bunuh
diri, beberapa pasien berespon terhadap benzodiazepine
dan psikostimulan, tergantung pada keadaan klinis. 6

Gangguan Kepribadian Depresif


Orang dengan gangguan kepribadian depresif adalah orang yang
pesimistik, anhedonik, terikat pada kewajiban, meragukan diri sendiri dan
tidak gembira secara kronis. Penyebab gangguan kepribadian depresif tidak
diketahui, tetapi faktor yang terlibat dalam gangguan distimik dan gangguan
depresif berat mungkin bekerja. Teori psikologis melihat adanya kehilangan
pada awal kehidupan, pengasuhan orang tua yang buruk, super ego yang
menghukum, dan perasaan ekstrim. Deskripsi klasik tentang kepribadian
depresif diajukantahun 1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb,
“ Mereka merasakan kegembiraan kehidupan yang normal tapi hanya
sedikit, dan cenderung kesepian dan serius, tampak sedih, patuh, pesimistik
dan rendah diri. Mereka rentan untuk mengekspresikan penyesalandan
perasaan ketidakberdayaan dan putus asa. Mereka seringkali teliti,
perfeksionistik, sangat berhati-hati, asyik dengan pekerjaan, merasa
bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah berkecil hati di kondisi yang
baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderitadalam kesepian
dan kemungkinan mudah menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan
orang lain. Suatu kecenderungan untuk merasa ragu-ragu, tidak dapat
mengambil keputusandan berhati-hati menghianati perasaan ketidak amanan
yang melekat. Terdapat7kelompok sifat depresif :
1. Tenang introvert, pasif, tidak sombong;

35

2. Bermuram durja, pesimistik,serius, dan tidak dapat merasakan


kegembiraan;
3. Mengkritik diri sendiri, menyalahkan dirisendiri, dan menghina diri
sendiri;
4. Bersifat ragu-ragu, kritik orang lain, sukar untuk memaafkan;
5. Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri;
6. Memikirkan hal yang sedih dan merasa cemas;
7. Asyik dengan peristiwa negatif, perasaantidak berdaya dankelemahan
pribadi.7
Epidemiologi
Berdasarkan

prevalensi

gangguan

depresif

pada

populasi

keseluruhan, angka kejadian gangguan kepribadian depresif sama pada lakilaki dan perempuan dan terjadi pada keluarga dimana gangguan depresif
ditemukan.7
Di a g n o s i s B a n d i n g
Gangguan

distimik

adalah

gangguan

mood

ya n g

ditandai oleh fluktuasi besar dalam mood dibandingkan


ya n g

ditemukan

pada

gangguan

kepribadian

depresif.

Gangguan kepribadian depresif adalah kronis dan seumur


hidup,

sedangkan

gangguan

distimik adalah

episodic,

d a p a t t e r j a d i p a d a s e t i a p w a k t u , d a n b i a s a n ya m e m i l i k i
stressor p e n c e t u s .
dianggap

sebagai

Kepribadian
spektrum

depresif

kondisi

dapat

a f e k t i f dimana

gangguan distimik dan gangguan depresif memiliki varian


ya n g

lebih

menghindar
cenderung

parah.
adalah
lebih

Pasien
introvert

merasa

gangguan

kepribadian

dan tergantung

cemas

daripada

tetapi
depresi,

dibandingkan orang dengan k e p r i b a d i a n d e p r e s i f . 6


Prognosis
36

Orang dengan gangguan kepribadian depresif mungkin berada dalam resiko


yang tinggi untuk mengalami gangguan distimik dan gangguan depresif berat.6
Terapi
1. Psikoterapi. Merupakan pengobatan terpilih untuk gangguan
kepribadian depresif. Pasien berespon terhadap psikoterapi
berorientasi tilikan, dan arena tes realitas pasien adalah baik,
mereka

mampu

penyakitnya
interpersonal

dan

menggali

tilikan

memahami

mereka.

Terapi

kedalam

psikodinamika

efeknya

pada

hubungan

kognitif

membantu pasien

mengerti manifestasi kognitif dari perasaan rendah diri dan


pesimisme mereka. Jenis psikoterapi lain yang berguna adalah
psikoterapi kelompok dan terapi interpersonal.
2. Psikofarmakologi.

pemakaian

medikasi

anti

depresan,

khususnya obat serotonerik tertentu seperti setraline (Zoloft),


50mg sehari. Beberapa pasien berespon terhadap dosis kecil
psikostimulan, seperti amfetamin, 5-10 mg sehari. Pada semua
kasus, obat psikofarmakologis harus dikombinasikan dengan
psikoterapi untuk mencapai efek yang maksimal. 6

