Anda di halaman 1dari 23

Skenario 2

PULPEKTOMI
Seorang laki-laki usia 25 tahun dating ke RSGM bagian konservasi gigi ingin
menambalkan gigi belakang bawah kiri yang berlubang sejak 1 tahun yang lalu,
dengan keluhan gigi sering sakit cekot-cekot. Hasil pemeriksaan obyektif tampak
gigi 36 karies profunda perforasi, jarum miller masuk saluran akar mesiobukal 9
mm, tekanan dan perkusi positif. Hasil emeriksaan radiografik tampak radiolusen
dasar kavitas menembus tanduk pulpa gigi, tidak ada resorbsi tulang alveolar.
Diagnosis kasus pasien tersebut nekrosis pulpa parsialis dnegan rencana
perawatan pulpektomi vital. Langkah awal tindakan yang dilakukan dokter gigi
adalah tindakan relief of pain. Hasil pemeriksaan radiografik keadaan jaringan
periodontal baik, saluran akar lurus , dan akar terbentuk sempurna. Prosedur atau
langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan dokter gigi sesuai dengan
rencana perawatan terhadap pasien tersebut.

Step 1
1. Relief of pain :
- Relief : pembebasan/keringanan
- Pain : sakit
Tindakan untuk menghilangkan rasa sakit , bisa dengan pemberian obat
golongan analgesik
2. Saluran akar mesiobukal : Saluran akar gigi 36, yang mana berada di mesial
bagian bukal.
3. Pulpektomi : merupakan perawatan dimana dilakukan pengambilan seluruh
jaringan pulpa dari saluran akar dengan infeksi irreversible ataupun nekrosis
guna mempertahankan fungsi gigi.Pada pulpektomi vital dilakukan anastesi
sebelum perawatan.

Step 2.
1. Tindakan relief of pain apa yang dilakukan dokter gigi ?
2. Bahan apa yang digunakan untuk relief of pain dan bagaimana cara
aplikasinya ?
3. Bagaimana prosedur pulpektomi vital yang dilakukan dokter gigi ?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pulpektomi ?
5. Apa saja kriteria perawatan pulpektomi dikatakan berhasil ?
6. Perawatan restorasi a[a yang dilakukan setelah pulpektomi ?

Step 3.
1. Tindakan relief of pain apa yang dilakukan dokter gigi ?

Relief of pain dilakukan oleh dokter gigi guna mengurangi rasa sakit sehingga
memudahkan operator untuk melakukan perawatan pulpektomi. Berikut ini yang
bisa dilakukan dalam relief of pain , yaitu pemberian obat analgesik guna
meredakan nyeri pasien, pembersihan kavitas dan dapat juga dilakukan drainase
jika terdapat abses.
2. Bahan apa yang digunakan untuk relief of pain & bagaimana cara
aplikasinya ?
- Obat analgesik dapat diberikan secara sistemik ,yaitu : Aspirin, Ibuprofen dan
asetaminofen
- Eugenol , diaplikasikan dengan menggunakan kapas pada kavitas yang telah
dibersihkan
3. Bagaimana prosedur pulpektomi vital yang dilakukan dokter gigi ?
a. Foto rontgen
Pengambilan foto berfungsi untuk beberapa hal , yaitu :
- Mengetahui ada atau tidaknya lesi periapikal
- Mengetahui kondisi jaringan periodontal
- Mengetahui jumlah saluran akar
- Mengetahui kondisi saluran akar ,lurus atau bengkok
b. Anastesi local
Anastesi dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit pasien saat perawatan
pulpektomi.
c. Isolasi
Dilakukan menggunakan cotton roll atau ruber dam. Hal ini berguna untuk
melindungi daerah kerja dari saliva.
d. Preparasi kavitas
Dilakukan pembuangan jaringan gigi yang mengalami karies.
e. Pembuangan jaringan pulpa
Dilakukan ekstirpasi pulpa menggunakan jarum ekstirpasi. Jarum dimasukkan
kedalam saluran akar kemudian diputar dan ditarik hingga jaringan pulpa
terangkat.
f. DWP (Diagnostic wire photo)
Tahap ini digunakan untuk menghitung panjang gigi guna mendapatkan
panjang kerja.
g. Preparasi saluran akar

