Anda di halaman 1dari 1

Sastra merupakan dunia lain yang tak memiliki batas untuk berkreasi.

Dengan sastra
pengarang dapat mengaktualisasikan diri sebagai individu yang masing-masing memiliki
suatu keunikan. Tidak jarang sastra dijadikan sebagai pengukur suatu peradaban karena nilainilai yang ada dalam kehidupan dapat dibingkai sedemikian rupa oleh pengarang sehingga
mampu menghadirkan berbagai realita sosial yang ada pada masa tertentu.
Dikatakan demikian karena karya sastra tidak tercipta dari suatu kekosongan. Artinya karya
sastra tidak bisa tercipta hanya dengan berimajinasi semata, melainkan harus ada relasi antara
imajinasi dan realitas sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan begitu juga
sebaliknya. Karya sastra tidak bisa hadir dengan realitas sosial saja karena pengarang tentu
membutuhkan imajinasi untuk mengemas suatu karya sehingga memiliki nilai estetika yang
tinggi, hal yang demikian biasa disebut proses kreatif sastra. Proses kreasi sastra tersebut
diungkapkan melalui bahasa sebagai media. Dengan demikian, di dalam kesusatraan ada
beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu faktor persoalan yang diungkapkan,
keindahan pengungkapan dan faktor bahasa atau kata. Bentuk cipta satra yang dapat dibuat
menurut Mursal Esten (2013:6) dapat berupa: puisi, cerita rekaan (fiksi); esai dan kritik; dan
drama.
Puisi Kembalikan Indonesia Padaku merupakan sintesis dari adanya tesis dan
antitesis. Tesis adalah kenyataan yang dihadapi. Dalam hal ini relitas kehidupan
rakyat di Indonesia, yang penduduknya padat, dengan angka kemiskinan yang
masih tinggi. Antitesis adalah sikap yang bersifat subjektif dan intersubjektif,
sikap kekhawatiran penulis terhadap masa depan Indonesia bila tidak segera
diselamatkan. Pertentangan antara tesis dan antitesis tersebut menghadirkan
sebuah berupa pemulihan kondisi dengan pernyataan kembalikan Indonesia
Padaku. Sintesis yang dibuat penulis bersifat idealis, imajinatif, dan kreatif
berdasarkan cita-cita dan konsepsi pengarang.
Memadatkan bahasa ke dalam sebuah puisi memang tidak mudah sebab sebuah
kreasi sastra yang indah, bukan saja karena bahasanya yang beralun-alun dan
penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: tema, amanat, dan
strukturnya. Pada nilai-nilai yang terkandung dalam cipta sastra tersebut. Ada
beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah kreasi sastra diantaranya: nilai
estetika, moral, dan nilai-nilai lain yang sifatnya konseptual. Ketiga nilai tersebut
sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama sekali. Untuk mendukung keindahan
bahasa puisi penyair dapat menggunakan imaji/citraan, sarana retorika atau
gaya bahasa, atau pilihan kata baik yang bermakna denotasi maupun konotasi

Anda mungkin juga menyukai