Gangguan Kepribadian Sodomasokistik


Gangguan ini bukan merupakan diagnosis resmi dalam DSM IV atau
spendiksnya, tetapi dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian yang
tidak diklasifikasikan. Sadisme (berasal dari nama seorang penulis di abad
ke-18 yaitu Marquis de Sade, yang menulis tentang orang yang mengalami
kenikmatan seksual saat menyiksa orang lain) adalah keinginan untuk
menyebabkan rasa sakit pada orang lain baik secara penyiksaan seksual atau
fisik atau penyiksaan psikologi pada umumnya. Sigmund Freud percaya
bahwa pasien sadisme untuk mencegah kecemasan kastrasi dan mampu
untuk melakukan kepada orang lain apa yang mereka takutkan akan terjadi
pada diri mereka. Sedangkan masokisme (namamengikuti Leopold von
37

Sacher-Masoch, seorang penulis novel yang berasal dari Austria abadke-19)


adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri. Pada
umumnya,

yang

dinamakan

penderita

masokisme

moral

mencari

penghinaan dan kegagalan, bukannya sakit fisik. Menurut Sigmund Freud,


kemampuan penderita masokisme untuk mencapai orgasme terganggu oleh
kecemasan dan perasaan bersalah tentang seks dan perasaan tersebut
dihilangkan oleh penderitaan dan hukuman pada diri mereka sendiri.
Pengamatan klinis menyatakan bahwa elemen perilaku sadisme dan
masokisme biasanya ditemukan pada orang yang sama.6
Terapi
1. Psikoterapi. Terapi psikoanalisis efektif pada beberapa kasus. Sebagai
hasil terapi, pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum
diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah bawah sadar yang
berlebihan dan juga menjadi mengenali impuls agresif mereka yang
terekspresi, yang berasal dari masa anak-anak.6

Gangguan kepribadian sadistik


Orang dengan kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman
yang perpasif, merendahkan dan prilaku agresif, yang dimulai sejak masa
anak-anak dan diarahkan kepada orang lain. Kekejaman atau kekerasan fisik
digunakan untuk menyebabkan sakit pada orang lain dan bukan untuk
mencapai tujuan lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan menghina
atau merendahkan orang dihadapan orang lain dan biasanya telah
mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya,
terutama anak-anak. Pada PPDGJ III termasuk F 65.5 yaitu suatu preferensi
terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa
sakit atau penghinaan. Jika individu lebih suka menjadi resepien dari
peransangan demikian, maka disebut masokisme, jika sebagai pelaku disebut
sadisme, baik sadisme maupun masokisme timulasi sadomasokistik
berderajat ringan biasanya digunakan untuk meningkatkan aktivitas seksual
38

yang sebetulnya normal. Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas


sadomakistik merupakan sumber ransangan yang terpenting untuk pemuasan
seksual. 6

BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi
untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja
disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh
39

faktor

temperamental,

faktor biologis

(hormon,

neurotransmitter

dan

elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu
tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantungdari mekanisme
pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Dalam pengobatan perlu diingat bahwa sifat-sifat gangguan kepribadian
khas termasuk dalam pola seumur hidup dan penderita tidak mempunyai motivasi
dasar untuk berubah. Tetapi dapat memfokus pada spek kerugian akibat perilaku
itu. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik melalui
psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan
teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian. Selain
daripada terapi individual yang berlangsung lama, ada baiknya bila penderita dimasukka ke
dalam terapi kelompok sehingga ia dapat belajar cara-cara yang baru mengenai hubungan antar
manusia. Ia memerlukan model atau contoh untuk dapat diambil pelajaran. Ia memerlukan juga
orang-orang yang dapat ia melakukan identifikasi serta orang-orang yang secara tetap dapat
memberi umpanbalik kepadanya tentang akibat perilakunya pada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Willy F. Maramis dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan ilmu kedokteran


jiwa. Edisi 2. Pusat penertibitan dan percetakan UNAIR. Surabaya.

2.

Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. 2010. Buku Ajar Psikiatri.


Badan Penerbit FK UI. Jakarta.
40

3.

Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta.

4.

Kaplan & Saddock, 1997, Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikiatri Klinis, Edisi ke-7, jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.

5.

Gangguan

kepribadian.

Dinduh

http://roziq.student.umm.ac.id/2010/02/05/gangguan-kepribadian/.

dari
Pada

tanggal 15 Oktober 2011.


6.

Gangguan kepribadian. Dinduh dari http://belajarpsikologi.com/gangguankepribadian/. Pada tanggal 15 Oktober 2011.

7.

Gangguan kepribadian. Dinduh dari http://ruangpsikologi.com/gangguankepribadian-paranoid. Pada tanggal 15 Oktober 2011.

8.

Gangguan

kepribadian.

Dinduh

dari

http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2008/06/vj33vi2008-personalitydisorder.html. Pada tanggal 15 Oktober 2011.


9.

Gangguan

kepribadian.

Dinduh

dari

http://www.scribd.com/doc/36967922/Gangguan-Kepribadian. Pada tanggal


15 Oktober 2011.
10.

Gangguan

kepribadian

paranoid.

Dinduh

dari

http://www.scribd.com/doc/57010199/6/Gangguan-Kepribadian-Paranoid.
Pada tanggal 15 Oktober 2011.

41

Anda mungkin juga menyukai