Terdapat beberapa teknik preparasi saluran akar , seperti teknik konvensional


dan step-back. Teknik dipilih sesuai indikasi masing-masing kemudian dilakukan
preparasi sesuai teknik menggunakan k-file.
h. Pengisian saluran akar
Saluran akar diisi menggunakan bahan pengisi dan sealer sesuai dengan
panjang kerja. Bahan pengisi yang sering digunakan adalah guttap percha.
i. Foto rongten
Dilakukan pengambilan foto lagi guna mengetahui apakah pengisian saluran
akar hermetic atau tidak, atau berlebihan. Jika sealer berlebih , dapat diresorbsi,
namun jika guttap percha yang berlebih hingga melewati foramen apikal dapat
menyebabkan lesi.
j. Tumpatan sementara
Setelah diisi dengan bahan pengisi dan sealer, dilakukan tumpatan sementara
sehingga dapat dilepas jika ditemukan keluhan pada pasien saat dilakukan kontrol.
k. Kontrol
Saat kontrol , operator menanyakan ada atau tidaknya keluhan pasca
perawatan , serta dilakukan pemeriksaan objektif untuk memeriksa adanya
pembengkakan atau tanda-tanda lainnya.
l. Restorasi tetap
Setelah pengisian saluran akar melewati tahap kontrol dan didapatkan pasien
tidak memiliki keluhan atau tidak ditemukan pembengkakan, kemerahan maupun
tanda lainnya pada pasien, tahap selanjutnya dapat diberikan restorasi tetap sesuai
dengan indikasi.
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pulpektomi ?
Indikasi :
- Saluran akar dapat dimasuki instrument
- Pada gigi dengan diagnosis infeksi irreversible dan nekrosis
- Jaringan periodontal masih baik (masih ada sisa tulang > 2/3 apikal)
- Tidak ada lesi >1/3 apikal
- Pasien kooperatif
- Perawatan pulpotomy yang gagal
- Akar terbentuk sempurna
Kontraindikasi :
- Kesehatan pasien tidak baik (pasien memiliki banyak penyakit sistemik)
- Pasien tidak kooperatif
- Gigi tidak dibutuhkan dalam lengkung rahang.
- Perforasi apikal
- Letak gigi diluar lengkung rahang
4

5. Apa saja kriteria perawatan pulpektomi dikatakan berhasil ?


Perawatan dikatakan berhasil apabila
a. Tidak ada keluhan pada pasien saat dilakukan kontrol
b. Tidak ada perubahan warna pada gigi pasca perawatan
c. Tidak ada pus
d. Tidak ada pembengkakan
e. Semua jaringan pulpa terangkat
f. Tanduk pulpa terangkat
6. Perawatan restorasi aja yang dilakukan setelah pulpektomi ?
Restorasi diberikan sesuai dengan keterlibatan kavitas pada gigi pasien, yaitu ;
a. Restorasi rigid : jika dinding kavitas terlalu tipis , bisa dengan pembuatan
mahkota pasak.
b. Restorasi plastis : contohnya Glass ionomer kaca , amalgam , dan resin
komposit.

Step 4.
Mapping

Step 5
Learning Object
Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan
1.
2.
3.
4.
5.

Indikasi dan kontraindkasi pulpektomi


Langkah-langkah tindakan relief of pain
Prosedur pulpektomi vita
Evaluasi perawatan pulpektomi
Perawatan restorasi setelah perawatan pulpektomi.

Step 6
Belajar Mandiri

Step 7
1. Indikasi dan kontraindkasi pulpektomi
Indikasi perawatan pulpektomi yaitu :
Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa baik pada gigi vital,
nekrosis sebagian maupun non vital
Saluran akar dapat dimasuki instrument
Kelainan jaringan periapeks dalam gambaran radiografi kurang dari sepertiga
apical
jaringan pendukung gigi sehat, jaringan periodontal normal dan tidak terdapat
kegoyangan.
tidak ada resobsi akar patologis
tidak ada kelainan periapikal yang sulit dilakukan bedah endodontik
sisa jaringan gigi masih dapat direstorasi
pasien kooperatif, oral hygiene baik atau pasien bersedia menjaga oral

hygienenya
kondisi sosial ekonomi baik (kecuali jika menggunakan jamkesmas)

ruang pulpa kering.


pendarahan berlebih pada pemotongan ( pulpotomi ) tidak berhasil.
keterlibatan tulang inter radikular tanpa kehilangan tulang penyangga.
Kontraindikasi perawatan pulpektomi yaitu :
sisa jaringan gigi tidak dapat direstorasi
terdapat karies melibatkan bifurkasi
terdapat fraktur dengan pola vertikal
terdapat kelainan periapikal yang sulit dihilangkan dengan endo bedah
pasien tidak kooperatih, oral hygiene buruk
resorbsi akar ekstensif atau lebih dari setengah akar.
resorbsi interna ,meluas yang dapat menyebabkan perforasi bifurkasi.
kesehatan yang buruk dan kesempatan hidup yang pendek.
2. Langkah-langkah tindakan relief of pain

Relief of pain adalah suatu usaha untuk menghilangkan rasa sakit. Relief of
pain ada 3 macam, yaitu (Grossman,1995) :
a Sebelum perawatan
Sebelum dilakukan perawatan, apabila pasien menderita infeksi, contohnya
abses, maka sebaiknya dilakukan drainase terlebih dahulu untuk menghilangkan
rasa sakitnya. Setelah dilakukan drainase, pasien dapat diberi obat-obat antibiotic
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu juga dapat menggunakan obat
analgesic untuk mengurangi rasa sakit.
Analgesik ada 2 jenis yaitu analgesika narkotika untuk rasa sakit berat akut
dan analgesika non-narkotika untuk rasa sakit ringan sedang. Yang paling sering
digunakan adalah analgesika ringan non opioid, cara kerja dari analgesika ini yaitu
dengan mengganggu metabolism membrane fosfolipid pada tingkat siklooksigenase dan mengurangi sintesis prostaglandin sehingga akan menurunkan rasa
sakit atau menghilangkan rasa sakit.
Analgesika non-narkotik contohnya Aspirin yaitu mempunyai sifat antipiretik
dan antiradang, efektif pada rasa sakit ringan-sedang, acetaminophen sama
efektifnya dengan aspirin, namun efeksampingnya lebih sedikit dan tidak
mempunyai efek anti radang.
b Saat perawatan
Pada tahap ini, yang dapat dilakukan adalah:
-

Jaringan karies dibuang terlebih dahulu.


Setelah jaringan karies dibuang, kavitas dibersihkan.
Kemudian kavitas diberi eugenol supaya kavitas bebas dari bakteri.
Setelah itu, kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara.
Pemberian Anastesi Lokal

c. Sesudah perawatan
Jika diperlukan medikasi lanjutan bisa diberi analgesic dan antibiotic sesuai
dengan kebutuhan namun, jika tidak diperlukan cukup dengan control untuk
mengtahui keberhasilan dari perawatan

3. Prosedur pulpektomi vital


Teknik pulpektomi vital , dilakukan beberapa kali kunjungan :
a. Kunjungan 1 :
1. Diagnosis (foto rontgen 1)
Dengan radiografi intraoral proyeksi periapikal. Suatu gambaran rontgen harus
dapat memberikan informasi mengenai: banyaknya akar dan saluran akar,
perluasan karies kearah pulpa, resorpsi interna dan ekterna, terdapat lesi
periapeks, terdapat penyakit periodontal, terdapat fraktur.
2. Anestesi local
Untuk gigi 36 (molar pertama rahang bawah) teknik anestesi menggunakan
blok mandibula, anestesi tambahan intrapulpa atau intraligamen. Anestetikum
lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen, harus efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan
setempat pada membran mukosa dan memiliki toksisitas sistemik yang rendah.
Mula kerja bahan anestetikum lokal harus sesingkat mungkin, sedangkan masa
kerja harus cukup lama sehingga operator memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang
masa pemulihan. Zat anestesi lokal juga harus larut dalam air dan menghasilkan
larutan yang stabil, serta tahan pemanasan bila disterilkan tanpa mengalami
perubahan. Menurut Bennett, sifat anestesi lokal yang ideal yaitu:
a. Memiliki potensi efek anastetik yang baik tanpa penambahan
bahan konsentrasi
b. Bebas dari reaksi alergi
c. Stabil dan biotransformasi dengan tubuh
d. Steril dan dapat disterilkan
Lidokain, derivat dari xylidine merupakan anestesi lokal golongan amida
pertama yang cocok digunakan dalam anestesi blok dalam bidang kedokteran gigi.
Oleh karena itu, lidokain menjadi anestesi lokal yang paling banyak digunakan
dan dijadikan standar perbandingan untuk semua jenis anestesi lokal. Lidokain
mempunyai potensi menyebabkan vasodilatasi. Sehingga lidokain murni yang

10

digunakan pada anestesi pulpa hanya bertahan 5-10 menit saja, dan biasanya
jarang digunakan tanpa penambahan vasokonstriktor. Konsentrasi lidokain 2%
dengan epinefrin 1:100.000 akan menghasilkan durasi kerja selama 60 menit dan
apabila digunakan pada anestesi jaringan lunak akan bertahan 3-5 jam. Lidokain
memiliki resiko toksisitas sistemik yang rendah dan jarang menimbulkan reaksi
alergi. Lidokain dimetabolisme dalam hepar melalui jalur metabolisme yang
kompleks dengan memanfaatkan enzim dalam hepar. Oleh karena itu, dosis
lidokain harus dikurangi untuk pasien dengan disfungsi hepar dan pada pasien
yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat menghalangi metabolisme lidokain
pada enzim dalam hepar. Dosis maksimal yang dapat diterima orang dewasa
sekitar 350 mg atau 6 mg/kg BB atau 8-10 ampul.
3. Isolasi
Dengan pemasangan isolator karet (rubber dam) karena paling efektif. Tujuan
pemasangan ruber dam yaitu :
a) mecegah tertelannya alat endodontik yang kecil dan mudah terlepas,
mencegah cedera pada pasien yang dapat menimbulkan masalah hukum
dikemudian hari
b) membatasi bahan irigasi saluran akar, memudahkan prosedurbpreparasi
c) membantu membatasindaerah kerja tetap kering dari saliva dan dari
gangguan lidah atau pipi.
4. Preparasi kavitas dengan bur bulat, 3% perdarahan dihentikan dengan H2O2.
Tujuan preparasi kavitas yaitu untuk membuang seluruh atap ruang pulpa. Dalam
membersihkan dan membentuk saluran akar , ketentuan ketentuan berikut harus
diamati:
1. jalan masuk langsung harus diperoleh sepanjang garis lurus
2. panjang gigi harus ditentukan secara cermat
3. instrument hendaknya digunakan dalam ukuran yang berurutan dengan
rekapitulasi periodik, kembali ke ukuran kecil untuk menghindari
rintangan dan penonjolan .
11

4. Instrumen hendaknya digunakan dengan seperempat sampai setengah


putaran dan ditarik dengan pull stroke.
5. Broach berduri hendaknya digunakan hati hati dan hanya bila saluran akar
vukup lebar untuuk memungkinkan insersi dan rotasi instrument tersebut
tanpa terjepit.
6. Instrumen harus dipasangi stopper.
7. 3 sampai 4 mm bagian apikal suatu saluran akar, hendaknya dilebarkan
sekurang kurangnya 3 ukuran lebih besar daripada instrument pertama
yang masuk pas dan hingga dinding dindingnya meruncing tanpa
ketidakteraturan.
8. Saluran akar tersisa hendaknya dilebarkan menggunakan teknik Step Back.
Keuntungan Metode Step Back :
a. Tidak begitu mudah menyebabkan trauma periapikal.
b. Memudahkan pengambilan lebih banyak debris.
c. Flare lebih besar yang dihasilkan instrument memudahkan
pemampatan kerucut gutta perca yang ditambahkan baik dengan
metode kondensasi lateral maupun kondensasi vertikal.
d. Tekanan kondensasi lebih besar dapat digunakan, yang sering
digunakan untuk mengisis saluran lateral dengan bahan penutup.
5. Pembersihan biomekanis dengan jarum ekstirpasi bur gates, reamer, file, dll
6. Menentukan panjang kerja, foto rontgen II, endometer lanjutan biomekanikal
Menghitung panjang kerja dari hasil foto rontgen II dengan rumus :
PGS= (pgf x pas): paf
PK= pgs- 1 mm
Keterangan =
Pgs = Panjang gigi sebenarnya
Pgf = Panjang gigi dalam foto
Pas = Panjang alat sebenarnya
Paf = Panjang alat dalam foto
PK = Panjang kerja

12

7. Sterilisasi saluran akar


Syarat disinfeksi saluran akar adalah sebagai berikut :
-

Harus suatu germisida atau fungisida yang efektif.


Harus tidak mengiritasi jaringan peri apikal.
Harus tetap stabil dalam larutan.
Harus memiliki efek antimikrobial yang lama ,
Mempunyai tegangan permukaan rendah.
Tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal.

8. Tambalan sementara Zn(PO)4 atau oksida seng eugenol


b. Kunjungan II
1. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol
gejala) meliputi perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan.
2. Isolasi , dilakukan isolasi seperti pada kunjungan pertama
3. Dicek dengan K-file nomor terakhir (pada waktu preparasi preparasi
biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran akar atau tidak
4. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali
dengan tumpatan sementara.
5. Jika tidak ada keluhan dari pasien maupun gigi yang sedang dirawat, maka
bisa memulai dengan pengisian saluran akar dengan bahan pengisi.
Bahan pengisi saluran akar harus memiliki syarat :
-

mudah dimasukkan ke saluran akar


dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal
tidak mengkerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar
tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh
bersifat bakterisid
bersifat radiografik
tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi
tidak mengiritasi jaringan periapikal
mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan

Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat
(pasta atau bentuk padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen
saluran akar(sealer).
Bahan padat : Gutta-percha / gutta-point & Ag-point / silver-point
Gutta-percha / gutta-point

13

Kandungan utama merupakan bahan an-organik 75 % yaitu oksida


seng, bahan organik 20 % yaitu gutta-percha dan tambahan wax, resin atau
garam -garam metal, memberikan sifat plastis, bahan tambahan 5% yaitu
bahan pengikat, opaker, dan pewarna. Berbentuk kon ada tipe standar
dengan ukuran (#15 - #40, #45 - #80), maupun bentuk kon tipe
konvensional dimana ukurannya berbeda antara ujung kon maupun
badannya, misalkan ukurannya fine medium, ujungnya runcing, badannya
medium. .
Keuntungan :
+ Bersifat plastis
+ Larut dalam kloroform / ekaliptol.
+ Dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding saluran akar
+ Manipulasinya sederhana
+ Dapat dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan
+ Toksisitasnya rendah.
Kekurangan
-

Sulit untuk saluran akar yang sempit dan bengkok

Penyimpanan yang tidak baik / terlalu lama akan mudah patah.

Ag-point
Merupakan bahan pengisi yang padat
Indikasi :
-

Saluran akar gigi dewasa

Saluran akar yang sempit

Saluran akar bengkok

Diameter harus bulat


Kontra-indikasi

Gigi belum tumbuh sempurna

Saluran akar lebar

Diameter saluran akar oval / tak teratur

Bila akan dilakukan apeks-reseksi

14

Kebaikan :

Dapat digunakan pada saluran akar yang sempit dan bengkok


Radiopak
Bakteiostatik
Mudah disterilkan : termis / kimia
Kekurangan :
-

Adaptasi dengan dinding saluran akar kurang baik

Korosi

Menyebabkan low grade pain

Apikal seal kurang baik

Sulit dikeluarkan bila diperlukan

Bahan semi padat / pasta


Biasanya merupakan bahan campuran yang akan mem adat setelah
dimasukkan kedalam saluran akar. Dapat sebagai bahan pengisi utama
maupun sebagai semen
Contoh : Semen Grossman, Tubli seal Kerr, Semen Wachs, Sealapex
(semen kalsium hidroksida), AH 26 (resin epoksi), Diaket (resin
polivinil/poliketon)
Syarat :
-

Memberikan hasil penutupan yang baik bila mengeras


Adaptasi yang baik terhadap dinding saluran akar maupun bahan

pengisi utama
Radiopak
Tidak menyebabkan perubahan warna
Stabil
Mudah dicampur dan dimasukkan ke dalam saluran akar
Mudah dikeluarkan
Tidak mudah larut dalam cairan jaringan
Bakterisidal
Tidak iritasi
Lambat pengerasannya

Amalgam

15

Keuntungan

Merupakan bahan yang plastis


Mempunyai adaptasi yang baik
Mengalami ekspansi pada proses pengerasan
Dapat menutup celah

Kekurangan
-

Korosi
Mudah over filling
Sulit dikeluarkan bila diperlukan

Teknik Pengisian
A Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha
-

Single cone.
Teknik ini dilakukan dengan memasukkan kon gutta point tunggal ke

dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya.


Untuk menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding
saluran akar ditambahkan semen saluran akar (sealer)
-

Kondensasi
Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point ke dalam

saluran akar,kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral


maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya
oval atau tidak teratur.
a. Teknik kondensasi lateral :
Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25)
dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan
dengan spreader ke arah lateral. Dengan cara yang sama dimasukkan
guttap point tambahan (lebih kecil dari spreader) hingga seluruh
saluran akar terisi sempurna.
b. Teknik kondensasi vertikal :
Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan
sesuai dengan panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan
ditekan dengan plugger ke arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang

16

sama Gutt ap percha tambahan (dibuat seperti bola) dimasukkan dan


ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.
-

Kloropercha / eucapercha
Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point utama

dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar


hingga guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya
terutama daerah apikal. Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan
pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke
dalam saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi
sempurna.
-

Kompaksi
Teknik

ini

dilakukan

dengan

menggunakan

alat

McSpadden

Compactor atau E ngine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H
(Hedstrom). Akibat putaran dan gesekan dengan dinding saluran akar
mampu melunakkan guttap point dan mendorong ke arah apikal
-

Termoplastis
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura,

yaitu alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap
point serta mendorong kedalam sakuran akar ke arah apikal
B Teknik Pengisian Ag Point :
1. Grossman
-

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Ag-point dipotong sebatas orifice

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran

akar

17

dengan tang Stieglietz forcep.


-

Basis dengan semen

Foto pengisian

2. Sommer
-

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran


akar.

Sekitar orifice diberi gutta-percha

Basis dengan semen

Ag-point dipotong pada bidang oklusal

Foto pengisian

3. Nichols / sectional
-

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan carborundum

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran


akar.

Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.

Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara

Foto pengisian

4. Ag-Tip
-

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

18

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran

akar
dengan aplikator.
-

Aplikator diputar

Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara

Foto pengisian

C Teknik Pengisian Amalgam :


-

Pengisian amalgam dari servikal (orthograde)


Indikasi : saluran akar pada 1/ 3 apikal sempit / buntu
Teknik pengisian : Amalgam dimasukkan ke dalam saluran akar

dengan
menggunakan plugger / orthowire ukuran 1.0 dan dilakukan
kondensasi
-

Pengisian amalgam dari apikal (retrograde)


Indikasi :

Saluran akar bengkok

Saluran akar melebar ke apikal

Terjadi kalsifikasi / terdapat pulp stone

Teknik pengisian dilakukan pada perawatan reseksi apeks. Setelah


pemotongan apeks, dibuat preparasi kavitas pada daerah apeks dan
ditumpat dengan amalgam melalui apikal.

6. Preparasi cavitas
Prinsip Preparasi Kavitas
1. Out Line Form (bentuk perluasan kavitas)
-

Pit dan fissure dihilangkan

Cusp dilingkari

bentuk perluasan kavitas sampai ke area self cleansing

semua jaringan karies dan fissure yang dalamdibuang

19

email yang tidak didukung dentin dihilangkan

tidak selalu mengikuti klasifikasi G. V. Black pada kavitas yang luas


2. Resistence Form(bentuk resistensi)
kavitas dibentuk agar gigi tahan terhadap tekanan pengunyahan.
Dinding email pada cavo surface dibevel berbentuk chamfer shoulder
lebar minimal 1mm dengan bor fissure ujung membulat.
3. Retention Form (bentuk retensi)
kavitas dibentuk agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah lepas.
macam-macam betuk retensi:
a. undercut
b. paralisme dinding kavitas
c. dovetaild. groove
e. pinhole
f. micropi
4. Convinience Form (bentuk konvinien)
bentuk kavitas ideal sehingga memudahkan pemasukan, insersi, dan
pemasangan bahan restorasi.
5. Menghilangkan Jaringan Karies
6. Membersihkan dan meratakan alas, dinding dan tepi kavitas
7. Membersihkan kavitas dari jaringan karies, pemberian sterilisasi dan
desinfeksi
7. Restorasi tetap sesuai dengan keterlibatan kavitas dan regio gigi yang
terlibat.
4. Evaluasi perawatan pulpektomi
Penentuan berhasil atau tidaknya perawatan diambil dari :
a. Pemeriksaan klinis.
Yang paling dinilai adalah tanda dan gejala klinis, yang apabila jelas sekali
indikasi kegagalan. Berhasil apabila tidak ada nyeridan gejala, namun penyakit
tanpa gejala yang signifikan merupakan keadaan yang umum terjadi. Sebagian

20

besar kegagalan biasanya disebabkan oleh tidak Ade kuatnya teknik perawatan.
Untuk menjamin obturasi saluran akar yang lebih baik sehingga mengurangi
kegagalan, banyak operator telah mengganti teknik obturasinya dari teknik kon
tunggal ke teknik kondensasi lateral. Banyak penelitian meninjau keberhasilan
perawatan dan ternyata hasilnya mencapai lebih dari 80%
Kriteria klinis keberhasilan perawatan adalah:

Tidak ditemukan lagi gejala klinis serta gigi dapat berfungsi kembali

secara fisiologis.
Pada saat selesai dilakukan perawatan , tidak dijumpai lagi rasa sakit atau

pembengkakan pada regio gigi yang dirawat.


Hilangnya saluran sinus
Tidak ada fungsi yang hilang
Tidak ada bukti kerusakan jaringan lunak termasuk tidak adanya sulkus
yang dalam pada pemeriksaan dengan sonde periodontium.

b. Temuan radiografis.
Tiga kriteria dalam hasil radiografis, yaitu:

Berhasil, jika tidak ada lesi apeks yang resorptif secara radiologis. Yang
berarti bahwa suatu lesi yang terdapat saat perawatan telah membaik atau
tidak ada timbul lesi yang tidak ada saat perawatan. Keberhasilan benarbenar terjadi jika radiolusensi tidak berkembang atau hilang setelah

interval 1-4 tahun.


Gagal, jika kelainanya menetap atau berkembangnya suatu tanda penyakit
yang jelas secara radiografis. Secara khusus, terdapat lesi radiolusen yang
telah membesar, telah menjadi persisten atau telah berkembang mulai di

saat perawatan.
Meragukan, jika terdapat tanda-tanda yang mencerminkan ketidakpastian.

c. Pemeriksaan histologis.
Secara histologis,perawatan yang berhasil ditandai dengan perbaikan struktur
periapeks dan tidak adanya inflamasi. Dua penelitian yang telah memeriksa hasil
perawatan secara histologist memberikan kesimpulan yang berbeda, karena kedua

21

penelitian itu dilakukan pada mayat, status praperawatan dan faktor-faktor klinis
lain yang terkait dengannya tidak diketahui

5. Perawatan restorasi setelah perawatan pulpektomi.


Satu pertimbangan dalam memntukan perawatan endodontik adalah jika
perawatan telah selesai, gigi masih dapat direstorasi sehingga fungsi normalnya
dapat kembali dan secara estetik dapat diterima dengan baik. Pada umumnya gigi
yang membutuhkan perawatan endodontik sudah kehilangan enamel dan dentin
yang tidak sedikit oleh karena karies yang luas, email yang tidak didukung dentin,
serta memerlukan restorasi yang dapat melindungi cusp-cusp gigi. Untuk gigi
anterior, perawatan endodontik larena trauma juga membutuhkan perawatan
restorasi.
Restorasi gigi anterior
a. restorasi lingual. Jika gigi utuh memerlukan perawatan endodontik,
misalnya pada kasus trauma, restorasi sebaiknya dilakukan hanya pada
kamar pulpa atau kavitasnya saja.
b. Restorasi pasak dan inti. Jika pada gigi yang mengalami karies kelas IV
sebaiknya dilakukan restorasi pasak dan inti yang ditutup dengan veneer
atau mahkota jacket guna melindungi gigi dari fraktur sehingga didapatkan
stabilisasi mahkota-akar
Restorasi gigi posterior
a. restorasi kavitas oklusal. Perawatan endodontik dan kerusakan akibat
karies biasanya melibatkan cusp dan area tepi. Dalam keadaan ini, dentin
masih banyak sehingga restorasi yang digunakan adalah restorasi komposit
atau amalgam.
b. restorasi onlay. Alternatif lain yang digunakan untuk restorasi gigi post
perawatan endodontik yang sudah melibatkan cusp
c. mahkota pasak dan inti. Bertujuan untuk memberi kekuatan gigi post
perawatan endodontik dan membuat struktur mahkota yang optimal.
Kemudian dipasang mahkpta jacket.

22

Daftar Pustaka
Beer, Rudolf. et. al. 2012. Atlas Saki Endodontik. Jakarta: EGC
Bence, Richard. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Jakarta: UI Press
Grossman L.C, Oliet D., dan Rio E.D.,1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek Ed
11, EGC, Jakarta
Harty, f.j. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) endodonti klinis. Cetakan ke 3.Penerbit
hipokrates.
Ingle, j.i. & bakland, l.k. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia. Lea and febiger..
Tarigan R. 2006.Perawatan pulpa gigi (endodonti). Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Tarigan, Rasinta. 2013. Perawatan pulpa gigi (endodonti), Ed. 3. Jakarta: EGC.
Jakarta
Walton Richard E., Torabinejad M. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia.
Ed. 3. Jakarta: EGC
Walton, r.e. & torabinejad, m.1998. (penerjemah. N. Sumawinata) prinsip dan
praktek ilmu endodonsi. Cetakan ke i. Jakarta:EGC.
Walton, Richard. et. al. 2003. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai